Anda di halaman 1dari 16

Teknik dan Kesepadanan pada Penerjemahan Terminologi Industri Mode

Nama Mahasiswa

Program Studi,Fakultas, Universitas Terbuka

Alamatemail@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menganalisa
teknik penerjemahan yang digunakan pada proses penerjemahan terminologi pada industri mode.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa teknik yang paling sering digunakan oleh penerjemah
dan juga menganalisa kesepadanan yang terjadi pada penerjemahan istilah teknis atau terminologi
dalam bidang industri mode. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini merupakan gabungan
dari buku-buku sekolah mode baik dalam bahasa Inggris sebagai Tsu dan diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia sebagai Tsa. Penelitian ini menemukan bahwa ada 10 jenis teknik penerjemahan
yang digunakan pada penerjemahan terminologi industri mode. Teknik yang paling banyak
digunakan pada penerjemahan terminologi industri mode adalah dengan Teknik padanan lazim
sebesar 38% kemudian disusul oleh Teknik peminjaman alamiah sebesar 18% dan peminjaman
murni sebesar 11%, dan ketujuh teknik lain seperti teknik penerjemahan adaptasi,
amplifikasi,deskripsi, generalisasi, harfiah, kalke dan kompensasi hanya digunakan dengan frekuensi
yang kurang dari 10%. Teknik penerjemahan yang paling sedikit digunakan dalam penerjemahan
terminologi industri mode adalah teknik penerjemahan adaptasi, teknik penerjemahan kompensasi
dan teknik penerjemahan amplifikasi. Sedangkan kesepadanan yang digunakan dalam penerjemahan
terminologi industri mode sendiri lebih banyak menggunakan kesepadanan formal sebagaimana
pendekatan penyepadanan yang dilakukan oleh penerjemah adalah penyepadanan yang didasarkan
untuk mempertahankan bentuk dan struktur dari terminologi itu sendiri sehingga dapat mengurangi
kesalahpahaman akan penerjemahan terminologi pada bidang industri tertentu, terlebih lagi pada
bidang industri mode dibandingkan dengan kesepadanan dinamis yang kurang digunakan untuk
penerjemahan terminology atau istilah khusus.

Kata kunci: Fashion industry, Shifting translation, Translation technique, Terminology

PENDAHULUAN
Industri mode merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam
perekonomian negara Indonesia. Industri mode memimpin sebagai salah satu pendapatan
negara terbesar melalui kegiatan export yang juga menyerap tenaga kerja sebanyak 3,7 juta
penduduk setiap tahunnya dan juga berkontribusi dalam produk domestic bruto mencapai
1,25% dari total pendapatan tahunan(Indonesia Investments, 2016).
Industri mode yang sebagian besar merupakan produk export memiliki tantangan
sendiri dalam proses pengerjaannya. Dalam industri mode, ada banyak istilah khusus atau
terminologi yang digunakan sebagai standar baik secara internasional maupun nasional
sebagai acuan padanan bahasa antar pelaku bisnis di industri mode yang mencakup banyak
negara dan bahasa didalamnya.
Istilah sendiri diartikan sebagai kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan atau sifat khas dalam bidang tertentu
(KBBI, 2007: 446, ed. ke-3 dan Pedoman Pembentukan Istilah, 2007: 9). Dalam literature
asing, istilah disepadankan sebagai “technical term” atau disebut juga sebagai terminologi.
Keduanya mengacu pada kata atau frasa yang digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang
terikat dan memiliki makna khusus pada bidang tertentu. Untuk dapat menyepadankan
terminologi industri mode tersebut dibutuhkan penerjemahan sebagai jembatan bagi para
pelaku bisnis mancanegara sehingga dapat mencapai tujuan bersama tanpa adanya kesalahan
pemahaman atau penyerapan informasi.
Penerjemahan sendiri merupakan reproduksi dari padanan yang wajar dan paling
mendekati dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang memiliki arti yang kurang lebih sama.
Menurut Catford (1965: 20) penerjemahan adalah suatu kegiatan pengalihan suatu teks yang
memiliki kesamaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran, dimana hal penting dalam
kegiatan ini yaitu kesamaan atau ekuivalen.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerjemahan merupakan
proses pengalihan informasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya yang memiliki arti atau
padanan yang sama sehingga informasi yang diberikan dalam dua bahasa dapat membuat
penerima informasi memiliki pengertian yang sama meskipun bahasa yang digunakan
berbeda. Dengan ini secara tidak langsung penerjemahan ikut serta sebagai proses
pembentukan kemajuan masyarakat dari masa ke masa(Hartono, 2017).
Melalui penerjemahan, manusia dari berbagai belahan dunia dapat bertukar informasi
dan membagikan pengetahuan untuk kemajuan masyarakat. Namun tidak semua informasi
atau teks dapat diterjemahkan karena banyaknya konteks bahasa yang perlu dipahami dalam
menerjemahkan dan memadankan bahasa sumber ke bahasa sasaran. Beberapa bidang secara
khusus memiliki istilah-istilah tertentu yang hanya digunakan untuk cakupan bidang tertentu
sehingga dapat mempersempit konteks bahasan yang akan membuat sebuah informasi dapat
disampaikan dengan arti yang kurang lebih sama dan ekuivalen dalam bidang tertentu(Afrila
et al., 2019).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Nur, 2019) mengemukakan fungsi dan juga
tantangan dari proses penerjemahan terminologi pada bidang industri tertentu. Peneliti
menemukan bahwa bahasa memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Terminologi atau istilah teknis digunakan secara spesifik dengan tujuan agar setiap orang
dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa dapat memiliki persepsi yang sama akan
suatu istilah teknis dibidang tertentu. Dalam temuannya yang lain, diungkapkan bahwa
keselarasan bahasa dapat diupayakan dengan cara menyamakan perspektif terjemahan dari
terminologi tersebut(Nur, 2017).
Selain fungsi dan tantangan dari proses penerjemahan terminologi pada bidang
industri, peneliti lain yang meneliti kesepadanan dalam proses penerjemahan terminologi
mengungkapkan bahwa para terminolog atau penerjemah terminologi yang menciptakan
penerjemahan terminologi kedalam Tsa harus memiliki pemahaman yang benar tentang
konsep dasar dari suatu istilah sehingga dapat menerjemahkan konsep tersebut dengan baik
kedalam Tsa (Qodratillah, 2016). Dengan mempunyai pemahaman konsep yang benar
tentang Tsu, penerjemah akan dengan mudah mengaplikasikan teknik penerjemahan yang
sesuai dan mencari kesepadanan makna terminologi yang akan diterjemahkan.
Penerjemahan terminologi sendiri bersifat terbuka dan dapat memanfaatkan berbagai
sumber untuk melakukannya sebagaimana mengacu pada ISO/TC37 mengenai pembentukan
istilah khusus antar bahasa(Qodratillah, 2016).
Terminologi dan penerjemahan merupakan dua hal yang berkorelasi dalam industri
yang membutuhkan analisa lebih jauh apakah ada perbedaan antara istilah dalam Tsu dan Tsa
serta cara membedakan penerjemahan tersebut sebagai penerjemahan khusus industri tertentu
dengan memperhatikan isu-isu pengembangan penerjemahan yang dapat digunakan oleh Tsa.
Yang mana secara keseluruhan menciptakan keuntungan dari semua pihak dari industri yang
terlibat untuk mendapatkan manfaat dari adanya penerjemahan terminologi tersebut(Thelen,
2015).
Dalam prakteknya, ada beragam teknik yang digunakan dalam menerjemahkan
terminologi industri dari Bahasa Inggris sebagai Tsu dan Bahasa Indonesia sebagai Tsa
sehingga dapat disepadankan sebagai istilah khusus dalam bidang industri yang ada di
Indonesia. Teknik-teknik penerjemahan tersebut antara lain adalah teknik adaptasi,
amplifikasi, deskripsi, generalisasi, harfiah, kalke, kompensasi, padanan lazim dan
peminjaman. Apabila terminologi di terjemahkan dengan baik melalui teknik penerjemahan
yang ada dan disepadankan dengan tepat, maka tidak hanya orang dari kalangan industri
tertentu yang dapat memahaminya namun juga dapat disampaikan dan dimengerti dengan
baik bahkan oleh para pekerja industri mode yang berada di kelas terbawah seperti operator
jahit maupun para quality controller sebagai garda pertama yang menjalankan proses
pembuatan garmen pada industri mode.
Penelitian ini ditujukan untuk meneliti teknik-teknik penerjemahan yang paling sering
dan paling jarang frekuensi pemakaiannya untuk menerjemahkan terminologi pada industri
mode dan menganalisa kesepadanan yang terjadi pada penerjemahan tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif melalui analisis teknik


penerjemahan berdasarkan teori Molina Albir (2002) yang digunakan dalam penerjemahan
terminologi industri mode dari bahasa Inggris sebagai Tsu ke bahasa Indonesia sebagai Tsa.
Kemudian teknik-teknik tersebut dianalisa kesepadanannya dengan berdasarkan teori
kesepadanan dari Nida dan Taber yakni kesepadanan formal dan kesepadanan dinamis.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan terminologi yang kerap dipakai
dalam industri mode sehari-hari melalui buku-buku industri mode terbitan luar negeri
(Ambrose & Harris, 2018) yang kemudian diterjemahkan berdasarkan padanan istilah yang
telah ada pada Kamus Tata Busana milik Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diterbitkan di tahun 2019 dan berdasarkan
riset peneliti sebagai salah satu pelaku dalam industri mode Indonesia(Sumaryati, 2019).
Setelah data terkumpul dan diterjemahkan, data tersebut dianalisis melalui
penggunaan teknik penerjemahan yang digunakan dan mengelompokkan setiap teknik
penerjemahan yang ada untuk menganalisa kecenderungan pemakaian teknik penerjemahan
tertentu dalam penerjemahan terminologi pada industri mode. Kemudian data yang tersedia di
analisa untuk melihat kesepadanan antara Tsu dan Tsa serta pengaruh dari teknik
penerjemahan yang dilakukan terhadap kesepadanan penerjemahan yang terjadi pada Tsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses penerjemahan terminologi industri mode dari Tsu ke Tsa peneliti
mengumpulkan 150 terminologi yang digunakan dalam industri mode sebagai sampel dan
menerjemahkan terminologi tersebut dengan padanan yang sesuai yang digunakan dalam
bahasa sehari-hari dalam industri mode. Dalam proses penerjemahan, peneliti juga mengacu
pada pedoman umum pembentukan istilah (PUPI) pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) dan aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai acuan penerjemahan(Titin
Khotima, 2011).
Pembahasan dibawah ini merupakan analisis penerjemahan yang telah dilakukan pada 150
terminologi industri mode dengan menggunakan teknik penerjemahan berdasarkan teori
Molina & Albir (2002). Berdasarkan analisa dan penggunaan kesepuluh teknik penerjemahan
diatas terhadap 150 terminologi industri mode, berikut merupakan tabel perbandingan dan
persentase dari setiap teknik penerjemahan yang digunakan pada terminologi industri mode.
Teknik Penerjemahan Jumlah Persentase
Adaptasi 3 2%
Amplifikasi 6 4%
Deskripsi 4 3%
Generalisasi 7 5%
Harfiah 13 9%
Kalke/ Calque 12 8%
Kompensasi 3 2%
Padanan Lazim 58 38 %
Peminjaman Alamiah 27 18 %
Peminjaman Murni 17 11 %
Total 150 100 %

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar teknik


penerjemahan yang digunakan pada penerjemahan terminologi pada industri mode
didominasi oleh dan teknik penerjemahan padanan lazim sebanyak 38%, teknik peminjaman
sebesar 29% yang terbagi dengan peminjaman alamiah sebesar 18% dan peminjaman murni
sebesar 11%. Sedangkan teknik penerjemahan yang jarang digunakan pada penerjemahan
terminologi industri mode adalah teknik penerjemahan adaptasi, teknik penerjemahan
kompensasi dan teknik penerjemahan amplifikasi yang masing-masing persentase dan
frekuensi penggunaannya kurang dari 5% pada proses penerjemahan terminologi industri
mode.

Teknik Penerjemahan

Dari hasil penelitian dan analisa terhadap penerjemahan terminologi industri mode,
terdapat 10 teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Berikut merupakan teknik
penerjemahan yang digunakan dalam proses penerjemahan terminologi industri mode beserta
pengertian dan analisa mengapa terminologi tersebut diterjemahkan sebagai Tsa yang ada.
1. Teknik penerjemahan adaptasi
Teknik penerjemahan adaptasi pada proses penerjemahan terminologi industri mode
diaplikasikan pada penerjemahan terminologi yang memiliki unsur budaya yang dapat
dipadankan pada Tsa.

