Pap 3.4 Pelayana Pasien Coma
Pap 3.4 Pelayana Pasien Coma
1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-246.A9/L00000/2021-S0
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif
sebagaimana terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-246.A9/L00000/2021-S0
Direktur,
-3-
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-247.A9/L00000/2021-S0
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif sebagaimana
terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-247.A9/L00000/2021-S0
Direktur,
-3-
Lampiran Keputusan Direktur
Nomor : No. Kpts-247.A9 /L00000/2021-
S0
Tanggal : 22 Maret 2021
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
021/SPO/ICU/
00 11/2
RSPPB/2021
0000
Ditetapkan
Direktur RSPPB,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
November 2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
PENGERTIAN Perawatan rutin yang dilakukan pada pasien yang terpasang alat
bantuan pernafasan berupa ventilator.ftar obat yang disetujui masuk
dalam Flarium.
TUJUAN Sebagian acuan penerapan langkah-langkah perawatan pasien yang
terpasang ventilator UD Jombang
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1. Perawat memperkenalkan diri dan mengucapkan salam.
2. Perawat melakukan identifikasi pasien.
3. Perawat melakukan kebersihan tangan.
4. Perawat menjaga privasi pasien.
5. Perawat melakukan pemantauan oksigenisasi/ventilasi pasien:
a. Mengkaji suara nafas dengan auskultasi paru kiri dan kanan
apakah kualitasnya sama setiap jam
b. Melakukan suction sesuai dengan indikasi.
c. Memberikan oksigen 100% (tekan menu suction pada
ventilator) saat akan melakukan suction.
d. Memantau air way dan tidal volume pasien setiap jam.
e. Memberikan nebulizer sesuai order dokter yang tertulis di
daftar obat
f. Memantau saturasi O2 dan CO2 di dalam monitor setiap jam
g. Melakukan pemeriksaan analisa gas darah setiap pagi dan
atau sesuai indikasi.
h. Mengkaji keefektifan ventilator dan pola nafas pasien setiap
i. Mencatat kedalaman endotracheal pada posisi batas bibir
setiap shift
j. Mengembangkan cuff dengan cuff inflator dan berikan
tekanan < 25 mmHg setelah intubasi.
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
021/SPO/ICU/
00 12/2
RSPPB/2021D.2
0000
–5
Prosedur k. Melakukan thorax foto untuk mengevaluasi posisi tube
endotrakheal. setelah intubasi dan 3 – 5 hari atau setelah
pasang ventilator/sesuai indikasi.
l. Melakukan chest fisioterapi dan clapping punggung bila tidak
ada kontra indikasi 3 kali sehari
6. Perawat memantau sirkulasi:
a. Memantau perubahan hemodinamik (BP,HR,CVP,Saturasi)
dan memonitor gambaran EKG setiap jam
b. Mengbservasi akral pada tangan dan kaki setiap jam
7. Perawat memantau cairan dan elektrolit:
a. Monitor dan berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
b. Monitor intake dan out put /balans cairan tiap jam.
c. Cek elektrolit dalam darah setiap pagi dan atau sesuai
indikasi.
d. Buang urine setiap 2-3 jam
8. Perawat melakukan mobilisasi dengan memberikan posisi kepala
elevasi 30˚- 40˚ dan merubah posisi pasien miring kanan, kiri dan
telentang setiap 2 – 4 jam bila tidak ada kontra indikasi.
9. Perawat mencegah dekubitus dengan memasang kasur anti
dekubitus dan memastikan harus mengembang dengan baik
10. Perawat memberikan nutrisi enteral sesuai dengan indikasi dan
kolaborasi dengan dokter.
11. Perawat menjaga kenyamanan dengan memberikan obat-obat
analgesia/sedasi sesuai indikasi dan program dari dokter
intensivis
12. Perawat memfasilitasi kebutuhan psikososial;
a. Memfasilitasi pasien sadar untuk berkomunikasi dengan cara
menulis di kertas.
b. Menjelaskan kepada pasien jadwal harian yang akan
dilakukan dan menganjurkan pasien untuk berpartisipasi
dalam jadwal harian(personal hygiene) pagi dan sore
c. Menjelaskan ke pasien tentang tujuan pemasangan ventilator,
prosedur suction, program penyapihan dan extubasi/pelepasan
alat ventilator.
13. Perwat cuci tangan kembali
14. Perawat mencatat semua tindakan yang dilakukan pada Formulir
Catatan Keperawatanobat.dipasaran, harga obat t
Unit Terkait ICU
MENYIAPKAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK DENGAN
VENTILATOR
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1) Perawat cuci tangan
2) Hubungkan pipa inspiratory limb yang sudah terpasang heater
wire ke humidifier. Selanjutnya pasang probe housing pada
ujung inspiratory limb.
3) Sambungkan Y-piece pada probe housing. Sambungkan
expiratory limb pada sisi Y-piece yang lain. (Diantara dua
tubing ekspiratory limb dipasang water trap).
4) Hubungkan ekspiratory limb pada expiratory valve.
5) Pasang flow sensor pada ujung Y-piece, sambungkan pada flow
sensor connectors.
6) Hubungkan kabel heater wire dengan humidifier
a. Pastikan setiap ujung breathing sirkuit tersambung dengan
baik dan kuat. Pastikan tidak ada kebocoran,
kemungkinan breathing sirkuit dapat terlepas atau
tertekuk selama pemakaian.
b. Hubungkan ventilator (mesin dan humidifier) dengan
sumber listrik
c. Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen dan sumbe
d. Hubungkan pipa inspiratory limb yang sudah terpasang
heater wire ke humidifier. Selanjutnya pasang probe
housing pada ujung inspiratory limb.
MENYIAPKAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK DENGAN
VENTILATOR
No. Dokumen
011/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
2–5 000000
PROSEDUR
e. Sambungkan Y-piece pada probe housing. Sambungkan
expiratory limb pada sisi Y-piece yang lain. (Diantara dua
tubing ekspiratory limb dipasang water trap).
f. Hubungkan ekspiratory limb pada expiratory valve.
Pasang flow sensor pada ujung Y-piece, sambungkan
pada flow sensor connectors.
g. Hubungkan kabel heater wire dengan humidifier
7) Pastikan setiap ujung breathing sirkuit tersambung dengan baik
dan kuat. Pastikan tidak ada kebocoran, kemungkinan breathing
sirkuit dapat terlepas atau tertekuk selama pemakaian.
8) Hubungkan ventilator (mesin dan humidifier) dengan sumber
listrik
9) Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen dan sumber gas
bertekanan (air)
10) Nyalakan power switch on untuk kompresor (jika menggunakan
kompresor eksternal)
11) Nyalakan power switch on untuk ventilator
12) Lakukan prosedur tes awal pengoperasian/OVT (Operating
Verification Test)/ kalibrasi untuk memastikan alat berfungsi
dengan baik
13) Hidupkan pengatur suhu pada chamber humidifier untuk
mendapatkan kelembaban dan kehangatan suhu udara inspirasi
yang dikehendaki
14) Lakukan tes paru dengan menghubungkan sirkuit ventilator ke
test lung untuk mamastikan pengesetan t sesuai dengan yang
dibutuhkan
15) Lakukan setting ventilator awal atau sesuai dosis/advis dari
dokter.
16) Perawat cuci tangan
Ditetapkan
Direktur RSPPB,
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrikdan
PROSEDUR Asal Pasien
IGD,RANAP,RAJAL,VK,OK
,HD
Indikasi ada
Pindah Keruangan
Masuk ICU
Dirujuk ke Rumah Sakit lain
Pengobatan dan
perawatan: Pulang
Dokter jaga
ICU
Meninggal
Perawat
konsulen
Kerjasama
KASIR
SMF,Instala
si,Struktural
ALUR MASUK ICU
KEPUTUSAN DIREKTUR
NO.Kpts -226.A9/L00000/2021-S0
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA P.
BERANDAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN
RISIKO TINGGI DI RUMAH SAKIT PERTAMINA P.
BERANDAN.
KEDUA Kebijakan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi sebagaimana dimaksud
Diktum KESATU dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Kebijakan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi Rumah Sakit
PERTAMINA P. BERANDAN sebagaimana dimaksud Diktum
KEDUA dipergunakan untuk mendukung dan menjadi acuan rumah
sakit agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar Akreditasi yang ditetapkan pemerintah.
