Gagal Nafas Kelompok 8
Gagal Nafas Kelompok 8
Disusun oleh:
Afentiani Rizky (204291517030)
Muhammad Suparta (204291517048)
Pratiwi Nurnovianti (204291517037)
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................5
C. Ruang Lingkup.....................................................................................6
D. Merode Penelitian.................................................................................6
E. Sistematika Penulisan...........................................................................6
A. Konsep Dasar........................................................................................8
1. Anatomi Fisiologi...........................................................................8
2. Definisi...........................................................................................20
3. Etiologi...........................................................................................21
4. Patofisiologi....................................................................................21
5. Menifestasi Klinik..........................................................................24
6. Komplikasi......................................................................................25
7. Penatalaksaan Medis.......................................................................25
B. Asuhan Keperawatan............................................................................27
1. Pengkajian.......................................................................................27
2. Diangnosa keperawatan..................................................................31
3. Intervensi keperawatan...................................................................32
4. Implementasi Keperawatan.............................................................35
5. Evaluasi...........................................................................................37
iii
BAB III PENUTUP..........................................................................................42
A. Kesimpulan...........................................................................................42
B. Saran.....................................................................................................43
Daftar Pustaka...................................................................................................44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
melakukan satu atau dua fungsi pertukaran gas yaitu oksigenasi dan
yang lama (Brunner & Suddarth, 2002, hlm 658). Dampak dari
reflek glotis, reflek faring dan reflek laring tertekan karena tidak dapat
digunakan dalam waktu yang lama dan terjadi iritasi akibat endo
2
jelas. Kejadian gagal nafas menempati peringkat sepuluh penyebab
3
Selama melaksanakan proses keperawatan, perawat menggunakan
dasar
4
pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep gagal nafas serta asuhan
b. Tujuan Khusus
1. Diketahui anatomi fisiologi system pernafasan
5
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup penulisan asuhan keperawatan ialah pada kasus Gagal napas
secara teoritis
D. Metode penelitian
digunakan adalah dengan cara memperoleh bahan ilmiah yang bersifat teoritis
E. Sistematika penulisan
bab yaitu:
a. BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
Bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teori medis dan konsep
A. KONSEP DASAR
Anatomi pernafasan
a. Hidung
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dan
nares
8
anterior, dan bagian respirasi. Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit
nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut
yang kaku dan besar. Rambut pada hidung berfungsi menapis benda-benda
kasar yang terdapat dalam udara inspirasi (Graaff, 2010; Pearce 2007). Pada
dinding lateral hidung menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh
erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dan dekat dengan
yang dilewati oleh udara pernapasan. Di sebelah dalam terdapat lubang yang
konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu
berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris (Graaff, 2010).
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas. Rongga hidung
1
baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis.Pada sinus etmodialis,
terdapat sel-sel penciuman yang terletak terutama di bagian atas konka. Pada
merupakan saluran otot yang terletak tegak lurus antara dasar tengkorak
mulut sebelah depan ruas tulang leher, ke atas berhubungan dengan rongga
ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan
1
saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory.
tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama,
telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba
Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak dan tulang
hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang
terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Dasar atau
pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini
c. Laring
1
Laring merupakan pangkal tenggorokan berupa saluran udara, yang
Bagian ini dapat ditutup oleh epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan makanan. Laring
1. Kartilago tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat pada
pria
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian
hasil dari kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah, dan
bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara
ini tidak dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh
aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker
dengan demikian sela udara menjadi sempit atau luas. Pergerakan ini
dibantu pula oleh otot- otot laring, udara yang dari paru-paru dihembuskan
1
suara seseorang bergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita
suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita (Syaifuddin, 2006).
d. Trakea
16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm
dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
Dinding- dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan
lendir. Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk,
menjerat partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia
ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk
yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina
e. Bronkus
percabangan ini disebut karina. Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan
kiri, bronkus lobaris kanan terdiri 3 lobus dan bronkus lobaris kiri terdiri 2
jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan syaraf. Berikut adalah organ
f. Paru-Paru
selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, pleura visceral
parietal yaitu
1
selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Pada keadaan normal, kavum
1
pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat mengembang mengempis
dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk melumasi
Paru- paru merupakan bagian tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih
90 m².
a. Pernapaan Paru
2
bernapas, masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah
dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada
mulut dan hidung. Pernapasan pulmoner (paru) terdiri atas empat proses
yaitu:
paru- paru.
2001;Syaifuddin,2006).
2
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru
Syaifuddin,2006).
b. Pernapasan sel
dari jaringan ke alveoli. Jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan
dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah
kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali
jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada
darah. Aliran darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan
darah.
2
4) Tahap IV: sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen
2
dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya
CO2 ditunjukkan oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan garis
2. Definisi
Gagal napas adalah kondisi klinis yang terjadi ketika sistem pernapasan
lebih rendah dari 60 mmHg dan/atau PaCO2 lebih tinggi dari 50 mmHg. Gagal
napas diklasifikasikan berdasarkan kelainan gas darah menjadi 2 tipe yaitu tipe
1 dan tipe 2.
Gagal napas tipe 1 (hipoksemik) memiliki PaO2 < 60 mmHg dengan PaCO2
normal atau subnormal. Pada tipe ini, pertukaran gas terganggu pada tingkat
paru
2
karsinogenik atau non-kardiogenik dan pneumonia berat. Sedangkan Gagal
2
napas tipe 2 (hiperkapnia) memiliki PaCO2 > 50 mmHg. Hipoksemia sering
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab gagal nafas menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018)
yaitu meliputi:
a. Penyebab SSP karena depresi dorongan saraf untuk bernapas seperti pada
b. Gangguan sistem saraf perifer: Kelemahan otot pernapasan dan dinding dada
c. Obstruksi saluran napas atas dan bawah: karena berbagai penyebab seperti
pada kasus eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik dan asma bronkial
akut berat
4. Patofisiologi
2
hiperkapnia.
3
(Lamba, 2016) Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
ialah 16-20 x/menit. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
medulla)
3
3
5. Manifestasi Klinik
Ada beberapa tanda dan gejala menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018) yaitu
meliputi:
- Dispnea, iritabilitas
- Takikardia, aritmia
- Takipnea
- sianosis
- Sakit kepala
- Perubahan perilaku
- Koma
- Asteriksis
- Papilloedema
- Ekstremitas hangat
pernapasan akut.
3
6. Komplikasi
Menurut Shebl, E., & Burns, B. (2018) Komplikasi dari gagal napas dapat
disebabkan oleh gangguan gas darah atau dari pendekatan terapeutik itu
sendiri diantaranya:
akut.
d. Ginjal: gagal ginjal akut dapat terjadi karena hipoperfusi dan/atau obat
nefrotoksik.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Koreksi Hipoksemia
3
narkosis CO2 (karbon dioksida). Jadi konsentrasi oksigen inspirasi harus
c. Ventilasi mekanis
- Ketidakstabilan hemodinamik
mm Hg
3
- Hiperkapnea dengan pH arteri kurang dari 7,25.
tidak ada indikasi mutlak untuk ventilasi mekanis invasif atau intubasi
hipoventilasi obesitas.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
(Walid 2019)
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
b. Pengkajian Sekunder
3
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
3
P : riwayat penyakit yang diderita klien
menular.
c. Pengkajian Primer
1. Airway
3
2. Breathing
3. Circulation
Papiledema.
4. Disability (kesadaran)
bicara.
d. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
3
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan nafas simetris. Pada
cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercosta space
(ICS). Nafas cuping hidung pada sesak berat. Pada klien biasanya
dada yang meningkat karena batuk. Gagal napas yang disertai komplikasi
biasanya di dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
juga di dapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan ronkhi
b. B2 (Blood)
jantung tambahan
c. B3 (Brain)
jaringan berat.
4
Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis, menangis,
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
badan.
f. B6 (Bone)
aktivitas sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan
– perfusi. (D.0003)
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
(D.0001)
4
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia
( SLKI ) ( SIKI )
1. Gangguan Setelah dilakukan intervensi A. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Pertukaran gas keperawatan selama 3 X 24 Observasi
berhubungan jam pertukaran gas - Monitor frekuensi,
dengan meningkat dengan kriteria
irama,kedalaman dan
ketidakseimbangan hasil :
ventilasi – perfusi.( - Tingkat kesadaran upaya napas
D.0003)
meningkat - Monitor pola napas( seperti
- Dyspnea menurun bradipnea, takipnea,
- Bunyi nafas tambahan hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
menurun stokes, biot, atksik)
- Nafas cuping hidung - Monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
- PCO2 Membaik - Palpasi kesimetrisan ekspansi
- PO2 Membaik paru
Terapeutik
4
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
4
2. Gangguan Setelah dilakukan intervensi A. Dukungan Ventilasi ( I.01002)
Ventilasi Spontan ( keperawatan selama 3 X 24
D.0004) jam ventilasi spontan Observasi
meningkat dengan kriteria - Identifikasi adanya
hasil :
- Volume tidal meningkat kelelahan otot bantu nafas
membaik menurun.
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Atur ventilator agar paCO2
optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal.
4. Implementasi Keperawatan
4
1. Tahap Persiapan
pelayanan kesehatan.
2. Tahap Pelaksaan
d. Kompeten.
4
a) Aktivitas/tindakan perawat.
b) Hasil/respons pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.
A. Macam Evaluasi
tercapai.
4
2. Evaluasi Hasil (Sumatif)
paripurna.
c. Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.
B. Komponen SOAP/SOAPIER
S: Data Subjektif
O: Data Objektif
perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah
A: Analisis
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga
4
status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
P: Planning
ada dapat ditentukan bila timbul masalah baru atau rencana tindakan
Yang sudah tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
I: Implementasi
E: Evaluasi
4
Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
R: Reassesment
Keperawatan Perkembangan
5
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal napas adalah kondisi klinis yang terjadi ketika sistem pernapasan
lebih rendah dari 60 mmHg dan/atau PaCO2 lebih tinggi dari 50 mmHg.
adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.
invasif tergantung pada situasi klinis, apakah kondisinya akut atau kronis, dan
Jika tidak ada indikasi mutlak untuk ventilasi mekanis invasif atau intubasi
dan jika tidak ada kontraindikasi untuk ventilasi non-invasif, ventilasi non-
invasif lebih
5
disukai terutama dalam kasus eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronik
B. Saran
5
DAFTAR PUSTAKA
Bechard, L.J. et al. (2016)’ Nutritional status based on body mass index is associated
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta
Yogyakarta : Gosyen
Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Bahan ajar Kebidanan Anatomi dan Fisiologi.
Murni, D et al. (2016). Kajian Faktor Organisasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
5
Riskesda. (2017). Riset Kesehatan Dasar, http:// www. depkes. go.id/resources /
seotember 2021.
5
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi