Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI

KONFLIK SUKU DAYAK DAN MADURA

Disusun Oleh:

Nama: Fhadilah Fadhlan Khan

NPM: 41151010210198

Kelas: Hukum A3

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
D. Kronologis Konflik Sampit........................................................................6
E. Akibat Konflik Sampit................................................................................7
F. Penyelesaian Konflik Sampit.....................................................................8
G. Hubungan Antropologi dan Konflik Sampit............................................8
BAB III KESIMPULAN......................................................................................10
H. Kesimpulan................................................................................................10
I. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepadan Tuhan Yang Maha Esa atas
terlaksanakannya makalah dengan judul “Konflik Suku Dayak dan Madura”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Antropologi dan Sosiologi
serta membantu mengembangkan pemahaman pembaca terhadap konflik yang
terjadi antara Suku Dayak dan Madura . Pemahaman tersebut dapat dipahami
melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan kesimpulan dalam
makalah ini.

Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini, saya banyak mendapat banyak bantuan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan trimakasih kepada ibu
Hana Krisnamurti S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah Antropologi dan Sosiologi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga menguncapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan.

Bandung, 27 Desember 2021

Penulis

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia


merupakan kebudayaan bangsa dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Setiap
suku bangsa memiliki budaya yang khas, yang memberikan jati diri terhadap suku
bangsa Indonesia lain. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berlandasan
"Bhinneka Tunggal Ika" di dalamnya terdapat berbagai macam suku, bangsa,
bahasa, dan kebudayaan yang berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya,
dapat diketahui dengan mempelajari dari segi aspek kebudayaan suku bangsa
tersebut.

Dan karena itu muncul pendidikan yang mencari dan menganilsa tentang
bagaimana suatu suku bangsa itu berkembang. Antropologi adalah salah satu
cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang
Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Dari hasil penelitian ilmu antropologi yang mampu
membeberkan pengetahuan tentang suku bangsa yang beragam di Indonesia
muncul pengertian tentang suku bangsa, bahasa, dan budaya di Indonesia yang
menunjukan keberagaman.

Oleh karena itu, proses dan praktik komunikasi antar budaya maupun
lintas budaya sangat dibutuhkan yang berfungsi sebagai solusi atas semua
permasalahan atau konflik. Jika proses komunikasi tidak berjalan dengan baik
permasalahan seakan tiada ujungnya. Seperti contoh kasus Sampit Suku dayak
dan Madura. Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar dua etis di
Indonesia yang terjadi pada Februari 2001. Perang Sampit ini terjadi antara etnis
Dayak sebagai penduduk lokal Madura sebagai pendatang. Kerusuhan Sampit ini

4
pecah pada 18 Februari 2001 dan sekitar 500 orang Madura tewas. 10.000 jiwa
kehilangan tempat tinggal. Sebenarnya dalam kasus ini terjadi kecemburuan sosial
antara penduduk lokal dan pendatang. Di mana pendatang di sana menguasai
perekonomian, perindustrian, dan perkayuan. Suku Dayak kerap kali mengalah
kepada suku pendatang. Mereka juga sangat terdesak di tanahnya sendiri, hingga
kampung mereka pun berkali-kali berpindah karena mengalah dari para penebang
kayu (Suku Madura) yang terus mendesak mereka masuk ke dalam hutan. Suku
Dayak juga sering mendapatkan ketidakadilan dalam hukum bilamana suku
Dayak yang menjadi korban.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk menyusun makalah
mengenai kaitan antropologi di balik konflik Sampit.

B. Rumusan Masalah

Setelah menyusun latar belakang makalah, saya memiliki beberapa


rumusan masalah yang relevan untuk dibahas dalam makalah ini, yaitu:

a. Apa yang Menyebabkan Konflik Sampit?


b. Bagaimana Kronologis Kejadian Konflik Sampit?
c. Apa Akibat Konflik Sampit?
d. Bagaimana Penyelesaian konflik Sampit?
e. Apa Kaitan Antara Antropologi dan Konflik Sampit?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan makalah diatas, saya memiliki beberapa tujuan yang saya
muat, yaitu:

a. Mengetahui Kronologis dan Penyebab Konflik Sampit.

5
b. Mengetahui Upaya Penyelesaian Konflik Sampit.
c. Mengetahui Kaitan Antara Antropologi dan Konflik Sampit.

BAB II PEMBAHASAN

D. Kronologis Konflik Sampit

Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan tengah tahun 1930 dibawa
program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun
2000 para transmigran asal Madura telah membentuk 21% populasi Kalimantan
tengah. Suku Dayak merasa tersaingi dan tidak puas atas persaingan yang terus
datang dari Madura. Munculnya hukum baru juga telah memungkinkan warga
Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi
tersebut, seperti perkayuan, penambangan, perekonomian, dan perindustrian. Hal
tersebut menimbulkan permasalahan ekonomi yang kemudian menjalar menjadi
permusuhan antara keduanya.

Pada tanggal 18 Februari 2001 tepat pukul 01.00 WIB, di kota Sampit
kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sekelompok warga Dayak
menyerang rumah seorang warga Madura bernama matayo yang berada di jalan
padat karya. Setelah kejadian tersebut, 4 orang dinyatakan meninggal dunia 1
orang luka berat, dan semuanya warga Madura. Serangan yang diduga aksi balas
dendam itu mendapat perlawanan pada pagi harinya. Sejumlah warga Madura
mendatangi rumah seorang Dayak bernama kimia yang diduga menyembunyikan
salah satu pelaku penyerangan. Dengan cepat pelaku berhasil diamankan oleh
polisi, akan tetapi warga Madura yang tidak puas langsung membakar rumahnya.
Warga Madura yang marah juga menyerang rumah kerabat Imel dan menewaskan
3 penghuninya.

Tak selang beberapa lama dari kejadian tersebut, tepatnya pukul pukul 12.00
WIB, pasukan Brimob Polda Kalimantan Selatan sebanyak 103 personil dengan
kendali BKO Polda Kalteng tiba di Sampit. Puluhan tersangka berikut barang

6
bukti senjata tajam dibawa ke Polda Kalteng di Palangkaraya. Namun, situasi tak
kunjung kondusif. Hingga pada esok harinya, tepatnya pada tanggal 19 Februari
2001 banyak ditemukan sejumlah jasa terletak di berbagai sudut kota Sampit.
Demikian pula dengan aksi penyerangan rumah serta pembakaran kendaraan.
Kondisi ini membuat wakil gubernur Kalteng mengirimkan bantuan 276 personil
TNI dari yonif 631/ATG kok Sampit pada hari itu juga.

E. Akibat Konflik Sampit

Akibat Perang Sampit setidaknya 100 warga Madura dipenggal kepalanya


oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik
ritual pemburua kepala (Ngayau). Meskipun praktik ini dianggap musnah pada
awal abad ke-20. Konflik antar etnis yang terjadi di Sampit membuat beberapa
aktivitas terhenti. Aktivitas di sekolah-sekolah, kantor-kantor milik pemerintah
maupun swasta dihentikan secara sementara hingga situasi kembali kondusif.

Banyak kios dan pasar serta ruko yang terpaksa tutup pada saat kerusuhan
berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendarahan dan tindakan
serupa lainnya. Namun, penjarahan tetap terjadi terutama terhadap harta benda
atau aset milik etnis Madura yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Krisis
bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari juga terjadi di Sampit. Kapal kapal
pengangkut barang tidak berani merapat di pelabuhan Sampit. Semisal ada kapal
barang yang berani merapat maka kegiatan pembongkaran tidak dapat dilakukan
karena keterbatasan tenaga buruh. Burung yang biasanya melakukan kegiatan
tersebut adalah warga suku Madura.

Pemerintah daerah Kotawaringin Timur akhirnya mengungsikan warga etnis


Madura keluar Kalimantan tengah. Sebagian besar ke Jawa Timur untuk
menghindari meluasnya konflik. Pengungsian ini sifatnya sementara hingga
situasi kembali kondusif, tindakan kayau yang dilakukan oleh etnis Dayak kepada
etnis Madura meninggalkan cerita yang buruk bagi etnis Dayak. Hal ini juga

7
sempat memicu situasi panas bagi orang Madura diluar Kalimantan tengah yang
mengetahui berita tersebut.

F. Penyelesaian Konflik Sampit

Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit, polisi


menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu dalang di balik
serangan tersebut, orang yang ditahan tersebut diduga membayar 6 orang untuk
memprovokasi kerusuhan di Sampit. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung
kantor polisi di Palangkaraya sembari meminta pembebasan para tahanan. Konflik
Sampit sendiri mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan,
mengevakuasi warga, dan menangkap provokator. Untuk memperingati akhir
konflik ini, dibuatlah perjanjian damai antara suku Dayak dan Madura.

Tidak sampai 1 tahun setelah kerusuhan berakhir, warga Sampit dan


Kalimantan tengah langsung berbenah. Warga Madura pun kembali berdatangan
ke Sampit untuk mencari penghidupan. Sejak itu, Sampit mengalami
perkembangan dan kemajuan yang pesat, baik di bidang ekonomi maupun
industri. Sampit kini dikenal sebagai kota yang damai, sejahtera, dan keseharian
penduduk yang rukun. Sampit tentu telah belajar dari kerusuhan Februari 2001,
bahwa kebencian antar warga sebangsa hanya akan memunculkan pihak yang
kalah dan tanpa pemenang. Dan dari itu pula guna memperingati perjanjian damai
tersebut, maka dibentuk sebuah tugu perdamaian di Sampit.

G. Hubungan Antropologi dan Konflik Sampit

Sebagai disiplin ilmu, antropologi merupakan kajian yang multidisipliner yang


berupaya mengkaji aspek manusia secara menyeluruh (holistik). Secara etimologi,
antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan logos berarti
ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai suatu yang kompleks dari
segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut

8
sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya. Sedangkan secara praktis,
antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragama
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

Dalam pengertian tersebut, Bisa disimpulkan bahwa kaitan antara konflik


Sampit dan ilmu antropologi adalah dimana antropologi yang mempelajari
manusia dalam beragam suku bangsa dan konflik Sampit ini meliputi aspek
kebudayaan dan suku. Jika dilihat dari point antropologi linguistik, kedua suku
tersebut jelas memilikiperbedaan yang signifikan, mulai dari bahasa, kebiasaan,
dan budaya. Dari hal itu bisa menimbulkan dan menumbuhkan penelitian-
penelitian baru tentang konflik yang terjadi pada saat itu,

9
BAB III KESIMPULAN

H. Kesimpulan

Permasalahan konflik antar suku Dayak dan Madura adalah rangkaian panjang
dari perjalanan interaksi antar kekuatan-kekuatan sosial dalam struktur sosial.
Dalam memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan
pesaing dan akibat dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada
akan menyebabkan konflik. Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab
konflik, sapi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu pihak
kepolisian dan pemerintah daerah sangat berperan untuk memberikan solusi-solusi
terhadap permasalahan yang ada di masyarakat Sampit.

I. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.unm.ac.id/6187/1/09.BAB%20I.pdf

https://www.scribd.com/document/71631596/Antropologi-Sebagai-Ilmu-Sosial

https://media.neliti.com/media/publications/195079-ID-problematika-keragaman-
kebudayaan-dan-al.pdf

https://sejarahlengkap.com/indonesia/penyebab-perang-sampit

http://repository.ut.ac.id/4295/1/ISIP4210-M1.pdf

https://www.scribd.com/embeds/398300705/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

11

Anda mungkin juga menyukai