Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI

NOMOR

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS EKSPOR


BATUBARA DAN PRODUK BATUBARA

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan


verifikasi atau penelusuran teknis ekspor Batubara
dan Produk Batubara dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 19 Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 39/M-DAG/PER/7/2014 tentang Ketentuan
Ekspor Batubara dan Produk Batubara sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 49/M-DAG/PER/8/2014, perlu diatur
petunjuk teknis verifikasi atau penelusuran teknis
ekspor Batubara dan Produk Batubara;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar
Negeri tentang Petunjuk Teknis Verifikasi atau
Penelusuran Teknis Ekspor Batubara dan Produk
Batubara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang


Pengesahan Agreement Establishing The World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4661);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5512);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5276);
9. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014
tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Tahun
2014-2019;
10. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon
I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012;

2
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


145/PMK.04/2007 tentang Ketentuan Kepabeanan Di
Bidang Ekspor sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 145/PMK.04/2014;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
48/PMK.04/2012 tentang Pemberitahuan Pabean
Dalam Rangka Pemasukan dan Pengeluaran Barang
Ke dan Dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;
15. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
13/M-DAG/PER/3/2012 tentang Ketentuan Umum
di Bidang Ekspor;
16. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian
Izin Khusus di Bidang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
17. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
39/M-DAG/PER/7/2014 tentang Ketentuan Ekspor
Batubara dan Produk Batubara sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 49/M-DAG/PER/8/2014;
18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
46/M-DAG/PER/8/2014 tentang Ketentuan Umum
Verifikasi atau Penelusuran Teknis di Bidang
Perdagangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN


LUAR NEGERI TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI
ATAU PENELUSURAN TEKNIS EKSPOR BATUBARA DAN
PRODUK BATUBARA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud


dengan:
1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean.
2. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan
yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-
tumbuhan.
3. Produk Batubara adalah barang yang berasal dari
Batubara yang telah melalui proses pengolahan
dan/atau pemurnian.
4. Eksportir Terdaftar Batubara yang selanjutnya
disebut ET-Batubara adalah perusahaan yang telah
mendapat pengakuan untuk melakukan Ekspor
Batubara dan Produk Batubara.

3
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

5. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang


selanjutnya disebut IUP Operasi Produksi adalah izin
usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan
IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
operasi produksi.
6. Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi
yang selanjutnya disebut IUPK Operasi Produksi
adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan
tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin
usaha pertambangan khusus.
7. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi khusus
untuk pengangkutan dan penjualan yang selanjutnya
disebut IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengangkutan dan penjualan adalah izin usaha yang
diberikan kepada perusahaan untuk membeli,
mengangkut, dan menjual komoditas mineral dan
batubara.
8. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian yang
selanjutnya disebut IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian adalah izin
usaha yang diberikan kepada perusahaan untuk
membeli, mengangkut, mengolah, dan memurnikan
termasuk menjual komoditas tambang mineral atau
batubara hasil olahannya.
9. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara yang selanjutnya disingkat PKP2B adalah
perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia
dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia
untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan
galian batubara.
10. Verifikasi atau Penelusuran Teknis adalah penelitian
dan pemeriksaan barang ekspor yang dilakukan
Surveyor.
11. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat
otorisasi untuk melakukan pemeriksaan teknis
ekspor Batubara dan Produk Batubara.
12. Report of Sampling and Analysis yang selanjutnya
disebut RoA adalah laporan analisa sementara yang
mengandung informasi kualitas Batubara dan
Produk Batubara yang sampelnya diambil sendiri
oleh Surveyor di stokpile atau di stokroom pada saat
proses pemuatan.
13. Certificate of Sampling and Analysis yang selanjutnya
disebut CoA adalah laporan analisa final yang
mengandung informasi kualitas Batubara dan
Produk Batubara yang sampelnya diambil sendiri
oleh Surveyor pada saat proses pemuatan barang ke
dalam alat angkut.

