Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hafida Nurul Akrima

kelas : Manajemen Reguler Sore

NIM : 200313017

Lembar Jawaban UTS

Faktor - faktor yang melatar belakaging berdirinya muhammadiyah antara lain :

Faktor Internal

Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:

 Rusak dan hinanya umat islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang
politik, ekonomi, kebudayaan serta keagamaannya.

 Tidak tegak nya hidup dan kehidupan agama islam dalam diri orang dan
masyarakat.

 Tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan berbagai macam faham


sehingga timbulnya bid ah, syirik.

 kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam membela


kepentingan islam.

 Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam pengembangan


agama islam di indonesia.

faktor eksternal yang mendorong berdirinya muhammadiyah adalah :

 Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia yang membawa serta misi


gospel atau penyebaran ajaran Nasrani sehingga menyebabkan masuk
dan berkembangnya ajaran Kristen di Indonesia.
 Terjadinya kolonialisme di Indonesia secara tidak langsung
membawa pengaruh Barat dengan berbagai kebijakan yang
dikeluarkan, terutama dalam hal pendidikan. Hal tersebut
menyebabkan perubahan sikap umat Islam menjadi lebih tak acuh
pada pelaksanaan islam dalam hidupnya.

toleransi dalam Muhammadiyah dimaknai sebagai ukhuwah insaniyah.


Dalam Muhammadiyah, ukhuwah insaniyah bukan hanya slogan, melainkan juga sudah menjadi
kepribadian warga persyarikatan secara otentik. Semua struktur Muhammadiyah yang hidup di
bawah atap Persyarikatan mengejawantahkan slogan ini di dalam bentuk kepribadian. Karena
telah menjadi kepribadian yang melekat, Muhammadiyah merawat ukhuwah tidak hanya sebatas
kepada non-muslim tetapi juga terhadap sesama muslim.

Dikutip dari buku Muhammadiyah Gerakan Pembaruan oleh Dr. Haedar Nashir, tajdid
bermakna pembaruan. Kata ini setara dengan jadid yang artinya sesuatu yang baru.
Istilah tajdid dikenal luas di kalangan Muhammadiyah sebagai suatu gerakan
pembaruan.

Tajdid dimaknai dalam tiga hal. Pertama, sebagai i'adat al-syaiy ka'l-mubtada atau
mengembalikan sesuatu pada tempat semula.

Kedua, al-iyha atau menghidupkan sesuatu yang telah mati. Ketiga, al-ishlah atau
menjadikan baik, mengembangkan.

Sesuai dengan namanya, teologi Al-Maun berakar dari tafsir terhadap intisari Surah Al-Maun.
Surah Al-Maun mengajarkan umat Islam untuk selalu berbuat amal sosial. Bahkan, Surah Al-Maun
dengan tegas menyebut bahwa mereka yang mengabaikan anak yatim dan tak berusaha
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan sebagai pendusta agama.

Selain itu, Surah Al-Maun juga menegaskan bahwa praktik-praktik ritual keagamaan menjadi tidak
berarti apabila para pelakunya memilih untuk berdiam diri apabila melihat masalah-masalah yang
ada di masyarakat.

Teologi Al-Maun kemudian diterjemahkan menjadi pilar-pilar kerja Muhammadiyah. Berdasarkan


teologi Al-Ma’un, Muhammadiyah menetapkan tiga pilar kerja, yakni kesehatan, pendidikan, dan
pelayanan sosial.

Anda mungkin juga menyukai