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )
Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal 10 Maret 2021 sampai dengan 10 Maret 2023
dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, maka segala
sesuatunya akan ditinjau kembali.
Ditetapkan di : P.BERANDAN
Pada tanggal : 10 MARET 2021
___________________________________________________________________________________
1. Kebijakan Khusus
a. Yang termasuk pasien risiko tinggi adalah :
1) Pasien emergency;
2) Pasien dengan penyakit menular;
3) Pasien koma;
4) Pasien dengan alat bantuan hidup dasar;
5) Pasien imuno-supressed;
6) Pasien dialysis (cuci darah);
7) Pasien dengan restraint;
8) Pasien risiko bunuh diri;
9) Pasien yang menerima kemoterapi;
10) Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak dan pasien berisiko tindak kekerasan
atau ditelantarkan;
11) Pasien resiko tinggi lainnya
2) Dokumentasi yang dibutuhkan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
berkomunikasi efektif;
3) Pertimbangan persetujuan khusus (Informed Consent) bila diperlukan;
4) Persyaratan pemantauan pasien yang disepakati dengan waktu;
5) Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam proses
asuhan;
6) Ketersedian dan penggunaan peralatan khusus
i. Perawatan pasien dengan ventilator mengacu pada standar prosedur operasional yang
berlaku.
j. Pasien yang telah dipasang ventilasi mekanik diberi perawatan yang maksimal seperti
penghisapan lendir supaya tidak terjadi hipoksia.
k. Apabila pernafasan sudah adekuat dan proses weaning dilakukan, ventilasi mekanik
bisa dilepas selanjutnya extubasi dilakukan.
d. Pelayanan dialisis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah memiliki izin praktek
dan Surat Tanda Registrasi sesuai kompetensi yang dimilikinya.
e. Dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang ditetapkan dan tetap memperhatikan mutu layanan dan keselamatan
pasien
f. Setiap pelaksanaan dialisis harus mendapat persetujuan pasien/ informed consent.
Informed Consent ulang dilakukan bila:
1) Pasien telah menjalani hemodialisis selama 6 bulan berturut-turut.
2) Pasien mengalami perubahan jadwal interval hemodialisis
3) Pasien dan atau keluarga pasien mencabut persetujuan
tindakan hemodialisisnya
4) Pasien mengalami perburukan kondisi status kesehatannya
g. Pasien baru atau pindah ke atau datang dari pusat hemodialisis lain yang akan
dilakukan tindakan hemodialisa dilakukan pemeriksaan darah lengkap, ureum,
creatinin, GDS, CT/BT, HbSAg, HCV, dan HIV
h. Pasien dengan anti HBsAG positif dirujuk ke RS yang mempunyai mesin hemodialisa
kusus untuk isolasi
i. Semua pasien hemodialisa dilakukan pemeriksaan laborat HbsAg (Anti Hcv bila
memungkinkan) setiap 6 bulan.
j. Pemeriksaan tes HIV pada pasien hemodialisis lama hanya dilakukan bila ada
kecurigaan menderita penyakit HIV
k. Pasien rujukan dari rumah sakit lain disertai surat traveling dan mendapatkan
persetujuan dari dokter penanggung jawab hemodialisa
l. Pelayanan hemodialisa dilaksanakan setiap hari kerja terdiri dari 2 shif pagi dan sore.
m. Pelayanan yang membutuhkan diluar jam kerja dilayani sebagai pelayanan
hemodialisa cito.
n. Semua tindakan pelayanan dialisis harus dicatat dalam rekam medis pasien.
o. Pelaksanaan dialisis mengacu pada standar prosedur operasional yang berlaku.
9. Asuhan pasien dengan alat penghalang (pengikatan/restraint)
a. Restraint adalah terapi yang menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik pelayanan
b. Pembatasan yang dilakukan kepada pasien baik dengan cara mengikat, memasang
penghalang/handrail, pembatasan gerak (kursi roda dan brankar) dan pembatasan
perilaku pasien melalui kata-kata atau nasehat dengan tujuan mencegah terjadinya
cedera/ komplikasi yang lebih buruk.
c. Sebelum dilakukan restraint harus dilakukan pengkajian bahwa benar pasien tersebut
harus dilakukan restraint.
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )
d. Restraint dengan cara mengikat hanya dilakukan pada pasien dalam kondisi gaduh,
gelisah dan kecenderungan bunuh diri yang membahayakan keselamatan dirinya dan
lingkungannya
e. Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan oleh DPJP mengenai tujuan restraint,
berapa lama akan dilakukan restraint dan dibuktikan dengan informed consent.
f. Pelaksanaan tindakan restraint mengacu pada standar prosedur operasional yang
berlaku.
g. Observasi yang dilakukan perawat berupa keadaan umum, kesadaran, tanda vital,
pulsasi, serta warna kulit di bagian distal tangan atau kaki yang diingat tiap 15-60
menit.
h. Perawat membantu pasien menggerakan anggota badan setiap 2-4 jam.
i. Pemasangan restrain dilakukan minimal 2 orang.
j. Asuhan pelayanan penggunaan alat restraint dicatat dalam rekam medis.
10. Asuhan pasien lemah, lanjut usia, anak dan pasien risiko kekerasan
a. Pada saat pasien masuk rawat diidentifikasi terhadap kelompok pasien lemah, lanjut
usia, anak-anak dan pasien risiko kekerasan.
b. Petugas harus memberikan penjelasan kepada keluarga hal-hal yang harus dilakukan
dan tidak boleh dilakukan terhadap pasien kelompok ini.
c. Rumah sakit memfasilitasi kesulitan komunikasi pada kelompok pasien ini.
d. Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan dievaluasi secara berkala
e. Rumah sakit menyediakan CCTV dan finger lock untuk ruangan perinatology.
f. Pelayanan pada kelompok pasien ini mengacu pada standar prosedur operasional yang
berlaku.
g. Asuhan pasien populasi khusus dicatat dalam rekam medis.
11. Pelayanan pasien kemoterapi dan terapi lain yang berisiko tinggi
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan tidak memberikan pelayanan khusus
terhadap pasien yang medapat kemoterapy atau playanan lain yang beresiko tinggi seperti
pasien yang mendapat terapy Hiper Barik .
Ditetapkan di : P.BERANDAN
Pada tanggal : 10 MARET 2021
___________________________________________________________________________________
PEDOMAN
PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan perawatan intensif adalah satu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf
khusus dan peralatan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-
pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa
atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dirasakan perlunya meningkatkan
pelayanan di ruang rawat intensif melalui standarisasi prosedur, melakukan pengamanan
penggunaan peralatan medik, peningkatan keterampilan petugas ruang rawat intensif dan
peningkatan fasilitas/sarana medik sesuai dengan kemajuan teknologi.
Dengan dilandasi prinsip bahwa pelayanan perawatan intensif Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan menyediakan pelayanan intensif kepada pasien yang dalam keadaan sakit
berat dan perlu perawatan khusus, maka diperlukan pantauan ketat dan terus menerus serta
tindakan segera bagi pasien yang dirawat di intensif. Hal ini harus dilaksanakan dengan
mengutamakan prinsip kehati-hatian dengan melakukan pemeriksaan lengkap, pengkajian
yang menyeluruh terhadap kondisi kesehatan pasien termasuk melakukan konsultasi multi
disiplin. Sehingga akan tercapai tujuan pelayanan intensif yaitu menurunkan angka kematian
dan kesakitan.
Unit perawatan intensif merupakan tempat yang potensial menyebabkan infeksi bagi pasien
dan petugas sehingga harus dilakukan pengendalian infeksi secara menyeluruh meliputi
lingkungan ruangan, peralatan, petugas dan melakukan pemantauan secara teratur dan
berkesinambungan. Pelayanan perawatan intensif juga harus dapat mempertimbangkan aspek
emosional pasien dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan pemberian informasi yang sejelas-
jelasnya kepada pasien/keluarga.
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman pelayanan keperawatan dimaksudkan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Standar Pelayanan
ICU.
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/I/1966/11 tentang
Petunjuk Tekhnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensif Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan ruang rawat intensif disesuaikan dengan kapasitas tempat tidur
yang dimiliki masing – masing ruangan yaitu:
1. Shift Pagi
Dinas pagi di ruang rawat ICU berjumlah 2 orang perawat dan 1 orang dokter umum,
2. Shift Sore
Dinas sore di ruang rawat ICU berjumlah 2 orang perawat,
3. Shift Malam
Dinas malam di ruang rawat ICU berjumlah 2 orang perawat, dan 1 dokter umum
merangkap ruang rawat Inap lainnya.
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Perawat Ruang Perawatan Intensif
- Pengaturan jaga perawat shift mengikuti pola kerja yang berlaku di RS Pertamina
Pangkalan Brandan, dimana terdiri dari 4 shift,. Pola jaga adalah 3 : 1 yaitu 3 hari kerja
dan 1 hari libur.
- Pengaturan jadwal dinas perawat ICU dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
pengawas ruang ICU dan disetujui oleh Kepala Keperawatan.
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan oleh perawat
pelaksana unit perawatan intensif setiap satu bulan.
3
- Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan tukar dinas ke Pengawas Ruang
Perawatan Intensif dengan seijin ketua regu yang tukar dinas. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada, apabila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka Pengawas Ruang Perawatan Intensif dapat
menyetujui permintaan tukar dinas tersebut.
- Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift dengan syarat
pendidikan minimal D III / S1 Keperawatan dan masa kerja minimal 3 tahun, serta
memiliki sertifikat ICU.
- Jadwal dinas terbagi atas shift pagi, shift sore, shift malam dan shift yang libur.
- Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus
memberitahu Pengawas Ruang Perawatan Intensif bersangkutan untuk pengaturan
tenaga selanjutnya, dan perawat tersebut dikategorikan cuti.
4
D. PELATIHAN
Pelatihan yang harus diikuti oleh seluruh perawat di ruang perawatan intensif meliputi Kursus
ICU dimana didalamnya harus mencakup:
1. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam jiwa.
8. Pelayanan prima.
Pelatihan yang harus diikuti oleh dokter umum di ruang perawatan intensif adalah pelatihan,
BCLS, BTCLS atau FCCS (Fundamental Critical Care Support).
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
1. Ruang ICU
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan Sarana
Pelayanan perawatan intensif di RS. Pertamina Pangkalan Brandan terdiri dari 2 layanan
yaitu ICU Dewasa, dan Anak dengan kapasitas tempat tidur unit adalah ICU dewasa 3
tempat tidur, 1 ruangan dan 1 tempat tidur untuk kasus anak.Sarana yang ada di ruang
perawatan intensif adalah:
- Area pasien dengan luas12 – 14 m 2/tempat tidur untuk area terbuka, dengan jarak antar
tempat tidur adalah 2 meter sedangkan untuk area tertutup 16 – 20 m 2/tempat tidur.
Masing-masing tempat tidur terdapat stop kontak antara 3 – 4 titik, dengan dinding dan
lantai mudah dibersihkan.
- Area kerja meliputi ruang ruang perawat.
- Lingkungan dengan pendingin ruangan antara 22 – 25 oC dengan kelembaban antara 50
– 70%.
6
- Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih.
- Ruang tempat pembuangan alat/bahan kotor ( Spoolhock ).
2. Peralatan
- Peralatan yang tersedia di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan mengacu kepada Buku Standar Pelayanan ICU Departermen Kesehatan RI
untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien kritis.
- Alat yang tersedia adalah bersifat peralatan monitoring baik invasif maupun non invasif
serta peralatan untuk bantuan life saving untuk kasus kritis dan kegawatan.
- Peralatan yang dimiliki di ruang perawatan intensif terdiri dari
a. Ventilator infant sampai dewasa
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas, termasuk laringoskop bayi,
anak dan dewasa
c. Alat hisap / suction portable
d. Peralatan monitor non infasif
e. Defibrilator
f. Alat pengatur suhu pasien
g. Pompa infus dan pompa syringe
h. Peralatan portable untuk transportasi
i. Tempat tidur
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
b. Sistem pernafasan
Gagal nafas akut yang membutuhkan bantuan ventilator
Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
Gagal nafas dan membutuhkan intubasi.
c. Sistem Persarafan
Stroke akut dengan gangguan penurunan kesadaran
Koma metabolik, keracunan maupun anoxic
Perdarahan intrakranial dengan potensi terjadi herniasi
Perdarahan subarachnoid akut
Meningitis dengan kesadaran menurun
GBS dengan gangguan kesadaran dan pernafasan
Myastenia Gravis dengan gangguan kesadaran dan pernafasan
Status epilepsi
Vasospasme
e. Sistem pencernaan
Perdarahan saluran cerna disertai hypotensi, angina, perdarahan masif atau risiko
kematian
Gagal hati
8
Pankreatitis berat
Perforasi oesopagus dengan atau tanpa mediastinitis.
f. Sistem endokrin
Komplikasi ketoasidosis diabetik dengan hemodinamik tidak stabil, perubahan
status mental, kegagalan pernafasan dan asidosis berat
Struma tyroid atau koma miksudema dengan hemodinamik tidak stabil.
Status hyperosmolar dengan koma dan atau hemodinamik tidak stabil
Krisis adrenal dengan hemodinamik tidak stabil
Hypercalsemia berat dengan perubahan status mental yang membutuhkan
pemantauan hemodinamik ketat
Hypo atau hypernatremia dengan kejang atau perubahan status mental
Hypo atau hypermagnesemia dengan gangguan hemodinamik dan disritmia
Hypo atau hyperkalemia dengan disritmia dan kelemahan otot
Hypopospatemia dengan kelemahan otot.
g. Pembedahan
Pasca bedah yang membutuhkan pemantauan hemodinamik ketat atau
membutuhkan support ventilasi mekanik
h. Lain-lain
Shock septik dengan hemodinamik tidak stabil
Monitoring hemodinamik ketat
Kondisi klinis yang membutuhkan perawatan intensif
Trauma lingkungan (luka bakar, hypo/hypertermia,tenggelam)
Terapi percobaan yang berpotensi menimbulkan komplikasi.
b. Nilai laboratorium
Natrium <110 atau >170 mEq/L
Kalium <2.0 atau > 7.0 mEq/L
PaO2 < 50 mmHg
Ph <7.1 atau >7.7
Gula Darah >600 mg/Cl
Kalsium >15 mg/Cl
9
Tingkat ureum dan kreatinin yang berpengaruh pada perubahan status mental dan
hemodinamik.
c. Radiografi/USG
Rupture visera, kandung kemih, varises esofagus atau uterus dengan hemodinamik
tidak stabil
d. Kelainan fisik
Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
Luka bakar >10%
Anuria
Obstruksi jalan nafas
Coma
Kejang berulang
Sianosis
Pengecualian
Dengan pertimbangan dan atas persetujuan kepala ruang intensif, beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan untuk dirawat di ICU. Namun perlu diingat bahwa pasien
demikian bila perlu harus bisa dikeluarkan dari ruang intensif agar fasilitas tersebut
dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2 dan 3.
Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati otak. Pasien-pasien seperti itu dapat
dimasukan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor
organ.
2) Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien
dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ruang intensif untuk
meningkatkan kemungkinan survivalnya.
10
3) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4) Pasien yang secara fisiologis stabil dan secara statistik berisiko rendah untuk
memerlukan terapi intensif. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain pasien
pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetik ketoasidosis tanpa komplikasi,
keracunan obat tetapi sadar atau payah jantung kongestif ringan. Pasien-pasien
semacam ini lebih disukai dimasukan ke satu unit intermediate untuk terapi definitif
dan/ atau observasi.
b. Nilai laboratorium
Natrium 110-170 mEq/L
Kalium 2.0-7.0 mEq/L
PaO2 > 50 mmHg
Ph 7.1 - 7.7
Gula Darah <400 mg/Cl
Kalsium <15 mg/Cl
Tingkat ureum dan kreatinin yang tidak berpengaruh pada perubahan status mental
dan hemodinamik.
11
2. Model Skala Prioritas
a. Prioritas 1
Pasien prioritas 1 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi secara intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek. Contoh golongan ini adalah pasien dengan tiga atau
lebih gagal sistim organ yang tidak respons terhadap pengelolaan agresif.
b. Prioritas 2
Pasien Prioritas 2 dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi
intensif telah berkurang.
c. Prioritas 3
Pasien prioritas 3 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi. Namun mungkin pasien demikian dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
sembuh atau manfaat terapi intensif kontinyu kecil. Contohnya antara lain adalah
pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung atau penyakit
liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lain yang telah tidak
berespons terhadap terapi intensif untuk penyakit akutnya yang secara statistik
mempunyai prognosis jangka pendek jelek dan yang tidak ada terapi yang potensial
untuk memperbaiki prognosisnya.
Sebelum pasien dikeluarkan dari ruang perawatan intensif sebaiknya keluarga pasien
diberikan penjelasan alasan pasien dikeluarkan dari ruang perawatan intensif:
1. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ruang perawatan intensif /
keluar paksa.
2. Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien lain yang lebih
gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.
Untuk pasien dalam kondisi End of Life maka petugas di perawatan intensif harus memfasilitasi
pasien dan keluarga untuk mempersiapkan akhir kehidupannya.
2. Informed Consent
Setiap pasien yang masuk ke ruang perawatan intensif maka pasien dan atau keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapatkan perawatan di ruang perawatan intensif serta berbagai macam
tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat serta prognosis
penyakit yang diderita pasien.
12
Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP atau dokter yang bertugas sebelum pasien
masuk ruang perawatan intensif. Setelah mendapatkan penjelasan, pasien dan atau
keluarga bisa menerima atau tidak bisa menerima harus dinyatakan dalam formulir yang
ditandatangani (informed consent).
14
H. KONSULTASI DAN SISTEM RUJUKAN
1. Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas/ wewenang
dan tanggung jawab secara timbal balik baik horizontal maupun vertikal terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena adanya
keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
b. Rujukan internal (rujukan di dalam Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, dari
tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya: dokter umum ke dokter spesialis, atau
antar spesialis) yang terdiri dari:
1) Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit yaitu rujukan yang dilakukan
berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus),
spesimen dan pengetahuan tentang penyakit.
2) Rujukan permasalahan kesehatan yaitu rujukan yang dilakukan berkaitan dengan
upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa fasilitas, teknologi dan
operasional.
3) Rujukan antar dokter spesialis menggunakan formulir konsultasi
3. RS. Pertamina Pangkalan Brandan mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang
memerlukan pelayanan diluar kemampuannya. Rumah Sakit penerima rujukan harus
mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk tersebut akan mendapat penanganan
segera. Rujukan balik ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk dilakukan segera
setelah alasan rujukan sudah tertangani, oleh karena itu rujukan merupakan proses timbal
balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer informasi antar fasilitas pelayanan
kesehatan. Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan sebagai rumah sakit referal di
Group PERTAMEDIKA. Selain itu Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan menjalin
kerja sama dengan beberapa Rumah Sakit rujukan.
J. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pasien yang dirawat di ruang intensif dengan kondisi stabil dan telah melewati kondisi kritis
dapat dipindahkan ke ruang biasa sesuai indikasi keluar ruang intensif dan mengacu kepada
SPO Pemindahan Pasien dari Ruang Intensif ke Ruang Biasa.
2. Pasien di ruang intensif yang memerlukan tindakan operasi dapat dikirim ke ruang operasi
dengan tetap memperhatikan kebutuhan pasien dan peralatan yang terpasang tetap
digunakan dan dibawa. Selama dalam perjalanan pasien harus tetap dimonitor dan
membawa peralatan portabel untuk pertolongan bila terjadi kegawatdaruratan.
3. Pasien yang memerlukan rujukan ke luar Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan maka
akan dilakukan rujukan sesuai dengan SPO Merujuk Pasien dari Ruang Intensif.
4. Pasien yang meninggal dunia di ruang intensif akan dikirim ke kamar jenazah sesuai dengan
Alur Kerja Pasien Meninggal di Ruang Intensif.
K. REKAM MEDIS
Berkas rekam medis pasien selama perawatan di ruang intensif disimpan dan dijaga
kerahasiannya. Semua catatan yang berkaitan dengan perkembangan penyakit, riwayat
pengobatan dan perawatan, serta hasil – hasil pemeriksaan pasien disimpan dalam rekam
medis.
16
1. Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, temperatur
badan dan kadar saturasi oksigen perifer.
2. Pemeriksaan fisik : sistem syaraf, kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, tractus
urinarius dan sistem lokomotif.
3. Balance cairan dilakukan setiap 3 – 6 jam diperhitungkan intake dan output cairan.
4. Pemeriksaan laboratorium : AGD, gula darah, darah rutin, elektrolit, ureum, kreatinin,
(keton darah dan urine, hemostase lengkap, SGOT/SGPT, sesuai kebutuhan),
pemeriksaan lain bila dibutuhkan.
N. KONDISI BENCANA
Semua petugas di unit perawatan intensif harus memahami prosedur penanganan bencana
baik internal maupun eksternal.
Dalam kondisi bencana masal, ruang perawatan intensif harus menyediakan satu tempat tidur
untuk menolong pasien korban bencana dan berkoordinasi dengan Instalasi Gawat Darurat.
O. PENGUNJUNG
Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif ditunggu oleh keluarganya. Peraturan mengenai
pengunjung sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan
17
BAB V
LOGISTIK
A. PENYEDIAAN FARMASI
Penyediaan kebutuhan obat-obatan, alkes pendukung atau alat kesehatan disediakan oleh
bagian depo farmasi rawat inap melalui resep dan formulir pelayanan medical supplay Rawat
Inap. Permintaan obat injeksi, cairan infus, dan obat oraldilakukan oleh petugas intensif setiap
hari kepada petugas depo farmasi rawat inap, Bila obat dihentikan maka sisa obat dan alkes
tersebut dikembalikan ke bagian depo farmasi rawat inap. Setiap permintaan dan
pengeluarannya dicatat dan dilakukan stok opname oleh petugas depo farmasi rawat inap.
Untuk kebutuhan obat dan alkes dalam kondisi kegawatan dan kedaruratan, unit perawatan
intensif menyediakan persediaan di dalam emergency trolley yang jenis dan jumlahnya telah
ditetapkan. Bila terjadi kegawatan maka akan menggunakan obat di emergency trolley dan
setelah kegawatan tertangani, maka dilakukan penggantian terhadap penggunaan obat dan
alat tersebut sehingga jumlah dan jenisnya adalah tetap. Setiap petugas di unit perawatan
intensif berkewajiban menjaga agar emergency trolley selalu terpelihara.
18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
5. Pencatatan dan pelaporan kejadian yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien sesuai
dengan Pedoman Keselamatan Pasien RS. Pertamina Pangkalan Brandan.
20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor bahaya, baik berasal
dari pelaksanaan pekerjaan maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri.
B. TUJUAN
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produktifitas kerja
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan perawatan intensif merupakan satu program yang
bersifat objektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga
dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pemantauan kualitas adalah kegiatan pemantauan yang dilaksanakan setiap hari secara objektif
bekerjasama dengan Manajemen Mutu dan Infection Preventive Control Nurse.
Pelaksanaan pemantauan meliputi:
1. Self Assesment adalah kegiatan memantau parameter mutu pelayanan dan hasilnya
dilaporkan ke Manajemen Mutu, IPCN dan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Pemantauan meliputi penilaian angka readmision, angka kematian, dan angka infeksi
pneumonia terkait pemasangan ventilator, angka ketidaklengkapan rekam medis, serta
indikator klinik dan insiden keselamatan pasien.
2. Independent Audit merupakan pelaksanaan parameter mutu pelayanan yang tolak ukur
keberhasilannya ditentukan sesuai prioritas dan dilaksanakan oleh Manajemen Mutu.
22
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Perawatan Intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan ini
diharapkan dapat menjadi panduan bagi unit perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang berkepentingan
terhadap layanan perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang
selanjutnya perlu dijabarkan dalam bentuk Standar Prosedur Operasional guna kelancaran
pelaksanaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Pedoman Pelayanan Perawatan
Intensif di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan ini, maka akan dilakukan penyempurnaan
pada penyusunan petunjuk teknis selanjutnya.
