Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“KONSEP PENDIDIKAN”

Disusun Oleh : Kelompok 3

Munsika (200730003)

Mawar Elvida (200730010)

Nyi Safitri (200730014)

Lenarti Vatrisia Gultom (200730020)

Widia Br Ginting (200730026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
shalawat serta salam kami hadiahkan kepada baginda Rasullullah SAW.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Filsafat Pendidikan” yang


dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut. Makalah ini mengambil judul
“Konsep Pendidikan”.

Dalam Menyusun dan penulisan makalah ini kami sadar akan segala
kekurangan dan keterbatasannya. Untuk itu kami mengharapkan masukan, kritik
dan saran yang membangun dan konstruktif agar penyusunan makalah ini lebih
sempurna dimasa yang akan.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan


bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Aceh Utara, 09 Juni 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………...….… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………….…………. 1
C. Tujuan……………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………... 2
A. Konsep Pendidikan.……………………………………………..….. 2
1. Pengertian Pendidikan.……………………………………...…... 2
2. Tujuan Pendidikan………………………………………………. 3

B. Karakteristik Alat Pendidikan……………………………………… 4


1. Karakteristik Alat Pendidikan Material………………………… 4
2. Karakteristik Alat Pendidikan Non Material…………………… 5
3. Jenis alat Pendidikan……………………………………………… 6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………. 10
A. Kesimpulan………………………………………………………… 10
B. Saran……………………………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Konsep pendidikan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan dan


mengembangkan seluruh potensi alamiah manusia sehingga menjadi individu
yang relatif lebih baik, lebih berbudaya dan lebih manusiawi, Guna mencapai hal
tersebut. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yakni peserta didik mampu
menumbuhkan kemauan dalam diri peserta didik untuk dapat belajar mengetahui
atau mempelajari lebih banyak apa yang telah dipelajari (learning to know),
selanjutnya peserta didik mampu dan berkeinginan mengaktualisasikan
keterampilan yang dimiliki (learning to do), mampu hidup berdampingan dengan
orang lain (learning to live together) dan memiliki kepribadian emosional dan
intelektual (learning to be).

Atas dasar itulah, hendaknya proses pembelajaran tidak lagi menjadi wahana
mengajar (teaching) tetapi lebih diarahkan sebagai wahana belajar (learning),
karena pembelajaran di sekolah merupakan proses pendewasaan dari peserta didik.
Wahana belajar (learning) dituntut harus lebih menyenangkan, mengasikkan dan
mencerdaskan peserta didik. Oleh karena itulah, guru dituntut mampu
mengembangkan pola pikir dan mengubah sikap serta perilaku peserta didik.
Caranya dengan menciptakan situasi dan kondisi belajar yang efektif dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi peserta didik beserta lingkungan sekolah.
Atau dengan kata lain, guru harus memfokuskan pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotor dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu konsep pendidikan?
2. Apa saja karakteristik pendidikan itu?
3. Apa sajakah jenis alat pendidikan itu?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik pendidikan.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis alat pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk
membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai
warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan
teknik penilaian yang sesuai.

Maka akan dijelaskan sedikit mengenai apa itu pengertian pendidikan


menurut para ahli, berikut pengertian pendidikan menurut para ahli : Branata
(1988) mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan,
baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam
perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendapat diatas seajalan dengan
pendapat Purwanto (1987 :11) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah
pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,
dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat.

Kleis (1974) memberikan batasan umum bahwa ”pendidikan adalah


pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat
memahami seseuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu
terjadi karena ada interaksi antara seseorang atau kelompok dengan
lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada
manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan
(development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya”.

Idris (1982:10) mengemukakan bahwa, ”Pendidikan adalah serangkaian


kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik
yang secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka
memebrikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya
dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia
dewasa yang bertanggung jawab. Potensi disini ialah potensi fisik, emosi, sosial,
sikap, moral, pengetahuan, dan keterampilan.

Dengan demikian pengertian pendidikan menurut para ahli dapat


disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar
berupa pengalaman yang berangakain dengan komunikasi yang betujuan

2
membantu dalam meningkatkan perkembangan kemampuan anak agar bermanfaat
bagi kepentingan hidupnya.

