Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH IMUNOLOGI

AUTOIMUN

Disusun Oleh :
Nama :
1. Armila (1619002281)
2. Linda Witanti (1619002421)
3. Rahma Widiawati (1619002221)
4. Rani Ajeng Wildayekti (1619002361)
5. Ainun Arizzal ( 1619002501 )
Kelas : S1 Farmasi A
Semester : 7

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem imun merupakan aset berharga bagi tubuh, seperti mencegah
serangan penyakit sederhana sepeti batuk pilek, sampai penyakit mematikan
seperti demam berdarah dan kanker. Namun dalam beberapa kasus,
kadangkala sistem imun tidak berfungsi dengan baik dan gagal melakukan
tugasnya untuk memproteksi tubuh dari penyakit. Bahkan, sistem imun
berbalik menyerang tubuh sendiri dan memunculkan alergi serta hadirnya
penyakit autoimun. Hal tersebut mengakibatkan radang dan kerusakan pada
sejumlah jaringan dalam tubuh.
Ketidak mampuan sistem imun membedakan sel jaringan yang baik
dengan „benda‟ yang dapat membahayakan tubuh dinamakan autoimun.
Autoimun memiliki lebih dari 80 jenis penyakit berbeda yang dapat
menyerang ke setiap sel jaringan imun dalam tubuh. Menurut Peter (2011)
beberapa gangguan autoimun yang sering terjadi adalah radang sendi
rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus), dan vaskulitis. Penyakit
tambahan yang juga diyakini berhubungan dengan autoimun seperti seperti
glomerulonephritis, penyakit addison, penyakit campuran jaringan ikat,
sindrom sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus infertilitas.
Penyebab penyakit autoimun belum dapat diketahui secara pasti, namun faktor
genetik dan lingkungan memberikan kontribusi besar terhadap terbentuknya
penyakit autoimun dalam diri individu.
Penyakit Autoimun merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia yang biasa terjadi pada kaum wanita. Autoimun
merupakan gangguan sistem kekebalan tubuh akibat gagalnya pertahanan
kestabilan kondisi tubuh, sehingga sistem imun menyerang tubuh yang sehat
dianggap sebagai benda asing yang harus dimusnahkan. Penyakit autoimun ini
menyebabkan kerugian bagi organ tubuh manusia karena dapat merusak
organ-organ sel yang masih sehat dalam tubuh seseorang. Penyakit autoimun
merupakan penyakit kronis. Kronis artinya penyakit ini akan membutuhkan
pengobatan jangka panjang, bahkan pada saat sudah mencapai remisi atau
kondisi imun yang stabil masih dapat “kambuh”. Lama dan jenis pengobatan
tentunya berbeda-beda walaupun pada penyakit autoimun yang sama
(Autoimmune The True Story, 2017).
Menurut Autoimmune The True Story (2017), faktor utama pada
perkembangan autoimunitas adalah genetik dan lingkungan. Penyakit
autoimun bisa muncul pada berbagai bagian tubuh, termasuk sistem endokrin,
saluran pencernaan, jantung, kulit, tulang sendi dan otot, serta ginjal. Setiap
jenis mewakili bagian tubuh yang diserang. Berdasarkan data dari American
Autoimmune Related Disease Association (AARDA), terdapat 157 jenis
autoimun. Psoriasis, Phemfigus Vulgaris, Vitiligo, SLE (Lupus), Evans
Syndrome, Scleroderma, merupakan beberapa contoh jenis penyakit autoimun.
Munculnya penyakit autoimun membuat timbulnya beberapa penyakit
yang gejalanya sulit untuk diketahui dan dapat menyerang siapa saja terutama
wanita. Gejala penyakit autoimun kapan saja dapat menyerang tubuh dan
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia. Pada umumnya wanita
menganggap gejala yang dialami hanya hal yang biasa saja dan menganggap
remeh masalah tersebut, tetapi ketika sudah menyadari bahwa sudah masuk
dalam fase yang kritis baru berinisatif untuk berkonsultasi ke dokter dan
menyebabkan penanganan yang terlambat. Saat tubuh sudah terasa tidak bugar
seharusnya mengambil langkah yang cepat untuk melakukan tindakan serta
berkonsultasi atau berkunjung ke dokter, sehingga penyakit yang menyerang
seseorang tidak sampai parah dan dapat dicegah terlebih dahulu. Untuk
mempermudah mencegah dan mengetahui penyakit autoimun dari beberapa
gejala yang di alami seseorang dibuatlah sebuah aplikasi untuk dapat
mengetahui apakah seseorang tersebut terserang salah satu penyakit autoimun
atau tidak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
2. Apakah yang dimaksud dengan autoimun?
3. Apa contoh dari autoimun?
4. Bagaimana mekanisme respon imun dari autoimun?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian dari autoimun
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari infeksi autoimun
3. Untuk mengetahui mekanisme respon imun dari autoimun.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 CONTOH INFEKSI AUTOIMUN


Penyakit Autoimun yang Paling Sering Ditemui Dari sekian banyaknya
jenis penyakit autoimun, beberapa penyakit autoimun di bawah ini merupakan
yang paling sering sekali ditemui :
1. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang sering ditemui.
Sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi yang menyerang pelapis
sendi. Akibat dari serangan antibodi ini adalah peradangan, pembengkakan,
dan nyeri pada sendi. Reaksi radang yang parah juga bisa menimbulkan
kerusakan pada bagian tubuh lain, seperti kulit, mata, dan paru-paru.

2. Lupus
Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau lupus menyebabkan
terbentuknya antibodi yang bisa menyerang hampir seluruh jaringan tubuh
penderitanya. Beberapa bagian tubuh yang paling sering diserang adalah
sendi, paru-paru, ginjal, kulit, jaringan penyambung tubuh, pembuluh
darah, sumsum tulang, dan jaringan saraf.

3. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya akan terdiagnosis sejak usia kanak-kanak atau
dewasa muda. Penyakit ini disebabkan oleh serangan sistem kekebalan
tubuh pada sel-sel pankreas yang memiliki tugas memproduksi insulin.

4. Multiple sclerosis (MS)


Pada saat sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel saraf
sendiri, beberapa gejala yang mengerikan berisiko muncul sebagai
akibatnya. Kondisi ini biasa disebut dengan multiple sclerosis alias MS.
Beberapa gejala yang bisa timbul adalah nyeri, kebutaan, gangguan
koordinasi tubuh, dan spasme otot.
5. Penyakit Graves
Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar
tiroid menjadi terlalu aktif. Orang yang menderita penyakit ini
kemungkinan akan mengalami beragam gejala yang bisa mengganggu
kegiatan sehari-hari.

6. Psoriasis
Psoriasis adalah kondisi terlalu aktifnya sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan kulit mengalami produksi lebih cepat. Kondisi ini
disebabkan oleh salah satu sel darah dalam sistem kekebalan tubuh yang
terlalu aktif, yaitu sel-T.

2.2 SEL-SEL YANG BERPERAN DALAM AUTOIMUN


Sel yang berperan dalam penyakit autoimun adalah sel T. Sel T terdiri dari :

1. Sel T sitotoksik
Sel T sitotoksik berfungsi untuk membunuh dan menghancurkan sel yang
terinfeksi virus. Sel sitotoksik dapat melepaskan granula sitotoksok ke
dalam sel yang terinfeksi virus. Hal tersebut akan membunuh sel tersebut
sehingga tidak meganggu sistem kekebalan tubuh.

2. Sel T helper
Jenis sel T selanjutnya adalah sel T helper. Sel T helper adalah sel T yang
tidak bisa menghancurkan atau menyerang agen penginfeksi. Namun, sel T
dapat disebut sebagai koordinator dalam respons imun tubuh. Dilansir dari
Teach Me Physiology, hal tersebut karena sel T helper dapat mengaktifkan
sel imun lain (sel T dan sel B) dengan melepaskan sitoksin. Tidak hanya
mengaktifkan, sel T helper juga menjadi pengatur pusat yang
mengarahkan fungsi imun humural dan seluler.

3. Sel T memori
Sel T memori adalah jenis sel T yang berumur panjang. Sel T memori
dapat mengenali antigen virus atau agen penginfeksi yang sebelumnya
pernah memasuki tubuh. Sel T memori dapat mengenali sel terinfeksi dan
tidak terinfeksi melalui antigen pada permukaan membrannya. Dilansir
dari Ask Biologist Arizona State University, sel yang terinfeksi virus
memiliki potongan antigen virus di permukannya, hal tersebut menjadi
sinyal bahwa sel tersebut terinfeksi. Sel T memori kemudian akan
menyampaikan pada sel T sitotoksik untuk membunuh sel terinfeksi
tersebut.

4. Sel T regulator
Sel T regulator adalah jenis sel T yang berperan mencegah adanya
respons imun yang tidak diinginkan dan berpotensi merusak kekebalan
tubuhD Dilansir dari Celiac Kids Connection, sel T regulator mematikan
respons imun ketika tidak dibutuhkan untuk mencegah kerusakan
berlebihan pada sel dan jaringan normal tubuh. Sel T melakukannya
dengan cara memproduksi sitokin anti inflamasi dan memanipulasi sel
dedritik sehingga sel T pembunuh tidak dapat diaktifkan.

2.3 MEKANISME RESPON IMUN PADA AUTOIMUN


Penyakit autoimun merupakan respon imun yang mengakibatkan
kerusakan pada jaringan tubuh sendiri serta mengganggu fungsi fisiologis
tubuh. Penyakit autoimun dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor genetik, infeksi, lingkungan, hormonal, daerah/suku, diet dan
toksik/obat. Patogenesis autoimun terdiri atas gangguan aktivitas selular dan
protein regulator. Gangguan aktivitas selular dapat terjadi apabila tubuh gagal
mempertahankan toleransi akan self-antigen dan terjadi aktivasi autoreaktif sel
imun terhadap self-antigen tersebut. Mekanisme kegagalan toleransi tersebut
diperankan oleh sel T perifer dalam berbagai proses (Dapat dilihat pada Tabel
1).
Selain itu, gangguan aktivitas protein regulator dijelaskan dalam
hubungan antara Gen non-HLA yaitu limfosit T sitotoksik dengan antigen-4
(CTLA4), protein tirosin fosfat nonreseptor tipe 22 (PTPN22), lokasi rentan
autoimun (PDCD1, FCRL3, SUMO4, CD25, PADI4 dan SLC22A4), TNF-a
dan FOXP3. Interaksi gen non-HLA dengan protein tersebut akan mengubah
aktivitas regulator dan menyebabkan kekacauan atau defek pada protein
terkait. Keadaan tersebut menjadi target utama dari respon autoimun.

Regulatory T cells Pembagian sel T berdasarkan status fungsional dibagi


menjadi sel T naif, efektor, dan memori. Sementara berdasarkan molekul
permukaan co-reseptor utamanya, sel T dibagi menjadi sel T CD4+ dan CD8+.
Dalam keadaan teraktivasi, profil sitokin yang dihasilkan oleh sel T CD4+
mengkategorikan CD4+ menjadi sel T helper conventional (Tcon) dan
Tregulators (Tregs). Sel Tcon adalah sel T yang dihasilkan timus beredar
dalam plasma darah dan limfe tanpa kemampuan proliferasi, sedangkan Tregs
dapat menekan respon Tcon dalam proliferasi berlebihan yang berpotensi
membahayakan tubuh. T cell regulators atau Tregs didefinisikan sebagai sel T
yang berpotensi besar dalam menekan aktivitas kerusakan dari sel T efektor,
pengatur homeostasis imun, dan mencegah terjadinya respon imun terhadap
self-antigen. Defisiensi dari sel Tregs berkaitan erat dengan penyakit autoimun
seperti diabetes melitus tipe 1 (IDDM), lupus eritematosus sistemik (SLE),
sindrom Sjogren, sindrom Chrug-Strauss, tiroiditis Hashimoto, penyakit
Graves, purpura trombositopenik idiopatik, rheumatoid arthritis (RA) dan
alergi.

Mekanisme kerja dari sel T regulator merupakan proses yang kompleks


dan berbeda tergantung pada letak reaksi imun, tipe aktivasi dari target supresi,
dan status aktivasi Tregs. Dalam tingkat molekular, mekanisme supresi oleh
Tregs dibagi menjadi supresi sel T konvensional (Tcon), T cell receptor
(TCR)-induced calcium, NFAT, dan NF-κB. Mekanisme kerja Tregs yang
pertama yaitu pengeluaran CTLA4 bertarget antigen presenting cell (APC).
CTLA4 akan menurunkan CD80 dan CD86 APC sehingga menurunkan
kemampuan aktivasi Tcon. Proses supresi cepat oleh Tregs menekan TCR-
induced calcium, sinyal NFAT, dan NF-κB yang bertujuan untuk menekan
aktivasi Tcon baik jangka pendek maupun panjang. Mekanisme lain yaitu
pengeluaran sitokin yang secara langsung bersifat imunosupresif yaitu IL-10,
IL-35, dan TGF-β. Selain itu, Tregs dapat mengaktivasi granzyme sebuah
protease serin dan mengonsumsi IL-2 yang sinergis dalam menginduksi
apoptosis sel efektor. (Dapat dilihat pada Gambar 1).
KESIMPULAN

1. Penyakit Autoimun merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan


tubuh manusia yang biasa terjadi pada kaum wanita dan menyebabkan kerugian
bagi organ tubuh manusia karena dapat merusak organ-organ sel yang masih sehat
dalam tubuh seseorang.

2. Contoh penyaki Autoimun : Rheumatoid arthritis, Lupus, Diabetes tipe 1,


Multiple sclerosis (MS), Penyakit Graves, Psoriasis.

3. Penyakit autoimun merupakan respon imun yang mengakibatkan kerusakan


pada jaringan tubuh sendiri serta mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Penyakit
autoimun dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik,
infeksi, lingkungan, hormonal, daerah/suku, diet dan toksik/obat.
DAFTAR PUSTAKA

American Autoimmune Related Diseases Association. Autoimmune Disease Fact


Sheet. United states: AARDA; 2016.

Bratawidjaya KG. Imunologi Dasar. Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.

Marisza Cardoba Foundation. (2017). Autoimmune - the true story. Indonesia:


Gramedia Pustaka Utama.

Widodo J. Penyakit Autoimunitas. Jakarta Indonesia Med; 2012.

Anda mungkin juga menyukai