23
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-247.A9/L00000/2021-S0
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif sebagaimana
terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-247.A9/L00000/2021-S0
-3-
Lampiran Keputusan Direktur Nomor :
Kpts-246.A9/L00000/2021-S0
Tanggal : 22 Maret 2021
PEDOMAN
PENGORGANISASIAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh
PT.Pertamina (Persero) pada tanggal 01 Juni 1970, awalnya berada di kompleks Perumahan
Pertamina Tangkahan Lagan Pangkalan Brandan. Pada tanggal 4 Juni 2011 terjadi alih kelola oleh
PT.Pertamina Bina Medika yang merupakan salah satu unit anak Perusahaan PT.Pertamina
(Persero) saat ini Rumah Sakit berada diatas tanah seluas 24.524 m 2 dengan luas bangunan
5.863 m 2, ditengah areal Kompleks perkantoran dan Perumahan Pertamina dan beralamat di jalan
Wahidin No.01 Pangkalan Brandan tepatnya berada di pinggir jalan utama Kota Pangkalan
Berandan. Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan merupakan Rumah Sakit Type C yang
melayani pekerja Pertamina, Pensiunan Pertamina dan Masyarakat Umum.
PT.Pertamina Bina Medika yang lebih mudah diingat dengan kata
“PERTAMEDIKA“ merupakan salah satu anak Perusahaan PT.Pertamina ( Persero). Saat ini
jumlah unit usaha PERTAMEDIKA terdiri dari 11 rumah sakit dengan berbagai tipe dan
keunggulan tersebar di wilayah Indonesia yang terkenal dengan “Rumah Sakit Pertamina”, salah
satu dari unit usaha itu adalah Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang terletak di
Kabupaten Langkat, merupakan Rumah Sakit di bawah pengelolaan PT.Pertamedika dan memiliki
standar kualitas yang terus dijaga dan di kembangkan oleh pihak management. Unit usaha yang
dulunya banyak melayani pekerja dan keluarga PT.Pertamina (Persero) yang terkenal mempunyai
standart yang tinggi sebagai perusahaan minyak nasional sekarang dengan tidak mengurangi
nilainya,melayani semua lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan perobatan yang
berkualitas.Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan bekerja sama dengan BPJS untuk
melayani kesehatan masyarakat.
1
BAB II
GAMBARAN UMUM
Secara formal lahan yang dikuasai (dengan sertifikat Hak Guna Bangunan) nomor
01 atas nama PT.Pertamina (Persero) untuk kegiatan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan di Kelurahan Puraka I Pertamina, Kecamatan Sei Lepan, Kota Pangkalan Brandan
adalah seluas 24.524 m2 dengan luas bangunan sebesar ± 5.863 m 2.
Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang Berdasarkan Perda Kabupaten
Langkat No.9 tahun tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) tahun 2013
- 2033 disebutkan bahwa Kota Pangkalan Brandan sebagai pusat pelayanan Kecamatan
yang berfungsi sebagai pusat pengembangan perdagangan dan jasa, pemukiman dan
pelayanan kesehatan.
3
Gambar. 2.1. Peta Lokasi Kegiatan
4
2. Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Inap terdiri dari 110 bed untuk ruangan VIP, kelas I, kelas II, kelas III
4. Instalasi Penunjang
Terdiri dari ruang laboratorium patologi klinik, Radiologi/Rontgen & USG, ruang fisioterapi,
dan farmasi.
5. Fasilitas Khusus
Terdiri dari ruang ICU, ruang operasi , hemodialise (HD), BKIA.
5
Luas lahan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan (RSPPB) seluas
24.524 m 2. Luas bangunan Rumah Sakit 5.863 m2 dan terdiri dari beberapa ruangan
dengan rincian ukuran sebagai berikut
II Lahan 18.661 76
Terbuka
1 Ruang Terbuka 9809,6 40
Hijau ( RTH )
/Taman
2 Parkir 1129 Parkir Kendaraan Roda 4 dan 4,6
Roda 2
3 Jalan Aspal 2300 Jalann Penghubung 9,37
Kendaraan Rumah Sakit
Pertamina Pangkalan
Berandan
4 IPAL 20 Di belakang Rumah Sakit 0,08
1 VIP 3 3
2 Kelas I 3 6
3 Kelas II 9 26
4 Kelas III 14 62
5 ICU 1 4
6 Incubator 1 3
7 Isolasi 2 6
Jumlah 33 110
Sumber: Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, 2017
BAB III
7
VISI,MISI, NILAI DAN MOTTO
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
Core Value.
“La PRIMA”
Layanan yang Profesional, Ramah, Ikhlas, Bermutu dan Antusias
MOTTO :
“ We Care and We Cure “
BAB IV
8
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
BAB V
9
STRUKTUR ORGANISASI UNIT PERAWATAN INTENSIF
Pws. ICU
Penata Anestesi
Penata ICU
BAB VI
10
URAIAN JABATAN
b. Dimensi
Instalasi Anastesi & ICU meliputi Pelayanan Keperawatan ICU dengan kapasitas 3
tempat tidur untuk dewasa dan 1 tempat tidur untuk neonatal. Dengan jumlah pekerja 4
orang perawat.
Tugas / Kegiatan Utama
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan dan non keperawatan.
2) Merencanakan jumlah dan jenis peralatan yang dibutuhkan di Instalasi ICU.
3) Mengadakan pertemuan secara berkala dan insidentil dengan tenaga pelaksana
dan tenaga lain.
4) Memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada PWS ICU dalam
pelaksanaan layanan keperawatan sesuai standar.
5) Melakukan koordinasi dengan Wadir Medis, Kepala Instalasi lain, Kepala Unit
Keperawatan, medis dan non medis untuk menunjang pelaksanaan layanan
keperawatan.
6) Meneliti dan mempertimbangkan kenaikan jabatan dan golongan di unit yang
menjadi tanggung jawabnya.
7) Melakukan fungsi pengendalian, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
layanan asuhan keperawatan.
8) Menyusun jadwal dan memilih pekerja untuk mengikuti pertemuan
ilmiah/kursus/kongres.
9) Melaporkan kepada Wadir Medis tentang situasi dan masalah yang timbul.
10) Melakukan evaluasi kegiatan secara berkala dan menyampaikan laporan tahunan
hasil evaluasi kegiatan pelayanan di Instalasi ICU.
11) Melakukan penilaian kinerja secara objektif terhadap Koordinator Layanan
Keperawatan ICU
c. Tanggung Jawab
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Wadir Medis, tentang
terselenggaranya pelaksanaan pelayanan operasional dan keperawatan di Instalasi
ICU
e. Hubungan Kerja
Internal Perihal
1) Wadir Medis Masukan dan laporan pelayanan
2) Wadir Keperawatan Pengaturan ketenagaan perawatan
3) Dokter yang merawat Penyelesaiaan masalah pasien.
4) Penunjang medis Optimalisasi pelayanan keperawatan
5) Penunjang non medis Kebutuhan sarana dan prasarana
6) ADM Pasien Administrasi pasien
f. Persyaratan Jabatan
Pendidikan Formal Dokter Spesialis Anastesi
Kursus / Latihan a. Manajemen rumah sakit
b. Manajemen tekhnis pelayanan anastesi
dan ICU
c. Manajemen Perencanaan Strategik
Pengalaman Kerja Dibagian Anastesi dan ICU minimal 10
tahun
b. Dimensi
Ruang rawat ICU memiliki kapasitas 4 tempat tidur, terdiri dari 3 tempat tidur untuk
pasien dewasa,dan 1 tempat tidur untuk pasien neonatal, jumlah pekerja perawat 8
orang.
Tugas / Kegiatan Utama
1) Merencanakan dan melakukan pengawasan terhadap sarana dan prasarana untuk
menunjang layanan keperawatan.
2) Mendistribusikan jumlah dan kategori tenaga keperawatan dan non keperawatan.
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru dan mahasiswa.
4) Mengadakan pertemuan secara berkala dan insidentil dengan tenaga pelaksana
dan tenaga lain.
5) Memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.
12
6) Melakukan koordinasi dengan bagian yang terkait untuk menunjang layanan
keperawatan.
7) Melakukan fungsi pengendalian, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan.
8) Membuat laporan tahunan.
9) Melakukan penilaian kinerja secara objektif kepada perawat pelaksana.
c. Tanggung Jawab
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
ICU
2) Secara teknis medis operasional, bertanggung jawab kepada dokter yang merawat
/dokter penanggung jawab.
e. Hubungan Kerja
Internal Perihal
1) Koord YanKep Lain Kebutuhan layanan keperawatan
2) Supervisor Pengaturan ketenagaan dan
Penempatan pasien masuk rawat
3) Dokter Pengobatan pasien
4) Penunjang Medis Pemeriksaan penunjang
5) Adm Medis Administrasi pasien
6) Penunjang Non Medis Kebutuhan sarana dan prasarana
f. Persyaratan Jabatan
Pendidikan Formal Minimal D III Keperawatan
Kursus / Latihan 1) Pelatihan BTCLS
3) Kursus Perawatan ICU
3. Penata ICU
a. Fungsi Jabatan
Melaksanakan kegiatan pelayanan keperawatan dalam regunya di ICU sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang ditetapkan
13
b. Dimensi
Ruang rawat ICU memiki kapasitas 4 tempat tidur, terdiri dari 3 tempat tidur untuk
pasien dewasa dan 1 tempat tidur untuk pasien neonatal, dan jumlah pekerja perawat
8 orang.
d. Tanggung Jawab
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada PWS ICU
2) Secara teknis medis operasional, bertanggung jawab kepada dokter yang
merawat/dokter penanggung jawab
14
e. Wewenang dalam Pembuatan Keputusan
1) Mengatur dan melaksanakan asuhan keperawatan di ruang bersama satu team
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan mutu asuhan keperawatan yang
diberikan oleh regu / tim
3) Secara struktural bertanggung jawab kepada Pws ICU dan dokter yang
merawat/dokter penanggung jawab.
f. Hubungan Kerja
Internal Perihal
1) PWS Masukan dan laporan pelayanan
2) Supervisor Pengaturan laykep diluar jam kerja
3) Dokter Pengobatan pasien
4) Penunjang Medis Pemeriksaan penunjang
5) Adm Medis Administrasi pasien
6) Penunjang Non Medis Kebutuhan sarana dan prasarana
Eksternal
1) Institusi Pendidikan Bimbingan praktek klinik
g. Persyaratan Jabatan
Pendidikan Formal Minimal D III Keperawatan
Kursus / Latihan 1) Kursus ICU
2) Pelatihan BTLS/ACLS
15
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
Haemodialisa
Rawat Jalan
Gizi
IGD
UNIT
Kamar Bedah PERAWATAN Layanan
Tekhnik
INTENSIF
Administrasi Layanan
Umum
Supervisor
TI dan TE
CSSD Radiologi
Keuangan
Kamar Jenazah
Logistik
16
Keterkaitan Hubungan Kerja Unit Perawatan Intensif (ICU) dengan Unit Lain.
a. Unit Rawat Inap
Pasien yang akan dirawat di ruang perawatan intensif dapat berasal dari Unit Rawat Inap.
Sebelum pasien dipindahkan ke ruang perawatan intensif, pasien dan atau keluarga pasien
menadatangani formulir informed consent Begitupun bila pasien yang kondisinya sudah
membaik akan dipindahkan ke Unit Rawat Inap sesuai dengan kelas perawatannya.
e. Administrasi
Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif harus dilakukan entry data biaya selama
perawatan, selain itu juga untuk pengurusan administrasi dengan perusahaan penjamin pasien
yang dirawat.
f. Supervisor
Dalam hal pengaturan tempat pasien yang akan masuk dan keluar ruang perawatan intensif,
maka pengaturannya diatur oleh Supervisor setelah koordinasi dengan Administrasi mengenai
penjaminan pasien.
g. CSSD
Dalam hal penyediaan kebutuhan peralatan yang membutuhkan sterilitas, maka peralatan
tersebut disuplai oleh bagian CSSD.
h. Farmasi
Kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan disediakan oleh Bagian Farmasi melalui
mekanisme resep dan permintaan barang farmasi.
17
i. Radiologi
Pasien ruang perawatan intensifyang membutuhkan pemeriksaan radiologi, akan dibuatkan
formulir permintaan pemeriksaan radiologi oleh dokter, dan formulir tersebut diserahkan ke
petugas radiologi oleh perawat ruang intensif.
j. Laboratorium
Pasien di ruang perawatan intensifyang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan
dibuatkan formulir permintaan pemeriksaan oleh dokter, dan formulir serta sample
pemeriksaan tersebut diserahkan ke petugas laboratorium melalui kurir oleh perawat ruang
intensif.
k. Hemodialisa.
Pasien di ruang perawatan intensif yang membutuhkan tindakan hemodialisa, dapat dikerjakan
di ruang perawatan intensif dengan bekerjasama dengan petugas hemodialisa atau pasien
yang diantar ke ruang hemodialisa.
m. Layanan Tekhnik
Kerusakan alat medis dan penggantian spare part alat medis di ruang perawatan intensif akan
dilaporkan dan diajukan perbaikan ke layanan tekhnik dengan prosedur permintaan perbaikan.
n. Layanan Umum
Kebutuhan barang umum dan alat tulis kantor disuplai oleh bagian Layanan Umum dengan
menggunakan formulir permintaan barang umum.
p. Keuangan
Berkaitan dengan monitoring pembiayaan pasien selama dirawat di rawat intensif dan
penyelesaian biaya setelah pasien keluar rawat.
q. Logistik
Semua kebutuhan material yang dibutuhkan oleh ruang perawatan intensifdisediakan melalui
bagian logistik
r. Kamar Jenazah
Pasien yang meninggal selama perawatan di ruang perawatan intensif akan dikirim ke kamar
jenazah yang dikelola oleh pihak ke tiga.
18
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
19
B. POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI
Kualifikasi
No Nama Jabatan Jumlah
Formal Masa Kerja Sertifikat
yang ada
1 Ka Instalasi Dokter Spesialis 10 tahun FCCS 1
Anastesi &ICU Anastesi
20
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
A. LATAR BELAKANG
Ruang perawatan intensif adalah bagian dari rumah sakit yang terpisah dengan staf khusus
dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien
yang menderita penyakit, cidera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa.
Ruang perawatan intensif menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik,
perawatan dan staf yang lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan – keadaan
tersebut.
Untuk menunjang fungsi ruang perawatan intensif maka dibutuhkan tenaga-tenaga terlatih baik
dalam perawatan, monitoring maupun pengoperasian peralatan medis di unit perawatan
intensif. Selain itu diperlukan kerja sama team yang baik sehingga diperlukan kegiatan
orientasi untuk pekerja baru yang berdinas di ruang intensif
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Perawat dapat bekerja dengan terampil, siap pakai serta mengetahui tata kerja di ruang
perawatan intensif
2. Tujuan Khusus
- Perawat dapat mengetahui tentang keadaan pasien kritis
- Perawat dapat segera melakukan tindakan darurat
- Perawat dapat mengetahui peraturan-peraturan yang ada di ruang perawatan intensif
- Perawat dapat mengetahui sarana dan prasarana di ruang perawatan intensif
- Perawat dapat mengenal semua pekerja yang ada di ruang perawatan intensif
C. SASARAN
Semua perawat baru yang bekerja di rawat intensif
D. METODE ORIENTASI
1. Pelaksanaan orientasi perawat baru di ruang perawatan intensifdilaksanakan selama 1
(satu) Minggu
2. Orientasi meliputi pemberian materi berupa teori dan praktek.
3. Penjelasan teori dilakukan pada minggu pertama program orientasi
4. Pengkayaan dan pendampingan dilakukan pada minggu kedua dan selanjutnya selama 10
minggu – 12 minggu.
5. Evaluasi program dilakukan pada akhir kegiatan orientasi
21
E. TOPIK / MATERI ORIENTASI
1. Sosialisasi:
- Struktur organisasi ruang perawatan intensif
- Visi, misi, tujuan dan falsafah ruang perawatan intensif
2. Sarana dan fasilitas ruang perawatan intensif
3. Prosedur pelayanan keperawatan di ruang perawatan intensif
4. Pengenalan program pengendalian infeksi di ruang perawatan intensif
5. Pengenalan teknik keperawatan di lapangan meliputi pengetahuan :
- Septik dan aseptik
- Suctioning
- Rubah posisi
- Dressing dan perawatan pasien tidak sadar
- Chest fisioterapi
- Monitoring (tingkat kesadaran, tanda vital, EKG, pernafasan dan hasil laboratorium)
- Perawatan pasien dengan ventilator
- Perawatan pasien dengan ETT
- Perawatan alat – alat invasive
- Titrasi obat-obatan
6. Pendampingan tindakan keperawatan
7. Evaluasi menggunakan form evaluasi orientasi yang menyatakan apakah perawat baru
tersebut dapat bekerja atau tidak di unit perawatan intensif.
9 Evaluasi
G. ANGGARAN
Anggaran Rp 0,-
22
H. PENUTUP
Orientasi merupakan kegiatan yang diberikan kepada perawat baru yang akan bekerja
di ruang perawatan intensif. Orientasi dilaksanakan dengan tujuan mengenalkan tata kerja
yang ada di ruangan dan diharapkan perawat dapat segera beradaptasi pada waktu bertugas
di lapangan.
23
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
A. PENGERTIAN
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah
tertentu.
B. TUJUAN
1. Umum :
Dapat membantu terselenggaranya pelayanan perawatan intensif yang profesional
2. Khusus :
a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan di unit
perawatan intensif
b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
pelayanan di unit perawatan intensif
C. KEGIATAN RAPAT
Rapat dilakukan dan diadakan oleh unit perawatan intensif yang dipimpin oleh Ka Instalasi
Anastesi &ICU atau Pengawas ICUdan diikuti oleh seluruh stafnya.
Rapat yang diadakan ada 2 macam yaitu:
1. Rapat Terjadwal
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Ka Instalasi Anastesi&ICU atau
Pengawas ICUsetiap sebulan sekali.
24
BAB XI
PELAPORAN
A. PENGERTIAN
Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala bentuk
kegiatan yang ada terkait dengan pemberian pelayanan intensif.
B. JENIS LAPORAN
Jenis laporan yang dikerjakan adalah:
1. Laporan Harian
Laporan harian yang dibuat oleh Ketua Regu merupakan laporan kegiatan perawatan
terhadap pasien di unit perawatan intensif untuk masing – masing shift. Isi laporan
mencakup kondisi pasien, perawatan yang diberikan, rencana perawatan yang akan
diberikan dan BOR pasien.
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat oleh Koord Layanan Keperawatan berupa Laporan Jumlah
Kunjungan, BOR, AvLOS, dan Monitoring Pencapaian Sasaran Mutu.
3. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dibuat oleh Pengawas ICU berupa Laporan Jumlah Kunjungan, BOR,
AvLOS, Kondisi SDM dan Pengembangan SDM, Keadaan Fasilitas dan Realisasi
Anggaran Operasional dan Investasi, Rencana Pengembangan dan Laporan Mutu
Pelayanan Unit Perawatan Intensif.
25
PEMBERIAN OBAT NICARDIPINE DALAM SYRING PUMP
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR A. Prosedur Penggunaan :
1. PPA cuci tangan kemudian memakai sarung tangan.
2. Isi spuit 50 cc dengan cairan NaCl atau aqua steril.
3. Masukkan nicardipine injeksi ke dalam spuit 50 cc.
4. Sambungkan spuit 50 cc dengan extension tube, keluarkan
udara di dalam selang, kemudian sambungkan dengan three
way stopcock/wing needle .
5. Pasang spuit 50 cc ke alat syringe pump sesuai tempatnya .
6. Nyalakan alat syringe pump dengan menekan tombol on/off.
7. Atur dosis vascon dengan menggunakan rumus sesuai advise
dokter, dengan memutar tombol pemutar.
8. Tekan tombol star, pastikan tidak ada bunyi alarm.
9. PPA cuci tangan kembali.
B. Rumus Penghitungan Dosis nicardipine injeksi
C. WaktuPenyelesaian
sesuai dengan advice dokter.
No. Dokumen
016/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
2–5 000000
UNIT TERKAIT 1. ICU
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
PEMBERIAN OBAT VASCON DENGAN SYIRING PUMP
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
024/SPO/ICU/
00 12/21
RSPPB/2021
000000
KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-246.A9/L00000/2021-S0
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif
sebagaimana terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-246.A9/L00000/2021-S0
Direktur,
dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com
-3-
PELEPASAN ALAT BANTU HIDUP ATAS PERMINTAAN
KELUARGA
No. Dokumen
012/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/2
0000
Ditetapkan
Tanggal Terbit
Direktur RSPPB,
STANDAR
PROSEDUR
22 Maret 2021
OPERASIONAL
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
2HGG012
PENGERTIAN Adalah tata cara penghentian alat bantu nafas pada PPA pasien di
ruang ICU atas permintaan keluarga..y
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam :
1. pelepasan alat bantu atas permintaan keluarga
2. Agar hak pasien dapat terpenuhi sesuai kebutuhan
3. Agar tim medis dapat menentukan sikap menghadapi pasien yang
sudah tidak ada harapan pulih kembali
4. Untuk mencegah timbulnya kesalahpahaman antara tim medis
dengan pasien dan atau keluarganya.
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik dan
PROSEDUR 1. PPA/Dokter/DPJP melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
menemui pasien atau sebelum dan sesudah melakukan tindakan
kepada pasien
2. PPA/Dokter/DPJP mengucapkan salam dan melakukan
identifikasi pasien.
3. PPA/Dokter/DPJP menjaga kebersihan tangan dan menjaga
privasi pasien.
4. Keluarga pasien dapat meminta untuk dilakukan penghentian Life
support karena sebab apapun.
5. Keluarga pasien harus membuat secara tertulis diatas formulir
bermaterai untuk tindakan penghentian resusitasi/alat bantuan
hidup.
6. Dokter harus menjelaskan terlebih dahulu kepada keluarga pasien
perihal diagnosa, tata cara penegakan diagnosa, tindakan/terapi
yang sedang dilakukan, tujuan tindakan, prognosis, risiko yang
dapat terjadi akibat penghentian alat bantu tersebut.
7. Dokter mendokumentasikan penjelasan yang diberikan kepada
keluarga pada formulir pemberian informasi dan edukasi.
PELEPASAN ALAT BANTU HIDUP ATAS PERMINTAAN
KELUARGA
No. Dokumen
012/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
000000
PROSEDUR dilakukan oleh dokter/DPJP/PPA yang kompeten dan dibawah
8. Pelepasan atau penghentian bantuan hidup/Life support harus
dilakukan oleh dokter/DPJP/PPA yang kompeten dan dibawah
pengawasan DPJP.
9. Keluarga pasien diperbolehkan untuk menyaksikan pelaksanaan
penghentian bantuan hidup.
10. Setelah alat bantuan hidup dilepas, selanjutnya dokter melakukan
pertolongan minimal.
11. Dokter/PPA/DPJP melakukan observasi saturasi oksigen dari
mesin diturunkan secara perlahan-lahan, digantikan dengan
oksigen nasal.
12. DPJP/Dokter/PPA cuci tangan kembali
13. Setelah 2 jam ventilasi mekanik dihentikan, mesin dimatikan,
ditunggu selama setengah jam, kemudian ventilator dilepas.
14. Pasien dapat dilanjutkan perwatan seperti biasa atau bila
memungkinkan dapat dipindahkan ke ruang biasa.
15. Dokter/DPJP menghentikan pengobatan kausal dan perawatan
pasien hanya ditujukan untuk memberikan kenyamanan dan
meringankan penderitaan.obat t
UNIT TERKAIT 1. ICU
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
PERAWATAN PASIEN TIDAK SADAR
DI RUANG INTENSIF
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
022/SPO/ICU/
00 11/2
RSPPB/2021
0000
Ditetapkan
Direktur RSPCl,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR O22 Maret 2021
OPERASIONAL 10 November
dr.Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012
M.Ked (PD).M.H (Kes),Sp.PD
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan rik
PROSEDUR 1. Perawat melakukan identifikasi pasien
2. Perawat melakukan kebersihan tangan
3. Perawat menjaga privasi pasien
4. Perawat memperkenalkan diri dan mengucapkan salam
5. Perawat memakai APD
6. Perawat memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tindakan
yang akan dilakukan
7. Perawat melakukan pengkajian keadaan umum pasien meliputi
tingkat kesadaran menggunakan GCS dan mengukur tanda-tanda
vital pasien mencakup tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
suhu tubuh dan skala nyeri.
8. Perawat melakukan perawatan kebersihan mulut
9. Perawat mempertahankan kepatenan jalan nafas dan oksigenisasi
adekuat terhadap pasien dengan cara:
a. Mempertahankan posisi kepala dalam keadaan ekstensi.
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Memberikan terapi inflasi sesuai program pengobatan.
d. Melakukan suction sesuai kebutuhan.
e. Melakukan kolaborasi untuk tindakan intubasi jika
diperlukan.
f. Melakukan kolaborasi pemasangan ventilasi mekanik jika
diperlukan.
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
022/SPO/ICU/
00 12/2
RSPPB/2021
0000
PROSEDUR 10. Perawat memberikan nutrisi pasien melalui NGT sesuai dengan
program diet pasien
11. Perawat menjaga kebersihan pasien dan tempat tidur meliputi:
a. Memandikan pasien
b. Menolong pasien pada saat BAB dan BAK
c. Merapikan tempat tidur
12. Perawat mencegah dekubitus dengan cara;
a. Memasang kasur dekubitus
b. Merubah posisi pasien miring kiri, kanan dan telentang setiap
2-4 jam
c. Menjaga kebersihan kulit pasien dan alat tenun pasien.
13. Perawat melakukan fisioterapi meliputi:
a. Fisioterapi dada dengan cara vibrasi dan clapping atau
postural drainage
b. Melakukan latihan pergerakan ekstremitas pasif minimal satu
kali sehari
c. Pasang penahan kaki untuk mencegah dropfoot
d. Merubah posisi pasien setiap 2 – 4 jam sekali secara selang-
seling
14. Perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan
15. Perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan
a. Mendengarkan keluhan keluarga
b. Melatih tindakan keperawanan yang dapat didelegasikan ke
keluarga.
16. Perawat mencuci tangan dan melepas APD.
17. Perawat mendokumentasikan tindakan yang dilakukan dan
respons pasien di Formulir Catatan Keperawatanaharga obat t
UNIT TERKAIT 1. ICU
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
013/SPO/ICU/
00 11/1
RSPPB/IV/2021
0000
Ditetapkan
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
2HGG01210 HGG012 dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
Direktu RSPCl,dr.
PENGERTIAN Tata cara penggunaan alat bantu pembebasan jalan nafas sederhana
berupa tube yang melalui rongga hidung (nasal) sampai faring nan
daftar obat yang disetujui masuk dalam Flarium.
TUJUAN JSebagai acuan langkah-langkah untuk :
No. Dokumen
No.Revisi Halaman
015/SPO/ICU/
00 11/2
RSPPB/2021
0000
Ditetapkan
Direktur RSPPB,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR 22 Maret 2021
OPERASIONAL 10 November
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
PENGERTIAN Memberikan obat herbeser injeksi yang telah di atur dosisnya dengan
menggunakan alat syringe pump untuk menurunkan tekanan darah
pasien secara bertahap dan terkontrol.nSuatugan menggunakandalam
Formulariumsusnan daftar obat yang dsuk dalam Flarium.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemberian obat injeks
herbeser dengan alat syiring pump.ombang
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR A. Prosedur Penggunaan :
1. PPA cuci tangan kemudian memakai sarung tangan
2. Isi spuit 50 cc dengan cairan NaCl atau aqua steril
3. Masukkan herbesert injeksi ke dalam spuit 50 cc
4. Sambungkan spuit 50 cc dengan extension tube, keluarkan
udara di dalam selang, kemudian sambungkan dengan three
way stopcock/wing needle
5. Pasang spuit 50 cc ke alat syringe pump sesuai tempatnya
6. Nyalakan alat syringe pump dengan menekan tombol on/off
7. Atur dosis vascon dengan menggunakan rumus sesuai advise
dokter, dengan memutar tombol pemutar
8. Tekan tombol star, pastikan tidak ada bunyi alarm
9. PPA cuci tangan kembali
B. Rumus Penghitungan Dosis Dobutamine injeksi
C. WaktuPenyelesaian
Lebih kurang 3 – 5 menit
No. Dokumen
015/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
2–5 000000
1. ICU
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
No. Dokumen
019/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/1
0000
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,
STANDAR
22 Maret 2021
PROSEDUR
2HGG012
OPERASIONAL
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
10 HGG012 M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman
/ panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1. Lakukan identifikasi resiko terjadi ulkus dekubitus yaitu antara
lain
a. Pada pasien koma/ perubahan tingkat kesadaran
b. Pada pasien yang memerlukan terapi tirah baring/bed rest
misalnya:
1) Penyakit pada gangguan persarafan seperti stroke
2) Trauma pada tulang belakang
PENCEGAHAN RESIKO ULKUS DEKUBITUS
PROSEDUR 3) Imobilisasi
c. Faktor usia (pada pasien lanjut usia) mengalami kerentanan
terhadap kerusakan integritas kulit dan kemungkinan terjadi
inkontinensia
d. Pada pasien dengan kondisi penyakit tertentu misalnya
gangguan sirkulasi dan pasien dengan anemia
e. Kondisi status nutrisi dan cairan kurang sehingga
mempengaruhi kelembaban kulit
2. Perwat cuci tangan
3. Lakukan mobilisasi secara berkala pada pasien tirah baring.
Rubah posisi tidur setiap 2 jam dari posisi tidur miring kiri-
miring kanan dan telentang.
4. Atur posisi tidur pasien dengan kepala tegak 30° (head up) jika
tidak ada kontra indikasi.
5. Jaga kelembaban kulit dengan memberikan lotion.
6. Ganti pakaian setiap kali basah karena keringat.
7. Ganti pakaian atau pempers dan jaga kulit selalu kering dari
keringat dan urin (pada pasien inkontinensia).
8. Lakukan massage/pemijatan pada bagian tubuh yang tertekan
terutama pada bagian tonjolan tulang misalnya sakrum, iskium,
trochanters, tumit, siku, dan bagian belakang kepala.
9. Pasang kasur angin untuk mengurangi penekanan.
10. Perwat cuci tangan
11. Jaga status nutrisi dan cairan serta kelembaban kulit.
No. Dokumen
020/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/3
0000
Ditetapkan
Direktur RSPPB,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG01210 HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
No. Dokumen
020/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/31
000000
PROSEDUR Lead wire LL (Left Leg) warna merah
dibawah tulang rusuk akhir bagian kiri
Lead wire V1 (precordial) warna coklat di
intercosta ke-4 kanan
No.Revisi Halaman
No. Dokumen
020/SPO/ICU/ 00 13/31
RSPPB/20212 – 5
000000
PROSEDUR pada menu NBP dan tekan, pilih NBP AUTO lalu
pilih waktu interval yang diinginkan.
Untuk setiap data tanda vital pasien meliputi EKG,
saturasi (SpO2), respirasi, NBP dan temperatur dapat
diatur sistem alarmnya dengan menekan menu EKG,
SpO2, respirasi, NBP atau Temperatur pada layar dan
akan muncul parameter yang diinginkan
Untuk memunculkan tampilan data monitor lain
pada satu monitor, tekan More Menus kemudian
pilih View Other Patient dan tekan, kemudian pilih
Select A Bed To View dan tekan, pilih bed pasien
yang diinginkan.
7. Bila monitor telah selesai digunakan matikan monitor
dengan cara tekan More Menus kemudian pilih Admitt
Menu, pilih Discharge patient, monitor akan mati
dengan sendirinya, kemudian lepas semua asesoris yang
terpasang pada pasien dan tekan tombol power.
8. Alat – alat dibersihkan dan dikembalikan ketempat
semula.
9. Catat data pasien yang termonitor
10. Perawat cuci tangan.
STANDAR
22 Maret 2021
PROSEDUR
2HGG012
OPERASIONAL dr. dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
10 HGG012
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang Panduan Pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan rik
PROSEDUR 1. Perawat mengucapkan salam dan melakukan identifikasi pasien
2. Perawat melakukan kebersihan tangan.
3. Perawat menjaga privasi pasien.
4. Dokter anestesi melakukan pemeriksaan pasien.
5. Dokter anestesi menjelaskan rencana weaning kepada pasien dan
atau keluarganya
a. Cara dan metode weaning
b. Perasaan tak enak pada awal weaning,
c. Melakukan dukungan mental pada pasien terutama yang
sudah menggunakan ventilator dalam waktu lama.
No. Dokumen
023/SPO/ICU/
No.Revisi Halaman
RSPPB/2021
00 12/31
000000
No.Revisi Halaman
No. Dokumen
023/SPO/ICU/ 00 13/31
RSPPB/20212 – 5
000000