2. Tujuan Pendidikan

Telah kita ketahui bersama bahwa berhasil tidaknya suatu usaha atau
kegiatan tergantung kepada jelas tidaknya tujuan yang hendak dicapai oleh orang
atau lembaga yang melaksanakannya. Berdasarkan pada pernyataan ini, maka
perlunya suatu tujuan dirumuskan sejelas-jelasnya dan barulah kemudian
menyusun suatu program kegiatan yang objektif sehingga segala energi dan
kemungkinan biaya yang berlimpah tidak akan terbuang sia-sia. Apabila kita mau
berbicara tentang pendidikan umumnya, maka kita harus menyadari bahwa segala
proses pendidikan selalu diarahkan untuk dapat menyediakan atau menciptakan
tenaga-tenaga terdidik bagi kepentingan bangsa, negara, dan tanah air. Apabila
negara, bangsa dan tanah air kita membutuhkan tenaga-tenaga terdidik dalam
berbagai macam bidang pembangunan, maka segenap proses pedidikan termasuk
pula sistem pendidikannya harus ditujukan atau diarahkan pada kepentingan
pembangunan masa sekarang dan masa-masa selanjutnya.

GBHN tahun 1999 mencantumkan tentang tujuan pendidikan nasional :

”Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”

Selanjutnya tujuan pendidikan nasional tercantum dalan Undang-Undang


Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan:

”Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Pernyataan-pernyataan diatas tampak jelas bahwa pendidikan harus mampu


membentuk atau menciptakan tenaga-tenaga yang dapat mengikuti dan
melibatkan diri dalam proses perkembangan, karena pembangunan merupakan
proses perkembangan, yaitu suatu proses perubahan yang meningkat dan dinamis.
Ini berarti bahwa membangun hanya dapat dilaksanakan oleh manusia-manusia
yang berjiwa pembangunan, yaitu manusia yang dapat menunjang pembangunan
bangsa dalam arti luas, baik material, spriritual serta sosial budaya.

3
B. Karakteristik Alat Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan, untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang


sesuai dengan harapan. Peran alat pendidikan perlu dikembangan secara optimal.
Artinya dalam penerapan dan penggunaan alat pendidikan perlu disesuaikan
dengan memperhatikan berbagai kondisi yang berhubungan dengan usia dan
psikis terdidik. Untuk itu, karakteristik alat pendidikan menjadi begian yang perlu
dipahami oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan.

Karakteristik alat pendidikan dapat diartikan sebagai persyaratan atau


berbagai kondisi ideal alat pendidikan, baik yang berkaitan dengan alat
pendidikan bentuk non material maupun material yang digunakan dalam kegiatan
pendidikan.

1. Karakteristik Alat Pendidikan Material

Muharam A. (2009:135) meskipun alat pendidikan kebendaan atau material


seperti: lahan, gedung, prabot dan perlengkapan lebih berkaitan dengan kegiatan
pendidikan di sekolah, namun karena sifat pendidikan secara umumpun
memanfaatkan pentingnya peran alat pendidikan berbentuk material, maka
beberapa kerakteristik berikut ini perlu dipahami dan dijadikan pertimbangan
pendidik dalam menjalankan kegiatan pendidikan seperti:

a. Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan lama dengan
memperhatikan keadaan setempat.

b. Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal.

c. Biaya alat pendidikan relative murah.

d. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau dipakai
sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.

e. Alat pendidikan relatif ringan untuk mudah dipindah-pindahkan.

Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus diperhatikan pendidik
adalah:

1) Ukuran fisik terdidik, agar pemakaianya fungsi dan efektif.

2) Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a) Sesuai dengan aktivitas terdidik dalam proses pendidikan.

b) Kuat, mudah pemeliharaan dan mudah dibersihkan.

3) Mempunyai pola dasar yang sederhana.

4
4) Mudah dan ringkas untuk disimpan atau disusun.

5) Fleksibel, sehingga mudah digabungkan dan dapat pula berdiri sendiri.

6) Kontruksi perabot hendaknya kuat dan tahan lama, mudah dikerjakan secara
masal, tidak terganggu keamanan terdidik, bahannya mudah didapat di pasaran
dan disesuaikan dengan keadaan setempat. Pembuatan alat pendidikan akan dapat
diandalkan keberhasilannya, apabila dimulai dengan suatu perencanaan yang
mantap. Artinya didalam menyusun perencanaan, telah dipikirkan secara matang
tentang manusia, materi serta pembiayaan yang akan menunjang keberhasilan
pendidikan, sehingga benar-benar akan memenuhi syarat filosofis, didaktis,
pedagogis, psikologis, ekologis, ekonomis dan seterusnya.

2. Karakteristik Alat Pendidikan Non Material

Muharam A. (2009:133-135) manyatakan bahwa ada beberapa karakteristik


perbuatan atau tindakan sebagai alat pendidikan non material, yakni:

a. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan awal-awal dalam proses


pendidikan dengan memikirkan terlebih dahulu tentang bagaimana cara
melakukan sesuatu karena manusia mempunyai sifat konservatif yang cenderung
untuk mempertahankan atau tidak merubah kebiasaan.

b. Perbuatan atau tindakan hendaknya membiasakan terdidik akan hal-hal yang


harus dikerjakan agar menjadi biasa untuk melakukan sesuatu secara otomatis,
tanpa harus disuruh lagi orang lain, atau menunggu sampai orang lain merasa
tidak senang padanya karena kebiasaan yang buruknya.

c. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan dengan hati-hati, baik


dalam frekuensi maupun cara melakukannya.

d. Perbuatan atau tindakan hendaknya digunakan dengan diikuti oleh bimbingan


apa yang sebaiknya harus dilakukan terdidik.

e. Perbuatan atau tindakan hendaknya dilakukan atau diawali dengan memberikan


beberapa gambaran yang sesuai sebelum mengajak terdidik untuk melakukannya.

f. Perbuatan atau tindakan hendaknya pendidik tidak harus memaksakan diri


sedemikian rupa sehingga pendidik tidak lagi hidup wajar sebagai pribadi atau
sebagai diri sendiri.

g. Perbuatan atau tindakan hendaknya tidak berlebihan, misalnya dalam memuji


karena akan berakibat kurang baik, terutama pada pendidik yang sudah lebih
mampu menimbang dengan akalnya.

5
h. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya bijaksana menanggapi kalau ada
sesuatu kesalahan dari terdidik, sebab belum tentu suatu kesalahan itu dibuat
dengan sengaja. Misalnya dalam menerapkan hukuman pelanggaran yang
dilakukan terdidik.

3. Jenis alat pendidikan

Berikut beberapa pembahasan mengenai jenis alat pendidikan, berikut


pembahasany :

1. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan alat pendidikan yang penting, terutama bagi anak


kecil. Anak kecil belum menyadari apa yang dikatakan baik dan buruk dalam arti
susila. Anak belum memiliki ingatan yang kuat, anak cepat melupakan apa yang
sudah dan baru terjadi. Oleh karena itu pembiasaan merupakan tindakan awal
yang dapat dilakukan dalam pendidikan. Anak dapat menaati peraturan-peraturan
dengan jalan membiasakan perbuatan-perbuatan baik, di rumah dalam lingkungan
keluarga, dan di lingkungan sekolah.

Beberapa criteria yang harus diperhatikan pendidikan dalam menerapkan


pembiasaan (Purwanto, 2004) :

a. Mulai membiasakan sebelum terlambat, sebelum anak didik memiliki kebiasaan


lain yang berbeda dengan hal-hal yang dibiasakan.

b. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus menerus, dilakukan secara


berencana sehingga akhirnya mnjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

c. Pendidik hendanya konsekuen, bersikap tegas dan teguh dalam pendirian yang
telah diambilnya.

d. Pembiasaan yang awalnya mekanistis, harur menjadi kebiasaan yang disertai


dengan kesadarn dan kata hati anak itu sendiri.

Ahmad (1991:144) berpendapat bahwa pembiasaan adalah pengulangan


terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang.
Misalnya, anak-anak dibiasakan bangun pagi atau hidup bersih, maka bangun pagi
atau hidup besih adalah suatu kebisaan. Hampir semua ahli pendidikan sepakat
untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan.

Muharam A. (2009:137) mengungkapakan bahwa kebiasaan adalah suatu


tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu serta
berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi. Jadi pembiasaan itu diperlukan untuk
melaksanakan tugas secara benar dan rutin terhadap peserta didik. Misalnya agar
peserta didik dapat melaksanakan shalat secara benar dan rutin maka mereka perlu
6
dibiasakan shalat sejak masih kecil, dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya
pembiasaan diperlukan untuk mendidik mereka sejak dini agar mereka terbiasa
dan tidak merasa berat untuk melaksanakannya ketika meraka sudah dewasa.

2. Pengawasan

Diatas telah dijelaskan bahwa pendidik (orang tua,guru, dan yang lainnya)
harus memperhatikan akibat dari pengaruh pendidikan yang telah diberikan
kepada anak didiknya, sejauh mana akibat dari pendidik itu memberikan dampak
terhadap perkembangan kepribadian anak didiknya. Jadi dalam hal ini diperlukan
suatu pengawasan terhadap hasil dari penggunaan alat pendidik tersebut. Aturan-
aturan yang berlaku dirumah atau disekolah , misalnya larangan dan kewajiban
anak didik dan berjalan dengan baik apabila disertai dengan pengawasan secara
terus menerus.

Dengan terus-menerus berarti bahwa pendidik hendaklah konsekuen, dalam


arti apa yang telah dilarang hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar, dan
apa yang telah diperintah jangan sampai di ingkari. Tanpa pengawasan dari
pendidik terdapat penggunaa alat pendidikan berarti pendidik membiarkan anak
didik berbuat semuanya. Anak didik terutama pada usia bermain misalnya belum
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, belum memahami
mana yang seharusnya di hindari dan mana yang boleh dilakukan, anak belum
mengerti mana yang membahayakan dan mana yang tidak membahayakan bagi
dirinya. Pendidik jangan membiarkan anak tumbuh menurut alamnya tanpa
perhatian dan pengawasan pendidik. Dengan membiarkan anak, kemungkinan
anak akan bertindak semaunya, tidak patuh pada pendidik, terhadap orang lain
disekitarnya, yang lebih bahayanya lagi anak tidak mengetahui anak tujuan hidup.

Pengawasan harus sesuai dengan taraf usia anak, anak yang masih kecil tentu
membutuhkan pengawasan, makin besar anak pengawasan berkurang, yang pada
akhirnya kalau anak sudah dewasa maka ia akan mengawasi dirinya sendiri.

3. Perintah

Perintah dapat merupakan suatu isyarat atau petunjuk yang diberikan seorang
pendidik untuk melakukan sesuatu, atau untuk mentaati suatu peraturan tertentu
yang berlaku dalam lingkungannya. Misalnya dalam keluarga ada aturan-aturan
tertentu yang berlaku oleh orang tua bagi anak-anaknya. Dalam hal ini orang tua
ayah dan ibu memerintahkan kepada anaknya untuk mentaati aturan-aturan
tersebut. Di sekolah guru dapat memerintah untuk mentaati aturan-aturan sekolah
pada umumnya dan peraturan kelas khususnya. Misalnya perintah untuk
melaksanakan piket kelas.

7
Dalam memberikan perintah ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan
(Ngalim Purwanto, 2004) yaitu :

a. Perintah hendaknya jelas dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga
mudah di mengerti oleh anak.

b. Perintah hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia anak, dan kesanggupannya.

c. Mengubah perintah menjadi suatu perintah yang lebih bersifat permintaan,


sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.

d. Jangan terlalu sering dalam memberi perintah

e. Pendidik hendaknya konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya.

f. Sifatnya mengajak.

4. Larangan

Larangan adalah suatu upaya untuk melarang anak tidak boleh melakukan
sesuatu. Perintah berkaitan dengan sesuatu yang harus dilakukan oleh anak,
karena kalau tidak dilakukan akan berakibat tidak baik bagi anak, dan tujuan
pendidikan tidak akan tercapai. Larangan berlawanan dengan perintah berkaitan
dengan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh anak.

Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam melaksakan larangan sebagai


berikut :

a. Larangan harus diberikan dengan singkat, jelas, dan dimengerti.

b. Jangan terlalu sering menggunakan larangan.

c. Bagi anak yang masih kecil, larangan dapat di alihkan kepada sesuatu yang lain,
yang menarik perhatian dan minat anak.