4
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

14. Laporan Surveyor yang selanjutnya disingkat LS


adalah laporan hasil Verifikasi atau Penelusuran
Teknis yang telah dilakukan oleh Surveyor yang
disertai hasil analisa kualitatif komposisi Batubara
dan Produk Batubara berupa RoA atau Surat
Pernyataan Kualitas (SPK).
15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perdagangan.
16. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan.

Pasal 2

Batubara dan Produk Batubara yang dibatasi ekspornya


wajib dilakukan Verifikasi atau Penelusuran Teknis
sebelum muat barang di stockpile atau (gudang pelabuhan
muat penyimpanan) sampai dengan selesainya
pelaksanaan pemuatan barang ke atas kapal (loading)
dan/atau ke dalam peti kemas (stuffing).

Pasal 3

(1) Untuk dapat dilakukan Verifikasi atau Penelusuran


Teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, pemilik
ET-Batubara harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Surveyor paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum muat barang.
(2) Permohonan Verifikasi atau Penelusuran Teknis
Ekspor Batubara dan Produk Batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat data atau
keterangan paling sedikit mengenai:
a. jenis dan spesifikasi Batubara dan Produk
Batubara yang mencakup nomor Pos Tarif/HS;
b. jumlah Batubara dan Produk Batubara;
c. nilai ekspor;
d. pelabuhan muat;
e. negara dan pelabuhan tujuan ekspor; dan
f. waktu dan tempat pemuatan serta pengapalan
Batubara dan Produk Batubara.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan dengan melampirkan:
a. fotokopi ET-Batubara;
b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
bagi IUP Operasi Produksi khusus untuk
pengangkutan dan penjualan;
d. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), bagi ..... ;
(cttn: apakah SITU diperlukan? bagi siapa?)
Menurut kami tidak usah dijadikan
persyaratan.
e. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

5
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

f. fotokopi IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi


Produksi, PKP2B, IUP Operasi Produksi khusus
untuk pengangkutan dan penjualan, atau IUP
Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian;
g. fotokopi perjanjian kerjasama dengan IUP
Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, atau
dan/atau PKP2B, untuk pemilik IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengangkutan dan
penjualan, dan pemilik IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian;
h. fotokopi surat persetujuan pencampuran
Batubara (blending) yang diterbitkan oleh
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
untuk ET-Batubara yang melakukan
pencampuran Batubara (blending);
(cttn: apakah perlu dilengkapi dgn fotokopi
perjanjian kerjasama diantara IUP Operasi
Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan PKP2B)
Menurut kami point G dan H Tidak perlu pak,
karena hal tersebut sudah diverifikasi oleh
MINERBA (rekom ET dari Minerba). Surveyor
melakukan penelusuran teknis asal barang
mengacu kepada IUP OP/PKP2B yang tertera
pada ET Batubara.
i. bukti pelunasan pembayaran iuran
produksi/royalti dimuka berdasarkan volume
rencana ekspor paling lambat 1 (satu) hari
sebelum pemuatan selesai, meliputi berupa:
1) Bukti Penerimaan Negara (BPN);
2) atau Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
untuk pembayaran dalam mata uang Rupiah;
atau
3) Bukti Perintah Transfer/Pemindahbukuan
(BPTB) untuk pembayaran dalam mata uang
US Dollar.
j. packing list; dan
k. invoice;
(4) Pengajuan permohonan Verifikasi atau Penelusuran
Teknis Ekspor Batubara dan Produk Batubara
berikutnya, ET-Batubara cukup melampirkan
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf h sampai dengan huruf j dan dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sampai
dengan huruf g yang mengalami perubahan.
(5) Bentuk permohonan Verifikasi atau Penelusuran
Teknis Ekspor Batubara dan Produk Batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

6
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

Pasal 4

Verifikasi atau Penelusuran Teknis oleh Surveyor


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. penelitian dan pemeriksaan mengenai keabsahan
terhadap data atau keterangan secara mengenai
keabsahan administrasi dan wilayah asal Batubara
dan Produk Batubara;
b. jumlah Batubara dan Produk Batubara;
c. jenis dan spesifikasi Batubara dan Produk Batubara
yang mencakup Pos Tarif/HS melalui analisa kualitatif
dan kuantitatif di laboratorium; dan
d. waktu pengapalan dan pelabuhan muat.

Pasal 5

Penelitian dan pemeriksaan mengenai keabsahan


terhadap data atau keterangan secara mengenai
keabsahan administrasi dan wilayah asal Batubara dan
Produk Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. verifikasi kesesuaian data dan atau keterangan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) dengan Batubara dan Produk Batubara yang akan
diekspor.
b. pemastian secara administrasi atas ET-Batubara
terhadap Batubara dan Produk Batubara yang
diekspor berasal dari IUP Operasi Produksi, IUPK
Operasi Produksi, atau PKP2B.
pemastian Batubara dan Produk Batubara yang akan
diekspor berasal dari IUP Operasi Produksi, IUPK
Operasi Produksi, atau PKP2B pemilik ET-Batubara.
c. verifikasi bukti pelunasan pembayaran iuran
produksi/royalti atas nama pemilik IUP Operasi
Produksi, IUPK Operasi Produksi, atau PKP2B berupa
Bukti Penerimaan Negara (BPN), Surat Setoran Bukan
Pajak (SSBP) atau Bukti Perintah
Transfer/Pemindahbukuan (BPTB).

Pasal 56

Terhadap Batubara dan Produk Batubara yang


dimintakan Verifikasi atau Penelusuran Teknis, Surveyor
melakukan:
a. pemeriksaan kualitatif Batubara dan Produk
Batubara; dan
b. pemeriksaan kuantitatif Batubara dan Produk
Batubara.

Pasal 67

7
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

(1) Dalam pemeriksaan kualitatif Batubara dan Produk


Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf a, pengambilan sampel Batubara dan Produk
Batubara dalam bentuk curah dan/atau bukan curah
dilakukan sebelum pemuatan sampai selesainya
pengawasan pemuatan dengan melakukan:
a. analisa dan sampling sebelum pemuatan
(sampling pre-shipment) ditempat penumpukan/
penyimpanan di stockpile atau gudang
penyimpanan Batubara dan Produk Batubara.
b. analisa dan sampling selama pemuatan Batubara
dan Produk Batubara (stuffing/loading) ke atas
kapal (loading) dan/atau ke dalam peti kemas
(stuffing).
(2) Hasil analisa dan sampling pre-shipment yang
dilakukan oleh Surveyor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a diterbitkan dalam bentuk RoA.
(3) Untuk ET-Batubara yang sudah memiliki data kontrol
kualitas produksi, dapat menyampaikan Surat
Pernyataan Kualitas (SPK) sebagai pengganti RoA.
Cttn:
1. apakah dgn adanya SPK, surveyor tdk melakukan
pemeriksaaan kualitatif dgn melakukan analisa
dan sampling ?
2. LS diterbitkan berdasarkan RoA, bukan
berdasarkan SPK.

Dengan adanya SPK, surveyor pasti tidak akan


melakukan pemeriksaan kualitatif (sampling dan
analisa) lagi.
Olehkarenanyalah kami tidak setuju dengan adanya
penggunaan SPK dalam pengajuan penerbitan LS,
dasar pemikirannya karena informasi terkait kualitas
yang disajikan di LS adalah hasil dari pemeriksaan
surveyor bukan berdasarkan self assesment klien krn
juga terkait dengan pembayaran royalti.
(4) Untuk Penyajian hasil pemeriksaan kualitatif secara
final, pengambilan sampel dilakukan pada saat
pemuatan barang dan hasilnya dituangkan dalam
CoA.
Hasil analisa dan sampling dalam proses pemuatan
Batubara dan Produk Batubara ke atas kapal
(loading) dan/atau ke dalam peti kemas (stuffing) yang
dilakukan oleh Surveyor menjadi hasil pemeriksaan
kualitatif secara final yang dituangkan dalam CoA.
(5) CoA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah selesai pemuatan.
(6) Terhadap Batubara dan Produk Batubara dengan
pengambilan sampel yang dilakukan pada saat
pemuatan barang ke dalam peti kemas, hasil
pengambilan sampel dapat langsung dituangkan
dalam CoA.

8
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

Cttn: apa bedanya dgn ayat (4) sehingga ada


perbedaan perlakuan.
Ada sedikit masukan dari kami terkait ayat 1 dan
ayat 4 agar ayat 6 nya menjadi jelas.
Ayat 5 kami memberikan masukan 7 hari waktu
analisa krn membutuhkan waktu pengiriman sample
dari kapal ditengah laut ke lab (remote area) dan
waktu preparasi yang sudah baku oleh bbrp standard
(ASTM, ISO dsb)
(7) Analisa laboratorium terhadap sampel Batubara dan
Produk Batubara yang akan diekspor baik yang
dituangkan dalam bentuk RoA maupun CoA
dilakukan dengan standar dan metode uji baku yang
diakui secara nasional dan internasional

Pasal 78

(1) Pemeriksaan kuantitatif Batubara dan Produk


Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf b, berupa:
a. penimbangan dan pengawasan selama pemuatan
ke dalam peti kemas yang dituangkan dalam
laporan hasil penimbangan dan laporan hasil
pengawasan pemuatan dalam peti kemas, untuk
Batubara dan Produk Batubara dalam kemasan;
atau
b. draught survey kapal/tongkang tujuan ekspor
yang hasilnya dituangkan ke dalam Provisional of
Draught Survey atau Certificate of Weight (CoW),
untuk Batubara dan Produk Batubara dalam
bentuk curah.
(2) Bentuk Provisional of Draught Survey atau Certificate
of Weight (CoW) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.
(3) Hasil pemeriksaan kuantitatif Batubara dan Produk
Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam LS.

Pasal 89

(1) Hasil Verifikasi atau Penelusuran Teknis yang telah


dilakukan oleh Surveyor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dituangkan dalam bentuk LS
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.
(2) LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai hasil
analisa kualitatif komposisi Batubara dan Produk
Batubara berupa RoA atau Surat Pernyataan Kualitas
(SPK) dan bukti pembayaran iuran produksi/royalti.

9
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

merupakan dokumen pelengkap dalam pengajuan


Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) kepada kantor
pelayanan bea dan cukai setempat.
(3) LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
dokumen pelengkap dalam pengajuan Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB) kepada kantor pelayanan bea
dan cukai setempat.

Pasal 910

Dalam hal terjadi perbedaan:


a. hasil antara RoA atau Surat Pernyataan Kualitas
(SPK) dengan CoA; dan/atau
b. volume antara rencana ekspor dalam dokumen
permohonan Verifikasi atau Penelusuran Teknis
Ekspor Batubara dan Produk Batubara dengan
volume dalam LS,
yang mengakibatkan terjadinya kekurangan pembayaran
iuran produksi/royalti, pemilik ET-Batubara wajib
melunasi kekurangan pembayaran iuran produksi/royalti
dengan menyampaikan bukti pelunasan pembayaran
iuran produksi/royalti final paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja setelah CoA diterbitkan.

Pasal 1011

Surveyor yang telah ditetapkan sebagai pelaksana Verifikasi


atau Penelusuran Teknis ekspor Batubara dan Produk
Batubara, tidak dapat melimpahkan sebagian atau seluruh
pelaksanaan Verifikasi atau Penelusuran Teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 kepada pihak lain.

Pasal 1112

Verifikasi atau Penelusuran Teknis Ekspor Batubara dan


Produk Batubara yang dilakukan oleh Surveyor tidak
mengurangi kewenangan instansi teknis terkait untuk
melakukan pemeriksaan terhadap ekspor Batubara dan
Produk Batubara.

Pasal 1213

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri,

10
Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Nomor

PARTOGI PANGARIBUAN

11

Anda mungkin juga menyukai