144 - Cucut Arifa Rahman
144 - Cucut Arifa Rahman
Disusun oleh :
202010230311144
Dosen Pengampu :
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk membantu peserta didik agar agar
mereka mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggu jawab. SLB
adalah sekolah yang telah dirancang oleh pemerintah sebagai solusi untuk anak dengan latar
belakang khusus dalam memperoleh pengetahuan. Menurut data statistik tahun 2021,
Indonesia memiliki 2.017 SLB di berbagai janjang pendidikan baik negeri maupun swasta
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2021) .
Untuk guru pendidikan khusus (SLB) kecuali pembawa muatan manajemen sekolah,
manajemen kelas, Mengajar buku harian, membuat rencana Learning (RP), materi kurikulum.
Guru SLB harus berhadapan dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan Produk khusus yang
membutuhkan perhatian ekstra dibandingkan dengan siswa reguler. Firmansyah dan Widuri
(2014) mengatakan bahwa masyarakat Lihatlah guru SLB sebagai profesi keras, banyak
pekerjaan lain lebih menjanjikan darinya Guru SLB, juga menjalin hubungan Penghasilan
banyak pekerjaan lain yang lebih mudah disiapkan Uang bukannya bekerja sebagai guru SLB.
Menurut Wahyun dan Beki (2017), mengajar siswa SLB tidak mudah bagi gurulakukan karena
guru SLB perlu lebih gigih dalam beradaptasi Karakteristik siswa berkebutuhan khusus
berbeda dengan guru sekolah negeri.
Keefektifan guru berkaitan dengan keyakinan guru dalam mengatur dan memutuskan
langkah langkah yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan tugas belajar mengajar dalam
konteks tertentu dan dalam membimbing siswa dengan cara yang membuat mereka mau
belajar, sekalipun mereka tidak mengalami kesulitan belajar atau tidak termotivasi untuk
belajar (Tschannen-Moran 1998). Keefektifan guru adalah penilaian guru tentang bagaimana
mereka dapat menghasilkan sesuatu bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, bahkan
ketika beberapa siswanya memiliki ketidakmampuan belajar atau tidak termotivasi untuk
belajar.Tcshannen-Moran dan Woolfolk menambahkan bahwa keyakinan guru terhadap
kemampuannya untuk membantu siswa dengan kesulitan belajar, harapan self-efficacy
ini meningkatkan karakteristik pribadi yang berkaitan dengan prestasi siswa. Dalam dunia
pendidikan, efektivitas guru dapat memberikan dampak positif bagi guru maupun siswanya.
Efektivitas guru yang tinggi sangat berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
karena seorang guru yang efektif memiliki banyak energi psikologis yang dapat dia curahkan
semua sumber daya dan potensinya untuk keberhasilan pendidikan. Kemanjuran guru sangat
penting dalam semua bidang, termasuk mengurangi stres kerja yang dihadapi guru, karena
kemanjuran yang tinggi berarti seseorang memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka dapat
berhasil melakukan tugas tertentu hingga menjadi produktif. berbagai upaya untuk mencapai
tujuan dan harapan. Setiap usaha untuk berhasil kemungkinan akan berhasil jika disertai
dengan usaha efikasi diri. Meningkatkan keefektifan guru merupakan cara yang efektif untuk
mencapai keefektifan pedagogik dan memperoleh pengalaman (Hariyaanti, 2004).
Guru Guru SLB juga harus memiliki kesiapan mental yang baik untuk menyampaikan
ilmu kepada murid-muridnya. Tetapi jika persyaratan pekerjaan ini tidak dapat dipenuhi
dengan baik, itu akan baik baik saja seseorang merasakan tekanan dari pekerjaannya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa guru SLB ada tekanan yang lebih besar dalam hal
persyaratan pekerjaan dibandingkan dengan guru sekolah umum saat ini (Eichinger, 2004)
Manajemen kelas harus dimiliki Guru sehingga pengelolaan kelas dapat dibahas
mengenai upaya kreatif dan mempertahankan kondisi optimal untuk belajar mengajar. Ada
dua mata pelajaran yang berperan dalam pengelolaan kelas yaitu guru dan Murid. Ada
beberapa masalah dalam pengelolaan kelas yang sering terjadi adalah (1) Apa yang dimaksud
dengan manajemen kelas? (2) Apa peran guru sebagai ketua kelas? (3) Bagaimana
keterampilan manajemen kelas. menguasai pelajaran bahasa Inggris Disebut class
government, artinya istilah administrasi sinonim dari manajemen. Menurut para ahli
manajemen, terdapat a proses tertentu yang membutuhkan bakat atau keahlian untuk mencapai
tujuan yang, ketika diwujudkan, dapat mengikuti arus.
Keilmuan secara ilmiah dan juga dapat menekankan keunikan atau gaya Pemimpin
untuk memanfaatkan bakat orang lain. Pengelolaan kelas ditinjau dari bagaimana gurunya
Mengatur kelas untuk mempelajari bagaimana guru berinteraksi dengan siswa dan mendorong
siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain, bagaimana guru menghadapi perilaku buruk siswa,
bagaimana guru melakukannya dan mematuhi aturan dan bagaimana guru mengatur waktu.2
Salah satu faktor yang menghambat mutu pendidikan di Indonesia adalah faktor psikologis
guru. Masih ada guru yang pasif, kaku dan apa adanya.
Untuk melihat bahwa cara berpikir guru memiliki kecenderungan pesimis, fatalistik dan
pragmatis3 . Dengan kata lain, idealisme dan Daya juang guru, khususnya di sekolah
menengah, dinilai lemah. sebuah perasaan Kelemahan ini bermula dari perasaan tidak mampu
dan keengganan untuk berusaha sekuat gurunya. Percaya pada rasa kemampuan sebagai self-
efficacy, yaitu sebagai konstruksi psikologis yang menggambarkan keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya sendiri mengatur dan memutuskan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tertentu.4 Efektivitas guru berarti kepercayaan diri guru kemampuan
untuk mengatur dan memutuskan langkah-langkah diperlukan untuk berhasil menyelesaikan
tugas pengajaran dan pendidikan Dalam konteks tertentu.5 Efektivitas guru yang tinggi sangat
mengesankan Meningkatkan hasil belajar siswa karena guru efektif Orang hebat memiliki
energi psikologis yang besar untuk memiliki segalanya Sumber daya dan potensi mereka untuk
keberhasilan pendidikan.
Penelitian mengenai hubungan self efikasi dengan kemampuan pengelolaan kelas dari
hasil penelitian sebelumnya: Friedman dan Rani menunjukkan hal ini Efektivitas guru
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan kelas 89 berbeda dengan Savas,
Bozgeyik & Eser dan Hick, Stephanie & Diamond menunjukkan bahwa efektivitas guru tidak
berpengaruh positif terhadap kepemimpinan kelas Selain efektivitas guru, kecerdasan
emosional juga berperan mutu pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan
pembelajaran. Orang yang memahami perasaan sendiri dan membaca perasaan orang lain
sebanyak mungkin lebih efisien dalam pekerjaan mereka. Pernyataan ini juga berlaku bagi
guru dalam pelaksanaan pembelajaran, karena di era persaingan Peran seorang guru menjadi
semakin menuntut saat ini. Oleh karena itu, dengan keterampilan profesional guru
semakin menuntut. Efektivitas pengendalian diri menjadi krusial pengembangan profesional
guru. Kemampuan yang sangat mandiri melalui pengaruh kecerdasan emosional. kecerdasan
emosional atau disebut Emotional Quotient (EQ) atau Kecerdasan Emosional (EI). ini
termasuk kontrol diri, antusiasme dan tekad kemampuan memotivasi diri sendiri sangat
dibutuhkan oleh guru menciptakan efektivitas belajar. Berdasarkan review hasil penelitian
Azizah menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berdampak positif dan 11 signifikan dalam
kaitannya dengan pengelolaan kelas, sedangkan hasil penelitian Tjalla berbeda yakni
kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas. Oleh karena itu peneliti
tertarik mengkaji pengaruh Efikasi Guru dan Kecerdasan Emotional terhadap Pengelolaan
Kelas dimoderasi Gaya Kepemimpinan Transformasional.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut kbbi kata hubungan memiliki arti saling berkaitan,bertalian, dan sangkut
paut antara satu objek dengan objek lainnya.
(Ermita, 2012) Hubungan antar manusia (HAM) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi semangat kerja pegawai. Adapun yang dimaksud dengan HAM menurut
Sarwoto (Ermita, 2012) adalah keseluruhan hubungan baik yang formal maupun
informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa
sehingga tercipta iklim kerja yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan Selanjutnya, Effendy menyatakan bahwa: Hubungan antar
manusia pada dasarya disebut juga dengan istilah Human Relations, pemberian makna
terhadap proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagian dan kepuasan yang
berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, tingkah laku dan lain-lain aspek
kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Hubungan(Ermita, 2012) Hubungan antar
manusia (HAM) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi semangat kerja
pegawai. Adapun yang dimaksud dengan HAM menurut Sarwoto (Ermita, 2012) adalah
keseluruhan hubungan baik yang formal maupun informal yang perlu diciptakan dan
dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta iklim kerja yang intim
dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan Selanjutnya,
Effendy menyatakan bahwa: Hubungan antar manusia pada dasarya disebut juga
dengan istilah Human Relations, pemberian makna terhadap proses rohaniah yang
tertuju kepada kebahagian dan kepuasan yang berdasarkan watak, sifat, perangai,
kepribadian, tingkah laku dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia.
bungan kemanusiaan yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur
keinginan individu demi kepentingan bersama. Kemudian Siagian (1999:7) dalam
(Ermita, 2012) menjelaskan bahwa hubungan antar manusia adalah keseluruhan
rangkaian hubungan yang bersifat formal antara atasan dengan bawahan, atasan dengan
atasan, serta antara bawahan dengan bawahan lain yang harus dibina dan dipelihara
sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu team work dan suasana kerja yang intim dan
harmonis dalam rangka pencapaian tujuan. Effendy (Ermita, 2012) mengemukakan ada
dua pengertian hubungan antar manusia, yakni hubungan dalam arti luas dan arti
sempit. Dalam arti luas hubungan antar manusia adalah :komunikasi persuasif yang
dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi
kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan pada kedua belah pihak. Sedangkan
hubungan antar manusia dalam arti yang sempit yaitu : komunikasi persuasif yang
dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work
situation) dan dalam organisasi kekaryaan (woerk organization untuk menggugah
kegairahan dan kegiatan untukbekerja dengan semangat kerjasama yang
produktifdengan perasaan bahagia dan puas hati(No Title 2012).
Self efikasi
Self Efficacy merupakan komponenn kunci self system. Yang dimaksudkan self
system ini bukan faktor psikis yang mengontrol tingkah laku, namun merujuk kepada struktur
kognisi yang memberikan mekanisme rujukan dan yang merancang fungsi-fungsi persepsi,
evaluasi, dan regulasi tingkah laku. Bandura adalah salah satu tokoh yang memperkenalkan
istilah efikasi diri (self efficacy)(Yuliyani 2017). Ia mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah
keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang
diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.Self efficacy juga diartikan sebagai persepsi diri
sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri
berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang
diharapkan. Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik
atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang
dipersyaratkan.4 Sementara itu, Baron dan Byrneyang dikutip oleh M. Nur Ghufron & Rini
Risnawita, mendefinisikan Efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan
atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
hambatan. Bandura dan Wood dalam M. Nur ghufron & Rini Risnawita, menjelaskan bahwa
efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan
motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
situasi.
Atuna, N. Y., & Harsono, Y. T. (2022, May). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan
Psychological Well Being Pada Guru SLB di Kota Malang. In Seminar Nasional
Psikologi dan Ilmu Humaniora (SENAPIH) (Vol. 1, No. 1, pp. 19-28).
Beki Rizki Amalia & Ida Wahyuni, E. (2017). Hubungan Antara Karakteristik
Individu, Beban Kerja Mental, Pengembangan Karir Dan Hubungan
Interpersonal Dengan Stres Kerja Pada Guru Di Slb Negeri Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(5), amaliabeki@gmail.com.
Rizky, A. N., & Fasikhah, S. S. (2019). Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kompetensi
Emosi Guru Sekolah Luar Biasa di Kota Malang. Jurnal RAP (Riset Aktual
Psikologi Universitas Negeri Padang), 10(1), 1-13. Bandura. (1997). Self-
efficacy: The exercise of control. New York: Freeman & Company.
Amaludin, A. (2020). Pengaruh Efikasi Guru dan Kecerdasan Emosional Terhadap
Pengelolaan Kelas Dimoderasi Gaya Kepemimpinan Transformasional.
Madaniyah, 10(1), 117-130.
Tanurezal, N., & Tumanggor, R. O. (2020). Hubungan efikasi diri dengan keterikatan
kerja pada guru kelas di sekolah inklusi di jakarta. Jurnal Muara Ilmu Sosial,
Humaniora, Dan Seni, 4(2), 393-401. Agusthia, M., Sari, R. P., & Noer, R. M.
(2021). FACTORS RELATED TO ASSESSMENT OF MOM'S SELF-
EFFICACY IN CARING FOR CHILDREN WITH DISABILITIES IN SLB
PELITA NUSA PEKANBARU. International Journal of Social Science, 1(1),
15-22.
Kovalev, V. A., & Eichinger, W. E. (2004). Elastic lidar: theory, practice, and analysis
methods. John Wiley & Sons.
Tschannen, Moran M., Hoy, Anita W dan Hoy, Wayne K. 1998. Teacher efficacy:
its meaning and measure. Review of Educational Research. Vol 68. 202-248