5. Hukuman

Menurut Langeved (1980), hukuman adalah suatu perbuatan yang dengan


sabar, sengaja menyebabkan penderitaan bagi seseorang biasanya yang lebih
lemah, dan dipercayakan kepada pendidik untuk membimbing dan dilindungi, dan
hukuman tersebut diberikan dengan maksud anak benar-benar merasakan
penderitaan tersebut. Hukuman diberkan karena anak berbuat kesalahan, anak
melanggar suatu aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikannya hukuman
anak tidak akan mengulangi kesalahan tersebut.

Hukuman harus didasari oleh motif positif, yaitu untuk memperbaiki pribadi
anak. Pendidik memberikan hukuman dengan didasari bahwa anak dapat di didik.

8
Dalam mendidik, hukuman merupakan sesuatu yang wajar, apabila penderitaan
yang menyertainya memberikan sumbangan positif bagi perkembangan moral
anak. Hukuman akan berhasil apabila dalam diri anak timbul penyesalan terhadap
kesalahan yang telah dilakukannya dan ia tidak akan mengulangi perbutan
tersebut. Hukuman tidak boleh diberikan atas balas dendam kepada anak,
misalnya tidak memperhatikan pelajaran dalam kelas guru menghukumnya karena
merasa di lecehkan.

Menurut Ahmad dan Uhbiyati (2001), tidakan yang pantas dan wajar adalah
kurangi menghukum, beri contoh yang baik serta ajuran untuk berbuat baik dalam
membentuk kemauan anak didik.

Dalam melaksakan hukuman ada beberapa teori yang mendasari yaitu


sebagai berikut :

a. Teori Pembalasan (Balas Dendam)

Hukum ini debirikan sebagai balas dendam terhadap anak, misalnya guru
merasa dilecehkan martabatnya.

b. Teori Ganti Rugi

Hukuman ini diberikan karena adanya kerugian yangb ditimbulkan oleh


perbuatannya.

c. Teori Perbaikan

Hukuman ini diberikan agar anak dapat memperbaiki dan tidak


mengulanginya, misalnya member teguran , menasehati, memberi
pengertian, yang dalam hal ini anak akan sadar dan tidak mengulangi
kesalahanya.

d. Teori Menakut-nakuti

Teori ini diberikan agar anak didik merasa takut untuk mengulanginya dan
sebagainya, sehingga ia tidak akan melakukan perbuatan tersebut dan akan
meninggalkannya.

e. Teori Menjerakan

Teori ini dilakukan agar anak setelah menjalani hukuman akan merasa jera
terhadap hukuman yang diberikan.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan konsep pendidikan merupakan usaha yang sengaja


secara sadar berupa pengalaman yang berangakain dengan komunikasi yang
betujuan membantu dalam meningkatkan perkembangan kemampuan anak agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.

Sedangkan karakteristik alat pendidikan dapat diartikan sebagai persyaratan


atau berbagai kondisi ideal alat pendidikan, baik yang berkaitan dengan alat
pendidikan bentuk non material maupun material yang digunakan dalam kegiatan
pendidikan.

Pendidikan juga mengaitkan dengan berbagai jenis alat pendidikan yang


merupakan suatu tindakan/ perbuatan atau situasi yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan, yaitu kedewasaan. Dan alat
pendidikan juga merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan
maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (educatif). Dan jenis jenis
pengelompokan alat pendidikian diantaranya adalah : (1) Pembiasaan, (2)
Pengawasan, (3) Perintah, (4) Larangan, (5) Hukuman.

B. Saran

Salah satu cara untuk meningkatkan professionallitas seorang guru adalah


dengan mememahami benar apa itu konsep pendidikan, karakteristik pendidikan
dan jenis alat pendidikan. Yang dalam hal ini, Guru dalam mengajar harus kreatif
menggunakan jenis alat pendidikan yang tepat sesuai dengan keadaan dan situasi
yang ada di kelas.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://nie07independent.wordpress.com/konsep-pendidikan/

http://worldandrianifitria.blogspot.com/2013/03/pedagogik-konsep-karakteristik-
dan.html

11

Anda mungkin juga menyukai