Contoh Karil 1
Contoh Karil 1
Nama Mahasiswa
Alamatemail@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menganalisa
teknik penerjemahan yang digunakan pada proses penerjemahan terminologi pada industri mode.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa teknik yang paling sering digunakan oleh penerjemah
dan juga menganalisa kesepadanan yang terjadi pada penerjemahan istilah teknis atau terminologi
dalam bidang industri mode. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini merupakan gabungan
dari buku-buku sekolah mode baik dalam bahasa Inggris sebagai Tsu dan diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia sebagai Tsa. Penelitian ini menemukan bahwa ada 10 jenis teknik penerjemahan
yang digunakan pada penerjemahan terminologi industri mode. Teknik yang paling banyak
digunakan pada penerjemahan terminologi industri mode adalah dengan Teknik padanan lazim
sebesar 38% kemudian disusul oleh Teknik peminjaman alamiah sebesar 18% dan peminjaman
murni sebesar 11%, dan ketujuh teknik lain seperti teknik penerjemahan adaptasi,
amplifikasi,deskripsi, generalisasi, harfiah, kalke dan kompensasi hanya digunakan dengan frekuensi
yang kurang dari 10%. Teknik penerjemahan yang paling sedikit digunakan dalam penerjemahan
terminologi industri mode adalah teknik penerjemahan adaptasi, teknik penerjemahan kompensasi
dan teknik penerjemahan amplifikasi. Sedangkan kesepadanan yang digunakan dalam penerjemahan
terminologi industri mode sendiri lebih banyak menggunakan kesepadanan formal sebagaimana
pendekatan penyepadanan yang dilakukan oleh penerjemah adalah penyepadanan yang didasarkan
untuk mempertahankan bentuk dan struktur dari terminologi itu sendiri sehingga dapat mengurangi
kesalahpahaman akan penerjemahan terminologi pada bidang industri tertentu, terlebih lagi pada
bidang industri mode dibandingkan dengan kesepadanan dinamis yang kurang digunakan untuk
penerjemahan terminology atau istilah khusus.
PENDAHULUAN
Industri mode merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam
perekonomian negara Indonesia. Industri mode memimpin sebagai salah satu pendapatan
negara terbesar melalui kegiatan export yang juga menyerap tenaga kerja sebanyak 3,7 juta
penduduk setiap tahunnya dan juga berkontribusi dalam produk domestic bruto mencapai
1,25% dari total pendapatan tahunan(Indonesia Investments, 2016).
Industri mode yang sebagian besar merupakan produk export memiliki tantangan
sendiri dalam proses pengerjaannya. Dalam industri mode, ada banyak istilah khusus atau
terminologi yang digunakan sebagai standar baik secara internasional maupun nasional
sebagai acuan padanan bahasa antar pelaku bisnis di industri mode yang mencakup banyak
negara dan bahasa didalamnya.
Istilah sendiri diartikan sebagai kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan atau sifat khas dalam bidang tertentu
(KBBI, 2007: 446, ed. ke-3 dan Pedoman Pembentukan Istilah, 2007: 9). Dalam literature
asing, istilah disepadankan sebagai “technical term” atau disebut juga sebagai terminologi.
Keduanya mengacu pada kata atau frasa yang digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang
terikat dan memiliki makna khusus pada bidang tertentu. Untuk dapat menyepadankan
terminologi industri mode tersebut dibutuhkan penerjemahan sebagai jembatan bagi para
pelaku bisnis mancanegara sehingga dapat mencapai tujuan bersama tanpa adanya kesalahan
pemahaman atau penyerapan informasi.
Penerjemahan sendiri merupakan reproduksi dari padanan yang wajar dan paling
mendekati dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang memiliki arti yang kurang lebih sama.
Menurut Catford (1965: 20) penerjemahan adalah suatu kegiatan pengalihan suatu teks yang
memiliki kesamaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran, dimana hal penting dalam
kegiatan ini yaitu kesamaan atau ekuivalen.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerjemahan merupakan
proses pengalihan informasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang memiliki arti atau
padanan yang sama sehingga informasi yang diberikan dalam dua bahasa dapat membuat
penerima informasi memiliki pengertian yang sama meskipun bahasa yang digunakan
berbeda. Dengan ini secara tidak langsung penerjemahan ikut serta sebagai proses
pembentukan kemajuan masyarakat dari masa ke masa(Hartono, 2017).
Melalui penerjemahan, manusia dari berbagai belahan dunia dapat bertukar informasi
dan membagikan pengetahuan untuk kemajuan masyarakat. Namun tidak semua informasi
atau teks dapat diterjemahkan karena banyaknya konteks bahasa yang perlu dipahami dalam
menerjemahkan dan memadankan bahasa sumber ke bahasa sasaran. Beberapa bidang secara
khusus memiliki istilah-istilah tertentu yang hanya digunakan untuk cakupan bidang tertentu
sehingga dapat mempersempit konteks bahasan yang akan membuat sebuah informasi dapat
disampaikan dengan arti yang kurang lebih sama dan ekuivalen dalam bidang tertentu(Afrila
et al., 2019).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Nur, 2019) mengemukakan fungsi dan juga
tantangan dari proses penerjemahan terminologi pada bidang industri tertentu. Peneliti
menemukan bahwa bahasa memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Terminologi atau istilah teknis digunakan secara spesifik dengan tujuan agar setiap orang
dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa dapat memiliki persepsi yang sama akan
suatu istilah teknis dibidang tertentu. Dalam temuannya yang lain, diungkapkan bahwa
keselarasan bahasa dapat diupayakan dengan cara menyamakan perspektif terjemahan dari
terminologi tersebut(Nur, 2017).
Selain fungsi dan tantangan dari proses penerjemahan terminologi pada bidang
industri, peneliti lain yang meneliti kesepadanan dalam proses penerjemahan terminologi
mengungkapkan bahwa para terminolog atau penerjemah terminologi yang menciptakan
penerjemahan terminologi kedalam Tsa harus memiliki pemahaman yang benar tentang
konsep dasar dari suatu istilah sehingga dapat menerjemahkan konsep tersebut dengan baik
kedalam Tsa (Qodratillah, 2016). Dengan mempunyai pemahaman konsep yang benar
tentang Tsu, penerjemah akan dengan mudah mengaplikasikan teknik penerjemahan yang
sesuai dan mencari kesepadanan makna terminologi yang akan diterjemahkan.
Penerjemahan terminologi sendiri bersifat terbuka dan dapat memanfaatkan berbagai
sumber untuk melakukannya sebagaimana mengacu pada ISO/TC37 mengenai pembentukan
istilah khusus antar bahasa(Qodratillah, 2016).
Terminologi dan penerjemahan merupakan dua hal yang berkorelasi dalam industri
yang membutuhkan analisa lebih jauh apakah ada perbedaan antara istilah dalam Tsu dan Tsa
serta cara membedakan penerjemahan tersebut sebagai penerjemahan khusus industri tertentu
dengan memperhatikan isu-isu pengembangan penerjemahan yang dapat digunakan oleh Tsa.
Yang mana secara keseluruhan menciptakan keuntungan dari semua pihak dari industri yang
terlibat untuk mendapatkan manfaat dari adanya penerjemahan terminologi tersebut(Thelen,
2015).
Dalam prakteknya, ada beragam teknik yang digunakan dalam menerjemahkan
terminologi industri dari Bahasa Inggris sebagai Tsu dan Bahasa Indonesia sebagai Tsa
sehingga dapat disepadankan sebagai istilah khusus dalam bidang industri yang ada di
Indonesia. Teknik-teknik penerjemahan tersebut antara lain adalah teknik adaptasi,
amplifikasi, deskripsi, generalisasi, harfiah, kalke, kompensasi, padanan lazim dan
peminjaman. Apabila terminologi di terjemahkan dengan baik melalui teknik penerjemahan
yang ada dan disepadankan dengan tepat, maka tidak hanya orang dari kalangan industri
tertentu yang dapat memahaminya namun juga dapat disampaikan dan dimengerti dengan
baik bahkan oleh para pekerja industri mode yang berada di kelas terbawah seperti operator
jahit maupun para quality controller sebagai garda pertama yang menjalankan proses
pembuatan garmen pada industri mode.
Penelitian ini ditujukan untuk meneliti teknik-teknik penerjemahan yang paling sering
dan paling jarang frekuensi pemakaiannya untuk menerjemahkan terminologi pada industri
mode dan menganalisa kesepadanan yang terjadi pada penerjemahan tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam proses penerjemahan terminologi industri mode dari Tsu ke Tsa peneliti
mengumpulkan 150 terminologi yang digunakan dalam industri mode sebagai sampel dan
menerjemahkan terminologi tersebut dengan padanan yang sesuai yang digunakan dalam
bahasa sehari-hari dalam industri mode. Dalam proses penerjemahan, peneliti juga mengacu
pada pedoman umum pembentukan istilah (PUPI) pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) dan aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai acuan penerjemahan(Titin
Khotima, 2011).
Pembahasan dibawah ini merupakan analisis penerjemahan yang telah dilakukan pada 150
terminologi industri mode dengan menggunakan teknik penerjemahan berdasarkan teori
Molina & Albir (2002). Berdasarkan analisa dan penggunaan kesepuluh teknik penerjemahan
diatas terhadap 150 terminologi industri mode, berikut merupakan tabel perbandingan dan
persentase dari setiap teknik penerjemahan yang digunakan pada terminologi industri mode.
Teknik Penerjemahan Jumlah Persentase
Adaptasi 3 2%
Amplifikasi 6 4%
Deskripsi 4 3%
Generalisasi 7 5%
Harfiah 13 9%
Kalke/ Calque 12 8%
Kompensasi 3 2%
Padanan Lazim 58 38 %
Peminjaman Alamiah 27 18 %
Peminjaman Murni 17 11 %
Total 150 100 %
Teknik Penerjemahan
Dari hasil penelitian dan analisa terhadap penerjemahan terminologi industri mode,
terdapat 10 teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Berikut merupakan teknik
penerjemahan yang digunakan dalam proses penerjemahan terminologi industri mode beserta
pengertian dan analisa mengapa terminologi tersebut diterjemahkan sebagai Tsa yang ada.
1. Teknik penerjemahan adaptasi
Teknik penerjemahan adaptasi pada proses penerjemahan terminologi industri mode
diaplikasikan pada penerjemahan terminologi yang memiliki unsur budaya yang dapat
dipadankan pada Tsa.
Crepe cenderung
memiliki tekstur yang tidak beraturan
Corsage Korsase Rangkaian bunga yang biasanya terletak pada bagian
dada atau gelang yang berfungsi sebagai hiasan
Kesepadanan
Pada konsep kesepadanan dinamis Nida dan Taber (1974) serta penerjemah yang
memiliki kemampuan pemahaman, kesepadanan dapat dicapai dengan adanya pemahaman
bahasa dan budaya antara kedua bahasa asal dan bahasa sasaran. Sedangkan menurut ahli
bahasa yang lain, penggunaan prosedur atau teknik penerjemahan yang tepat diperlukan
untuk dapat mencapai kesepadanan (Newmark 1988 dan Hoed 2006), serta pemilihan kata
yang sesuai dengan maksud penulis yang asli dengan penjelasan yang sesuai dengan definisi
kamus(Puspitasari et al., 2014).
Berikut merupakan tabel analisis kesepadanan yang terjadi pada sumber data
berdasarkan setiap teknik penerjemahan yang digunakan.
Kesepadan
Teknik Penerjemahan an
Formal Dinamis
Adaptasi 1 2
Amplifikasi 1 5
Deskripsi 1 3
Generalisasi 2 5
Harfiah 11 2
Kalke/ Calque 10 2
Kompensasi 0 3
Padanan Lazim 41 17
Peminjaman Alamiah 26 1
Peminjaman Murni 17 0
Total 110 40
Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa kesepadanan yang digunakan
dalam penerjemahan terminologi industri mode lebih banyak menggunakan kesepadanan
formal sebagaimana pendekatan penyepadanan yang dilakukan oleh penerjemah adalah
penyepadanan yang didasarkan untuk mempertahankan bentuk dan struktur dari terminologi
itu sendiri sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman akan penerjemahan terminologi pada
bidang industri tertentu, terlebih lagi pada bidang industri mode. Kesepadanan dinamis yang
digunakan pada penerjemahan terminologi industri mode sendiri digunakan dalam beberapa
penerjemahan tertentu yang telah memiliki konteks bahasa dan budaya baru dalam Tsa.
Untuk itu, dalam penerjemahan terminologi industri, penting bagi penerjemah untuk
dapat menganalisa lebih jauh apabila adanya perubahan bentuk penerjemahan di masa depan
mengingat bahasa dan budaya yang selalu berkembang sehingga harus selalu diperbaharui
agar dapat turut serta dalam pengembangan bisnis nasional dalam skala internasional.
Penerjemahan harus terus diperbaharui seiring dengan berkembangnya budaya dan bahasa
dari masa ke masa. Namun apabila perubahan kata dengan mengacu pada kaidah
pembentukan istilah asing dapat mempermudah komunikasi industri maka akan lebih mudah
apabila kesepadanan formal diupayakan agar dapat mengurangi kesalahpahaman penerimaan
makna pada terminologi industri mode.
Daftar Pustaka
Afrila, M., Emzir, E., & Anwar, Mi. (2019). Prosedur Penerjemahan Istilah Bidang
Linguistik Dalam Glosarium. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan,
7(2), 146–154. https://doi.org/10.31813/gramatika/7.2.2019.201.146-154
Ambrose, G., & Harris, P. (2018). The Visual Dictionary of Fashion Design. In The Visual
Dictionary of Fashion Design. https://doi.org/10.5040/9781474218573
Hartono, R. (2017). PENGANTAR ILMU MENERJEMAH (Teori dan Praktek
Penerjemahan). In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
http://lib.unnes.ac.id/33732/1/PDF_Pengantar_Ilmu_Menerjemah_Rudi_Hartono_2017.
pdf
Indonesia Investments. (2016). Indonesia Investments. Housing Backlog Indonesia to Fall to
6.8 Million Units by 2019?, April, 1–194.
http://www.indonesia-investments.com/news/todays-headlines/housing-backlog-indones
ia-to-fall-to-6.8-million-units-by-2019/item7125
Mahoni. (2012). Kamus Inggris - Indonesia, Indonesia - Inggris (versi 1.0). Mahoni.Com, 1.0,
1549.
Nur, M. (2017). Harmoni Bahasa dari Persfektif Penerjemahan dalam Kasus Pemadanan
Istilah Teknis. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 6(2),
119.
https://doi.org/10.26499/rnh.v6i2.100
Nur, M. (2019). Istilah Teknis dan Permasalahannya dalam Penerjemahan. Mabasan, 5(1),
68–83. https://doi.org/10.26499/mab.v5i1.200
Puspitasari, D., Indah Lestari, E. M., & Syartanti, N. I. (2014). KESEPADANAN PADA
PENERJEMAHAN KATA BERMUATAN BUDAYA JEPANG KE DALAM
BAHASA
INDONESIA : Studi Kasus dalam Novel Botchan Karya Natsume Soseki dan
Terjemahannya Botchan Si Anak Bengal oleh Jonjon Johana. Izumi, 3(2), 1.
https://doi.org/10.14710/izumi.3.2.1-14
Qodratillah, M. T. (2016). Tata Istilah. Tata Istilah, vi+77.
Sumaryati, C. (2019). Kamus Tata Busana. In Badan Pengembangan Bahasa dan
Pembukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Vol. 53, Issue 9).
www.badanbahasa.kemendikbud.go.id
Thelen, M. (2015). The Interaction between Terminology and Translation Or Where
Terminology and Translation Meet. Trans-Kom, 8([2]), 347–381. http://www.trans-
kom.eu
Titin Khotima, W. U. W. S. (2011). EYD - Penulisan kata. Universitas Pendidikan Indonesia,
1–24.