Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Aisyah Salawatu

Nim : 202110110311367
Kelas : Hukum Internasional G

Penyelesaian Sengketa Internasional


Mediasi Internasional

1. Jelaskan Fungsi dan tugas salah satu model penyelesaian sengketa tersebut
beserta dasar hukumnya!
Fungsi :
- Fungsi utama mediator adalah mencari berbagai solusi (penyelesaian),
mengidentifikasi hal-hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulah-
usulan yang dapat mengakhiri sengketa.
- Dalam hal ini, mediator bersifat netral dan memiliki fungsi untuk menyelesaikan
konflik guna mencapai kesepakatan alternatif yang disetujui oleh kedua pihak
yang terlibat konflik.
- Seorang mediator yang berfungsi untuk memberikan solusi alternatif dalam proses
mediasi. Mediasi ini merupakan jalan lain yang digunakan oleh para negosiator
dalam mencari kesepakatan alternatif yang dibantu oleh pihak ketiga. Mediasi ini
bisa dikatakan sebagai salah satu metode yang umum digunakan dalam
manajemen konflik hubungan internasional.
Tugas :
- Tugas utama mediator dalam upayanya menyelesaikan suatu sengketa adalah
berupaya mencari suatu kompromi yang diterima para pihak.
- Dalam hal mediasi, pihak ketiga bukan hanya sekedar mengusahakan agar negara-
negara yang bersengketa saling bertemu, tetapi juga mengusulkan dasar-dasar
perundingan dan ikut serta secara aktif dalam perundingan.
Dasar Hukum :
- Pasal 3 dan 4 the Hague Convention on the Peaceful Settlementof Disputes (1907)
menyatakan bahwa usulan-usulan yang diberikan mediator janganlah dianggap
sebagai suatu tindakan yang tidak bersahabat terhadap suatu pihak (yang merasa
dirugikan). Seperti halnya dalam negosiasi, tidak ada prosedurprosedur khusus
yang harus ditempuh dalam proses mediasi. Para pihak bebas menentukan
prosedurnya. Yang penting adalah kesepakatan para pihak mulai dari proses
(pemilihan) cara mediasi, menerima atau tidaknya usulan-usulan yang diberikan
oleh mediator, sampai kepada pengakhiran tugas mediator.

2. Didalam bagan penyelesaian sengketa model peradilan tersebut masuk sebagai


penyelesaian sengketa bentuk apa, litigasi non litigasi, nasional/ internasional
jelaskan dasar hukumnya, serta sebutkan bagaimana seharusnya tahapan-
tahapan penyelesain sengketa internasional di lakukan.

a. Konsultasi
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu
pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan,
dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan
keperluan dan kebutuhan (klienn)
Marwan dan Jimmy P, menjelaskan arti konsultasi, sebagai berikut:
“Permohonan nasihat atau pendapat untuk menyelesaikan suatu sengketa
secara kekeluargaan yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa kepada
pihak ketiga” Dengan demikian dapat disimpulan bahwa konsultasi adalah
permintaan pendapat kepada pihak ketiga (konsultan) terkait sengketa yang
dihadapi.
b. Negoisasi
Negosiasi sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk
mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai
penengah, sehingga tidak ada prosedur baku, akan tetapi prosedur dan
mekanismenya diserahkan kepada kesepakatan para pihak yang bersengketa
tersebut. Penyelesaian sengketa sepenuhnya dikontrol oleh para pihak, sifatnya
informal, yang dibahas adalah berbagai aspek, tidak hanya persoalan hukum
saja.
Dalam praktik, negosiasi dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu: (1)
untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri,
misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa;
dan (2) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara
para pihak. Dengan demikian, dalam negosiasi, penyelesaian sengketa
dilakukan sendiri oleh pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak ketiga
sebagai penengah.
c. Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak ketiga
(konsiliator), dimana konsiliator lebih bersifat aktif, dengan mengambil
inisiatif menyusun dan merumuskan langkah-langkah penyelesaian, yang
selanjutnya ditawarkan kepada para pihak yang bersengketa.
Jika pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu
kesepakatan, maka pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari sengketa.
Meskipun demikian konsiliator tidak berwenang membuat putusan, tetapi
hanya berwenang membuat rekomendasi, yang pelaksanaanya sangat
bergantung pada itikad baik para pihak yang bersengketa sendiri.
d. Mediasi
Pengertian mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan dibantu oleh
pihak ketiga (mediator) yang netral/tidak memihak. Peranan mediator adalah
sebagai penengah (yang pasif) yang memberikan bantuan berupa alternatif-
alternatif penyelesaian sengketa untuk selanjutnya ditetapkan sendiri oleh
pihak yang bersengketa.
Dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan, mediasi diberikan arti sebagai cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Peran mediator
membantu para pihak mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaian atas
masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung.
e. Penilaian Ahli
Pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis sesuai dengan
bidang keahliannya
f. Abitrase
Berbeda dengan bentuk ADR/APS lainnya, arbitrase memiliki
karakteristik yang hampir serupa dengan penyelesaian sengketa adjudikatif.
Sengketa dalam arbitrase diputus oleh arbiter atau majelis arbiter yang mana
putusan arbitrase tersebut bersifat final and binding. 
Namun demikian, suatu putusan arbitrase baru dapat dilaksanakan
apabila putusan tersebut telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri (lihat Pasal 59
ayat (1) dan (4) UU No.30/1999). Dalam hal para pihak sepakat untuk
penyelesaian sengketa melalui arbitrase, maka sengketa tidak dapat
diselesaikan melalui pengadilan.