Tsu Tsa Analisa


Bandeau Kemben Bandeau pada Tsu merujuk pada jenis pakaian yang
menutup bagian atas tubuh namun tidak memiliki tali pada
bagian pundaknya. Dalam Tsa terdapat pakaian jenis serupa
yang biasa digunakan sebagai bagian dari pakaian dalam
wanita, yakni kemben. Kemben dan Bandeau memiliki
kesamaan sifat yang mana keduanya merupakan jenis
pakaian yang menutup bagian atas tubuh tanpa ada tali pada
Denim Jin pundaknya.
Denim dalam Tsu merupakan jenis kain yang biasanya
berwarna biru dan digunakan sebagai bahan pakaian
jadi seperti celana, jaket dengan karakteristik khas.
Dalam Tsa sendiri kain dengan karakteristik yang sama lebih
sering disebut jin.

2. Teknik penerjemahan amplifikasi


Teknik penerjemahan amplifikasi merupakan teknik penerjemahan yang memberikan
penambahan detail pada Tsa yang mana tidak disebutkan pada Tsu namun pada saat yang
bersamaan tidak mengubah pengertian dari Tsu.

Tsu Tsa Analisa


Bias Serat Pada penerjemahan Tsu Bias secara harafiah hanya
melinta mengacu pada garis melintang namun dalam terminologi
ng industri mode, bias mengacu pada arah potongan kain
melintang yang menyebabkan serat kain akan terpotong
melintang, untuk itulah kata 'bias' sebagai terminologi harus
diterjemahkan
sebagai 'serat melintang' sebagai penanda istilah industri
mode.
Bonding Perekata Bonding merupakan teknik perekatan dua kain dalam
n dengan industri mode dengan lem khusus agar kedua kain dapat
lem menyatu tanpa menggunakan jahitan namun juga cukup
kuat untuk dapat digunakan sebagai pakaian jadi yang
digunakan
sehari-hari. Sebagai Tsa bonding diterjemahkan sebagai
perekatan dengan lem untuk dapat memberikan informasi
yang lebih jelas tanpa mengubah pengertian yang
terkandung
didalamnya.

3. Teknik penerjemahan deskripsi


Teknik penerjemahan deskripsi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan
dengan cara memberikan deskripsi mengenai Tsu sebagai pengertian dalam Tsa karena
tidak dapat menemukan padanan kata yang tepat yang dapat menggambarkan maksud dan
makna dari Tsu sehingga dapat dengan tepat disampaikan.

Tsu Tsa Analisa


Lapel Bagian dada pada pakaian yang Penerjemahan ini
dilipat balik ke samping, merupakan menerjemahkan lapel
lanjutan dari kerah dengan cara memberikan
deskripsi detail
penggambaran lapel
Empire seam Garis empire - garis melintang kedalam Tsa.
berupa potongan dibawah dada Penerjemahan ini berusaha
memberikan penjelasan
yang dapat dimengerti oleh
Tsa mengenai makna dari
garis
empire

4. Teknik penerjemahan generalisasi

Teknik penerjemahan generalisasi merupakan teknik penerjemahan dengan cara


mencari padanan Tsu ke Tsa dengan cara mengenaralisasikan kata tersebut dalam Tsa.
Teknik ini digunakan apabila terdapat perbedaan budaya penyebutan pada kedua bahasa
sehingga padanan penerjemahan yang digunakan adalah dengan cara mencari generalisasi
Tsu tersebut kedalam Tsa.
Tsu Tsa Analisa
Bikini Baju Bikini pada Tsu merujuk pada baju renang yang terdiri dari
renang 1 kutang dan satu celana dalam. Dalam budaya Tsu sendiri,
baju renang memiliki banyak rupa seperti bikini, swimsuit,
diving suit, dll. Namun dalam Tsa, bikin diterjemahkan
sebagai baju renang sebagai generalisasi dari beraneka
ragamnya baju renang yang ada.
Dress Dress pada Tsu merujuk pada baju terusan dengan
Gaun beraneka ragam panjang yang mana biasa digunakan pada
acara-acara kasual. Dalam budaya Tsu, Gaun memiliki
banyak macam
seperti gown atau gaun pernikahan, evening dress atau
gaun yang dikenakan pada pesta formal, cocktail dress
atau gaun yang dikenakan pada acara semi formal. Dalam
budaya Tsa sendiri, dress digeneralisasikan sebagai gaun
untuk
merangkap sekaligus tidak mengurangi makna asli dari Tsu.

5. Teknik penerjemahan harfiah


Teknik penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan
dengan cara menerjemahkan kata per kata dengan penyesuaian yang dapat diterima oleh
Tsa.

Tsu Tsa Analisa


Raincoat Jas hujan Padanan dalam terjemahan ini adalah sebagai
berikut: Tsu - Tsa
Rain (a) - Hujan (a)
Coat (b) - Jas/ Mantel (b)
Penerjemahan harfiah-nya dari raincoat (ab) menjadi jas
hujan (ba)
Pin Bantal Padanan dalam terjemahan ini adalah sebagai
cushion
an berikut: Tsu - Tsa
jarum Pin (a) - jarum (a)
Cushion (b) - bantalan (b)
Penerjemahan harfiah-nya dari pin cushion (ab)
menjadi bantalan jarum (ba)
6. Teknik penerjemahan kalke/calque
Teknik penerjemahan kalke merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan
menerjemahkan Tsu secara literal ke Tsa yang hampir serupa dengan teknik peminjaman
namun teknik ini lebih mengedepankan pembawaan suasana dari Tsu untuk dapat
diterjemahkan Tsa tanpa mengurangi suasana kata tersebut pada Tsa.

Tsu Tsa Analisa


Bomb Jaket Persamaan bentuk literal untuk mempertahankan suasana
er bomb kata Boomber - bomber
jacket er Jacket - jaket
Persamaan bentuk literal untuk mempertahankan suasana
kata Capri - Kapri
Cela
Capri pants
na
Kapr
i

7. Teknik penerjemahan kompensasi


Teknik penerjemahan kompensasi merupakan teknik penerjemahan yang
mengedepankan pesan dari Tsu daripada struktur literasi dari sebuah teks karena adanya
perbedaan dan pengaruh gaya bahasa dari kedua bahasa yang akan diterjemahkan.
Tsu Tsa Analisa
Ruffle Rumpel Ruffle merupakan teknik jahitan yang digunakan
untuk membuat lebih banyak volume pada bagian
tertentu pada
sebuah pakaian. Dalam bahasa Indonesia sebagai Tsa,
Needl Pendedel teknik ini disebut juga sebagai rempel.
e Needle threader adalah alat yang digunakan untuk
thread membongkar jahitan. Dalam budaya Tsa alat yang sama
er disebut sebagai pendedel karena memiliki peran yang sama
yakni membongkar jahitan.

8. Teknik penerjemahan padanan lazim


Teknik penerjemahan padanan lazim adalah teknik penerjemahan yang dilakukan
dengan memadankan Tsu ke Tsa dengan didasarkan pada penerjemahan atau istilah yang
telah ada sebelumnya dalam kamus dan biasanya telah digunakan sebagai unsur alih bahasa
sehari-hari.
Tsu Tsa Analisa
Bead Manik manik Menurut Kamus Inggris - Indonesia
Bead: kb. manik-manik(Mahoni,
Model Peragawan 2012). Menurut Kamus Inggris -
Indonesia
Bra Kutang Model: kb. 1 Cloth.: peragawati(Mahoni,
2012). Menurut Kamus Inggris - Indonesia
Tailor Penjahit
Bra: kb. (kutang) beha(Mahoni,
2012). Menurut Kamus Inggris -
Yarn Benang
Indonesia
Tailor: kb. 1 pekerjaan menjahit(Mahoni,
2012). Menurut Kamus Inggris - Indonesia
Yarn: kb. 1 benang, benang rajutan/tenun(Mahoni,
2012).

9. Teknik penerjemahan peminjaman


Teknik penerjemahan peminjaman adalah teknik menerjemahkan dengan melakukan
peminjaman kata dari Tsu ke Tsa yang terjadi karena tidak adanya padanan kata harfiah atau
padanan kata sehari-hari pada Tsa. Teknik penerjemahan ini memiliki dua jenis teknik yang
berbeda meskipun keduanya menggunakan teknik yang hampir serupa, yakni peminjaman
murni atau pure borrowing dan peminjaman alamiah atau naturalized borrowing.
Teknik penerjemahan ini perlu mengacu pada pedoman pembentukan istilah yang diatur
oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penerjemahan dengan teknik ini harus mempertimbangkan dan didasarkan antara lain oleh
ketiga hal berikut:
a. Digunakan untuk meningkatkan ketersalinan antar bahasa
b. Mempermudah pemahaman bahasa asing oleh pembaca sasaran
c. Istilah yang diserap harus memiliki terjemahan yang lebih ringkas dibandingkan
dengan penerjemahan asli dengan teknik deskripsi

9.1 Teknik peminjaman murni


Teknik peminjaman murni merupakan teknik peminjaman yang tidak mengubah Tsu
sama sekali namun menggunakan kata tersebut sebagai Tsa secara langsung. Teknik
penerjemahan ini sejalan dengan proses penyerapan istilah bahasa asing pada Tsa dengan
cara melakukan penyerapan dengan menyesuaikan pelafalan tanpa penyesuaian ejaan.
Tsu Tsa Pengertian dalam Tsa
Yoke Yoke Garis hias pakaian berupa potongan melintang di
dada dan punggung bagian atas(Sumaryati, 2019).
Balaclava Balaclava Penutup kepala yang menutupi hampir seluruh
bagian kepala kecuali mata.
Blazer Blazer Jaket semi formal yang biasanya digunakan oleh
Epaulet Epaulet wanita. Bagian dari baju formal yang biasanya
te te digunakan untuk menyematkan pangkat pada seragam
pekerjaan tertentu. Proses membuat beberapa ukuran
Grading Grading dalam satu pola dengan rasio tertentu, digunakan
untuk membuat ukuran lain dari pola ukuran dasar
sebuah pakaian.
Helmet Helm Pelindung kepala saat berkendara

9.2 Teknik peminjaman alamiah


Teknik peminjaman alamiah merupakan teknik peminjaman yang melakukan
penyesuaian ejaan pada Tsa agar lebih mudah dilafalkan oleh target pembaca dari Tsa
tersebut. Teknik ini sejalan dengan dengan proses penyerapan istilah bahasa asing pada Tsa
yang dapat dilakukan dan diselaraskan melalui du acara yakni penyerapan dengan
penyesuaian ejaan dan pelafalan dan penyerapan dengan penyesuaian ejaan saja namun
lafalan tetap mengikuti Tsu.
9.2.1 Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan pelafalan
Teknik penyesuaian ini memberikan penyesuaian baik pada ejaan dan pelafalan sesuai
dengan gaya bahasa Tsa sehingga lebih mudah dieja pada Tsa.
Tsu Tsa Pengertian dalam Tsa
Accessorie Aksesoris Benda tambahan yang digunakan untuk
s meningkatkan daya tarik

Asymmetr Asimet Pakaian dengan desain kanan kiri yang tidak

ic Blouse ris Blus sama Pakaian atasan wanita tanpa kancing

Camiso Kamiso Atasan tanpa lengan dan hanya memiliki tali

le le Krep tipis Kain yang sangat tipis dan ringan dan

Crepe cenderung
memiliki tekstur yang tidak beraturan
Corsage Korsase Rangkaian bunga yang biasanya terletak pada bagian
dada atau gelang yang berfungsi sebagai hiasan

9.2.2 Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafalan


Teknik penyesuaian ini memberikan penyesuaian ejaan secara tertulis namun
pelafalannya tetap mengikuti pelafalan dari Tsu.
Tsu Tsa Pengertian dalam Tsa
Chiffon Sifon Jenis kain yang ringan dan biasanya digunakan sebagai
bahan pakaian wanita
Cheongsa Congsam Model pakaian dengan mengambil desain baju
m
tradisional wanita Cina yang memiliki belahan
pada bagian samping dari pakaian.
Costume Kostum Busana yang digunakan pada saat tertentu
sebagai penyesuaian acara tertentu
Design Desain
Orang yang pekerjaannya merancang
er er
pakaian/produk. Bagian dari kemeja yang mana
Placke Plaket
digunakan sebagai tempat memasang kancing dan
t
lubang kancing
Satu pakaian yang dapat digunakan seperti dua pakaian
Reversible Reversibel
yang berbeda karena dapat dibolak balik

Kesepadanan

Menurut Nida dan Taber (1974:12) kesepadanan merupakan bagian dari


penerjemahan dalam mencari padanan dalam dua bahasa sehingga penerjemahan dapat
diterima dengan wajar oleh Tsa. Kesepadanan tersebut terbagi dalam dua jenis yakni
kesepadanan formal dan kesepadanan dinamis. Kesepadanan formal merupakan kesepadanan
yang didapatkan dari mengutamakan kesamaan bentuk antara Tsu dan Tsa. Sedangkan
kesepadanan dinamis merupakan kesepadanan yang lebih mengutamakan kesesuaian
terhadap Tsa sebagai pembaca akhir dari penerjemahan tersebut.

Pada konsep kesepadanan dinamis Nida dan Taber (1974) serta penerjemah yang
memiliki kemampuan pemahaman, kesepadanan dapat dicapai dengan adanya pemahaman
bahasa dan budaya antara kedua bahasa asal dan bahasa sasaran. Sedangkan menurut ahli
bahasa yang lain, penggunaan prosedur atau teknik penerjemahan yang tepat diperlukan
untuk dapat mencapai kesepadanan (Newmark 1988 dan Hoed 2006), serta pemilihan kata
yang sesuai dengan maksud penulis yang asli dengan penjelasan yang sesuai dengan definisi
kamus(Puspitasari et al., 2014).

Berikut merupakan tabel analisis kesepadanan yang terjadi pada sumber data
berdasarkan setiap teknik penerjemahan yang digunakan.

Kesepadan
Teknik Penerjemahan an
Formal Dinamis
Adaptasi 1 2
Amplifikasi 1 5
Deskripsi 1 3
Generalisasi 2 5
Harfiah 11 2
Kalke/ Calque 10 2
Kompensasi 0 3
Padanan Lazim 41 17
Peminjaman Alamiah 26 1
Peminjaman Murni 17 0
Total 110 40

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa teknik penerjemahan padanan


lazim, teknik penerjemahan peminjaman baik alamiah dan juga teknik penerjemahan
peminjaman murni mendominasi sehingga membentuk kesepadanan formal pada proses
penerjemahan terminology industri mode yang mana cenderung mempertahankan bentuk dari
Bsu. Sedangkan teknik penerjemahan yang jarang digunakan pada proses penerjemahan ini
yakni teknik penerjemahan adaptasi, amplifikasi, dekripsi dan kompensasi lebih cenderung
didominasi oleh kesepadanan dinamis yang mana lebih fleksibel dan dapat diterima oleh Bsa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian diatas, terdapat 10 jenis teknik penerjemahan yang digunakan


dalam penerjemahan terminologi industri mode yakni teknik penerjemahan adaptasi,
amplifikasi, deskripsi, generalisasi, harfiah, kalke, kompensasi, padanan lazim dan
peminjaman baik murni maupun alamiah. Namun teknik penerjemahan yang paling banyak
digunakan sebagai teknik penerjemahan untuk terminologi industri mode adalah teknik
penerjemahan padanan lazim dan peminjaman baik peminjaman alamiah maupun
peminjaman murni. Sedangkan teknik penerjemahan yang frekuensinya sedikit digunakan
adalah teknik adaptasi, amplifikasi dan teknik kompensasi yang persentase penggunaannya
kurang dari 5% data yang ada.

Berdasarkan persentase dan teknik penerjemahan yang digunakan dalam analisis


penerjemahan terminologi pada data yang ada, dapat disimpulkan bahwa teknik
penerjemahan padanan lazim dan peminjaman baik murni dan alamiah mendominasi
kesepadanan formal yang mana cenderung mempertahankan bentuk dari Bsa sedangkan
teknik penerjemahan yang jarang digunakan dalam proses penerjemahan terminology ini
yakni teknik penerjemahan adaptasi, amplifikasi dan kompensasi menciptakan kesepadanan
dinamis yang lebih cenderung flexible dalam penerjemahan Bsa.

Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa kesepadanan yang digunakan
dalam penerjemahan terminologi industri mode lebih banyak menggunakan kesepadanan
formal sebagaimana pendekatan penyepadanan yang dilakukan oleh penerjemah adalah
penyepadanan yang didasarkan untuk mempertahankan bentuk dan struktur dari terminologi
itu sendiri sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman akan penerjemahan terminologi pada
bidang industri tertentu, terlebih lagi pada bidang industri mode. Kesepadanan dinamis yang
digunakan pada penerjemahan terminologi industri mode sendiri digunakan dalam beberapa
penerjemahan tertentu yang telah memiliki konteks bahasa dan budaya baru dalam Tsa.

Untuk itu, dalam penerjemahan terminologi industri, penting bagi penerjemah untuk
dapat menganalisa lebih jauh apabila adanya perubahan bentuk penerjemahan di masa depan
mengingat bahasa dan budaya yang selalu berkembang sehingga harus selalu diperbaharui
agar dapat turut serta dalam pengembangan bisnis nasional dalam skala internasional.
Penerjemahan harus terus diperbaharui seiring dengan berkembangnya budaya dan bahasa
dari masa ke masa. Namun apabila perubahan kata dengan mengacu pada kaidah
pembentukan istilah asing dapat mempermudah komunikasi industri maka akan lebih mudah
apabila kesepadanan formal diupayakan agar dapat mengurangi kesalahpahaman penerimaan
makna pada terminologi industri mode.
Daftar Pustaka

Afrila, M., Emzir, E., & Anwar, Mi. (2019). Prosedur Penerjemahan Istilah Bidang
Linguistik Dalam Glosarium. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan,
7(2), 146–154. https://doi.org/10.31813/gramatika/7.2.2019.201.146-154
Ambrose, G., & Harris, P. (2018). The Visual Dictionary of Fashion Design. In The Visual
Dictionary of Fashion Design. https://doi.org/10.5040/9781474218573
Hartono, R. (2017). PENGANTAR ILMU MENERJEMAH (Teori dan Praktek
Penerjemahan). In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
http://lib.unnes.ac.id/33732/1/PDF_Pengantar_Ilmu_Menerjemah_Rudi_Hartono_2017.
pdf
Indonesia Investments. (2016). Indonesia Investments. Housing Backlog Indonesia to Fall to
6.8 Million Units by 2019?, April, 1–194.
http://www.indonesia-investments.com/news/todays-headlines/housing-backlog-indones
ia-to-fall-to-6.8-million-units-by-2019/item7125
Mahoni. (2012). Kamus Inggris - Indonesia, Indonesia - Inggris (versi 1.0). Mahoni.Com, 1.0,
1549.
Nur, M. (2017). Harmoni Bahasa dari Persfektif Penerjemahan dalam Kasus Pemadanan
Istilah Teknis. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 6(2),
119.
https://doi.org/10.26499/rnh.v6i2.100
Nur, M. (2019). Istilah Teknis dan Permasalahannya dalam Penerjemahan. Mabasan, 5(1),
68–83. https://doi.org/10.26499/mab.v5i1.200
Puspitasari, D., Indah Lestari, E. M., & Syartanti, N. I. (2014). KESEPADANAN PADA
PENERJEMAHAN KATA BERMUATAN BUDAYA JEPANG KE DALAM
BAHASA
INDONESIA : Studi Kasus dalam Novel Botchan Karya Natsume Soseki dan
Terjemahannya Botchan Si Anak Bengal oleh Jonjon Johana. Izumi, 3(2), 1.
https://doi.org/10.14710/izumi.3.2.1-14
Qodratillah, M. T. (2016). Tata Istilah. Tata Istilah, vi+77.
Sumaryati, C. (2019). Kamus Tata Busana. In Badan Pengembangan Bahasa dan
Pembukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Vol. 53, Issue 9).
www.badanbahasa.kemendikbud.go.id
Thelen, M. (2015). The Interaction between Terminology and Translation Or Where
Terminology and Translation Meet. Trans-Kom, 8([2]), 347–381. http://www.trans-
kom.eu
Titin Khotima, W. U. W. S. (2011). EYD - Penulisan kata. Universitas Pendidikan Indonesia,
1–24.

Anda mungkin juga menyukai