Anda di halaman 1dari 98

Jl. DR Wahidin No.

1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-246.A9/L00000/2021-S0

TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan penanganan


pasien di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan, maka dipandang perlu dibuatkan Pedoman Pengorganisasian
Unit Perawatan Intensif;

b. Dengan adanya Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif


akan berjalan dengan aman dan lancar;

c. Bahwa pelayanan pasien harus disediakan dengan memanfaatkan


secara optimal sumber daya dan fasilitas Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan;

d. Bahwa pertimbangan sebagaimana dengan butir tersebut di atas, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.

Mengingat : 1. Undang - Undang No. 29 Tahun 2012 tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang - Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Keputusan Direktur Utama PT. Pertamina Bina Medika tanggal 18


Oktober 2016 No. Kpts-1036/A00000/2016-S8 tentang Pengangkatan
Pejabat definitif Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif
sebagaimana terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-246.A9/L00000/2021-S0

KEDUA : Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif wajib diterapkan


semua petugas dalam memberikan pelayanan;

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penerapan Pedoman Pengorganisasian Unit


Perawatan Intensif dilaksanakan oleh Direktur dan Pengawas Unit
Perawatan Intensif;

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa


hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan
kemudian.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 22 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN

Direktur,

dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD


Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

-3-
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-247.A9/L00000/2021-S0

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan penanganan


pasien di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan, maka dipandang perlu dibuatkan Pedoman Pelayanan Unit
Perawatan Intensif;

b. Dengan adanya Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif akan


berjalan dengan aman dan lancar;

c. Bahwa pelayanan pasien harus disediakan dengan memanfaatkan


secara optimal sumber daya dan fasilitas Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan;

d. Bahwa pertimbangan sebagaimana dengan butir tersebut di atas, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.

Mengingat : 1. Undang - Undang No. 29 Tahun 2012 tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang - Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Keputusan Direktur Utama PT. Pertamina Bina Medika tanggal 18


Oktober 2016 No. Kpts-1036/A00000/2016-S8 tentang Pengangkatan
Pejabat definitif Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif sebagaimana
terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-247.A9/L00000/2021-S0

KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif wajib diterapkan semua


petugas dalam memberikan pelayanan;

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penerapan Pedoman Pelayanan Unit


Perawatan Intensif dilaksanakan oleh Direktur dan Pengawas Unit
Perawatan Intensif;

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa


hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan
kemudian.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 22 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN

Direktur,

dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD


Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

-3-
Lampiran Keputusan Direktur
Nomor : No. Kpts-247.A9 /L00000/2021-
S0
Tanggal : 22 Maret 2021

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 22 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur,

dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD


PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
021/SPO/ICU/
00 11/2
RSPPB/2021
0000

Ditetapkan
Direktur RSPPB,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
November 2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD

PENGERTIAN Perawatan rutin yang dilakukan pada pasien yang terpasang alat
bantuan pernafasan berupa ventilator.ftar obat yang disetujui masuk
dalam Flarium.
TUJUAN Sebagian acuan penerapan langkah-langkah perawatan pasien yang
terpasang ventilator UD Jombang

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1. Perawat memperkenalkan diri dan mengucapkan salam.
2. Perawat melakukan identifikasi pasien.
3. Perawat melakukan kebersihan tangan.
4. Perawat menjaga privasi pasien.
5. Perawat melakukan pemantauan oksigenisasi/ventilasi pasien:
a. Mengkaji suara nafas dengan auskultasi paru kiri dan kanan
apakah kualitasnya sama setiap jam
b. Melakukan suction sesuai dengan indikasi.
c. Memberikan oksigen 100% (tekan menu suction pada
ventilator) saat akan melakukan suction.
d. Memantau air way dan tidal volume pasien setiap jam.
e. Memberikan nebulizer sesuai order dokter yang tertulis di
daftar obat
f. Memantau saturasi O2 dan CO2 di dalam monitor setiap jam
g. Melakukan pemeriksaan analisa gas darah setiap pagi dan
atau sesuai indikasi.
h. Mengkaji keefektifan ventilator dan pola nafas pasien setiap
i. Mencatat kedalaman endotracheal pada posisi batas bibir
setiap shift
j. Mengembangkan cuff dengan cuff inflator dan berikan
tekanan < 25 mmHg setelah intubasi.

PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
021/SPO/ICU/
00 12/2
RSPPB/2021D.2
0000
–5
Prosedur k. Melakukan thorax foto untuk mengevaluasi posisi tube
endotrakheal. setelah intubasi dan 3 – 5 hari atau setelah
pasang ventilator/sesuai indikasi.
l. Melakukan chest fisioterapi dan clapping punggung bila tidak
ada kontra indikasi 3 kali sehari
6. Perawat memantau sirkulasi:
a. Memantau perubahan hemodinamik (BP,HR,CVP,Saturasi)
dan memonitor gambaran EKG setiap jam
b. Mengbservasi akral pada tangan dan kaki setiap jam
7. Perawat memantau cairan dan elektrolit:
a. Monitor dan berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
b. Monitor intake dan out put /balans cairan tiap jam.
c. Cek elektrolit dalam darah setiap pagi dan atau sesuai
indikasi.
d. Buang urine setiap 2-3 jam
8. Perawat melakukan mobilisasi dengan memberikan posisi kepala
elevasi 30˚- 40˚ dan merubah posisi pasien miring kanan, kiri dan
telentang setiap 2 – 4 jam bila tidak ada kontra indikasi.
9. Perawat mencegah dekubitus dengan memasang kasur anti
dekubitus dan memastikan harus mengembang dengan baik
10. Perawat memberikan nutrisi enteral sesuai dengan indikasi dan
kolaborasi dengan dokter.
11. Perawat menjaga kenyamanan dengan memberikan obat-obat
analgesia/sedasi sesuai indikasi dan program dari dokter
intensivis
12. Perawat memfasilitasi kebutuhan psikososial;
a. Memfasilitasi pasien sadar untuk berkomunikasi dengan cara
menulis di kertas.
b. Menjelaskan kepada pasien jadwal harian yang akan
dilakukan dan menganjurkan pasien untuk berpartisipasi
dalam jadwal harian(personal hygiene) pagi dan sore
c. Menjelaskan ke pasien tentang tujuan pemasangan ventilator,
prosedur suction, program penyapihan dan extubasi/pelepasan
alat ventilator.
13. Perwat cuci tangan kembali
14. Perawat mencatat semua tindakan yang dilakukan pada Formulir
Catatan Keperawatanobat.dipasaran, harga obat t
Unit Terkait ICU
MENYIAPKAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK DENGAN
VENTILATOR

No. Dokumen No.Revisi Halaman


011/SPO/ICU/ 00 11/2
RSPPB/2021 0000
Ditetapkan
Direktur RSPPB,
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 23 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
November 2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD

PENGERTIAN 1. Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu


sebagian atau seluruh proses ventilasi ( pertukaran gas paru)
untuk mempertahankan oksigenasi
2. Breathing sirkuit adalah pipa (tubing) dan rangkaian aksesoris
yang digunakan pada ventilator sebagai sirkuit (alur)
pemberian bantuan ventilasiar obat yang disetujui maFlarium.
TUJUAN Sebagai acuan langkah langkah untuk tata cara pemasangan breathing
sirkuit ventilator

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1) Perawat cuci tangan
2) Hubungkan pipa inspiratory limb yang sudah terpasang heater
wire ke humidifier. Selanjutnya pasang probe housing pada
ujung inspiratory limb.
3) Sambungkan Y-piece pada probe housing. Sambungkan
expiratory limb pada sisi Y-piece yang lain. (Diantara dua
tubing ekspiratory limb dipasang water trap).
4) Hubungkan ekspiratory limb pada expiratory valve.
5) Pasang flow sensor pada ujung Y-piece, sambungkan pada flow
sensor connectors.
6) Hubungkan kabel heater wire dengan humidifier
a. Pastikan setiap ujung breathing sirkuit tersambung dengan
baik dan kuat. Pastikan tidak ada kebocoran,
kemungkinan breathing sirkuit dapat terlepas atau
tertekuk selama pemakaian.
b. Hubungkan ventilator (mesin dan humidifier) dengan
sumber listrik
c. Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen dan sumbe
d. Hubungkan pipa inspiratory limb yang sudah terpasang
heater wire ke humidifier. Selanjutnya pasang probe
housing pada ujung inspiratory limb.
MENYIAPKAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK DENGAN
VENTILATOR

No. Dokumen
011/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
2–5 000000
PROSEDUR
e. Sambungkan Y-piece pada probe housing. Sambungkan
expiratory limb pada sisi Y-piece yang lain. (Diantara dua
tubing ekspiratory limb dipasang water trap).
f. Hubungkan ekspiratory limb pada expiratory valve.
Pasang flow sensor pada ujung Y-piece, sambungkan
pada flow sensor connectors.
g. Hubungkan kabel heater wire dengan humidifier
7) Pastikan setiap ujung breathing sirkuit tersambung dengan baik
dan kuat. Pastikan tidak ada kebocoran, kemungkinan breathing
sirkuit dapat terlepas atau tertekuk selama pemakaian.
8) Hubungkan ventilator (mesin dan humidifier) dengan sumber
listrik
9) Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen dan sumber gas
bertekanan (air)
10) Nyalakan power switch on untuk kompresor (jika menggunakan
kompresor eksternal)
11) Nyalakan power switch on untuk ventilator
12) Lakukan prosedur tes awal pengoperasian/OVT (Operating
Verification Test)/ kalibrasi untuk memastikan alat berfungsi
dengan baik
13) Hidupkan pengatur suhu pada chamber humidifier untuk
mendapatkan kelembaban dan kehangatan suhu udara inspirasi
yang dikehendaki
14) Lakukan tes paru dengan menghubungkan sirkuit ventilator ke
test lung untuk mamastikan pengesetan t sesuai dengan yang
dibutuhkan
15) Lakukan setting ventilator awal atau sesuai dosis/advis dari
dokter.
16) Perawat cuci tangan

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. Instalasi Bedah
ALUR MASUK DAN KELUAR ICU

No. Dokumen No.Revisi


Halaman
010/SPO/ICU/ 00
11/1
RSPPB/2021 0000

Ditetapkan
Direktur RSPPB,
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD

PENGERTIAN Suatu prosedur yang harus dilalui pasien untuk mendapatkan


pelayanan di Ruanagan ICU obat yang disetujui masuk dalam Flariu

TUJUAN Untuk kelancaran pelayanan di ruangan ICU

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrikdan
PROSEDUR Asal Pasien

IGD,RANAP,RAJAL,VK,OK
,HD

Evaluasi oleh dokter


Indikasi tidak Ditolak masuk
penanggung jawab ICU
ada

Indikasi ada
Pindah Keruangan

Masuk ICU
Dirujuk ke Rumah Sakit lain
Pengobatan dan
perawatan: Pulang

 Dokter jaga
ICU
Meninggal
 Perawat
 konsulen

Kerjasama
KASIR
SMF,Instala
si,Struktural
ALUR MASUK ICU

No. Dokumen No.Revisi Halaman


010/SPO/ICU/ 00 12/31
RSPPB/2021 000000

PROSEDUR 1. Memesan tempat ke ruang ICU sebelumya


2. Pasien yang akan masuk ruang ICU sebelumnya dikonsul ke
dokter penanggung jawab ruang ICU oleh dokter jaga
3. Bila dokter penanggung jawab ICU tidak dapat di
hubungi,maka dikonsulkan ke dokter konsultan (dokter
spesialis) oleh dokter jaga,apabila ke 2 dokter tersebut tidak
dapat dihubungi maka dokter jaga dapat memasukan pasien
ke ruang ICU selama pasien tersebut memenuhi kriteria
fungsional pasien masuk ICU.
4. Pasien yang akan masuk ruang ICU atas advis dokter
konsulan (dokter spesialis) pasien dapat masuk langsung ke
ruang ICU kemudian pasien dikonsulkan kepada dokter
penanggung jawab ICU oleh dokter jaga
5. Pasien yang akan masuk dari ruang Rawat Inap maka pasien
dapat langsung masuk dengan dijemput/diantar oleh petugas
bangsal/Rawat Inap yang semula merawat.

UNIT TERKAIT  Instalasi Gawat Darurat


 Instalasi Rawat Intensif
 Instalasi Rawat Jalan
 Instalasi Rawat Inap
 Medis
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

KEPUTUSAN DIREKTUR
NO.Kpts -226.A9/L00000/2021-S0

TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI RUMAH SAKIT


PERTAMINA P. BERANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA P. BERANDAN


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas dan keamanan pasien,
maka perlu adanya kebijakan pelayanan pasien risiko tinggi di
Rumah Sakit PERTAMINA P.BERANDAN yang sesuai dengan
standar pelayanan;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit PERTAMINA
P.BERANDAN tentang Kebijakan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi
Di Rumah Sakit PERTAMINA P.BERANDAN.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran.
4. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan.
5. PMK Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Minimal Rumah Sakit
6. PMK Nomor 1438 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedoktern
7. PMK Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
8. PMK Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit.
9. Surat Keputusan Direktur utama No. Kpts-0178/A00000/2021-S8
tanggal 29 Januari 2021 tentang Penetapan Direktur Rumah Sakit
PERTAMINA P. BERANDAN.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA P.
BERANDAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN
RISIKO TINGGI DI RUMAH SAKIT PERTAMINA P.
BERANDAN.
KEDUA Kebijakan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi sebagaimana dimaksud
Diktum KESATU dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Kebijakan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi Rumah Sakit
PERTAMINA P. BERANDAN sebagaimana dimaksud Diktum
KEDUA dipergunakan untuk mendukung dan menjadi acuan rumah
sakit agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar Akreditasi yang ditetapkan pemerintah.
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


dilaksanakan oleh Wadir Bidang Pelayanan dan Wadir Bidang
Umum dan Keuangan.

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal 10 Maret 2021 sampai dengan 10 Maret 2023
dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, maka segala
sesuatunya akan ditinjau kembali.

Ditetapkan di : P.BERANDAN
Pada tanggal : 10 MARET 2021
___________________________________________________________________________________

RUMAH SAKIT PERTAMINA P.BERANDAN


Direktur,

dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,M.Ked.(PD),M.H(Kes), SP.PD


RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

Lampiran Keputusan Direktur RSPPB


Nomor : - /L00000/2021-S0
Tanggal : 10 MARET 2021

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI

1. Kebijakan Khusus
a. Yang termasuk pasien risiko tinggi adalah :
1) Pasien emergency;
2) Pasien dengan penyakit menular;
3) Pasien koma;
4) Pasien dengan alat bantuan hidup dasar;
5) Pasien imuno-supressed;
6) Pasien dialysis (cuci darah);
7) Pasien dengan restraint;
8) Pasien risiko bunuh diri;
9) Pasien yang menerima kemoterapi;
10) Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak dan pasien berisiko tindak kekerasan
atau ditelantarkan;
11) Pasien resiko tinggi lainnya

b. Pelayanan resiko tinggi meliputi:


1) Pelayanan pasien dengan resiko menular;
2) Pelayanan pasien yang menerima dialysis;
3) Peayanan pasien yang menerima kemoterapi;
4) Pelayanan pasien yang menerima radioterapi;
5) Pelayanan pasien yang beresiko tinggi lain, seperti oksigen hiperbarik atau
radiologi intervensi

2. Pelayanan Pasien Resiko Tinggi


Untuk kelompok pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi, agar tepat dan
efektif dalam mengurangi risiko terkait maka diatur :
1) Pembuatan perencanaan pelayanan termasuk identifikasi perbedaan pasien
dewasa dan anak-anak atau keadaan khusus lain;
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

2) Dokumentasi yang dibutuhkan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
berkomunikasi efektif;
3) Pertimbangan persetujuan khusus (Informed Consent) bila diperlukan;
4) Persyaratan pemantauan pasien yang disepakati dengan waktu;
5) Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam proses
asuhan;
6) Ketersedian dan penggunaan peralatan khusus

3. Asuhan Pasien Early Warning System


a. Early Warning System (EWS) adalah system peringatan dini yang dapat diartikan
sebagai rangkaian system komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal,dan
pengambilan keputusan selanjutnya.
b. Early Warning Score (EWS) adalah sebuah pendekatan sistematis yang menggunakan
scoring untuk mengidentifikasi perubahan kondisi seseorang sekaligus menentukan
langkah selanjutnya yang harus dikerjakan.
c. EWS digunakan pada pasien dewasa (berusia 16 tahun atau lebih) .
d. EWS dapat digunakan untuk mengasesmen penyakit akut, mendeteksi penurunan
klinis, dan menganalisa respon klinis yang tepat waktu dan sesuai.
e. EWS tidak digunakan pada :
a) Pasien berusia kurang dari 16 tahun
b) Pasien hamil
c) Pasien dengan PPOK
f. EWS diberlakukan di:
a) IGD
b) Rawat inap
c) Instalasi maternal (MEWS) dan perintal (PEWS)

4. Asuhan pelayanan resusitasi


a. Setiap pasien yang mengalami henti jantung dan henti napas harus mendapatkan
pertolongan segera baik resusitasi dasar ataupun resusitasi lanjutan
b. Pelayanan resusitasi dapat di berikan selama 24 jam setiapa hari di seluruh area rumah sakit
c. Peralatan medis untuk resusitasi dan obat yang akan di berikan pada pasien yang di lakukan
bantuan hidup dasar berstandar sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Setiap pekerja RS Perrtamina Pangkalan Brandan ( PWT,PWTT, Outsourching ) harus
dapat di berikan pelayanan resusitasi dasar ( Bantuan Hidup Dasar )
e. Dalam memberikan pelayanan bantuan hidup lanjutan baik rawat jalan maupun Rawat Inap
maka di bentuk team code blue di bawah tangggung jawab tanggung jawab dokter spesialis
anastesi
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

5. Asuhan Penanganan, Penggunaan, Pemberian Darah Dan Produk Darah


a. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan tindakan
medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
b. Dalam pemenuhan kebutuhan pemberian darah kepada pasien, RUmah sakit Pertamina
pangkalan Brandan bekerjasama dengan PMI yang diatur dalam perjanjian antara
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan dengan PMI.
c. Setiap pemberian darah dan produk darah harus mendapat persetujuan dari
pasien/keluarga berupa informed consent.
d. Peyelenggaraan pemberian darah dan produk darah sesuai dengan standar prosedur
operasional yang berlaku.
e. Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan meliputi, antara lain:
f. 1) Pemberian persetujuan (Informed consent);
2) Pengadaan darah;
3) Identifikasi pasien;
4) Pemberian darah;
5) Monitoring pasien;
6) Identifikasi dan respon terhadap reaksi tranfusi.

6. Asuhan pasien koma dan penggunaan alat bantu hidup dasar


a. Pasien koma adalah suatu keadaan dimana pasien tidak dapat dibangunkan dan tidak
memberi respon terhadap semua rangsangan baik dari dalam maupun dari luar.
b. Dalam menentukan pasien koma digunakan standar GCS (Glasgow Coma Scale) yang
diberlakukan di seluruh ruang rawat.
c. Penentuan GCS dilakukan oleh dokter atau perawat.
d. Pasien dengan GCS 3 / koma yang masih memerlukan pemantauan intensif dapat
dirawat di ruang intensif dengan persetujuan keluarga.
e. Pasien koma yang tidak memerlukan pemantauan intensif atau kondisi minimal dapat
dirawat di ruang biasa dengan persetujuan keluarga dan dokter yang merawat.
f. Perawatan pasien koma mengacu pada standar prosedur operasional yang berlaku.
g. Penggunaan alat penunjang hidup (ventilator) harus mendapat persetujuan dari
pasien/keluarga berupa informed consent.
h. Pasien yang terpasang endo tracheal tube dan bantuan hidup dasar (ventilator) harus
dirawat di ruang intensif.
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

i. Perawatan pasien dengan ventilator mengacu pada standar prosedur operasional yang
berlaku.
j. Pasien yang telah dipasang ventilasi mekanik diberi perawatan yang maksimal seperti
penghisapan lendir supaya tidak terjadi hipoksia.
k. Apabila pernafasan sudah adekuat dan proses weaning dilakukan, ventilasi mekanik
bisa dilepas selanjutnya extubasi dilakukan.

7. Asuhan pasien penyakit menular dan penurunan daya tahan tubuh


a. Penyakit menular adalah sebuah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang
satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun dengan perantara). Penyakit
menular ini ditandai dengan adanya agent atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah serta menyerang host atau inang (penderita).
b. Penurunan daya tahan tubuh adalah penurunan kemampuan tubuh untuk membentengi
diri dari masuknya kuman penyebab penyakit.
c. Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandandilakukan
identifikasi apakah berpotensi menular atau tidak, bila dicurigai mengidap penyakit
menular maka harus dilakukan isolasi.
d. Setelah di identifikasi termasuk pasien menular dan imunosupressed, pasien
ditempatkan sementara di ruang isolasi/ ruang penanganan khusus IGD, dilanjutkan
dengan merujuk pasien tersebut ke Rumah Sakit yang sudah bekerja sama dengan
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.
e. Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum
Daerah Brandan mengenai pemberian pelayanan pasien menular dan imunosupressed
yang membutuhkan rawat inap khusus dan fasilitas yang menunjang untuk pengobatan
penyakitnya.
f. Jenis penyakit menular dan imunosupresed yang bisa dirawat maupun dirujuk di
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan ditetapkan melalui Surat Kebijakan
Direktur secara terpisah.

8. Asuhan pelayanan dialisis (cuci darah)


a. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus
dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan, elektrolit tubuh.
b. Unit pelayanan hemodialisis melaksanakan dialisis pada pasien rawat jalan, UGD,
rawat inap, dan rujukan rs lain.
c. Persyaratan SDM, sarana dan prasarana di Instalasi Hemodialisis mengacu pada
Permenkes No. 812/MENKES/PER/VII/2010 Tentang Penyelenggaraan Dialisis pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

d. Pelayanan dialisis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah memiliki izin praktek
dan Surat Tanda Registrasi sesuai kompetensi yang dimilikinya.
e. Dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang ditetapkan dan tetap memperhatikan mutu layanan dan keselamatan
pasien
f. Setiap pelaksanaan dialisis harus mendapat persetujuan pasien/ informed consent.
Informed Consent ulang dilakukan bila:
1) Pasien telah menjalani hemodialisis selama 6 bulan berturut-turut.
2) Pasien mengalami perubahan jadwal interval hemodialisis
3) Pasien dan atau keluarga pasien mencabut persetujuan
tindakan hemodialisisnya
4) Pasien mengalami perburukan kondisi status kesehatannya
g. Pasien baru atau pindah ke atau datang dari pusat hemodialisis lain yang akan
dilakukan tindakan hemodialisa dilakukan pemeriksaan darah lengkap, ureum,
creatinin, GDS, CT/BT, HbSAg, HCV, dan HIV
h. Pasien dengan anti HBsAG positif dirujuk ke RS yang mempunyai mesin hemodialisa
kusus untuk isolasi
i. Semua pasien hemodialisa dilakukan pemeriksaan laborat HbsAg (Anti Hcv bila
memungkinkan) setiap 6 bulan.
j. Pemeriksaan tes HIV pada pasien hemodialisis lama hanya dilakukan bila ada
kecurigaan menderita penyakit HIV
k. Pasien rujukan dari rumah sakit lain disertai surat traveling dan mendapatkan
persetujuan dari dokter penanggung jawab hemodialisa
l. Pelayanan hemodialisa dilaksanakan setiap hari kerja terdiri dari 2 shif pagi dan sore.
m. Pelayanan yang membutuhkan diluar jam kerja dilayani sebagai pelayanan
hemodialisa cito.
n. Semua tindakan pelayanan dialisis harus dicatat dalam rekam medis pasien.
o. Pelaksanaan dialisis mengacu pada standar prosedur operasional yang berlaku.
9. Asuhan pasien dengan alat penghalang (pengikatan/restraint)
a. Restraint adalah terapi yang menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik pelayanan
b. Pembatasan yang dilakukan kepada pasien baik dengan cara mengikat, memasang
penghalang/handrail, pembatasan gerak (kursi roda dan brankar) dan pembatasan
perilaku pasien melalui kata-kata atau nasehat dengan tujuan mencegah terjadinya
cedera/ komplikasi yang lebih buruk.
c. Sebelum dilakukan restraint harus dilakukan pengkajian bahwa benar pasien tersebut
harus dilakukan restraint.
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )

d. Restraint dengan cara mengikat hanya dilakukan pada pasien dalam kondisi gaduh,
gelisah dan kecenderungan bunuh diri yang membahayakan keselamatan dirinya dan
lingkungannya
e. Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan oleh DPJP mengenai tujuan restraint,
berapa lama akan dilakukan restraint dan dibuktikan dengan informed consent.
f. Pelaksanaan tindakan restraint mengacu pada standar prosedur operasional yang
berlaku.
g. Observasi yang dilakukan perawat berupa keadaan umum, kesadaran, tanda vital,
pulsasi, serta warna kulit di bagian distal tangan atau kaki yang diingat tiap 15-60
menit.
h. Perawat membantu pasien menggerakan anggota badan setiap 2-4 jam.
i. Pemasangan restrain dilakukan minimal 2 orang.
j. Asuhan pelayanan penggunaan alat restraint dicatat dalam rekam medis.
10. Asuhan pasien lemah, lanjut usia, anak dan pasien risiko kekerasan
a. Pada saat pasien masuk rawat diidentifikasi terhadap kelompok pasien lemah, lanjut
usia, anak-anak dan pasien risiko kekerasan.
b. Petugas harus memberikan penjelasan kepada keluarga hal-hal yang harus dilakukan
dan tidak boleh dilakukan terhadap pasien kelompok ini.
c. Rumah sakit memfasilitasi kesulitan komunikasi pada kelompok pasien ini.
d. Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan dievaluasi secara berkala
e. Rumah sakit menyediakan CCTV dan finger lock untuk ruangan perinatology.
f. Pelayanan pada kelompok pasien ini mengacu pada standar prosedur operasional yang
berlaku.
g. Asuhan pasien populasi khusus dicatat dalam rekam medis.
11. Pelayanan pasien kemoterapi dan terapi lain yang berisiko tinggi
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan tidak memberikan pelayanan khusus
terhadap pasien yang medapat kemoterapy atau playanan lain yang beresiko tinggi seperti
pasien yang mendapat terapy Hiper Barik .

Ditetapkan di : P.BERANDAN
Pada tanggal : 10 MARET 2021
___________________________________________________________________________________

RUMAH SAKIT PERTAMINA P. BERANDAN


Direktur,

dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,M.Ked.(PD),M.H(Kes), SP.PD


RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN
( RSPPB )
Lampiran Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-247.A9/L00000/2021-S0
Tanggal : 22 Maret 2021

PEDOMAN
PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF

RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN


JL. Dr. Wahidin No.1 Pangkalan Brandan Langkat Sumatra Utara
Telp. (0620)20120 / 322455 Fax. (0620)523392-350029
Email :customercare.rsppb@gmail.com
Lampiran Keputusan Direktur
Nomor : Kpts 247.A9 /L00000/2021-S0
Tanggal : 22 Maret 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan perawatan intensif adalah satu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf
khusus dan peralatan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-
pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa
atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dirasakan perlunya meningkatkan
pelayanan di ruang rawat intensif melalui standarisasi prosedur, melakukan pengamanan
penggunaan peralatan medik, peningkatan keterampilan petugas ruang rawat intensif dan
peningkatan fasilitas/sarana medik sesuai dengan kemajuan teknologi.

Dengan dilandasi prinsip bahwa pelayanan perawatan intensif Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan menyediakan pelayanan intensif kepada pasien yang dalam keadaan sakit
berat dan perlu perawatan khusus, maka diperlukan pantauan ketat dan terus menerus serta
tindakan segera bagi pasien yang dirawat di intensif. Hal ini harus dilaksanakan dengan
mengutamakan prinsip kehati-hatian dengan melakukan pemeriksaan lengkap, pengkajian
yang menyeluruh terhadap kondisi kesehatan pasien termasuk melakukan konsultasi multi
disiplin. Sehingga akan tercapai tujuan pelayanan intensif yaitu menurunkan angka kematian
dan kesakitan.

Unit perawatan intensif merupakan tempat yang potensial menyebabkan infeksi bagi pasien
dan petugas sehingga harus dilakukan pengendalian infeksi secara menyeluruh meliputi
lingkungan ruangan, peralatan, petugas dan melakukan pemantauan secara teratur dan
berkesinambungan. Pelayanan perawatan intensif juga harus dapat mempertimbangkan aspek
emosional pasien dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan pemberian informasi yang sejelas-
jelasnya kepada pasien/keluarga.

B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman pelayanan keperawatan dimaksudkan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan keperawatan yang diberikan
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa
dan dapat menimbulkan kematian.
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan tindakan
yang segera diperlukan berdaya guna dan berhasil guna untuk kelangsungan hidup.
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit.
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien dan keluarga yang kehidupannya sangat
tergantung pada obat, alat dan mesin.
1
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan keperawatan intensif adalah perawatan maksimal sebaik mungkin yang
diberikan kepada pasien kritis meliputi pemantauan, perawatan dan terapi dengan
menyediakan kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
2. Pasien kritis/ gawat adalah pasien yang mengalami proses penyakit yang bersifat
mendadak/ akut yang apabila tidak dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat akan
mengakibatkan kematian, kecacatan, dan ketidakmampuan
3. Perawatan pasien kritis/gawat atau pasien yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
kegawatan, dengan sifat penyakit yang masih reversible dengan pengetrapan terapi
agresif, teknologi tinggi, monitoring invasif/ noninvasif, penggunaan obat-obat patent.
4. ICU adalah tempat perawatan pasien kritis/ gawat atau pasien yang mempunyai risiko
tinggi terjadinya kegawatan, dengan sifat penyakit yang masih reversible dengan
pengetrapan terapi agresif, teknologi tinggi, monitoring invasif/ noninvasif, penggunaan
obat-obat patent.
5. ICU Anak adalah tempat perawatan bayi dan anak kritis/gawat atau bayi dan anak yang
mempunyai risiko tinggi terjadinya kegawatan, dengan sifat penyakit yang masih reversible
dengan pengetrapan terapi agresif, teknologi tinggi, monitoring invasif/ noninvasif,
penggunaan obat-obat patent.
6. Dokter jaga ruang intensif adalah dokter umum yang merangkap di ruang rawat inap
7. Dokter Anasthesi adalah dokter konsultan perawatan intensif .
8. Perawat Intensif adalah perawat terlatih yang bersertifikat pelatihan perawatan intensif.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Standar Pelayanan
ICU.
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/I/1966/11 tentang
Petunjuk Tekhnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensif Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga yang terlibat dalam pelayanan perawatan intensif terdiri dari tenaga dokter anastesi,
dokter spesialis dan dokter umum ruangan yang telah mengikuti pelatihan ICU, serta perawat
terlatih intensif. Tenaga tersebut menyelenggarakan pelayanan intensif sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang diatur oleh RS Pertamina Pangkalan Brandan.
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM perawatan intensif adalah :

NO Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan

1 Kepala Instalasi ICU - Sp Anastesi (SpAn) - BCLS/ACLS


- FCCS

2 Pengawas Ruang - D III Keperawatan - Bersertifikat ICU


Intensif - BCLS/ACLS

3 Penata Regu - D III Keperawatan - Bersertifikat ICU


- S1 Keperawatan - BCLS/ACLS

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pola pengaturan ketenagaan ruang rawat intensif disesuaikan dengan kapasitas tempat tidur
yang dimiliki masing – masing ruangan yaitu:
1. Shift Pagi
Dinas pagi di ruang rawat ICU berjumlah 2 orang perawat dan 1 orang dokter umum,
2. Shift Sore
Dinas sore di ruang rawat ICU berjumlah 2 orang perawat,
3. Shift Malam
Dinas malam di ruang rawat ICU berjumlah 2 orang perawat, dan 1 dokter umum
merangkap ruang rawat Inap lainnya.

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Perawat Ruang Perawatan Intensif
- Pengaturan jaga perawat shift mengikuti pola kerja yang berlaku di RS Pertamina
Pangkalan Brandan, dimana terdiri dari 4 shift,. Pola jaga adalah 3 : 1 yaitu 3 hari kerja
dan 1 hari libur.
- Pengaturan jadwal dinas perawat ICU dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
pengawas ruang ICU dan disetujui oleh Kepala Keperawatan.
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan oleh perawat
pelaksana unit perawatan intensif setiap satu bulan.

3
- Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan tukar dinas ke Pengawas Ruang
Perawatan Intensif dengan seijin ketua regu yang tukar dinas. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada, apabila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka Pengawas Ruang Perawatan Intensif dapat
menyetujui permintaan tukar dinas tersebut.
- Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift dengan syarat
pendidikan minimal D III / S1 Keperawatan dan masa kerja minimal 3 tahun, serta
memiliki sertifikat ICU.
- Jadwal dinas terbagi atas shift pagi, shift sore, shift malam dan shift yang libur.
- Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus
memberitahu Pengawas Ruang Perawatan Intensif bersangkutan untuk pengaturan
tenaga selanjutnya, dan perawat tersebut dikategorikan cuti.

2. Pengaturan Jaga Dokter Umum Ruangan Intensif dan Rawat Inap


- Dokter jaga ruang intensif adalah dokter umum yang merangkap di ruang rawat inap
- Jadwal dokter jaga ruang intensif dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait
- Apabila dokter jaga ruang intensif karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
 Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
KSM Dokter Umum untuk menunjuk dokter jaga pengganti.
 Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka KSM Dokter Umum untuk menunjuk dokter jaga pengganti atau dirangkap oleh
dokter jaga ruangan rawat lain.

3. Pengaturan Jaga Dokter Konsulen


- Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Wadir Medis.
- Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
- Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Wadir Medis serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti.

4
D. PELATIHAN
Pelatihan yang harus diikuti oleh seluruh perawat di ruang perawatan intensif meliputi Kursus
ICU dimana didalamnya harus mencakup:
1. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam jiwa.

2. Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar.

3. Pemasangan intervensi intravaskuler.

4. Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien.

5. Program pengendalian infeksi rumah sakit.

6. Program keselamatan dan kesehatan kerja.

7. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.

8. Pelayanan prima.

Pelatihan yang harus diikuti oleh dokter umum di ruang perawatan intensif adalah pelatihan,
BCLS, BTCLS atau FCCS (Fundamental Critical Care Support).

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
1. Ruang ICU

B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan Sarana
Pelayanan perawatan intensif di RS. Pertamina Pangkalan Brandan terdiri dari 2 layanan
yaitu ICU Dewasa, dan Anak dengan kapasitas tempat tidur unit adalah ICU dewasa 3
tempat tidur, 1 ruangan dan 1 tempat tidur untuk kasus anak.Sarana yang ada di ruang
perawatan intensif adalah:
- Area pasien dengan luas12 – 14 m 2/tempat tidur untuk area terbuka, dengan jarak antar
tempat tidur adalah 2 meter sedangkan untuk area tertutup 16 – 20 m 2/tempat tidur.
Masing-masing tempat tidur terdapat stop kontak antara 3 – 4 titik, dengan dinding dan
lantai mudah dibersihkan.
- Area kerja meliputi ruang ruang perawat.
- Lingkungan dengan pendingin ruangan antara 22 – 25 oC dengan kelembaban antara 50
– 70%.
6
- Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih.
- Ruang tempat pembuangan alat/bahan kotor ( Spoolhock ).

2. Peralatan
- Peralatan yang tersedia di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan mengacu kepada Buku Standar Pelayanan ICU Departermen Kesehatan RI
untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien kritis.
- Alat yang tersedia adalah bersifat peralatan monitoring baik invasif maupun non invasif
serta peralatan untuk bantuan life saving untuk kasus kritis dan kegawatan.
- Peralatan yang dimiliki di ruang perawatan intensif terdiri dari
a. Ventilator infant sampai dewasa
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas, termasuk laringoskop bayi,
anak dan dewasa
c. Alat hisap / suction portable
d. Peralatan monitor non infasif
e. Defibrilator
f. Alat pengatur suhu pasien
g. Pompa infus dan pompa syringe
h. Peralatan portable untuk transportasi
i. Tempat tidur

C. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN DAN KALIBRASI PERALATAN


Dalam rangka pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan medis yang ada di ruang
perawatan intensif selalu bekerjasama dengan bagian teknik. Untuk itu dibuatlah program
pemeliharaan peralatan di unit perawatan intensif.

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. KRITERIA MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF


a. Model Diagnosa Masuk Ruang ICU
a. Sistem jantung dan pembuluh darah
 Akut myocard infark dengan komplikasi
 Shock kardiogenik
 Aritmia kompleks yang membutuhkan pemantauan dan intervensi ketat
 Jantung kongestif akut dengan kegagalan pernafasan dan membutuhkan support
hemodinamik
 Hypertensi emergency
 Unstable angina dengan disritmia, hemodinamik tidak stabil dan nyeri dada yang
menetap
 Pasca cardiac arest

b. Sistem pernafasan
 Gagal nafas akut yang membutuhkan bantuan ventilator
 Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
 Gagal nafas dan membutuhkan intubasi.

c. Sistem Persarafan
 Stroke akut dengan gangguan penurunan kesadaran
 Koma metabolik, keracunan maupun anoxic
 Perdarahan intrakranial dengan potensi terjadi herniasi
 Perdarahan subarachnoid akut
 Meningitis dengan kesadaran menurun
 GBS dengan gangguan kesadaran dan pernafasan
 Myastenia Gravis dengan gangguan kesadaran dan pernafasan
 Status epilepsi
 Vasospasme

d. Pemberian obat dan overdosis obat


 Pemberian obat pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil
 Pemberian obat dengan status perubahan mental yang signifikan dengan potensi
jalan nafas tidak adekuat
 Pemberian obat pada pasien dengan kejang

e. Sistem pencernaan
 Perdarahan saluran cerna disertai hypotensi, angina, perdarahan masif atau risiko
kematian
 Gagal hati

8
 Pankreatitis berat
 Perforasi oesopagus dengan atau tanpa mediastinitis.

f. Sistem endokrin
 Komplikasi ketoasidosis diabetik dengan hemodinamik tidak stabil, perubahan
status mental, kegagalan pernafasan dan asidosis berat
 Struma tyroid atau koma miksudema dengan hemodinamik tidak stabil.
 Status hyperosmolar dengan koma dan atau hemodinamik tidak stabil
 Krisis adrenal dengan hemodinamik tidak stabil
 Hypercalsemia berat dengan perubahan status mental yang membutuhkan
pemantauan hemodinamik ketat
 Hypo atau hypernatremia dengan kejang atau perubahan status mental
 Hypo atau hypermagnesemia dengan gangguan hemodinamik dan disritmia
 Hypo atau hyperkalemia dengan disritmia dan kelemahan otot
 Hypopospatemia dengan kelemahan otot.

g. Pembedahan
 Pasca bedah yang membutuhkan pemantauan hemodinamik ketat atau
membutuhkan support ventilasi mekanik

h. Lain-lain
 Shock septik dengan hemodinamik tidak stabil
 Monitoring hemodinamik ketat
 Kondisi klinis yang membutuhkan perawatan intensif
 Trauma lingkungan (luka bakar, hypo/hypertermia,tenggelam)
 Terapi percobaan yang berpotensi menimbulkan komplikasi.

b. Model Parameter Terukur


a. Vital sign
 Denyut nadi < 40 atau > 150 kali permenit
 Tekanan sistolik < 80 atau 20 mmHg dibawah tekanan biasanya
 Tekanan arteri rata-rata <60 mmHg
 Tekanan diastolik >120 mmHg
 Laju pernafasan >35 x/menit.

b. Nilai laboratorium
 Natrium <110 atau >170 mEq/L
 Kalium <2.0 atau > 7.0 mEq/L
 PaO2 < 50 mmHg
 Ph <7.1 atau >7.7
 Gula Darah >600 mg/Cl
 Kalsium >15 mg/Cl

9
 Tingkat ureum dan kreatinin yang berpengaruh pada perubahan status mental dan
hemodinamik.

c. Radiografi/USG
 Rupture visera, kandung kemih, varises esofagus atau uterus dengan hemodinamik
tidak stabil

d. Kelainan fisik
 Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
 Luka bakar >10%
 Anuria
 Obstruksi jalan nafas
 Coma
 Kejang berulang
 Sianosis

c. Model Skala Prioritas


a. Prioritas 1
Pasien yg mengalami gangguan akut pada organ vital yang memerlukan tindakan dan
terapi intensif cepat yaitu utamanya pada pasien dengan gangguan pada system
pernafasan, sirkulasi darah, susunan syaraf pusat yang tidak stabil.
b. Prioritas 2.
Pasien yang memerlukan pemantauan alat canggih utamanya pada pasien yang
mengalami pasca pembedahan mayor.
c. Prioritas 3
Pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil untuk
disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat sangat kecil.Pasien ini hanya
memerlukan terapi intensif pada penyakit akutnya tetapi tidak dilakukan intubasi atau
resusitasi kardio pulmuner.

Pengecualian
Dengan pertimbangan dan atas persetujuan kepala ruang intensif, beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan untuk dirawat di ICU. Namun perlu diingat bahwa pasien
demikian bila perlu harus bisa dikeluarkan dari ruang intensif agar fasilitas tersebut
dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2 dan 3.
Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati otak. Pasien-pasien seperti itu dapat
dimasukan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor
organ.
2) Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien
dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ruang intensif untuk
meningkatkan kemungkinan survivalnya.

10
3) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
4) Pasien yang secara fisiologis stabil dan secara statistik berisiko rendah untuk
memerlukan terapi intensif. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain pasien
pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetik ketoasidosis tanpa komplikasi,
keracunan obat tetapi sadar atau payah jantung kongestif ringan. Pasien-pasien
semacam ini lebih disukai dimasukan ke satu unit intermediate untuk terapi definitif
dan/ atau observasi.

d. Indikasi masuk ICU Anak dan Bayi


a. Bayi dengan gangguan hemodinamik
b. Apnoe.
c. Gawat nafas sedang atau berat yang memerlukan CPAP atau ventilasi mekanik
d. Bayi baru lahir sangat rendah <1500 gr
e. Bayi dengan hasil pemeriksaan neurologis abnormal
f. Bayi dengan kejang
g. Bayi yang perlu transfusi tukar untuk hiperbilirubinemia atau polisitemia
h. Nutrisi parenteral total untuk <7 hari.
i. Pasien anak dengan gangguan seperti indikasi masuk Intensif dewasa

B. KRITERIA KELUAR RUANG INTENSIF


Status pasien dirawat di ruang perawatan intensif harus direvisi terus menerus untuk
mengidentifikasi pasien yang mungkin tidak lagi membutuhkan perawatan intensif;
1. Ketika status fisiologi pasien sudah stabil tidak membutuhkan monitoring dan perawatan
intensif sudah tidak diperlukan.
2. Ketika status fisiologi pasien memburuk dan intervensi aktif tidak dapat memperbaiki
kondisi pasien maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan biasa
Indikasi keluar ruang intensif:
1. Model Parameter Terukur
a. Vital sign
 Denyut nadi 50 - 120 kali permenit
 Tekanan sistolik 100 atau <20 mmHg dibawah tekanan biasanya
 Tekanan arteri rata-rata >60 mmHg
 Tekanan diastolik <100 mmHg
 Laju pernafasan <28 x/menit.

b. Nilai laboratorium
 Natrium 110-170 mEq/L
 Kalium 2.0-7.0 mEq/L
 PaO2 > 50 mmHg
 Ph 7.1 - 7.7
 Gula Darah <400 mg/Cl
 Kalsium <15 mg/Cl
 Tingkat ureum dan kreatinin yang tidak berpengaruh pada perubahan status mental
dan hemodinamik.
11
2. Model Skala Prioritas
a. Prioritas 1
Pasien prioritas 1 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi secara intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek. Contoh golongan ini adalah pasien dengan tiga atau
lebih gagal sistim organ yang tidak respons terhadap pengelolaan agresif.
b. Prioritas 2
Pasien Prioritas 2 dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi
intensif telah berkurang.
c. Prioritas 3
Pasien prioritas 3 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi. Namun mungkin pasien demikian dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
sembuh atau manfaat terapi intensif kontinyu kecil. Contohnya antara lain adalah
pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung atau penyakit
liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lain yang telah tidak
berespons terhadap terapi intensif untuk penyakit akutnya yang secara statistik
mempunyai prognosis jangka pendek jelek dan yang tidak ada terapi yang potensial
untuk memperbaiki prognosisnya.

Sebelum pasien dikeluarkan dari ruang perawatan intensif sebaiknya keluarga pasien
diberikan penjelasan alasan pasien dikeluarkan dari ruang perawatan intensif:
1. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ruang perawatan intensif /
keluar paksa.
2. Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada pasien lain yang lebih
gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.

Untuk pasien dalam kondisi End of Life maka petugas di perawatan intensif harus memfasilitasi
pasien dan keluarga untuk mempersiapkan akhir kehidupannya.

C. PERSIAPAN PENERIMAAN PASIEN


1. Asal Pasien dan Alur Kerja
Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif dapat berasal dari Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat, Ruang Rawat Inap, Ruang Tindakan (Kamar Bedah, Hemodialisis,
Kardiologi Invasif, Kamar Bersalin, dll).
Alur pelayanan pasien di ruang perawatan intensif mengacu pada Alur Kerja yang sudah
ada yaitu : Alur Pasien Baru, Alur Pasien Pindah Ke Ruang Rawat Biasa, Alur Pasien
Pindah Rumah Sakit, Alur Pasien Pulang Paksa, dan Alur Pasien Meninggal.

2. Informed Consent
Setiap pasien yang masuk ke ruang perawatan intensif maka pasien dan atau keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapatkan perawatan di ruang perawatan intensif serta berbagai macam
tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat serta prognosis
penyakit yang diderita pasien.

12
Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP atau dokter yang bertugas sebelum pasien
masuk ruang perawatan intensif. Setelah mendapatkan penjelasan, pasien dan atau
keluarga bisa menerima atau tidak bisa menerima harus dinyatakan dalam formulir yang
ditandatangani (informed consent).

D. MONITORING PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF


1. Pasien yang memerlukan perawatan intensif ditempatkan secara selektif berdasarkan
indikasi medis serta mempertimbangkan kebutuhan keluarga dari aspek psikososial yang
dihadapi pasien dan keluarga selama perawatan.
2. Penempatan pasien di ICU dewasa diutamakan untuk pasien dengan kasus sistem
kardiovaskuler, paru,kasus saraf dalam kondisi kritis dan penyakit dalam. ICU anak dan
bayi diutamakan untuk kasus pasien bayi dan anak, mengingat keterbatasan jumlah tempat
tidur di perawatan ruang intensif maka pelaksanaanya disesuaikan dengan ketersedian
tempat yang ada.
3. Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif dikelola oleh seorang DPJP berdasarkan
kriteria penyakit yang paling dominan atau dokter yang pertama kali menangani pasien
atau atas permintaan pasien atau keluarga. Selama perawatan DPJP berhak untuk
melakukan konsultasi dengan dokter spesialis lain bila dari hasil penilaian terhadap pasien
menunjukan hasil yang memerlukan konsultasi ke bagian lain melalui sistem rujukan.
4. Perawatan pasien di ruang perawatan intensif dilakukan secara team yang terdiri dari multi
disiplin, multi profesi, dan multi sektoral secara terus menerus serta dikoordinasikan oleh
DPJP.
5. Monitoring pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif didokumentasikan dengan alat
bantu yaitu formulir observasi pasien intensif selain dengan di Rekam Medis pasien.
6. Perawatan pasien di ruang perawatan intensif meliputi:
a. Melakukan observasi dan interpretasi parameter-parameter vital secara terus menerus.
b. Melakukan koreksi terhadap penyimpangan parameter-parameter vital secara dini
(Intensif Diagnosis Instan Treatment)
c. Menunjang fungsi vital tubuh yang terganggu atau gagal dengan obat-obatan dan alat-
alat (Life Support)
d. Melakukan diagnosis dan terapi terhadap gangguan atau penyakit primer penyebab
masalah tersebut.
e. Mencegah dan mengatasi penyakit yang timbul akibat penyakit atau tindakan yang
dilakukan.
f. Memberikan rasa aman, nyaman dan manusiawi baik fisik maupun psikis, misalnya
dengan terapi nyeri dan emosional sport

E. PROSEDUR MEDIK DI RUANG PERAWATAN INTENSIF


1. Prosedur yang dilakukan oleh tim perawatan intensif terdiri dari:
a. Mengelola jalan nafas, intubasi trachea, ekstubasi
b. Ventilasi mekanis jangka pendek – jangka panjang
c. Punksi arteri dan pengambilan sampel darah
d. Kanulasi pembuluh darah perifer dan sentral, dan pengukuran kardiak output
e. Resusitasi jantung, paru, otak (basic, advance dan prolong life support)
f. Tube thoracostomy
13
g. Nutrisi parentral dan enteral khusus
h. Monitoring balance cairan setiap 1 – 3 jam sekali dan setiap 24 jam.
i. Pelaksanaan rehabilitasi medik pasif baik oleh perawat atau fisioterapis
j. Penilaian kematian batang otak.
2. Pada keadaan emergensi perawat ruang intensif yang terlatih dapat melakukan intubasi
trachea dan pemasangan ventilator atas sepengetahuan dokter ruang intensif/Dokter
Anastesi yang jaga.
3. Prosedur pelayanan medis dan standar terapinya mengikuti Buku Standar Pelayanan
Medis Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

F. INDIKASI PENGGUNAAN DAN PENGHENTIAN VENTILASI MEKANIK


1. Indikasi penggunaan ventilasi mekanik
a. Pa02 kurang dari 50 - 60 mmHg
b. PC02 lebih dari 50 - 60 mmHg
c. Vital capacity kurang dari 500 - 800 ml
d. Resiko tinggi mendapat aspirasi
e. Takhipnea lebih dari 35x/menit
f. Dispnea dan penggunaan otot bukan otot dada
g. Pernapasan asidosis berat

2. Indikasi penghentian ventilasi mekanik


a. GCS >10
b. Hypoksia dan hiperkarbia sudah teratasi.
c. Mampu bernafas spontan
d. Tidak ada distensi lambung
e. TV Spontan 4 - 6 ml/kgBB
f. TTV normal
g. Reflek batuk kuat
h. Laju nafas <20 kali/menit.

G. PENGGUNAAN ALAT MEDIK


Pelayanan perawatan di ruangan intensif tidak pernah lepas dari penggunaan peralatan medis.
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan harus menjamin alat-alat yang digunakan
berfungsi baik dan tidak rusak. Pemeliharaan peralatan medis bekerjasama dengan bagian
teknik. Setiap ada kerusakan alat segera dilaporkan dan dibuatkan memo untuk dilakukan
perbaikan.
Untuk peralatan medis yang berkaitan dengan pengukuran, maka peralatan tersebut dilakukan
kalibrasi setiap tahun. Unit perawatan intensif melakukan inventarisasi peralatan yang
membutuhkan kalibrasi secara berkala. Bekerjasama dengan bagian teknik, kalibrasi dilakukan
oleh badan kalibrasi.
Penggunaan peralatan medik di ruang intensif termasuk syringe pump, infus pump, suction
dan defibrilitor serta peralatan medis lainnya mengacu ke SPO yang berlaku.

14
H. KONSULTASI DAN SISTEM RUJUKAN
1. Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas/ wewenang
dan tanggung jawab secara timbal balik baik horizontal maupun vertikal terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena adanya
keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.

2. Jenis rujukan yang dilakukan adalah:


a. Rujukan eksternal (rujukan keluar Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan) yang
terdiri dari :
1) Rujukan vertikal yaitu rujukan yang dilakukan dari ruang perawatan intensif Rumah
Sakit Pertamina Pangkalan Brandan ke ICU Rumah Sakit yang mempunyai
kemampuan dan fasilitas lebih tinggi seperti RSU Pringadi Medan yang dikarenakan
membutuhkan penanganan medis yang lebih lengkap.
2) Rujukan horizontal yaitu rujukan yang dilakukan dari ruang intensif Rumah Sakit
Pertamina Pangkalan Brandan ke ICU Rumah Sakit yang mempunyai kemampuan
setara dengan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang dikarenakan
permohonan pasien dan keluarganya.

b. Rujukan internal (rujukan di dalam Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, dari
tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya: dokter umum ke dokter spesialis, atau
antar spesialis) yang terdiri dari:
1) Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit yaitu rujukan yang dilakukan
berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus),
spesimen dan pengetahuan tentang penyakit.
2) Rujukan permasalahan kesehatan yaitu rujukan yang dilakukan berkaitan dengan
upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa fasilitas, teknologi dan
operasional.
3) Rujukan antar dokter spesialis menggunakan formulir konsultasi

3. RS. Pertamina Pangkalan Brandan mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang
memerlukan pelayanan diluar kemampuannya. Rumah Sakit penerima rujukan harus
mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk tersebut akan mendapat penanganan
segera. Rujukan balik ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk dilakukan segera
setelah alasan rujukan sudah tertangani, oleh karena itu rujukan merupakan proses timbal
balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer informasi antar fasilitas pelayanan
kesehatan. Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan sebagai rumah sakit referal di
Group PERTAMEDIKA. Selain itu Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan menjalin
kerja sama dengan beberapa Rumah Sakit rujukan.

4. Tujuan dilakukan sistem rujukan antara lain adalah:


 Membutuhkan pendapat dari ahli (second opinion)
 Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia di fasilitas Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan
15
 Memerlukan intervensi medis di luar kemampuan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan
 Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya
 Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.

I. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pasien yang dirawat di ruang intensif yang memerlukan pemeriksaan laboratorium dan
radiologi direncanakan oleh DPJP atau dokter konsulen dan ditulis di Formulir Catatan
Terintegrasi atau Formulir Konsultasi. Prosedur pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi mengacu kepada SPO yang berlaku.

J. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pasien yang dirawat di ruang intensif dengan kondisi stabil dan telah melewati kondisi kritis
dapat dipindahkan ke ruang biasa sesuai indikasi keluar ruang intensif dan mengacu kepada
SPO Pemindahan Pasien dari Ruang Intensif ke Ruang Biasa.
2. Pasien di ruang intensif yang memerlukan tindakan operasi dapat dikirim ke ruang operasi
dengan tetap memperhatikan kebutuhan pasien dan peralatan yang terpasang tetap
digunakan dan dibawa. Selama dalam perjalanan pasien harus tetap dimonitor dan
membawa peralatan portabel untuk pertolongan bila terjadi kegawatdaruratan.
3. Pasien yang memerlukan rujukan ke luar Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan maka
akan dilakukan rujukan sesuai dengan SPO Merujuk Pasien dari Ruang Intensif.
4. Pasien yang meninggal dunia di ruang intensif akan dikirim ke kamar jenazah sesuai dengan
Alur Kerja Pasien Meninggal di Ruang Intensif.

K. REKAM MEDIS
Berkas rekam medis pasien selama perawatan di ruang intensif disimpan dan dijaga
kerahasiannya. Semua catatan yang berkaitan dengan perkembangan penyakit, riwayat
pengobatan dan perawatan, serta hasil – hasil pemeriksaan pasien disimpan dalam rekam
medis.

L. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Catatan perawatan intensif diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di ruang perawatan intensif dan dokter tersebut harus bertanggung jawab atas
semua yang dicatat dan dikerjakan. Pencatatan menggunakan form khusus perawatan intensif
yang meliputi diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat, data tanda vital, pemantauan
fungsi organ khusus, (jantung, paru, ginjal) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan
cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pencatatan nilai – nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh perawat ruang
intensif minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai kondisi pasien.
Pemantauan secara umum dan khusus setiap pagi hari oleh dokter jaga dan perawat ruang
intensif serta dikoordinasikan oleh DPJP.
Pemantauan umum meliputi :

16
1. Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, temperatur
badan dan kadar saturasi oksigen perifer.
2. Pemeriksaan fisik : sistem syaraf, kardiovaskular, respirasi, gastrointestinal, tractus
urinarius dan sistem lokomotif.
3. Balance cairan dilakukan setiap 3 – 6 jam diperhitungkan intake dan output cairan.
4. Pemeriksaan laboratorium : AGD, gula darah, darah rutin, elektrolit, ureum, kreatinin,
(keton darah dan urine, hemostase lengkap, SGOT/SGPT, sesuai kebutuhan),
pemeriksaan lain bila dibutuhkan.

M. EVALUASI HASIL PERAWATAN PASIEN


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan
intensif yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi
dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor – faktor yang potensial berpengaruh
agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Indikator pelayanan intensif digunakan
adalah sistem skoring prognosis dan keluaran perawatan intensif. Sistem skoring prognosis
dibuat dalam 24 jam pasien masuk ke perawatan intensif dengan menggunakan APACHE II
(Acute Physiologic Ana Chronic Health Evaluation). Rerata nilai skoring prognosis dalam
periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan
adalah angka kematian yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata
nilai skoring prognosis.
Untuk pasien dengan kasus sulit, multidisipliner dan perkiraan waktu rawat lama harus
dilakukan clinical meeting untuk membahas tindak lanjut perawatan bekerjasama dengan
komite medik. Hasil clinical meeting didokumentasikan dan disimpan dalam berkas rekam
medis pasien.

N. KONDISI BENCANA
Semua petugas di unit perawatan intensif harus memahami prosedur penanganan bencana
baik internal maupun eksternal.
Dalam kondisi bencana masal, ruang perawatan intensif harus menyediakan satu tempat tidur
untuk menolong pasien korban bencana dan berkoordinasi dengan Instalasi Gawat Darurat.

O. PENGUNJUNG
Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif ditunggu oleh keluarganya. Peraturan mengenai
pengunjung sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan

17
BAB V
LOGISTIK

A. PENYEDIAAN FARMASI
Penyediaan kebutuhan obat-obatan, alkes pendukung atau alat kesehatan disediakan oleh
bagian depo farmasi rawat inap melalui resep dan formulir pelayanan medical supplay Rawat
Inap. Permintaan obat injeksi, cairan infus, dan obat oraldilakukan oleh petugas intensif setiap
hari kepada petugas depo farmasi rawat inap, Bila obat dihentikan maka sisa obat dan alkes
tersebut dikembalikan ke bagian depo farmasi rawat inap. Setiap permintaan dan
pengeluarannya dicatat dan dilakukan stok opname oleh petugas depo farmasi rawat inap.

Untuk kebutuhan obat dan alkes dalam kondisi kegawatan dan kedaruratan, unit perawatan
intensif menyediakan persediaan di dalam emergency trolley yang jenis dan jumlahnya telah
ditetapkan. Bila terjadi kegawatan maka akan menggunakan obat di emergency trolley dan
setelah kegawatan tertangani, maka dilakukan penggantian terhadap penggunaan obat dan
alat tersebut sehingga jumlah dan jenisnya adalah tetap. Setiap petugas di unit perawatan
intensif berkewajiban menjaga agar emergency trolley selalu terpelihara.

B. PENYEDIAAN BARANG UMUM


Penyediaan barang umum dilakukan bekerja sama dengan bagian Layanan Umum. Prosedur
permintaan barang umum mengacu pada prosedur yang ada, dan laporan penggunaan
perbulan harus dipantau.

C. PENYEDIAAN BARANG INVESTASI


Penyediaan barang investasi mengacu pada pedoman pengadaan barang dan jasa dari
Bagian Logistik.

18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang meliputi :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Identifikasi pasien di ruang perawatan intensif mengacu pada standar yang berlaku di RS
Pertamina Pangkalan Brandan yaitu menggunakan 2 identitas berupa gelang yang dipakai
oleh pasien yang terdiri dari nama pasien dan tanggal lahir pasien. Penggunaan identifikasi
dengan menggunakan nomor tempat tidur sudah tidak digunakan lagi.Untuk pasien yang
sadar, petugas harus memastikan identitas pasien dengan meminta pasien menyebutkan
nama dan tanggal lahirnya sebelum melakukan tindakan dan mencocokan dengan gelang
identitas.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Tujuan dari komunikasi efektif adalah mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Setiap instruksi dokter harus tertulis, bila instruksi diberikan secara
perlisan/pertelpon, maka penerima instruksi harus mencatat instruksi tersebut dan wajib
meminta pengesahan dari yang memberikan instruksi (dokter).

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medications)


Penerapan prinsip 7 benar sebelum memberikan obat ke pasien mutlak dilakukan untuk
menghindari kesalahan. Selain itu bekerjasama dengan Bagian Farmasi untuk obat – obat
tertentu (LASA/Look A Iike Sound A like) dengan menggunakan kode atau tanda tertentu.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi


Setiap ada rencana tindakan operasi petugas di unit perawatan intensif harus memastikan
benar pasien, benar lokasi dan benar prosedur.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Dalam pencegahan infeksi di ruang intensif bekerjasama dengan IPCN (Infection
Preventive Control Nurse) melalui program kebersihan tangan, pengelolaan sampah yang
benar, pencegahan infeksi rumah sakit, pembersihan alat, pembersihan ruangan dan
pemantauan mikrobiologi (pasien dan ruangan) serta pembatasan pengunjung.

6. Pengurangan risiko pasien jatuh


Di unit perawatan intensif pasien harus dipantau untuk risiko jatuh, melalui
pengkajian,penggunaan tempat tidur khusus, penjelasan ke pasien dan atau keluarga
pasien, dan bila perlu melalui restraint.

B. TUJUAN KESELAMATAN PASIEN


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
19
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD)

C. METODE KESELAMATAN PASIEN


1. Menghormati hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. KEJADIAN BERKAITAN DENGAN KESELAMATAN PASIEN


1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
- Karena “ keberuntungan”
- Karena “ pencegahan ”
- Karena “ peringanan ”

3. Kesalahan Medis / Medical Error


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

4. Kejadian Sentinel / Sentinel Event


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

5. Pencatatan dan pelaporan kejadian yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien sesuai
dengan Pedoman Keselamatan Pasien RS. Pertamina Pangkalan Brandan.

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor bahaya, baik berasal
dari pelaksanaan pekerjaan maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri.

B. TUJUAN
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produktifitas kerja
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

C. TINDAKAN RISIKO TERPAJAN INFEKSI


1. Kebersihan tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
1. Kebersihan tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

E. PROGRAM KESELAMATAN KERJA


1. Pencegahan infeksi melalui kewaspadaan universal dalam setiap pelaksanaan pekerjaan.
2. Melakukan pekerjaan sesuai dengan Standar Prosedur Operasi yang berlaku.
3. Pemeriksaaan kesehatan calon pekerja sebelum diterima sebagai pekerja.
4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi setiap pekerja.
5. Pelatihan penanggulangan bencana kebakaran secara berkala.

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan perawatan intensif merupakan satu program yang
bersifat objektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga
dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pemantauan kualitas adalah kegiatan pemantauan yang dilaksanakan setiap hari secara objektif
bekerjasama dengan Manajemen Mutu dan Infection Preventive Control Nurse.
Pelaksanaan pemantauan meliputi:
1. Self Assesment adalah kegiatan memantau parameter mutu pelayanan dan hasilnya
dilaporkan ke Manajemen Mutu, IPCN dan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Pemantauan meliputi penilaian angka readmision, angka kematian, dan angka infeksi
pneumonia terkait pemasangan ventilator, angka ketidaklengkapan rekam medis, serta
indikator klinik dan insiden keselamatan pasien.

2. Independent Audit merupakan pelaksanaan parameter mutu pelayanan yang tolak ukur
keberhasilannya ditentukan sesuai prioritas dan dilaksanakan oleh Manajemen Mutu.

22
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Perawatan Intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan ini
diharapkan dapat menjadi panduan bagi unit perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang berkepentingan
terhadap layanan perawatan intensif di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang
selanjutnya perlu dijabarkan dalam bentuk Standar Prosedur Operasional guna kelancaran
pelaksanaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Pedoman Pelayanan Perawatan
Intensif di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan ini, maka akan dilakukan penyempurnaan
pada penyusunan petunjuk teknis selanjutnya.

RUMAH SAKIT PERTAMINA


PANGKALAN BRANDAN
Direktur,

dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD

23
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-247.A9/L00000/2021-S0

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan penanganan


pasien di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan, maka dipandang perlu dibuatkan Pedoman Pelayanan Unit
Perawatan Intensif;

b. Dengan adanya Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif akan


berjalan dengan aman dan lancar;

c. Bahwa pelayanan pasien harus disediakan dengan memanfaatkan


secara optimal sumber daya dan fasilitas Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan;

d. Bahwa pertimbangan sebagaimana dengan butir tersebut di atas, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.

Mengingat : 1. Undang - Undang No. 29 Tahun 2012 tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang - Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Keputusan Direktur Utama PT. Pertamina Bina Medika tanggal 18


Oktober 2016 No. Kpts-1036/A00000/2016-S8 tentang Pengangkatan
Pejabat definitif Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif sebagaimana
terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-247.A9/L00000/2021-S0

KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Perawatan Intensif wajib diterapkan semua


petugas dalam memberikan pelayanan;

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penerapan Pedoman Pelayanan Unit


Perawatan Intensif dilaksanakan oleh Direktur dan Pengawas Unit
Perawatan Intensif;

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa


hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan
kemudian.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 22 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur,

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 22 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN
Direktur,

dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD


Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

-3-
Lampiran Keputusan Direktur Nomor :
Kpts-246.A9/L00000/2021-S0
Tanggal : 22 Maret 2021

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN UNIT PERAWATAN INTENSIF

RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN


JL. Dr. Wahidin No.1 Pangkalan Brandan Langkat Sumatra Utara
Telp. (0620)20120 / 322455 Fax. (0620)523392-350029
Email :customercare.rsppb@gmail.com
Lampiran Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-246a9 /L00000/2021-S0
Tanggal : 22 Maret 2021

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh
PT.Pertamina (Persero) pada tanggal 01 Juni 1970, awalnya berada di kompleks Perumahan
Pertamina Tangkahan Lagan Pangkalan Brandan. Pada tanggal 4 Juni 2011 terjadi alih kelola oleh
PT.Pertamina Bina Medika yang merupakan salah satu unit anak Perusahaan PT.Pertamina
(Persero) saat ini Rumah Sakit berada diatas tanah seluas 24.524 m 2 dengan luas bangunan
5.863 m 2, ditengah areal Kompleks perkantoran dan Perumahan Pertamina dan beralamat di jalan
Wahidin No.01 Pangkalan Brandan tepatnya berada di pinggir jalan utama Kota Pangkalan
Berandan. Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan merupakan Rumah Sakit Type C yang
melayani pekerja Pertamina, Pensiunan Pertamina dan Masyarakat Umum.
PT.Pertamina Bina Medika yang lebih mudah diingat dengan kata
“PERTAMEDIKA“ merupakan salah satu anak Perusahaan PT.Pertamina ( Persero). Saat ini
jumlah unit usaha PERTAMEDIKA terdiri dari 11 rumah sakit dengan berbagai tipe dan
keunggulan tersebar di wilayah Indonesia yang terkenal dengan “Rumah Sakit Pertamina”, salah
satu dari unit usaha itu adalah Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang terletak di
Kabupaten Langkat, merupakan Rumah Sakit di bawah pengelolaan PT.Pertamedika dan memiliki
standar kualitas yang terus dijaga dan di kembangkan oleh pihak management. Unit usaha yang
dulunya banyak melayani pekerja dan keluarga PT.Pertamina (Persero) yang terkenal mempunyai
standart yang tinggi sebagai perusahaan minyak nasional sekarang dengan tidak mengurangi
nilainya,melayani semua lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan perobatan yang
berkualitas.Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan bekerja sama dengan BPJS untuk
melayani kesehatan masyarakat.

1
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum


Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan berlokasi di Jl. Wahidin No.1,
Kelurahan Puraka I, Kecamatan Sei Lepan, Kota Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat
dan mulai beroperasi sejak tahun 1970.
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan (RSPPB) tergolong dalam bidang
pelayanan kesehatan. Keberadaan Rumah Sakit diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap Peningkatan Pelayanan Kesehatan khususnya di Kota Pangkalan Brandan,
Kabupaten Langkat , Provinsi Sumatera Utara.
Adapun izin-izin yang telah dimiliki oleh pihak Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan seperti pada tabel 2.1 berikut :

Perijinan Yang Sudah Dimiliki Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan


No. Jenis Izin Nomor Instasi Pemberi Izin

1. Perizinan Pelayanan No. 400-2768/RSU/KPT/2015 Kantor Pelayanan


Kesehatan swasta Terpadu Kabupaten
Langkat
2. Surat Izin Usaha No : 02185/1.824.51 Dinas Perindustrian
Perdagangan ( SIUP ) dan Perdagangan
Besar Provinsi DKI Jakarta
3 Sertifikat Hak Guna No : 1 Badan Pertanahan
Bangunan ( HGB ) Nasional /Kantor
Pertanahan Kabupaten
Langkat
4 Surat Perjanjian Nomor :003/k10000/2011-SO PT. Pertamina
Pengelolaan Rumah Nomor : 0288/A00000/2011- (Persero)
Sakit Pertamina SO
Pangkalan Berandan
antara PT.Pertamina
( Persero ) dengan
PT.Pertamina Bina
Medika
5 Izin Gangguan ( HO ) No : 536.08-2770/HO/KPT- Kantor Pelayanan
LKT/2015 Terpadu Kabupaten
Langkat
6 Izin SITU ( Tempat Nomor : 511.1- Kantor Pelayanan
Usaha) 2769/SITU/KPT-LKT/2015 Terpadu Kabupaten
Langkat
7 Izin Penyimpanan Nomor : 660.3-13/K/2016 Kantor Badan
Limbah B3 Lingkungan Hidup
Langkat
2
8 Izin Pengumpul Limbah No. 141/L00000/2016 S0 PT. ARAH
medis dan limbah B3 No. 0150/PKS/LKT/AEI- ENVIRONMENTAL
MDN/V/16 INDONESIA
9 Izin Intalasi PengelolaanNomor. 660- Kantor Pelayanan
/ Pembuangan Air 2755/IPPAL/KPT/2016 Terpadu Kabupaten
Limbah Langkat
 Sumber: Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan,2015
Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan didukung oleh 211 orang pekerja yang terdiri
dari 23 PWTT , 55 orang PWT, 50 orang mitra, dan 83 outsourcing.

2.2. Lokasi Usaha


Secara administrasif lokasi kegiatan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
berada di Jalan Wahidin nomor 1 Kelurahan Puraka I, Kecamatan Sei Lepan, Kota
Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat dan berada pada titik koordinat 040 01’10.21” N dan
0980 16 ’59.05 “ E. Lokasi Rumah Sakit berbatasan dengan :
 Sebelah Utara : Komplek Perkantoran Pertamina
 Sebelah Timur : Jalan Wahidin dan Pemukiman Penduduk
 Sebelah Selatan : Bank Mandiri
 Sebelah Barat : Komplek Pertamina

Secara formal lahan yang dikuasai (dengan sertifikat Hak Guna Bangunan) nomor
01 atas nama PT.Pertamina (Persero) untuk kegiatan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan di Kelurahan Puraka I Pertamina, Kecamatan Sei Lepan, Kota Pangkalan Brandan
adalah seluas 24.524 m2 dengan luas bangunan sebesar ± 5.863 m 2.
Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang Berdasarkan Perda Kabupaten
Langkat No.9 tahun tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) tahun 2013
- 2033 disebutkan bahwa Kota Pangkalan Brandan sebagai pusat pelayanan Kecamatan
yang berfungsi sebagai pusat pengembangan perdagangan dan jasa, pemukiman dan
pelayanan kesehatan.

3
Gambar. 2.1. Peta Lokasi Kegiatan

2.3. Deskripsi Kegiatan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan


2.3.1. Kegiatan Utama Rumah Sakit
A. Fasilitas
1. Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Jalan mempunyai tugas melaksanakan diagnosa, pengobatan,
perawatan, penyuluhan pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan
kesehatan untuk penderita rawat jalan yang datang dan atau melaksanakan rujukan balik
ke Instalasi lainnya maupun ke Unit Pelayanan Kesehatan di luar Rumah Sakit.
Untuk melayani pasien rawat jalan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan memiliki
sarana Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi & Mulut, Poliklinik Spesialis dan 1 unit medical
Check up antara lain :
 Poliklinik Dokter Umum
 Poliklinik Gigi dan Mulut
 Poliklinik Spesialis Internis
 Poliklinik Spesialis Obsgyn/kandungan
 Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
 Poliklinik Spesialis Mata
 Poliklinik Spesialis Bedah
 Poliklinik Spesialis THT
 Poliklinik Spesialis Paru
 Poliklinik Spesialis Anak

4
2. Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Inap terdiri dari 110 bed untuk ruangan VIP, kelas I, kelas II, kelas III

3. Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam


Berfungsi untuk melaksanakan pelayanan darurat medis yang meliputi pelayanan
penanggulangan kecelakaan dan gawat darurat, team penanggulangan bencana, team
emergensi untuk Perusahaan atau Proyek - proyek dan stand by ambulance.

4. Instalasi Penunjang
Terdiri dari ruang laboratorium patologi klinik, Radiologi/Rontgen & USG, ruang fisioterapi,
dan farmasi.

5. Fasilitas Khusus
Terdiri dari ruang ICU, ruang operasi , hemodialise (HD), BKIA.

6. Layanan Medis lainnya dan non medis


Layanan kerjasama biaya pengobatan dengan sistem kapitasi, fogging,catering sehat dan
paket CSR seperti pengobatan massal, operasi katarak, khitanan massal dan operasi
bibir sumbing

7. Instalasi Pengolahan Air Limbah


Seluruh limbah cair di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Berandan yang bersifat non
nuklir di olah di dalam IPAL.

2.3.2. Bangunan Rumah Sakit dan Pemanfaatan Lahan

5
Luas lahan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan (RSPPB) seluas
24.524 m 2. Luas bangunan Rumah Sakit 5.863 m2 dan terdiri dari beberapa ruangan
dengan rincian ukuran sebagai berikut

Tabel.2.1.Penggunaan Lahan Bangunan Rumah Sakit


No Jenis Luas Keterangan Prosentase
Penggunaan m2 (%)
I Lahan 5.863 24
Tertutup
1 Area Rumah 5.863 - Ruang Rawat Inap
Sakit - Ruang Rawat Jalan/Poli
Pertamina - Gudang Farmasi
Pangkalan - Perkantoran
Berandan

II Lahan 18.661 76
Terbuka
1 Ruang Terbuka 9809,6 40
Hijau ( RTH )
/Taman
2 Parkir 1129 Parkir Kendaraan Roda 4 dan 4,6
Roda 2
3 Jalan Aspal 2300 Jalann Penghubung 9,37
Kendaraan Rumah Sakit
Pertamina Pangkalan
Berandan
4 IPAL 20 Di belakang Rumah Sakit 0,08

5 Lahan 5.402,4 - Bangunan ruang genset 22


Cadangan - Bangunan TPS LB3 Sisa
lahan sebagai lahan
cadangan
Total Lahan 24.524 100
 Sumber: Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan,2016

2.3.3. Kapasitas Rumah Sakit


6
Di dalam menjalankan kegiatan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Berandan memiliki 7 jenis ruangan, 33 jumlah ruangan dan 110 bed, seperti
terlihat pada tabel berikut :

Kapasitas Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Berandan


Tabel.2.2.
Jumlah
Jumlah Bed
No Jenis Ruangan Ruangan

1 VIP 3 3
2 Kelas I 3 6
3 Kelas II 9 26
4 Kelas III 14 62
5 ICU 1 4
6 Incubator 1 3
7 Isolasi 2 6

Jumlah 33 110
 Sumber: Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan, 2017

BAB III
7
VISI,MISI, NILAI DAN MOTTO
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Visi dan Misi


 Visi Rumah Sakit
 Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan terbaik di Aceh dan Sumut terpercaya
dengan memberikan layanan Prima (Profesional, Ramah, Ikhlas, Bermutu dan
Antusias)

 Misi Rumah Sakit
 Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengedepankan kepada
keselamatan pasien.
 Melaksanakan Operasional Rumah Sakit yang menjamin kepuasan
Stakeholder.
 Membangun SDM yang professional melalui mekanisme pembelajaran
berkesinambungan.
 Menjalankan kegiatan operasional secara efektif dan aman.

Core Value & Motto

Core Value.
“La PRIMA”
Layanan yang Profesional, Ramah, Ikhlas, Bermutu dan Antusias

MOTTO :
“ We Care and We Cure “

BAB IV
8
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Struktur organisasi yang digunakan RSPPB mengacu kepada SK Direktur Utama


PERTAMEDIKA No. Kpts-0229/A00000/2014-S8, tanggal 28 Februari 2014 RSPPB dipimpin oleh
seorang Direktur yang tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama
PERTAMEDIKA. Direktur Utama PERTAMEDIKA bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
Direktur RSPPB harus mencapai target KPI dari Direktur Utama PERTAMEDIKA.
Untuk mencapainya, Direktur RSPPB berwenang membuat rencana strategis dan
operasional serta mengusulkan anggaran investasi dan operasional. Kegiatan operasional
dilaksanakan berdasarkan RKAP yang telah disetujui Direktur Utama PERTAMEDIKA dan
dievaluasi serta diaudit oleh Satuan Pemeriksaan Internal (SPI) PERTAMEDIKA dan Auditor
Eksternal. Kinerja pemimpin senior dan kepala unit / instalasi dilakukan melalui mekanisme
pelaporan formal dan rutin kepada PERTAMEDIKA setiap bulan. Hasil pencapaian kinerja akan
dibandingkan dengan target KPI yang ditetapkan PERTAMEDIKA.

BAB V
9
STRUKTUR ORGANISASI UNIT PERAWATAN INTENSIF

Wadir Layanan Medis&


Keperawatan

Penanggung Jawab ICU

Pws. ICU

Penata Anestesi
Penata ICU

BAB VI
10
URAIAN JABATAN

A. INTENSIVE CARE UNIT


1. Kepala Instalasi Anestesi & ICU
a. Fungsi Jabatan
1) Mengelola kegiatan pelayanan operasional di Instalasi ICU (Keperawatan, ICU)
sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan
2) Menyelenggarakan dan melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral dengan berbagai disiplin dan sektor terkait

b. Dimensi
Instalasi Anastesi & ICU meliputi Pelayanan Keperawatan ICU dengan kapasitas 3
tempat tidur untuk dewasa dan 1 tempat tidur untuk neonatal. Dengan jumlah pekerja 4
orang perawat.
Tugas / Kegiatan Utama
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan dan non keperawatan.
2) Merencanakan jumlah dan jenis peralatan yang dibutuhkan di Instalasi ICU.
3) Mengadakan pertemuan secara berkala dan insidentil dengan tenaga pelaksana
dan tenaga lain.
4) Memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada PWS ICU dalam
pelaksanaan layanan keperawatan sesuai standar.
5) Melakukan koordinasi dengan Wadir Medis, Kepala Instalasi lain, Kepala Unit
Keperawatan, medis dan non medis untuk menunjang pelaksanaan layanan
keperawatan.
6) Meneliti dan mempertimbangkan kenaikan jabatan dan golongan di unit yang
menjadi tanggung jawabnya.
7) Melakukan fungsi pengendalian, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
layanan asuhan keperawatan.
8) Menyusun jadwal dan memilih pekerja untuk mengikuti pertemuan
ilmiah/kursus/kongres.
9) Melaporkan kepada Wadir Medis tentang situasi dan masalah yang timbul.
10) Melakukan evaluasi kegiatan secara berkala dan menyampaikan laporan tahunan
hasil evaluasi kegiatan pelayanan di Instalasi ICU.
11) Melakukan penilaian kinerja secara objektif terhadap Koordinator Layanan
Keperawatan ICU

c. Tanggung Jawab
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Wadir Medis, tentang
terselenggaranya pelaksanaan pelayanan operasional dan keperawatan di Instalasi
ICU

d. Wewenang dalam Pembuatan Keputusan


11
1) Mengatur dan mengkoordinasikan tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.
2) Menyusun kebutuhan tenaga keperawatan, sarana dan prasarana.
3) Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan peralatan serta obat-obatan melalui
sistem pencatatan dan pelaporan secara teratur.
4) Melaksanakan penilaian hasil kerja tenaga keperawatan dan mempertahankan
mutu pelayanan.

e. Hubungan Kerja
Internal Perihal
1) Wadir Medis Masukan dan laporan pelayanan
2) Wadir Keperawatan Pengaturan ketenagaan perawatan
3) Dokter yang merawat Penyelesaiaan masalah pasien.
4) Penunjang medis Optimalisasi pelayanan keperawatan
5) Penunjang non medis Kebutuhan sarana dan prasarana
6) ADM Pasien Administrasi pasien

f. Persyaratan Jabatan
Pendidikan Formal Dokter Spesialis Anastesi
Kursus / Latihan a. Manajemen rumah sakit
b. Manajemen tekhnis pelayanan anastesi
dan ICU
c. Manajemen Perencanaan Strategik
Pengalaman Kerja Dibagian Anastesi dan ICU minimal 10
tahun

2. Pengawas Layanan Keperawatan ICU


a. Fungsi Jabatan
Mengelola kegiatan pelayanan keperawatan pasien di ruang rawat ICU sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang ditetapkan.

b. Dimensi
Ruang rawat ICU memiliki kapasitas 4 tempat tidur, terdiri dari 3 tempat tidur untuk
pasien dewasa,dan 1 tempat tidur untuk pasien neonatal, jumlah pekerja perawat 8
orang.
Tugas / Kegiatan Utama
1) Merencanakan dan melakukan pengawasan terhadap sarana dan prasarana untuk
menunjang layanan keperawatan.
2) Mendistribusikan jumlah dan kategori tenaga keperawatan dan non keperawatan.
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru dan mahasiswa.
4) Mengadakan pertemuan secara berkala dan insidentil dengan tenaga pelaksana
dan tenaga lain.
5) Memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.

12
6) Melakukan koordinasi dengan bagian yang terkait untuk menunjang layanan
keperawatan.
7) Melakukan fungsi pengendalian, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan.
8) Membuat laporan tahunan.
9) Melakukan penilaian kinerja secara objektif kepada perawat pelaksana.

c. Tanggung Jawab
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
ICU
2) Secara teknis medis operasional, bertanggung jawab kepada dokter yang merawat
/dokter penanggung jawab.

d. Wewenang dalam Pembuatan Keputusan


1) Mengatur tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
2) Mengatur dan mengelompokan pasien di ruang rawat inap sesuai dengan tingkat
kegawatan, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan dalam pemberian asuhan
keperawatan.
3) Menyusun permintaan rutin kebutuhan operasional.

e. Hubungan Kerja
Internal Perihal
1) Koord YanKep Lain Kebutuhan layanan keperawatan
2) Supervisor Pengaturan ketenagaan dan
Penempatan pasien masuk rawat
3) Dokter Pengobatan pasien
4) Penunjang Medis Pemeriksaan penunjang
5) Adm Medis Administrasi pasien
6) Penunjang Non Medis Kebutuhan sarana dan prasarana

f. Persyaratan Jabatan
Pendidikan Formal Minimal D III Keperawatan
Kursus / Latihan 1) Pelatihan BTCLS
3) Kursus Perawatan ICU

Pengalaman Kerja Telah menjadi ketua regu perawatan


1) D III Keperawatan minimal 5 tahun

3. Penata ICU
a. Fungsi Jabatan
Melaksanakan kegiatan pelayanan keperawatan dalam regunya di ICU sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang ditetapkan

13
b. Dimensi
Ruang rawat ICU memiki kapasitas 4 tempat tidur, terdiri dari 3 tempat tidur untuk
pasien dewasa dan 1 tempat tidur untuk pasien neonatal, dan jumlah pekerja perawat
8 orang.

c. Tugas / Kegiatan Utama


1) Menyiapkan fasilitas dan lingkungan untuk kelancaran pelayanan dengan
mengawasi kebersihan lingkungan, mengatur tata ruangan dan menyiapkan
peralatan yang diperlukan.
2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dan
memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga.
3) Mengorientasikan fasilitas baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
4) Melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab.
5) Melakukan pemeriksaan keadaan pasien (tingkat kesadaran, tanda vital, keluhan
utama).
6) Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang hal-hal yang
berhubungan dengan tindakan asuhan keperawatan sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya.
7) Menentukan diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan sesuai
hasil pengkajian.
8) Melakukan intervensi dan implementasi sesuai rencana asuhan keperawatan dan
melakukan tindakan kolaborasi.
9) Melakukan tindakan darurat sesuai dengan kebutuhan pasien, khususnya pada
saat terjadi kedaruratan seperti : kolaps, perdarahan, henti jantung, henti napas.
10) Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik atau tindakan lainnya.
11) Melakukan serah terima pasien, tugas dan inventaris kepada tim dinas berikutnya.
12) Mendampingi visite dokter, melaksanakan dan mendokumentasikan pengobatan /
tindakan yang dilakukan.
13) Mengendalikan infeksi nosokomial.
14) Melakukan dinas rotasi sesuai dengan program yang dibuat oleh koordinator
ruangan.
15) Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang diberikan.
16) Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
17) Membuat dan menyiapkan pasien pindah / pulang ( Discharge Palnning ).
18) Memberikan penyuluhan kesehatan tentang masalah keperawatan kepada pasien
dan keluarga sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
19) Memelihara semua alat-alat kesehatan untuk selalu dalam keadaan siap pakai.

d. Tanggung Jawab
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada PWS ICU
2) Secara teknis medis operasional, bertanggung jawab kepada dokter yang
merawat/dokter penanggung jawab

14
e. Wewenang dalam Pembuatan Keputusan
1) Mengatur dan melaksanakan asuhan keperawatan di ruang bersama satu team
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan mutu asuhan keperawatan yang
diberikan oleh regu / tim
3) Secara struktural bertanggung jawab kepada Pws ICU dan dokter yang
merawat/dokter penanggung jawab.

f. Hubungan Kerja
Internal Perihal
1) PWS Masukan dan laporan pelayanan
2) Supervisor Pengaturan laykep diluar jam kerja
3) Dokter Pengobatan pasien
4) Penunjang Medis Pemeriksaan penunjang
5) Adm Medis Administrasi pasien
6) Penunjang Non Medis Kebutuhan sarana dan prasarana
Eksternal
1) Institusi Pendidikan Bimbingan praktek klinik

g. Persyaratan Jabatan
Pendidikan Formal Minimal D III Keperawatan
Kursus / Latihan 1) Kursus ICU
2) Pelatihan BTLS/ACLS

Pengalaman Kerja Minimal 0 tahun anggota regu shift

15
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Rawat Inap Farmasi Laboratorium

Haemodialisa
Rawat Jalan

Gizi
IGD

UNIT
Kamar Bedah PERAWATAN Layanan
Tekhnik
INTENSIF

Administrasi Layanan
Umum

Supervisor
TI dan TE

CSSD Radiologi
Keuangan

Kamar Jenazah
Logistik

16
Keterkaitan Hubungan Kerja Unit Perawatan Intensif (ICU) dengan Unit Lain.
a. Unit Rawat Inap
Pasien yang akan dirawat di ruang perawatan intensif dapat berasal dari Unit Rawat Inap.
Sebelum pasien dipindahkan ke ruang perawatan intensif, pasien dan atau keluarga pasien
menadatangani formulir informed consent Begitupun bila pasien yang kondisinya sudah
membaik akan dipindahkan ke Unit Rawat Inap sesuai dengan kelas perawatannya.

b. Unit Rawat Jalan


Pasien yang akan dirawat di rawat intensif dapat berasal dari Unit Rawat Jalan. Sebelum
pasien dipindahkan ke ruang perawatan intensif, pasien dan atau keluarga pasien
menadatangani formulir informed consent.

c. Instalasi Gawat Darurat


Pasien yang akan dirawat di perawatan intensif dapat berasal dari Instalasi Gawat Darurat.
Sebelum pasien dipindahkan ke ruang perawatan intensif, pasien dan atau keluarga pasien
menadatangani formulir informed consent.

d. Instalasi Kamar Bedah


Pasien yang akan dirawat di rawat intensif dapat berasal dari pasien pasca tindakan bedah.
Sebelum pasien dipindahkan ke rawat intensif, pasien dan atau keluarga pasien
menadatangani formulir informed consent. Selain itu terkadang pasien yang dirawat di ruang
perawatan intensif harus menjalani tindakan pembedahan dan setelah mendapat persetujuan
dari pasien dan atau keluarga pasien.

e. Administrasi
Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif harus dilakukan entry data biaya selama
perawatan, selain itu juga untuk pengurusan administrasi dengan perusahaan penjamin pasien
yang dirawat.

f. Supervisor
Dalam hal pengaturan tempat pasien yang akan masuk dan keluar ruang perawatan intensif,
maka pengaturannya diatur oleh Supervisor setelah koordinasi dengan Administrasi mengenai
penjaminan pasien.

g. CSSD
Dalam hal penyediaan kebutuhan peralatan yang membutuhkan sterilitas, maka peralatan
tersebut disuplai oleh bagian CSSD.

h. Farmasi
Kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan disediakan oleh Bagian Farmasi melalui
mekanisme resep dan permintaan barang farmasi.

17
i. Radiologi
Pasien ruang perawatan intensifyang membutuhkan pemeriksaan radiologi, akan dibuatkan
formulir permintaan pemeriksaan radiologi oleh dokter, dan formulir tersebut diserahkan ke
petugas radiologi oleh perawat ruang intensif.

j. Laboratorium
Pasien di ruang perawatan intensifyang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan
dibuatkan formulir permintaan pemeriksaan oleh dokter, dan formulir serta sample
pemeriksaan tersebut diserahkan ke petugas laboratorium melalui kurir oleh perawat ruang
intensif.

k. Hemodialisa.
Pasien di ruang perawatan intensif yang membutuhkan tindakan hemodialisa, dapat dikerjakan
di ruang perawatan intensif dengan bekerjasama dengan petugas hemodialisa atau pasien
yang diantar ke ruang hemodialisa.

l. Instalasi Gizi dan Catering


Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensifmendapatkan kebutuhan nutrisi dari bagian
gizi sesuai dengan diet yang diinstruksikan. Perawat akan mengisi formulir diet pasien dan
menyerahkan ke bagian gizi untuk pemenuhan dietnya.

m. Layanan Tekhnik
Kerusakan alat medis dan penggantian spare part alat medis di ruang perawatan intensif akan
dilaporkan dan diajukan perbaikan ke layanan tekhnik dengan prosedur permintaan perbaikan.

n. Layanan Umum
Kebutuhan barang umum dan alat tulis kantor disuplai oleh bagian Layanan Umum dengan
menggunakan formulir permintaan barang umum.

o. Tekhnik Informasi dan Tekhnik Elektronika


Kebutuhan akan teknologi informasi dan elektronika termasuk telepon bekerjasama dengan
bagian TI dan TE. Bila ada kerusakan, maka akan dilaporkan untuk dilakukan perbaikan.

p. Keuangan
Berkaitan dengan monitoring pembiayaan pasien selama dirawat di rawat intensif dan
penyelesaian biaya setelah pasien keluar rawat.

q. Logistik
Semua kebutuhan material yang dibutuhkan oleh ruang perawatan intensifdisediakan melalui
bagian logistik

r. Kamar Jenazah
Pasien yang meninggal selama perawatan di ruang perawatan intensif akan dikirim ke kamar
jenazah yang dikelola oleh pihak ke tiga.

18
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. POLA KETENAGAAN INSTALASI PERAWATAN INTENSIF


Kualifikasi Pengalaman dan Jumlah
No Nama Jabatan
Formal Sertifikat kualifikasi diperlukan
Ka Instalasi - Dokter - ACLS - Sebagai dokter 1
Anestesi &ICU Spesialis - FCCS spesialis anestesi
1 Anastesi minimal 10 tahun
- Memiliki
kemampuan dalam
kepemimpinan

2 Pws.ICU - D3 Kep - Pelatihan - Sebagai perawat 1


Intensif penata minimal 5
- BTLS/ACLS thn untuk DIII Kep
- Memiliki
keterampilan
dalam
Kepemimpinan
- Memiliki
kemampuan untuk
mengontrol emosi
dengan baik,
membina
hubungan baik
dengan orang lain
serta dapat
dipercaya.
- Memiliki
Kemampuan
menggunakan
komputer.

3. Pengatur - Minimal - Pelatihan - Sebagai anggota 8


Ruangan D3 Kep Intensif regu 2 tahun
- Pelatihan - Memiliki minat
BTCLS kepribadian serta
komunikasi yang
baik
- Disiplin / jujur /
memiliki loyalitas

19
B. POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI

Kualifikasi
No Nama Jabatan Jumlah
Formal Masa Kerja Sertifikat
yang ada
1 Ka Instalasi Dokter Spesialis 10 tahun FCCS 1
Anastesi &ICU Anastesi

2 Pws. ICU D3 Keperawatan 13 tahun - Kursus ICU 1


- BTLS/ACLS

4. Pengatur Ruang D3 Keperawatan 6 tahun - Kursus ICU 8


ICU - BTLS/ACLS

20
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

A. LATAR BELAKANG
Ruang perawatan intensif adalah bagian dari rumah sakit yang terpisah dengan staf khusus
dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien
yang menderita penyakit, cidera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa.
Ruang perawatan intensif menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik,
perawatan dan staf yang lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan – keadaan
tersebut.
Untuk menunjang fungsi ruang perawatan intensif maka dibutuhkan tenaga-tenaga terlatih baik
dalam perawatan, monitoring maupun pengoperasian peralatan medis di unit perawatan
intensif. Selain itu diperlukan kerja sama team yang baik sehingga diperlukan kegiatan
orientasi untuk pekerja baru yang berdinas di ruang intensif

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Perawat dapat bekerja dengan terampil, siap pakai serta mengetahui tata kerja di ruang
perawatan intensif

2. Tujuan Khusus
- Perawat dapat mengetahui tentang keadaan pasien kritis
- Perawat dapat segera melakukan tindakan darurat
- Perawat dapat mengetahui peraturan-peraturan yang ada di ruang perawatan intensif
- Perawat dapat mengetahui sarana dan prasarana di ruang perawatan intensif
- Perawat dapat mengenal semua pekerja yang ada di ruang perawatan intensif

C. SASARAN
Semua perawat baru yang bekerja di rawat intensif

D. METODE ORIENTASI
1. Pelaksanaan orientasi perawat baru di ruang perawatan intensifdilaksanakan selama 1
(satu) Minggu
2. Orientasi meliputi pemberian materi berupa teori dan praktek.
3. Penjelasan teori dilakukan pada minggu pertama program orientasi
4. Pengkayaan dan pendampingan dilakukan pada minggu kedua dan selanjutnya selama 10
minggu – 12 minggu.
5. Evaluasi program dilakukan pada akhir kegiatan orientasi

21
E. TOPIK / MATERI ORIENTASI
1. Sosialisasi:
- Struktur organisasi ruang perawatan intensif
- Visi, misi, tujuan dan falsafah ruang perawatan intensif
2. Sarana dan fasilitas ruang perawatan intensif
3. Prosedur pelayanan keperawatan di ruang perawatan intensif
4. Pengenalan program pengendalian infeksi di ruang perawatan intensif
5. Pengenalan teknik keperawatan di lapangan meliputi pengetahuan :
- Septik dan aseptik
- Suctioning
- Rubah posisi
- Dressing dan perawatan pasien tidak sadar
- Chest fisioterapi
- Monitoring (tingkat kesadaran, tanda vital, EKG, pernafasan dan hasil laboratorium)
- Perawatan pasien dengan ventilator
- Perawatan pasien dengan ETT
- Perawatan alat – alat invasive
- Titrasi obat-obatan
6. Pendampingan tindakan keperawatan
7. Evaluasi menggunakan form evaluasi orientasi yang menyatakan apakah perawat baru
tersebut dapat bekerja atau tidak di unit perawatan intensif.

F. JADWAL PELAKSANAAN ORIENTASI


HARI KE Mg Mg
NO MATERI
1 2 3 4 5 6 2 - 11 12
1 Sosialisai Strutur Organisasi, Visi,
Misi, Tujuan dan Falsafah
2 Pengenalan Sarana, Prasarana
dan Fasilitas
3 Pengenalan Prosedur Pelayanan
Keperawatan
4 Pengenalan, Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
5 Pengenalan Tekhnik
Keperawatan Sehari – hari
8 Pengkayaan dan Pendampingan

9 Evaluasi

G. ANGGARAN
Anggaran Rp 0,-

22
H. PENUTUP
Orientasi merupakan kegiatan yang diberikan kepada perawat baru yang akan bekerja
di ruang perawatan intensif. Orientasi dilaksanakan dengan tujuan mengenalkan tata kerja
yang ada di ruangan dan diharapkan perawat dapat segera beradaptasi pada waktu bertugas
di lapangan.

23
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT

A. PENGERTIAN
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah
tertentu.

B. TUJUAN
1. Umum :
Dapat membantu terselenggaranya pelayanan perawatan intensif yang profesional
2. Khusus :
a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan di unit
perawatan intensif
b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
pelayanan di unit perawatan intensif

C. KEGIATAN RAPAT
Rapat dilakukan dan diadakan oleh unit perawatan intensif yang dipimpin oleh Ka Instalasi
Anastesi &ICU atau Pengawas ICUdan diikuti oleh seluruh stafnya.
Rapat yang diadakan ada 2 macam yaitu:
1. Rapat Terjadwal
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Ka Instalasi Anastesi&ICU atau
Pengawas ICUsetiap sebulan sekali.

2. Rapat Tidak Terjadwal


Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh Ka
Instalasi Anastesi &ICUatau Pengawas ICU untuk membahas atau menyelesaikan
permasalahan di unit rawat intensif dikarenakan adanya permasalahan yang ditemukan
bersifat insiden.

24
BAB XI
PELAPORAN

A. PENGERTIAN
Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala bentuk
kegiatan yang ada terkait dengan pemberian pelayanan intensif.

B. JENIS LAPORAN
Jenis laporan yang dikerjakan adalah:
1. Laporan Harian
Laporan harian yang dibuat oleh Ketua Regu merupakan laporan kegiatan perawatan
terhadap pasien di unit perawatan intensif untuk masing – masing shift. Isi laporan
mencakup kondisi pasien, perawatan yang diberikan, rencana perawatan yang akan
diberikan dan BOR pasien.
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat oleh Koord Layanan Keperawatan berupa Laporan Jumlah
Kunjungan, BOR, AvLOS, dan Monitoring Pencapaian Sasaran Mutu.
3. Laporan Tahunan
Laporan tahunan dibuat oleh Pengawas ICU berupa Laporan Jumlah Kunjungan, BOR,
AvLOS, Kondisi SDM dan Pengembangan SDM, Keadaan Fasilitas dan Realisasi
Anggaran Operasional dan Investasi, Rencana Pengembangan dan Laporan Mutu
Pelayanan Unit Perawatan Intensif.

RUMAH SAKIT PERTAMINA


PANGKALAN BRANDAN
Direktur,

dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD

25
PEMBERIAN OBAT NICARDIPINE DALAM SYRING PUMP

No. Dokumen No.Revisi Halaman


016/SPO/ICU/ 00 11/2
RSPPB/2021 0000
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,
STANDAR
PROSEDUR
222 Maret 2021
OPERASIONAL
2 22 Maret dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012 M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
10 November 2HGG0
PENGERTIAN Memberikan obat nicardipine injeksi yang telah di atur dosisnya
dengan menggunakan alat syringe pump untuk menurunkan tekanan
darah pasien secara bertahap dan terkontrol.nSuatugan
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemberian obat injeksi
dobutamine/dobuject dengan alat syiring pump.ombang

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR A. Prosedur Penggunaan :
1. PPA cuci tangan kemudian memakai sarung tangan.
2. Isi spuit 50 cc dengan cairan NaCl atau aqua steril.
3. Masukkan nicardipine injeksi ke dalam spuit 50 cc.
4. Sambungkan spuit 50 cc dengan extension tube, keluarkan
udara di dalam selang, kemudian sambungkan dengan three
way stopcock/wing needle .
5. Pasang spuit 50 cc ke alat syringe pump sesuai tempatnya .
6. Nyalakan alat syringe pump dengan menekan tombol on/off.
7. Atur dosis vascon dengan menggunakan rumus sesuai advise
dokter, dengan memutar tombol pemutar.
8. Tekan tombol star, pastikan tidak ada bunyi alarm.
9. PPA cuci tangan kembali.
B. Rumus Penghitungan Dosis nicardipine injeksi
C. WaktuPenyelesaian
sesuai dengan advice dokter.

PEMBERIAN OBAT NICARDIPINE DALAM SYRING PUMP

No. Dokumen
016/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
2–5 000000
UNIT TERKAIT 1. ICU
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
PEMBERIAN OBAT VASCON DENGAN SYIRING PUMP

No. Dokumen No.Revisi Halaman


024/SPO/ICU/ 00 11/2
RSPPB/2021 0000
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
2HGG012 dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD), M.H.Sp.PD
PENGERTIAN Memberikan obat vascon injeksi yang telah di atur dosisnya dengan
menggunakan alat syringe pump untuk menaikkan tekanan darah
pasien secara bertahap dan terkontrol y
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemberian obat injeksi
vascon dengan alat syiring pump
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.

Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan


Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanik
PROSEDUR A. Prosedur Penggunaan :
1. PPA cuci tangan kemudian memakai sarung tangan
2. Isi spuit 50 cc dengan cairan NaCl atau aqua steril
3. Masukkan vascon injeksi ke dalam spuit 50 cc
4. Sambungkan spuit 50 cc dengan extension tube, keluarkan udara
di dalam selang, kemudian sambungkan dengan three way
stopcock/wing needle
5. Pasang spuit 50 cc ke alat syringe pump sesuai tempatnya
6. Nyalakan alat syringe pump dengan menekan tombol on/off
7. Atur dosis vascon dengan menggunakan rumus sesuai advise
dokter, dengan memutar tombol pemutar
8. Tekan tombol star, pastikan tidak ada bunyi alarm

B. Rumus Penghitungan Dosis Vascon injeksi


C. WaktuPenyelesaian
sesuai advice dokter

PEMBERIAN OBAT VASCON DENGAN SYIRING PUMP

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
024/SPO/ICU/
00 12/21
RSPPB/2021
000000

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. Kpts-246.A9/L00000/2021-S0

TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT PERAWATAN INTENSIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan penanganan


pasien di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Pertamina Pangkalan
Brandan, maka dipandang perlu dibuatkan Pedoman Pengorganisasian
Unit Perawatan Intensif;

b. Dengan adanya Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif


akan berjalan dengan aman dan lancar;

c. Bahwa pelayanan pasien harus disediakan dengan memanfaatkan


secara optimal sumber daya dan fasilitas Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan;

d. Bahwa pertimbangan sebagaimana dengan butir tersebut di atas, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina
Pangkalan Brandan.

Mengingat : 1. Undang - Undang No. 29 Tahun 2012 tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang - Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Keputusan Direktur Utama PT. Pertamina Bina Medika tanggal 18


Oktober 2016 No. Kpts-1036/A00000/2016-S8 tentang Pengangkatan
Pejabat definitif Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif
sebagaimana terlampir dalam Keputusan Direktur ini;
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

KEDUA..........
-2-
Keputusan Direktur
Nomor : Kpts-246.A9/L00000/2021-S0

KEDUA : Pedoman Pengorganisasian Unit Perawatan Intensif wajib diterapkan


semua petugas dalam memberikan pelayanan;

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penerapan Pedoman Pengorganisasian Unit


Perawatan Intensif dilaksanakan oleh Direktur dan Pengawas Unit
Perawatan Intensif;

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa


hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan
kemudian.

Ditetapkan di : Pangkalan Brandan


PadaTanggal : 22 Maret 2021
RUMAH SAKIT PERTAMINA
PANGKALAN BRANDAN

Direktur,
dr. Rahmad SW Siregar, M.ked(PD),M.H(Kes),Sp.PD
Jl. DR Wahidin No.1 Pangkalan Brandan
Langkat Sumatera Utara-20857
P : (0620) 20120
Customercare.rsppb@gmail.com

-3-
PELEPASAN ALAT BANTU HIDUP ATAS PERMINTAAN
KELUARGA

No. Dokumen
012/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/2
0000

Ditetapkan
Tanggal Terbit
Direktur RSPPB,
STANDAR
PROSEDUR
22 Maret 2021
OPERASIONAL
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
2HGG012

PENGERTIAN Adalah tata cara penghentian alat bantu nafas pada PPA pasien di
ruang ICU atas permintaan keluarga..y
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam :
1. pelepasan alat bantu atas permintaan keluarga
2. Agar hak pasien dapat terpenuhi sesuai kebutuhan
3. Agar tim medis dapat menentukan sikap menghadapi pasien yang
sudah tidak ada harapan pulih kembali
4. Untuk mencegah timbulnya kesalahpahaman antara tim medis
dengan pasien dan atau keluarganya.
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik dan
PROSEDUR 1. PPA/Dokter/DPJP melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
menemui pasien atau sebelum dan sesudah melakukan tindakan
kepada pasien
2. PPA/Dokter/DPJP mengucapkan salam dan melakukan
identifikasi pasien.
3. PPA/Dokter/DPJP menjaga kebersihan tangan dan menjaga
privasi pasien.
4. Keluarga pasien dapat meminta untuk dilakukan penghentian Life
support karena sebab apapun.
5. Keluarga pasien harus membuat secara tertulis diatas formulir
bermaterai untuk tindakan penghentian resusitasi/alat bantuan
hidup.
6. Dokter harus menjelaskan terlebih dahulu kepada keluarga pasien
perihal diagnosa, tata cara penegakan diagnosa, tindakan/terapi
yang sedang dilakukan, tujuan tindakan, prognosis, risiko yang
dapat terjadi akibat penghentian alat bantu tersebut.
7. Dokter mendokumentasikan penjelasan yang diberikan kepada
keluarga pada formulir pemberian informasi dan edukasi.
PELEPASAN ALAT BANTU HIDUP ATAS PERMINTAAN
KELUARGA

No. Dokumen
012/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
000000
PROSEDUR dilakukan oleh dokter/DPJP/PPA yang kompeten dan dibawah
8. Pelepasan atau penghentian bantuan hidup/Life support harus
dilakukan oleh dokter/DPJP/PPA yang kompeten dan dibawah
pengawasan DPJP.
9. Keluarga pasien diperbolehkan untuk menyaksikan pelaksanaan
penghentian bantuan hidup.
10. Setelah alat bantuan hidup dilepas, selanjutnya dokter melakukan
pertolongan minimal.
11. Dokter/PPA/DPJP melakukan observasi saturasi oksigen dari
mesin diturunkan secara perlahan-lahan, digantikan dengan
oksigen nasal.
12. DPJP/Dokter/PPA cuci tangan kembali
13. Setelah 2 jam ventilasi mekanik dihentikan, mesin dimatikan,
ditunggu selama setengah jam, kemudian ventilator dilepas.
14. Pasien dapat dilanjutkan perwatan seperti biasa atau bila
memungkinkan dapat dipindahkan ke ruang biasa.
15. Dokter/DPJP menghentikan pengobatan kausal dan perawatan
pasien hanya ditujukan untuk memberikan kenyamanan dan
meringankan penderitaan.obat t
UNIT TERKAIT 1. ICU
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
PERAWATAN PASIEN TIDAK SADAR
DI RUANG INTENSIF

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
022/SPO/ICU/
00 11/2
RSPPB/2021
0000

Ditetapkan
Direktur RSPCl,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR O22 Maret 2021
OPERASIONAL 10 November
dr.Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012
M.Ked (PD).M.H (Kes),Sp.PD

PENGERTIAN Melakukan asuhan keperawatan pada pasien tidak sadar di ruang


perawatan intensif dalam memenuhi kebutuhan dasar serta untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesadarannya y
ususnan daftar obat yang disetujui masuk dalam Flarium.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam perawatan pasien
tidak sadar di ruang perawatan intensif

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan rik
PROSEDUR 1. Perawat melakukan identifikasi pasien
2. Perawat melakukan kebersihan tangan
3. Perawat menjaga privasi pasien
4. Perawat memperkenalkan diri dan mengucapkan salam
5. Perawat memakai APD
6. Perawat memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tindakan
yang akan dilakukan
7. Perawat melakukan pengkajian keadaan umum pasien meliputi
tingkat kesadaran menggunakan GCS dan mengukur tanda-tanda
vital pasien mencakup tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
suhu tubuh dan skala nyeri.
8. Perawat melakukan perawatan kebersihan mulut
9. Perawat mempertahankan kepatenan jalan nafas dan oksigenisasi
adekuat terhadap pasien dengan cara:
a. Mempertahankan posisi kepala dalam keadaan ekstensi.
b. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Memberikan terapi inflasi sesuai program pengobatan.
d. Melakukan suction sesuai kebutuhan.
e. Melakukan kolaborasi untuk tindakan intubasi jika
diperlukan.
f. Melakukan kolaborasi pemasangan ventilasi mekanik jika
diperlukan.

PERAWATAN PASIEN TIDAK SADAR


DI RUANG INTENSIF

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
022/SPO/ICU/
00 12/2
RSPPB/2021
0000

PROSEDUR 10. Perawat memberikan nutrisi pasien melalui NGT sesuai dengan
program diet pasien
11. Perawat menjaga kebersihan pasien dan tempat tidur meliputi:
a. Memandikan pasien
b. Menolong pasien pada saat BAB dan BAK
c. Merapikan tempat tidur
12. Perawat mencegah dekubitus dengan cara;
a. Memasang kasur dekubitus
b. Merubah posisi pasien miring kiri, kanan dan telentang setiap
2-4 jam
c. Menjaga kebersihan kulit pasien dan alat tenun pasien.
13. Perawat melakukan fisioterapi meliputi:
a. Fisioterapi dada dengan cara vibrasi dan clapping atau
postural drainage
b. Melakukan latihan pergerakan ekstremitas pasif minimal satu
kali sehari
c. Pasang penahan kaki untuk mencegah dropfoot
d. Merubah posisi pasien setiap 2 – 4 jam sekali secara selang-
seling
14. Perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan
15. Perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan
a. Mendengarkan keluhan keluarga
b. Melatih tindakan keperawanan yang dapat didelegasikan ke
keluarga.
16. Perawat mencuci tangan dan melepas APD.
17. Perawat mendokumentasikan tindakan yang dilakukan dan
respons pasien di Formulir Catatan Keperawatanaharga obat t
UNIT TERKAIT 1. ICU

2. Instalasi Rawat Inap

3. Instalasi Gawat Darurat


PENGGUNAAN NASOFARINGEAL AIRWAY

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
013/SPO/ICU/
00 11/1
RSPPB/IV/2021
0000
Ditetapkan
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
2HGG01210 HGG012 dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
Direktu RSPCl,dr.
PENGERTIAN Tata cara penggunaan alat bantu pembebasan jalan nafas sederhana
berupa tube yang melalui rongga hidung (nasal) sampai faring nan
daftar obat yang disetujui masuk dalam Flarium.
TUJUAN JSebagai acuan langkah-langkah untuk :

1. Memberikan panduan tata cara penggunaan nasofaringeal


airway tube sebagai akses jalan nafas
2. Menjamin jalan nafas bebas
3. Membantu dalam pembersihan jalan nafas
orofaringealombang
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.

Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan


Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1. Prosedur tindakan
a. Cuci tangan sebelum tindakan
b. Lakukan pengukuran alat dengan cara sebagai berikut:
1) Ukur dari tragus sampai lubang nares
2) Ukur diameter sesuai besar jari kelingking pasien
c. Lakukan pemasangan alat dengan cara:
1) Nilai lubang hidung, septum nasi, ukuran
2) Beri jelly pada pipa, jika perlu tetesi lubang hidung
dengan vasokonstriktor
3) Masukkan NPA melalui lubang hidung dengan
kelengkungan ujung NPA menghadap lateral
4) Masukkan secara perlahan hingga NPA mencapai
dasar nasofaring
d. Perwat cuci tangan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Intensif Care Unit
3. Instalasi Gawat Darurat
PEMBERIAN OBAT HERBESER DALAM SYRING PUMP

No. Dokumen
No.Revisi Halaman
015/SPO/ICU/
00 11/2
RSPPB/2021
0000

Ditetapkan
Direktur RSPPB,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR 22 Maret 2021
OPERASIONAL 10 November
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD

PENGERTIAN Memberikan obat herbeser injeksi yang telah di atur dosisnya dengan
menggunakan alat syringe pump untuk menurunkan tekanan darah
pasien secara bertahap dan terkontrol.nSuatugan menggunakandalam
Formulariumsusnan daftar obat yang dsuk dalam Flarium.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemberian obat injeks
herbeser dengan alat syiring pump.ombang

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021-S0 tentang panduan pelayanan
ICU di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR A. Prosedur Penggunaan :
1. PPA cuci tangan kemudian memakai sarung tangan
2. Isi spuit 50 cc dengan cairan NaCl atau aqua steril
3. Masukkan herbesert injeksi ke dalam spuit 50 cc
4. Sambungkan spuit 50 cc dengan extension tube, keluarkan
udara di dalam selang, kemudian sambungkan dengan three
way stopcock/wing needle
5. Pasang spuit 50 cc ke alat syringe pump sesuai tempatnya
6. Nyalakan alat syringe pump dengan menekan tombol on/off
7. Atur dosis vascon dengan menggunakan rumus sesuai advise
dokter, dengan memutar tombol pemutar
8. Tekan tombol star, pastikan tidak ada bunyi alarm
9. PPA cuci tangan kembali
B. Rumus Penghitungan Dosis Dobutamine injeksi
C. WaktuPenyelesaian
Lebih kurang 3 – 5 menit

PEMBERIAN OBAT HERBESER DALAM SYRING PUMP

No. Dokumen
015/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/21
2–5 000000
1. ICU
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap

3. Instalasi Gawat Darurat


PENCEGAHAN RISIKO ULKUS DEKUBITUS

No. Dokumen
019/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/1
0000
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,
STANDAR
22 Maret 2021
PROSEDUR
2HGG012
OPERASIONAL
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
10 HGG012 M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD

PENGERTIAN Prosedur yang memandu tentang tata cara pencegahan terjadinya


ulkus dekubitus yaitu luka pada kulit yang disebabkan penekanan
pada satu sisi tubuh dalam jangka lama.
Derajat ulkus dekubitus terdiri dari empat derajat yaitu:
Derajat I: Eritema atau kemerahan pada kulit setempat yang menetap,
atau bila ditekan dengan jari eritema tidak berubah (tidak tampak
putih)
Derajat II: Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan
epidermis dan, atau dermi dapat ditandai dengan adanya luka lecet,
atau melepuh
Derajat III: Kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai jaringan
subkutan, dan mengalami nekrosis dengan tanpa kapsasitas yang
dalam
Derajat IV: Adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan nekrosis
hingga sampai ke jaringan otot bahkan tulang atau tendon dengan
kapasitas yang dalamsnan daftar obat yang disetujui masuk dalam
Flarium.
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah Mencegah terjadinya ulkus
dekubitusmban

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman
/ panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1. Lakukan identifikasi resiko terjadi ulkus dekubitus yaitu antara
lain
a. Pada pasien koma/ perubahan tingkat kesadaran
b. Pada pasien yang memerlukan terapi tirah baring/bed rest
misalnya:
1) Penyakit pada gangguan persarafan seperti stroke
2) Trauma pada tulang belakang
PENCEGAHAN RESIKO ULKUS DEKUBITUS

No. Dokumen No.Revisi Halaman


019/SPO/ICU/
0000000 12/2
RSPPB/2021

PROSEDUR 3) Imobilisasi
c. Faktor usia (pada pasien lanjut usia) mengalami kerentanan
terhadap kerusakan integritas kulit dan kemungkinan terjadi
inkontinensia
d. Pada pasien dengan kondisi penyakit tertentu misalnya
gangguan sirkulasi dan pasien dengan anemia
e. Kondisi status nutrisi dan cairan kurang sehingga
mempengaruhi kelembaban kulit
2. Perwat cuci tangan
3. Lakukan mobilisasi secara berkala pada pasien tirah baring.
Rubah posisi tidur setiap 2 jam dari posisi tidur miring kiri-
miring kanan dan telentang.
4. Atur posisi tidur pasien dengan kepala tegak 30° (head up) jika
tidak ada kontra indikasi.
5. Jaga kelembaban kulit dengan memberikan lotion.
6. Ganti pakaian setiap kali basah karena keringat.
7. Ganti pakaian atau pempers dan jaga kulit selalu kering dari
keringat dan urin (pada pasien inkontinensia).
8. Lakukan massage/pemijatan pada bagian tubuh yang tertekan
terutama pada bagian tonjolan tulang misalnya sakrum, iskium,
trochanters, tumit, siku, dan bagian belakang kepala.
9. Pasang kasur angin untuk mengurangi penekanan.
10. Perwat cuci tangan
11. Jaga status nutrisi dan cairan serta kelembaban kulit.

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. Instalasi Rawat Inap
PENGOPERASIAN ALAT BED SIDE MONITOR GE DASH
4000

No. Dokumen
020/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/3
0000
Ditetapkan
Direktur RSPPB,
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL 22 Maret 2021
dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
2HGG01210 HGG012
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD

PENGERTIAN Memakai dan mengoperasikan alat bedside monitor GE DASH


4000 secara tepat pada pasien untuk mendapatkan data tanda –tanda
vital.disetujui masuk dalam Flarium.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengoprasian alat bedside


monitor GE DASH 4000 secara tepat pada pasien untuk mendapatkan
tanda – tanda vital. UD Jombang
KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang panduan pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandanrik
PROSEDUR 1. Perwat cuci tangan
2. Siapkan alat monitor beserta asesorisnya meliputi
elektrode EKG 5 buah dan lead wire, finger probe
(SpO2), cuff (manset tensimeter), temperatur probe
(suhu).
3. Pasang kabel – kabel asesoris sesuai warnanya pada
monitor yaitu warna hitam untuk NIBP, warna hijau
untuk EKG, warna biru untuk SpO2 dan warna coklat
untuk temperatur.
4. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
dan tujuannya, jika pasien sadar.
5. Bersihkan daerah dada dan ketiak dengan kapas
alkohol, jika terdapat rambut cukur terlebih dahulu.
6. Pasang asesoris monitor meliputi :
a. Pasang elektroda 5 buah dipasang masing – masing
pada

Lead wire RA (Right Arm) warna putih
dibawah klavikula kanan.
 Lead wire LA (Left Arm) warna hitam di
bawah klavikula kiri.
 Lead wire RL (Right Leg) warna hijau
dibawah tulang rusuk akhir bagian kanan
PENGOPERASIAN ALAT BED SIDE MONITOR GE DASH
4000

No. Dokumen
020/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 12/31
000000
PROSEDUR  Lead wire LL (Left Leg) warna merah
dibawah tulang rusuk akhir bagian kiri
 Lead wire V1 (precordial) warna coklat di
 intercosta ke-4 kanan

b. Pasang Cuff (manset tensimeter) di tangan yang


tidak terpasang infus dibagian lengan atas dimana
tanda panah diletakkan di atas arteri brachialis
c. Pasang finger probe (SpO2) di ibujari atau telunjuk
tangan yang terpasang infus
d. Pasang temperatur probe (suhu) di punggung atau
ketiak dengan diplester dimana bagian logam
menempel pada kulit
e. Nyalakan tombol power pada monitor kemudian
tekan tombol trim knob, akan muncul data pasien
pada layar dan muncul tampilan ”All Alarm off”
artinya data pasien yang dibaca oleh monitor masih
belum disimpan ke MEMORY, tekan tombol admitt
pada monitor.
f. Tombol Trim Knob adalah tombol utama pada
DASH 4000. Trim Knob diputar ke kiri atau ke
kanan untuk menyorot pilihan menu atau parameter,
dan ditekan untuk memilih, atau memunculkan menu
atau pilihan baru.
g. Untuk melihat data pasien yang tersimpan di
memory monitor, putar trim knob pada More Menus,
pilih Patient Data, lalu pilih vital sign untuk melihat
data pasien sebelumnya yang dapat diatur interval
waktu penyimpanannya.
h. Untuk pembacaan EKG, temperatur dan saturasi
pasien, monitor akan menampilkan secara otomatis
begitu probe terpasang pada pasien.
i. \Pada pengukuran NBP perlu diperhatikan ukuran
Cuff yang dipakai harus sesuai dengan setting yang
ada pada monitor yaitu Adult, Pediatric atau
Neonatal. Untuk melihatnya putar Trim Knob pada
menu NBP dan tekan, pilih Cuff size yang
dipakaiUntuk pengukuran NBP bisa dengan
menekan tombol NBP Go/Stop untuk pengukuran
manual.
j. Untuk pengukuran secara otomatis, putar Trim Knob

PENGOPERASIAN ALAT BED SIDE MONITOR GE DASH


4000

No.Revisi Halaman
No. Dokumen
020/SPO/ICU/ 00 13/31
RSPPB/20212 – 5
000000

PROSEDUR pada menu NBP dan tekan, pilih NBP AUTO lalu
pilih waktu interval yang diinginkan.
Untuk setiap data tanda vital pasien meliputi EKG,
saturasi (SpO2), respirasi, NBP dan temperatur dapat
diatur sistem alarmnya dengan menekan menu EKG,
SpO2, respirasi, NBP atau Temperatur pada layar dan
akan muncul parameter yang diinginkan
 Untuk memunculkan tampilan data monitor lain
pada satu monitor, tekan More Menus kemudian
pilih View Other Patient dan tekan, kemudian pilih
Select A Bed To View dan tekan, pilih bed pasien
yang diinginkan.
7. Bila monitor telah selesai digunakan matikan monitor
dengan cara tekan More Menus kemudian pilih Admitt
Menu, pilih Discharge patient, monitor akan mati
dengan sendirinya, kemudian lepas semua asesoris yang
terpasang pada pasien dan tekan tombol power.
8. Alat – alat dibersihkan dan dikembalikan ketempat
semula.
9. Catat data pasien yang termonitor
10. Perawat cuci tangan.

Unit Terkait 1. ICU

2. Instalasi Rawat Inap


TINDAKAN PENYAPIHAN VENTILASI MEKANIK /
WEANING
No. Dokumen
023/SPO/ICU/ No.Revisi Halaman
RSPPB/2021 00 11/3
0000
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur RSPPB,

STANDAR
22 Maret 2021
PROSEDUR
2HGG012
OPERASIONAL dr. dr. Rahmat Suhita Wahyu Siregar,
M.Ked(PD),M.H (Kes), Sp.PD
10 HGG012

PENGERTIAN Tata cara melakukan proses penyapihan pasien dari ventilasi


mekanik.
Syarat Weaning :
1. Penyakit dasar di paru-paru sudah membaik.
2. Sisitem kardiovaskuler stabil, tanpa inotropik dosis tinggi.
3. Pasien sadar baik, tidak memerlukan sedasi atau analgesi dosis
tinggi.
4. SaO2 > 95% dengan FiO2 < 40 %
5. PEEP < 5 mmHg
6. Tidal volume > 5 cc/kgBB
7. Kapasitas vital > 10 cc/kgBB
8. Volume ekspirasi semenit < 10 liter/ menit (orang dewasa 70 kg)
PPA (Profesional Pemberi Asuhan) yang dapat melakukan
penyapihan dari ventilator adalah dokter dan perawat terlatih.ndaftar
obat yang disetujui masuk dalam Flarium.
TUJUAN Sebagian acuan penerapan langkah-langkah penyapihan dari
ventilator

KEBIJAKAN Seluruh PPA harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman /
panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit dan perundang undangan
yang berlaku.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan
Nomor Kpts 247.A9/L00000/2021 tentang Panduan Pelayanan ICU
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan rik
PROSEDUR 1. Perawat mengucapkan salam dan melakukan identifikasi pasien
2. Perawat melakukan kebersihan tangan.
3. Perawat menjaga privasi pasien.
4. Dokter anestesi melakukan pemeriksaan pasien.
5. Dokter anestesi menjelaskan rencana weaning kepada pasien dan
atau keluarganya
a. Cara dan metode weaning
b. Perasaan tak enak pada awal weaning,
c. Melakukan dukungan mental pada pasien terutama yang
sudah menggunakan ventilator dalam waktu lama.

TINDAKAN PENYAPIHAN VENTILASI MEKANIK /


WEANING

No. Dokumen
023/SPO/ICU/
No.Revisi Halaman
RSPPB/2021
00 12/31
000000

PROSEDUR d. Pemberian obat-obat sedasi diminimalkan.


6. Perawat melakukan weaning pada pagi atau siang hari dan
dilakukan secara bertahap, .
7. Perawat membersihkan jalan nafas dan memposisikan pasien
senyaman mungkin.
8. Weaning dengan menggunakan T-piece atau CPAP dengan FiO2
sesuai seting semula.
9. Selama weaning perawat melakukan monitoring setiap 15 menit
terhadap : keluhan subyektif, nadi, frekwensi nafas, irama
jantung, kerja nafas, saturasi O2 dll, dan dilanjutkan tiap 30 menit
– 1 jam.
10. Perawat melakukan pemeriksaan AGD 1 jam setelah prosedur
weaning.
11. Perawat mendokumentasikan semua tindakan dalam form catatan
perkembangan terintegrasi
12. Pada pasien yang lama menggunakan ventilasi mekanik, proses
weaning harus pelan-pelan, biasanya melalui Mode : SIMV + PS
yang secara bertahap, frekwensi SIMV diturunkan dan Pressure
Support diturunkan bertahap (tidak menurunkan secara
bersamaan antara Frekwensi SIMV dan Pressure), dan dilakukan
dengan interval tertentu.
Perawat melakukan kebersihan tangan
persetujuan.
1. DPJP memberitahukanWadir Medis rencana merujuk pasien
kerumah sakit lain serta indikasinya.
2. Perawat menghubungi rumah sakit yang dituju mengenai
ketersediaan tempat dan dokter yang akan merawatnya.
3. DPJP membuat resume medis.
4. Perawat mempersiapkan berkas, obat dan alat kesehatan yang
akan dibawa.
a. Surat rujukanpasien
b. Resume medis
c. Fotocopy :hasil-hasil laboratorium, radiologi, danhasil-hasil
penunjang lainnya yang diperlukan.
d. Persetujuan surat pindah yang ditandatangani oleh keluarga
pasien.
e. Obat dan alat kesehatan yang akan dibawa
5. Dokter jaga atau perawat memberitahu dan menjelaskan kerumah
sakit rujukan kondisi pasien, alat-alat yang terpasang, rencana

TINDAKAN PENYAPIHAN VENTILASI MEKANIK /


WEANING

No.Revisi Halaman
No. Dokumen
023/SPO/ICU/ 00 13/31
RSPPB/20212 – 5
000000

PROSEDUR 6. tindak lanjut beserta alasan pasien dirujuk.


7. Perawat menghubungi supervisor rencana merujuk pasien
kerumah sakit lain, dan meminta penyediaan ambulan lengkap
dengan peralatan penunjan ghidup dan peralatan lainnya, obat dan
peralatan yang diperlukan sesuai kebutuhan kondisi dan kasus
pasien dan penggunaan ambulans sesuai dengan Panduan
Transfer
8. Bila keluarga meminta menggunakan ambulans di luar RSPPB,
maka dokter jaga atau perawat memastikan kelengkapan
peralatan sesuai kondisi pasien, dan perawat melakukan
serahterima dengan paramedic ambulans tersebut.
9. Dokter atau perawat yang mengantar melakukan Serah terima
pasien kepada petugas pada RS rujukan.
Dokter atau perawat mencatat semua tindakan pada Formulir
CatatanPerkembangan Pasien Terintegrasi.
10. Pasien dan penanggung jawabnya bertanggung jawab untuk
melunasi semua baiaya atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter.
11. Pasien dan atau penanggung jawabnya berkewajiban memenuhi
hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telahdibuatnyarga

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. Instalasi Rawat Inap
3. IGD

Anda mungkin juga menyukai