3. Cari satu kasus yang diselesaikan dalam salah satu model penyelesaian sengketa
diatas
Arbitrase internasional selalu bersifat netral, sehingga sering menjadi pilihan para
pihak yang bersengketa untuk menuntaskan perkara secara adil yang disebabkan
sengketa berupa Wanprestasi (Kelalaian), perbuatan melawan hukum, kerugian
disalah satu pihak dan ada pihak terkait yang tidak puas atas tanggapan yang
menyebabkan suatu kerugian. Sebagai gambaran, berikut tiga contoh kasus arbitrase
internasional dengan keterlibatan Indonesia sebagai salah satu pihak bersengketa.
1) Pemerintah Indonesia dan Hesham Al Waraq
Pada tahun 2011, Hesham, yang pernah menjabat Wakil Komisaris
Utama Bank Century, menuntut pemerintah karena tindakan ekspropriasi atas
saham di bank tersebut.Ia meminta ganti rugi senilai US$19,8 juta. Alih-alih
memperoleh ganti rugi, ICSID justru menolak gugatan Hesham terkait
tindakan ekspropriasi.
Dengan demikian, kemenangan Indonesia pada dua kasus Bank
Century tersebut membuat pemerintah terhindar dari kewajiban membayar
biaya sekitar Rp1,3 triliun atau US$100 juta.
2) Churchill Mining Plc, Planet Mining dan Pemerintah Indonesia
Gugatan bermula dari pencabutan izin usaha kedua perusahaan oleh
Pemerintah Kutai Timur pada tahun 2010. Churchill Mining Plc dari Inggris
pernah mengantungi izin tambang seluas 350 km2 di Busang, Telen, Muara
Wahau, dan Muara Ancalong dengan mengakuisisi 75% saham PT Ridlatama
Group. Sementara, Planet Mining asal Australia merupakan anak perusahaan
Churchill.
Sebelumnya, Churchill telah mengajukan gugatan hukum pada PTUN
Samarinda. Namun, hasilnya sama, pencabutan izin usaha oleh bupati tersebut
sudah sesuai prosedur. Proses banding berlanjut hingga ke MA dan hasilnya
tetap sama, hingga Churchill membawa kasus ini ke arbitrase internasional.
Atas putusan ICSID tersebut, Indonesia berhak memperoleh gugatan senilai
US$1,31 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
3) Kemenhan RI dan Avanti Communications Ltd.
Kasus ini bermula saat Avanti memosisikan Satelit Artemis di Slot
Orbit 123° BT sejak 12 November 2016 untuk mengantisipasi kehilangan hak
spektrum L-band. Indonesia lebih dulu mengisi slot tersebut lewat Satelit
Garuda-1 selama 15 tahun sampai berhenti mengorbit pada 2015.
Menurut informasi, Indonesia sudah berkomitmen membayar US$30
juta ke pihak Avanti sebagai biaya sewa dan relokasi satelit. Namun,
Indonesia berhenti melakukan pembayaran setelah Avanti menerima US$13,2
juta.
Akhirnya, Agustus 2017 Avanti menggugat Indonesia melalui jalur
arbitrase dan resmi mematikan ARTEMIS pada November 2017. Atas gugatan
tersebut, Indonesia melalui Kemenhan RI wajib membayar kerugian yang
dialami Avanti sebesar US$20,075 juta selambatnya 31 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai