Anda di halaman 1dari 5

Penyusunan Dokumen Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten

Manggarai Barat
Penyusunan Dokumen Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Manggarai Barat

PENGANTAR

Puji dan syukur selayaknya dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas
penyertaan dan bimbingan-Nya maka kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Umum Penanaman
Modal di Kabupaten Manggarai Barat dapat disusun sesuai agenda yang direncanakan.
Dokumen berikut merupakan kelanjutan dari kegiatan awal yaitu Penyusunan Naskah Akademik
RUPM Kabupaten Manggarai Barat. RUPM berfungsi untuk mensinergikan dan
mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektoral terkait, sehingga tidak terjadi ketimpangan
dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang akan dikembangkan dan dipromosikan melalui
kegiatan penanaman modal. Sistematika penyusunan dokumen merujuk pada Peraturan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Dan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten/Kota, kemudian disempurnakan agar terjadi sinergisitas antar dokumen dan antar Bab
dan memudahkan parastakeholder memahami hasil akhirnya kelak. Tahapan kemajuan ini akan
disajikan Bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV yang umumnya adalah pengantar, gambaran umum
wilayah, pemetaan isu strategis bidang penanaman modal dan visi pengembangan penanaman
modal di Kabupaten Manggarai Barat, serta analisis potensi pengembangan investasi di Kabupaten
Manggarai Barat. Bagian akhir dari laporan ini ditampilkan sasaran, arah kebijakan, strategi dan
skala prioritas dalam penerapan dan pengembangan investasi di Kabupaten Manggarai Barat yang
sinergi dengan dokumen perencanaan lainnya secara vertikal maupun horizontal, memperhatikan
aspek sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan.
Laporan kegiatan berikut sebagai wujud pertanggung jawaban atas keterlibatan Lemlit Undana dan
BPM-PPT Kabupaten Manggarai Barat dalam memenuhi tugas yang telah direncanakan. Berbagai
keterbatasan masih ditemui dalam laporan akhir ini akan disempurnakan dalam laporan kemajuan
dan laporan akhir, dengan berharap urul dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih juga
disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam kegiatan perencanaan,
pengumpulan data hingga penyusunan dokumen RUPM Kabupaten Manggarai Barat ini.
Permohonan maaf disampaikan atas keterbatasan laporan ini, diharapkan akan lebih sempurna
demi kemajuan pembangunan di Kabupaten Manggarai Barat atas saran, kritik dan masukan dari
berbagai pihak yang bersifat konstruktif. Semoga berbagai upaya yang ditempuh dapat memenuhi
harapan, cita dan impian bersama demi kesejahteraan masyarakat dan daerah Kabupaten
Manggarai Barat. 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.           Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses mulitidimensi yang mencerminkan perubahan stuktur
masyarakat secara keseluruhan baik itu stuktur daerah, sikap masyarakat dan kelembagaannya.
Perubahan tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan
pendapatan dan memberantas kemiskinan sehingga diharapkan terwujudnya kondisi kehidupan
yang lebih baik secara material maupu spiritual. Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya
dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi
yang dimiliki oleh daerah tersebut. Olehnya pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi
ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (Arsyad, 1999).
Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat oleh daerah otonom [Kabupaten/ Kota] dapat
dilakukan melalui penguatan ekonomi daerah dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah [PAD].
Umumnya, ada tiga cara yang ditempuh Pemerintah Daerah yaitu; Pertama, menaikkan pajak dan
retribusi daerah. Kedua, mengeksploitasi sumberdaya alam. Dan ketiga, menggarap potensi lokal
dengan menarik investor dan menumbuhkan peluang usaha masyarakat. Taraf kesejahteraan
menjadi penting karena ditujukan untuk mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah hingga
diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Kemandirian fiskal daerah setelah menjadi daerah otonom adalah keniscayaan karena daerah
dituntut mampu mendanai wilayahnya sendiri namun kondisi ini sangat sulit digapai seluruh
wilayah otonom yang masih tergantung dengan pendanaan dari pemerintah pusat. Beberapa
daerah yang telah mandiri secara finansial menempuh langkah stimulus ekonomi dengan
memperbesar aktifitas investasi di daerahnya. Menyimak kondisi eksisting, pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan kondisi sumberdaya alamnya namun akibat ketidak-merataan pembangunan
pada fase-fase sebelumnya menyebabkan beberapa wilayah di bagian timur mengalami
ketertinggalan. Aktifitas investasi juga sangat tergantung pada kondisi ekonomi makro, sementara
kondisi makro ekonomi belum stabil sehingga geliat investasipun mengalami pelemahan
[penurunan].
Krisis ekonomi global berakibat pada ketidakstabilan nilai mata uang menjadi salah satu isyarat
sekaligus kerisauan pelaku pasar khususnya pelaku usaha [investor] dalam melakukan aktifitas
investasi. Salah satu unsur yang mampu bertahan dalam kondisi demikian adalah UMKM yang
mengandalkan skala usaha kecil dan menengah untuk pengembangan komoditas
unggulan. Berdasarkan berbagai pertimbangan, Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) ketika melakukan penelitian terhadap 134–200 kabupaten/kota pada tahun 2002 dan
2003 menetapkan 5 (lima) faktor yang menentukan daya tarik investasi daerah, yaitu : (1)
kelembagaan, (2) sosial politik, (3) perekonomian daerah, (4) tenaga kerja dan produktifitas, serta
(5) infrastruktur fisik (Haryadi, 2012).
Upaya percepatan pembangunan nasional di segala bidang memerlukan modal
besar namun pemerintah memiliki keterbatasan untuk menyediakan modal
tersebut sehingga pemerintah melalui kebijakan fiskal berupaya mendorong pertumbuhan
Penanaman Modal (PM: investasi). Kegiatan investasi merupakan salah satu bentuk nyata dalam
pembangunan nasional karena investasi adalah salah satu motor penggerak pertumbuhan
ekonomi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 2000).
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka
panjang sampai dengan tahun 2025, yang menuntut adanya konsistensi, pengembangan sektor
yang lebih fokus dan berkelanjutan. RUPM berfungsi untuk mensinergikan dan
mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektoral terkait, sehingga tidak terjadi ketimpangan
dalam penetapan prioritas sektoral yang akan dikembangkan dan dipromosikan melalui kegiatan
penanaman modal. Upaya mendukung pelaksanaan RUPM di Indonesia guna mendorong
peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan, Pemerintah mengatur perlunya Pemerintah
Daerah untuk menyusun Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota (RUPMK) yang salah
satunya adalah RUPM Kabupaten Manggarai Barat.
RUPM Kabupaten Manggarai Barat merupakan Rencana Umum Penanaman Modal ditingkat
Kabupaten Manggarai Barat, yang disusun berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh
Kabupaten Manggarai Barat, dengan tetap mengacu pada arah kebijakan penanaman modal yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah. Untuk mendukung penyusunan sampai dengan pelaksanaan
RUPM Kabupaten Manggarai Barat, diperlukan kelembagaan yang kuat, baik di pusat maupun di
daerah. Oleh karena itu, visi yang sama dari seluruh pemangku kepentingan di bidang penanaman
modal merupakan suatu keharusan, khususnya terkait dengan pembagian kewenangan,
pendelegasian kewenangan dan koordinasi dari masing-masing pihak.
Penyusunan RUPM umumnya terdiri dari 4 (empat) tahapan. Tahap pertama adalah Penyiapan
Naskah Kajian Akademis, tahap kedua adalah Pembahasan hasil kajian akademis dan
mengelaborasinya dengan masukkan dari dinas/instansi sertastakeholders terkait pada
suatu Forum Group Disscuss (FGD). Tahap ketiga Penyiapan Rumusan RUPMK dan tahapan keempat
adalah Penetapan RUPMK. Kajian Akademis dilaksanakan dalam rangka mendapatkan sektor
potensial yang dimiliki oleh Kabupaten Manggarai Barat dan selanjutnya akan didorong menjadi
sektor prioritas/unggulan serta fokus untuk dikembangkan melalui kegiatan penanaman modal
dalam jangka panjang. Kajian Akademis juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi isu-isu strategis
yang berkaitan dengan pembangunan penanaman modal di Kabupaten Manggarai Barat, sebagai
bahan analisis potensi dan identifikasi hambatan/ permasalahan. Selain itu, Kajian Akademis juga
menganalisa kontribusi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan bidang penanaman modal dalam
pembangunan di Kabupaten Manggarai. Selanjutnya hasil dari Kajian Akademis berupa Naskah
Kajian Akademis akan menjadi dasar dalam penyusunan rumusan RUPM Kabupaten Manggarai
Barat.
Terkait dengan pentingnya Kajian Akademis dalam perumusan RUPM Kabupaten Manggarai Barat
maka sebagai langkah awal dari rangkaian perumusan RUPM Kabupaten Manggarai Barat
dilakukan penyiapan Naskah Kajian Akademis. Naskah Akademis dimaksud akan dipaparkan
potensi dan isu strategis terkait penanaman modal di Kabupaten Manggarai Barat. Dengan analisis
SWOT akan dipetakan juga kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dimiliki Kabupaten
Manggarai Barat dalam pengembangan pembangunan di bidang penanaman modal. Pada akhirnya
Naskah Kajian Akademis ini akan memberikan usulan kebijakan dan strategi yang harus diambil
dalam perumusan RUPM Kabupaten Manggarai Barat.

1.2.           Arti Penting RUPM


Peraturan Presiden RI Nomor 16 Tahun 2012 menegaskan bahwa RUPM menjadi acuan bagi
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian dalam menyusun kebijakan yang terkait
dengan kegiatan penanaman modal. Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/ Kota yang mengacu pada RUPM, Rencana Umum Penanaman Modal
Provinsi, dan prioritas pengembangan potensi kabupaten/ kota.
Dalam rangka memperkuat perekonomian nasional yang berorientasi dan berdaya saing global
sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025, penanaman modal diarahkan untuk mendukung
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas
dengan mewujudkan iklim penanaman modal yang menarik, mendorong penanaman modal bagi
peningkatan daya saing perekonomian nasional, serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik
dan pendukung yang memadai. Pemerintah telah menetapkan Rencana Umum Penanaman Modal
(RUPM) melalui Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 sebagaimana telah diamanatkan pada
pasal 4, UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal untuk mencapai tujuan dimaksud.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka
panjang sampai dengan tahun 2025. RUPM berfungsi untuk mensinergikan dan
mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektoral terkait, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang akan dikembangkan dan dipromosikan melalui
kegiatan penanaman modal. Secara umum RUPM terdiri dari Arah Kebijakan Penanaman Modal
dan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal.
Arah kebijakan penanaman modal yang meliputi 7 (tujuh) elemen utama merupakan langkah
strategis yang akan ditempuh oleh Pemerintah dalam rangka mencapai visi penanaman modal
nasional yakni “Penanaman Modal yang Berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang
Mandiri, Maju dan Sejahtera”. Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman
Modal merupakan peta jalan yang berisikan rencana aksi dalam rangka pencapaian visi dan misi
yang terbagi dalam 4 (empat) fase, yakni: (1) Fase I-Pengembangan penanaman modal yang relatif
mudah dan cepat menghasilkan (Quick wins and Low Hanging Fruits), (2) Fase II-Percepatan
pembangunan infrastruktur dan energi, (3) Fase III-Pengembangan industri berskala besar, dan (4)
Fase IV-Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy).
Keempat fase dimaksud selayaknya dipadukan dalam sebuah dokumen perencanaan karena harus
disinergiskan dengan dokumen perencanaan daerah jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Dokumen perencanaan dimaksud di antaranya adalah RPJMD, RPJMP, RTRW  dan berbagai
dokumen strategis daerah lainnya untuk perpaduan horizontal agar mampu mengakomodir
berbagai masalah dan strategi dari berbagai sektor usaha yang akan diinvestasikan. Demikian pula
dengan dokumen perencanaan pada level vertikal di tingkat provinsi hingga pemerintah pusat, dari
berbagai sektor, lembaga dan kementerian yang berurusan langsung dengan penanaman modal
sehingga kebijakan pengembangan investasi di daerah senantiasa memperhatikan kepentingan
berbagai aspek sektoral.
Dimensi perencanaan dalam penanaman modal menjadi hal penting karena urusan penanaman
modal melibatkan berbagai pihak sebagai subjek dan objek yang terkena dampak dari aktifitas
penanaman modal, termasuk dampak yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Perencanaan
investasi sektor strategis di antaranya seputar industri prioritas, pariwisata, sektor maritim dan
logistik, investasi di kawasan strategi nasional dan investasi infrastruktur prioritas.

1.3.           Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian dimulai dengan pendekatan teoritis tentang urgensinya sebuah kajian
akademik berbentuk Naskah Akademik dalam perencanaan pengembangan dan pembangunan
daerah bidang investasi. Pendekatan teoritis dimaksud dibahas dari kajian yuridis [formal dan etis],
kajian filosofis dan kajian sosiologis hingga menghasilkan struktur pemikiran tentang urgensi dan
substansi pelaksanaan kebijakan penanaman modal di Kabupaten Manggarai Barat.
Pendekatan teoritis kemudian dibandingkan dengan kondisi eksisting Kabupaten Manggarai Barat
yang memuat gambaran umum potensi dan kondisi umum berbagai sektor di wilayah Kabupaten
Manggarai Barat, dan selanjutnya dirumuskan visi, misi dan sasaran ketercapaian pengembangan
investasi berdasarkan ketujuh arah kebijakan investasi nasional.

1.4.           Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Dokumen RUPM Kabupaten merujuk pada [lampiran] Peraturan Kepala BKM
RI Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal.
Sistematika menurut Perka BKPM No. 9 Tahun 2012 dimaksud yang kemudian dikembangkan
sebagai berikut;

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Arti Penting RUPM
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Sistematika Penyajian
II ASAS DAN TUJUAN
2.1. Asas Dasar Hukum
2.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
III POTENSI DAN KONDISI EKSISTING KABUPATEN MANGGARAI BARAT
3.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Kabupaten
3.2. Daya Tarik Investasi di Kabupaten Manggarai Barat
IV ANALISIS POTENSI DAN PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN MANGGARAI
BARAT
4.1. Potensi Sektor Ekonomi Regional Kabupaten Manggarai Barat
4.2. Analisis Keunggulan Lokasi
4.3. Analisis SWOT
V VISI DAN MISI PENANAMAN MODAL KABUPATEN MANGGARAI BARAT
5.1. Visi dan Misi Kabupaten Manggarai Barat
5.2. Issu Strategis Bidang ekonomi dan Penanaman Modal
5.3. Dasar Pertimbangan Penyusunan Visi-Misi Penanaman Modal
di Kabupaten Manggarai Barat
5.4. Konsep dan Devinisi Visi RUPM Kabupaten Manggarai Barat
5.5. Konsep Perumudan Misi RUPM Kabupaten Manggarai Barat
VI ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN MANGGARAI BARAT
VII PETA PANDUAN (ROADMAP) IMPLEMENTASI RUPM KABUPATEN
MANGGARAI BARAT
VIII PELAKSANAAN DAN RENCANA FASILITASI REALISASI PROYEK PENANAMAN MODAL YANG
STRATEGIS DAN CEPAT MENGHASILKAN
8.1. Rencana Fasilitasi dan Target Ketercapaian
8.2. Analisis Finansial Beberapa Komoditi Unggulan
8.3.  Peta Persebaran Komoditas dan Jenis Usaha Unggulan Menurut Jenis
Perizinan Investasi di Kabupaten Manggarai Barat
IX PENUTUP
9.1. Simpulan
9.2. Penutup
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai