DOMINASI PENJAJAH TERHADAP SUBALTERN DALAM NOVEL LARASATI
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (SUATU PENDEKATAN
POSKOLONIAL GAYATRI C. SPIVAK)
Nur Fauziah Saputri S.
Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar E-mail: nurfauziah.saputri27@gmail.com
ABSTRAK
NUR FAUZIAH SAPUTRI, 2019. “Dominasi Penjajah terhadap
subaltern dalam novel Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer (Suatu Pendekatan Poskolonial Gayatri C. Spivak)” Skripsi. Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makasssar. (Dibimbing oleh Anshari dan Faisal).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adanya bentuk dominasi
penjajah terhadap subaltern, pengaruh yang di timbulkan dari dominasi penjajah terhadap subaltern serta bentuk-brntuk perlawanan yang dilakukan oleh subaltern kepada penjajah sebagai upaya pemertahanan hak nasionalisme bangsa Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Data penelitian berupa teks yang terdapat pada novel Larasati karya Pramodya Ananta Toer. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik baca, dan catat. Analisis data dengan menganalisis bentuk bentuk dari dominasi dan pengaruh dominasi penajajah serta bentuk perlawanan subaltern yang terdapat dalam novel sehingga diuraikan dalam bentuk narasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa, adanya dominasi
penjajah terhadap subaltern dalam bentuk penindasan dan kekuasaan, yang dimiliki Bangsa Belanda yang memegang peran superior. Pengaruh dominasi penjajah terhadap subaltern dalam bentuk segi fisik dan batin (mental) yang mengakibatkan perubahan fisik dan melemahnya mental, menimbulkan ketakutan, paranoid dan rasa dendam oleh subaltern. bentuk perlawanan subaltern terhadap para penjajah dengan bentuk cacian, pemberontakan dan pertempuran.
Kata kunci: novel, subaltern Gayatri C. Spivak, Poskolonial
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
1 PENDAHULUAN Karya sastra disampaikan Karya sastra lahir dari hasil secara objektif dan imajinatif cipta kreatif seorang pengarang yang didukung oleh adanya data, fakta, menuangkan ide-ide dan gagasan bukti, dan pengalaman pribadi serta pemikirannya setelah melihat realitas daya bayang dari seorang pengarang, sosial yang ada. Pada hakikatnya hal ini menjadikan karya sastra karya sastra merupakan bentuk sebagai dokumen sosial maupun sebuah kenyataan, baik kenyataan dokumen sejarah yang dapat sosial mengenai manusia dan mengungkapkan kejadian-kejadian kemanusiaan serta hidup dan yang terjadi dalam masyarakat pada kehidupan yang dituangkan dalam masa karya sastra tersebut tercipta bentuk media bahasa dengan sehingga mampu menjadi sumber penyampaian secara objektif dan ilmu pengetahuan terhadap pembaca imajinatif. Menurut Juanda dalam sama halnya budaya. Seperti yang di jurnalnya, keberadaan bahasa pada katakan Spradley, Kebudayaan pihak tertentu umumnya mengatakan adalah pengetahuan yang diperoleh menjadi sebagai penghambat dan digunakan oleh manusia untuk keberhasilan pengajaran Bahasa. menginterpretasi pengalaman dan (Juanda, 2012: 28). tingkah laku sosial, (dalam M. Juanda, 2018). Menurut Hayadi, (dalam jurnal Juanda, 2012) penulis karya Kajian kesusastraan indonesia sastra akan memilih diksi, menguatkan bahwa ada beberapa menggunakan gaya bahasa yang sastrawan dalam berkarya tepat dan sebagainya. Sementara itu memperlihatkan hal yang dalam benak pengarang tersirat bertemakan lingkungan (Juanda, keinginan untuk menyampaikan 2016; 92). amanat, menanamkan nilai-nilai Novel dalam prosa fiksi moral, baik melalui karakter tokoh, memiliki kelebihan dalam perilaku tokoh ataupun dialog. mengungkapkan secara detail dan kompleks isi cerita yang mampu
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
1 memberikan gambaran realitas kepenulisan Pram tak ubahnya melalui usnsur-unsur pembangunnya bentuk-bentuk dari sejarah sosial seperti peran tokoh, alur, dan latar Indonesia di masa lalu, Pram yang tercipta dari sudut pandang menjadi saksi atas kekuasaan yang pengarang dengan menggunkan dilakukan pemerintah secara semena- bahasa sebagai media. mena kepada rakyat, serta kekuasaan dari bentuk penjajahan. Kemampuan tersebut bahkan dapat mengisahkan seorang tokoh Seperti pada karya sastra baik dari awal kelahirannya hingga yang akan dikaji dalam penelitian ini kematiannya yang dibumbui konflik- adalah novel Larasati Karya konflik sebagai nafas dalam cerita. Pramoedya Ananta Toer, sebuah Seperti yang di sampaikan Abdul novel revolusioner yang berlatar Rozak dkk (dalam Purba, 2012: 63). cerita pada masa perjuangan bersenjata 1945-1950. Nama Pramodya Ananta Toer menjadi salah satu pengarang yang Dalam novel Larasati Karya diagungkan dan disebut-sebut Pramodya Ananta Toer ini, Pram sebagai penulis besar yang pernah mengungkapkan kisah dari sudut ada dalam sejarah panjang karya padang perempuan bernama Larasati sastra di Indonesia, khususnya prosa atau biasa disebut Ara. Ia adalah fiksi (novel). Hal ini dikarenakan seorang aktris panggung dan bintang karyanya yang kontroversi mengenai film di Yogyakarta. Awalnya apatis realitas sosial. Selain itu dalam terhadap revolusi karena baginya artikel Aghnia Adzakia (2018) hidup adalah uang. Namun di dalam GoodReads mencatat karya-karya perjalanannya saat berangkat dari Pram, sapaan dari Pramodya, telah Yogya ke Jakarta, di kereta api diterbitkan kurang lebih sebanyak 40 banyak hal menarik yang dialami buah, dengan 21 karya novel dan oleh Ara. Dia bertemu dengan novelet, di antaranya; Bumi Manusia, banyak pejuang, hal itulah yang Arus Balik, Gadis Pantai, Larasati membulatkan tekadnya untuk ikut dan masih banyak lainnya, berjuang mempertahankan revolusi.
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
2 Poskolonial dipilih dan subordinasi, dalam hal ini pola dianggap tepat karena pendekatannya hubungan tersebut kemudian muncul yang memusatkan pada proses gambaran-gambaran yang tidak penundukan atau penjajahan suatu menyenangkan mengenai pihak bangsa atau negara terhadap bangsa terjajah, yang disebut sebagai atau negara lain dan pengaruh masyarakat barbar, tidak beradab, penjajahan terhadap masyarakat bodoh, aneh, mistis, dan tidak jajahannya. Sesuai dengan novel rasional. Larasati Karya Pramoedya Ananta Tema kolonialisme dalam Toer yang mengangkat kisah alur cerita novel Larasati karya mengenai sejarah sosial dari Pramodya Ananta Toer sangat Republik Indonesia yang dijajah oleh menampilkan sisi dominasinya, Belanda. Analisis ini akan membuat dimana menggunakan para pembaca lebih mudah untuk pengkhianat bangsa untuk mengetahui bagaimana proses melakukan tindakan-tindakan dominasi koloni atau proses kekerasan dan eksploitasi. Termasuk penundukan suatu bangsa terhadap mendominasi sosok perempuan yang bangsa jajahannya. tetap memegang teguh prinsip Wacana Poskolonial pertama perjuangan. Dengan kondisi kali diperkenalkan di dunia sastra penceritaan pada novel Larasati oleh Bill Ashcroft, dkk tahun 1989 Karya Pramoedya Ananta Toer (dalam Leela Gandhi: 2007), yang memperlihatkan proses penjajahan menyatakan bahwa dalam teori kolonial belanda dan perlawanan Poskolonial, hubungan antara kaum reubliken dengan mengangkat penjajah dan terjajah adalah tokoh utama seorang perempuan hubungan yang bersifat hegemonik, bernama Larasati. penjajah sebagai kelompok superior Penekanan pada etnisitas dan terjajah sebagai pihak inferior. dalam literatur teori poskolonial Dari hubungan itu, muncullah apa dapat menutupi berbagai relasi yang disebut dominasi dan kekuasaan gender. Hal ini terlihat
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
3 dari image tentang perempuan yang kesukuan dan para petani. Kajian ini menjadi pengembang tugas yang sesuai dengan objek kajian karena signifikan menjaga kesucian dan lahir dari kritikan Gayatri C Spivak reproduksi. Lebih jauh, perempuan yang melihat betapa didominasinya menanggung beban ganda akibat kaum perempuan pada zaman dijajah oleh kekuasaan-kekuasaan penjajahan. Dalam sebuah diskusi kolonial dan disubordinasikan oleh mengenai kasus bunuh diri kaum lelaki kolonial dan pribumi. perempuan India pada zaman penjajahan, Spivak berpendapat Menurut Sugihastuti dan bahwa kelompok subaltern Suharto, citra perempuan dibedakan perempuan tak mampu bersuara. menjadi dua, yaitu, citra diri perempuan dan citra sosial Spivak yang terkenal karena perempuan. Citra diri perempuan kontribusi besar dalam membangun merupakan dunia yang typis, yang kajian poskolonial secara terus- khas dengan segala macam tingkah menerus. Gayatri Spivak dalam lakunya. Citra diri perempuan esainya (dapatkah Subaltern merupakan keadaan dan pandangan berbicara?) menyatakan bahwa perempuan yang berasal dari dalam subaltern tidak bisa berbicara, yang dirinya sendiri, yang meliputi aspek dimaksudkan adalah kaum fisik dan aspek psikis (dalam Juanda perempuan dalam berbagai konteks & Azis, 2018: 72) kolonial tidak memiliki bahasa konseptual untuk berbicara karena Teori poskolonial yang tidak ada telinga dari kaum lelaki digunakan untuk mengkaji Novel kolonial maupun pribumi untuk Larasati karya Pramodya Ananta mendengarkannya. Ini bukan berarti Toer peneliti memilih Poskolonial bahwa perempuan tidak bisa subatern sebagai bahan kajian. berkomunikasi secara literal, tetapi Kajian ini dikemukakan oleh Gayatri tidak ada posisi subjek dalam wacana C Spivak dimana subaltern adalah kolonialisme yang memungkinkan kelompok yang tertindas, kaum kaum perempuan untuk perempuan yang tertindas, kelompok
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
4 mengartikulasikan diri mereka bahwa penjajahan Belanda maupun sebagai pribadi. Jepang sama-sama menimbulkan kesengsaraan bagi orang-orang yang Novel Larasati Karya terjajah, yaitu masyarakat Indonesia. Pramoedya Ananta Toer Kerugian yang didapatkan tidak menceritakan tokoh utama dalam hanya menyangkut materi semata. novel tersebut merupakan kelompok Namun juga dari segi yang lain yakni subaltern, ditambah lagi dengan dari segi mental, pola pikir, dan sosok Larasati yang diperankan oleh budaya. seorang perempuan yang dalam kajian Spivak menanggung beban Adapun penelitian oleh Utami penindasan ganda, dari kacamata Widyaningsih, skripsi (2011) penulis seorang Perempuan yang bernama menganalisis kondis tokoh Andri Larasati inilah terlihat ketidakadilan, sebagai Subaltern dalam berbagai kekerasan dan dominasi-dominasi bidang yakni pendidikan, ekonomi, lainnya yang dilakukan Belanda dan sosial, mental hukum dan politik, pengikutnya kepada kelompok dari penelitian tersebut didapatkan subaltern lainnya dalam hal ini adanya diskriminasi dalam suatu mereka yang termarginalkan demi kelompok masyarakat yakni mempertahankan revolusi kelompok subaltern dan banyaknya berdampak pada pengaruh yang tindakan yang sewenang-wenang didapat kelompok subaltern tersebut, yang berdampak buruk bagi kaum baik dari segi fisik maupun batin. subaltern.
Penelitian-penelitian yang Pada penelitian sebelumnya
relevan pada novel Larasati Karya terhadap novel Larasati karya Pramoedya Ananta Toer, dan teori Pramodya Ananta Toer telah poskolonial kajian Subaltern adalah dilakukan oleh Daratullah Nasri penelitian yang dilakukan oleh (2014) dengan judul skripsi Wiwik Hidayati, skripsi (2008) Ambivalensi Kehidupan Tokoh penulis menganalisis pengaruh Larasati dalam Roman Larasati penjajahan dengan menemukan data karya Pramodya Ananta Toer: Kajian
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
5 Pacakolonialisme. Pada penelitian yang mengakibatkan dikuasai dan ditemukan adanya respon ambigu diaturnya kaum subaltern. Pengaruh atau ambivalensi oleh bangsa terjajah dominasi penjajah terhadap subaltern kepada penjajah, hal tersebut jelas yang menimbulkan dua pengaruh diperlihatkan oleh tokoh Larasati, yaitu dari segi fisik dan dari segi dimana di satu sisi ia menikmati batin (mental). Perlawanan subaltern sesuatu dari penjajah. Menjadi terhadap penjajah yang dilakukan seorang pelacur bagi penjajah dan Miyako dan para perempuan budak mendapatkan sesuatu dari itu seks dilakukan dalam bentuk merupakan bentuk penerimaannya, tuntutan sampai bentrok fisik karena namun disisi lain Larasati mulai mereka mendapat perlakuan yang menolak penjajahan karena tidak adil dari kekuasaa penjajah. timbulnya rasa nasionalisme yang Dalam penelitian ini, menggunakan ada dalam dirinya. kajian yang sama tetapi dengan sumber data yang berbeda, penelitian Lain halnya pada penelitian ini dilakukan bukan hanya untuk Iswadi Bahardur (2016) peneliti memperkuat penelitian terdahulu menemukan akibat dari berbagai melainkan juga untuk menemukan tindakan kolonial yang menyebabkan karakteristik subaltern. kaum perempuan menjadi Subaltern. LANDASAN TEORI Selain itu, penelitian relevan Sastra dan Karya Sastra juga dilakukan oleh Azhar Hamzah, Menurut Teeuw (2003: 20- (2017) Dalam penelitian tersebut 21), kata sastra dalam bahasa ditemukan pengaruh penjajah dari Indonesia berasal dari bahasa segi dominasi penjajah terhadap sansekerta, akar kata “sas” dalam subaltern, pengaruh dominasi kata kerja turunan berarti penjajah terhadap subaltern, dan mengarahkan, mengajar, memberi perlawanan subaltern terhadap petunjuk atau intruksi. Akhiran “tra” penjajah. Dominasi penjajah yang dapat berarti alat untuk mengajar, terjadi berupa penindasan yang buku petunjuk, buku intruksi atau berujung penyiksaan, dan kekuasaan
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
6 pengajaran; misalnya silpa sastra, Dalam Priyatni (2012:12) buku arsitektur, kamasastra, buku Sapardi Djoko Damono melengkapi petunjuk, mengenai seni cinta. defenisi bahwa satra adalah lembaga Ditambahkan oleh Antilan sosial yang menggunakan bahasa Purba (2012: 2) Sastra dapat sebagai mediumnya, sementara diartikan sebagai alat untuk bahasa itu sendiri merupakan ciptaan mengajar, buku petunjuk, buku sosial. instruksi atau pengajaran. Berdasarkan beberapa Sehubungan dengan itu B. Rahmanto definisi sastra diatas, disimpulkan mengungkapkan bahwa sastra, tidak bahwa sastra adalah bentuk kreatif seperti halnya ilmu kimia atau yang dihasilkan melalui seni rasa dan sejarah, tidaklah menyuguhkan ilmu perasaan pengarang yang pengetahuan dalam bentuk jadi. menggunakan bahasa sebagai Setiap karya sastra selalu perantaran dalam memberi menghadirkan sesuatu yang kerap pemahaman lebih kepada orang lain menyajikan banyak hal yang apabila agar menjadi petunjuk atas dihayati benar-benar akan semakin pengetahuan sosial (dalam Juanda, J menambah pengetahuan orang yang : 2013). menghayatinya (1988: 13, dalam Dalam sebuah lingkungan Antilan Purba, 2012: 3). pasti ada beberapa tanda yang Selain dari pendapat diatas menandakan suatu kejadian yang sebelumnya Wellek dan Warren terrjadi dalam sebuah lingkungan. (2014: 10-12) juga mengemukakan Untuk mengurangi perilaku dan beberapa definisi sastra. Pertama, masalah psikologis seperti motivasi sastra adalah segala sesuatu yang rendah, stres dan kecemasan dalam tertulis atau tercetak. Kedua, sastra proses pembelajaran bahasa, yang dibatasi hanya pada “mahakarya”, berpotensi berkontribusi pada yaitu buku-buku yang dianggap rendahnya prestasi. (Djumingin dan menonjol karena bentuk dan ekspresi Juanda 2019) sastranya. Ketiga, sastra dipandang sebagai karya imajinatif.
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
7 Prosa Fiksi kisahan atau cerita yang diemban Menurut Wellek dan Werren, oleh pelaku-pelaku tertentu dengan Fiksi menawarkan model-model pemeranan, latar serta tahapan dan kehidupan sebagaimana yang rangkaian cerita tertentu yang diidealkan oleh pengarang sekaligus bertolak dari hasil imajinasi menunjukkan sosoknya sebagai pengarangnya sehingga menjalin karya seni yang berunsur estetik suatu cerita (dalam Nurgiyantoro, dominan. (dalam Melani Budiantoro, 2013: 2). 2014: 212). Lebih lanjut Endraswara juga Hal tersebut diperkuat dalam mengatakan bahwa fiksi adalah Yasid pada tahun 2012 yang bentuk karya sastra yang seakan- menjelaskan bahwa, menurut Wellek akan melukiskan peristiwa atau kisah dan Weren, sastra sebagai sebuah sesungguhnya. Ia tergolong karya karya estetika yang dihasilkan lewat prosa yang bersifat imajinatif. proses kreatif. Selain itu, karya sastra (Endraswara, 2005:173). sebagai imajinatif yang memiliki Selanjutnya Aminuddin pengertian yang lebih luas daripada memberi pendapat, karya fiksi nonfiksi. (dalam Juanda, 2018:12) dibedakan dalam berbagai macam Namun sebelumnya fiksi bentuk, baik itu roman, novel, dikenal sebagai prosa seperti yang novelet, maupun cerpen. telah di sampaikan Nurgiyantoro, (Aminuddin, 2015: 56). dunia kesastraan mengenal prosa Novel (Inggris: prose) sebagai salah satu Menurut Abrams istilah novel genre sastra di samping genre-genre dalam bahasa Indonesia berasal dari yang lain. Untuk mempertegas istilah novel dalam bahasa Inggris keberadaan genre prosa, ia sering yang sebelumnya juga berasal dari dibandingkan dengan genre yang bahasa Itali, yaitu novella . Secara lain, misalnya puisi. (Nurgiyantoro, harfiah novella yang berarti sebuah 2013: 1). barang baru yang kecil dan kemudian Abrams menambahkan, diartikan sebagai cerita pendek Pengertian prosa fiksi tersebut adalah
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
8 dalam bentuk prosa (dalam Purba, semuanya tentu saja bersifat 2010: 62). imajiner. Esten (7) juga beranggapan Kolonialisme novel merupakan pengungkapan dari Iswadi Bahardur dalam fragmen kehidupan manusia dimana jurnalnya (2017) mengatakan bahwa terjadi konflik-konflik yang akhirnya sejarah kolonial di Indonesia disadari menyebabkan terjadinya perubahan atau tidak, kekuasaan penjajah atas jalan hidup antara para pelakunya. pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku (8) ia juga menambahkan dalam masyarakat terjajah telah sangat kuat novel diungkapkan suatu konsentrasi dan berlangsung lebih lama daripada kehidupan pada suatu saat yang masa kekuasaan terhadap wilayah. tegang, pemusatan kehidupan yang Era kolonial telah meninggalkan tegas (Esten 2013: 7 dan 8). mentalitas penindas dan pembudak Menurut Stanton (2007: 90), dalam masyarakat Indonesia novel mampu menghadirkan Iswadi juga menambahkan perkembangan satu karakter, situasi bahwa kolonial secara tidak langsung sosial yang rumit, hubungan yang telah mengubah cara berpikir, melibatkan banyak atau sedikit tatanan kemasyarakatan, serta pola- karakter, dan berbagai peristiwa pola kehidupan masyarakat pribumi. ruwet yang terjadi beberapa tahun Satu diantara kaum pribumi yang silam secara mendetail. Ciri khas menjadi korban penjajahan kolonial novel adalah kaum perempuan. Banyak Sedangkan menurut warga pribumi, terutama perempuan Nurgiantoro (2007: 4), novel sebagai zaman penjajahan Belanda suatu karya fiksi menawarkan suatu mengalami trauma fisik serta trauma dunia yang berisi suatu model yang psikis akibat penindasan dan diidealkan, dunia imajiner, yang perbudakan. Kaum perempuan masa dibangun melalui berbagai sistem itu diposisikan menjadi objek seksual intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, bagi kaum penjajah. Berbagai praktik tokoh (penokohan), latar, sudut pernikahan paksa, prostitusi, dan pandang, dan nilai-nilai yang perbudakan seks yang dilakukan
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
9 penjajah Belanda terhadap adanya penaklukan dominasi. perempuan pribumi mengakibatkan (Loomba, 2003:2). terjadinya kemunduran mental. Loomba merumuskan bahwa Perempuan pribumi termarginalkan kolonialisme sebagai penaklukan dan di negerinya sendiri, menjadi penguasaan atas tanah dan harta subaltern, kelompok masyarakat benda rakyat lain. Tetapi yang diasingkan, dianggap tidak kolonialisme dalam pengertian„ini berharga, bodoh, liar, serta tidak bukan hanya perluasan berbagai memiliki suara (Iswadi Bahardur, kekuasaan Eropa memasuki Asia, 2017). Afrika atau benua Amerika dari abad Sehubungan pemikiran keenam belas dan seterusnya; tersebut Oxford English Dictionary kolonialisme telah merupakan suatu (OED) memberikan pemahaman pemandangan yang berulang dan dasar bahwa kata kolonialisme, tersebar luas dalam sejarah manusia berasal dari kata romawi “colonia” (Loomba, 2003:3). yang berarti “tanah pertanian” atau Teori Poskolonial (Pascakolonial) “pemukiman”, dan mengacu kepada Pascakolonial atau poskolonial kata orang romawi yang bermukim di yang menggambarkan kehidupan negeri-negeri lain tetapi masih atau masa saat terjadinya penjajahan mempertahankan status dari para kolonialisme terhadap kewarganegaraan mereka. bekas jajahannya, dan dalam sejarah Menurut Loomba defenisi teori yang membahas mengenai tersebut tidak menyebutkan sedikit poskolonial ini tonggak kelahiran pun tentang orang-orang selain para teori poskolonial lahir dari buku pemukim, yaitu orang-orang yang Edward W. Said, seperti yang sudah ada di tempat-tempat tersebut disampaikan Puji Santosa dalam di mana koloni-koloni itu dibentuk, artikelnya di laman bahasa yang kata „„kolonialisme” tidak berjudul Kritik Postkolonial: mengandung implikasi adanya suatu Jaringan Sastra atas Rekam Jejak pertemuan antara rakyat-rakyat, atau Kolonialisme mengungkapkan bahwa tonggak kelahiran teori
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
10 postkolonial ditandai dengan terentang dari politik, ideologitas, terbitnya buku Edward W. Said agama, pendidikan, kesenian, (1978) yang berjudul Orientalism. kebudayaan, etnisitas, identitas, Tesis utama buku karya Said tersebut bahasa dan sastra satu hal yang menggunakan pendekatan hubungan mempertemukan dan antara kekuasaan dan pengetahuan. mengarakterisasi beragam tema Sebagaimana diantarkan oleh kajian ini adalah bahwa mereka Michael Foucault dalam bukunya, semua dilatarbelakangi satu momen The Archeology of Knowledge histori yang sama, yakni (1972) dan Discipline and Punish: kolonialisme. (Ashcroft dkk, 2003:x) The Birth of the Prison (1977), kaum Ashcroft, Griffiths dan Tiffin orientalis berpendapat bahwa juga menambahkan bahwa masalah studi ilmiah Barat mengenai menggunakan istilah poskolonial Timur tidaklah semata-mata adalah untuk mencakup seluruh didorong oleh kepentingan kebudayaan yang pernah mengalami pengetahuan, tetapi juga kepentingan kekuasaan imperial dari awal sejarah kolonialisme. Pengetahuan bagi kolonisasi hingga kurun waktu kaum Orientalis adalah untuk sekarang. Ini disebabkan karena mempertahankan kekuasaanya, yakni adanya kontinuitas „penjajahan‟ yang pengetahuan yang dipenuhi dengan terus berlangsung semenjak visi dan misi politis ideologis. Studi dimulainya agresi imperial bangsa tersebut juga semata-mata Eropa hingga sekarang ini. Jadi merupakan bentuk lain atau istilah poskolonial merupakan istilah kelanjutan dari kolonialisme. paling tepat untuk menyebut kritik- (Santosa, 2016). kritik lintas budaya yang muncul Sebagaimana dikemukakan akhir-akhir ini serta wacana yang oleh para teoretisi poskoloial seperti dibentuknya. (Ashcroft dkk, Aschroft, Griffits, dan Tiffin dalam 2003:xxii). The Post-Colonial Studies Reader Pascakolonial itu mengacu (1995), meski wacana ini mencakup kepada kelompok-kelompok spesifik tema-tema kajian yang sangat luas, rakyat (atau individual di dalamnya,
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
11 yang ditindas atau membangkan) Eropa. Pengkajian-pengkajian sastra bukannya suatu lokasi atau suatu tata pasca kolonial menanggapi cara-cara sosial, yang mungkin termasuk para penulis dan kritikus pada kedua orang-orang seperti itu tetapi tidak sisi kolonial itu memproduksi, terbatas hanya mereka saja. menggugat, atau menghindari Pascakolonial menjadi dianggap penggelaran kolonialisme secara sebagai kondisi yang tidak jelas dari tekstual dalam karya mereka rakyat disuatu tempat dan di mana- (Foulcher dan Day, 2006:3). mana dan spesifitas-spesifitas lokasi Pascakolonialisme dalam tidak diperhatikan. Ketergantungan pengkajian-pengkajian sastra adalah teori pascakolonial pada kritik literer suatu strategi kritik yang ingin dan kultural dan pada mengajukan pertanyaan-pertanyaan pascastrukturalisme itu sebagian yang bisa membantu diakibatkan oleh pergeseran ini. mengidentifikasi jejak-jejak Dalam istilah ini, dan ini masalah kolonialisme dalam teks-teks sastra bukanlah dengan “pasca” melainkan maupun kritik, serta mengevaluasi dengan “kolonial”. (Loomba, sifat dan arti penting efek-efek 2003:2). tekstual dari jejak-jejak itu. Pendekatan-pendekatan (Foulcher dan Day, 2006:3). pascakolonial dalam pengkajian Katrin Bandel sastra bergulat dengan berbagai cara mengemukakan bahwa yang berlainan dengan mana teks- pascakolonialisme bukan sekadar teks sastra mengungkapkan bekas- sebuah deskripsi keadaan, tapi bekas pertemuan kolonial sebentuk perlawanan. Dengan konfrontasi ras-ras, bangsa-bangsa, menyoroti realitas kehidupan dari dan kebudayaan-kebudayaan yang di perspektif terjajah, wacana bawah kondisi hubungan-hubungan neocolonial ditandingi dan digugat, kekuasaan tak setara yang telah dan ketidakadilan relasi kekuasaan membentuk salah satu bagaian global dibongkar dan dikritik. penting dari pengalaman manusia (Bandel, 2013:140). sejak awal zaman imperialisme
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
12 Dominasi kolonial penjajahan yang masih berlangsung melibatkan banyak sekali penindasan sampai pada masa pascakolonial dan paksaan, dan dengan demikian maupun kemungkinan kadang-kadang dianalisis sebagai transformasinya kedalam bentuk- suatu proses yang tidak melibatkan bentuk yang disebut neokolonialisme kerelaan dari yang terjajah. Namun, (internal maupun global), (b) respons karya-karya ilmiah belakangan ini perlawanan atau wacana tandingan telah mengemukakan bahwa dalam dari masyarakat terjajah maupun masyarakat-masyarakat kolonial, yang lainnya terhadap penjajahan itu, paksaan keras itu bekerja “seiring tanpa menghilangkan perhatian pada dengan suatu „kerelaan‟ yang kemungkinan adanya ambiguitas sebagian ikhlas dan sebagian pura- atau amivalensi, dan segala bentuk pura (Arnold 1994 dalam Loomba, marginalitas yang diakibatkan oleh 2003:41). segala bentuk kapitalisme. Menurut Makaryk, 1993 Faruk kemudian merumuskan dalam Faruk (2007:14) teori pasca- teori pascakolonial menjadi kolonial adalah sebuah istilah bagi seperangkat yang sistematis sekumpulan strategi teoretis dan mengenai suatu kenyataan. kritis yang digunakan untuk meneliti Menurutnya, teori pascakolonial kebudayaan (kesusastraan, politik, adalah seperangkat pernyataan sejarah dan seterusnya) dari koloni- mengenai kondisi dan koloni negara-negara Eropa dan kecenderungan masyarakat penjajah hubungan negara-negara itu dengan dan pernah terjajah (Faruk, 2007:18). belah dunia sisanya. Menurut I Gde Artawan dan I Menurut Loomba dan Helen, Nyoman Yasa (2015), meskipun 1998 dalam Faruk (2007:15) teori tidak mempunyai aliran dan metode pascakolonial mencakup tiga yang tunggal, teori poskolonial kemungkinan pilihan perhatian, mempunyai banyak kesamaaan yaitu: (a) pada kebudayaan asumsi: mempertanyakan efek masyarakat yang pernah mengalami negatif dari apa yang justru penjajahan Eropa, baik berupa efek dianggap bermanfaat bagi
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
13 kekuasaan imperial, menyangkut isu- studies merupakan kajian tentang isu rasisme dan eksploitasi, dan orang-orang yang dimarginalkan atau mempersoalkan posisi subjek diasingkan oleh komunitas dan kolonial dan poskolonial (Artawan struktural. Teori Poskolonial spivak dan Yasa, 2015:508) berbicara mengenai kondisi suatu Teori Poskolonial Gayatri C. kaum yang tertindas oleh kaum yang Spivak dominan dalam lingkungannya. Kajian subaltern pertama kali (Nasution, 2016: 37-38) muncul pada tahun 1982. Kajian Istilah Subaltern itu sendiri kondisi ini bermula dari catatan pertama kali digunakan oleh Antonio sejarah dan berkembang menjadi Gramsci, terutama melalui karyanya studi kritis dalam terhadap mengenai hegemoni kultulral, yang perkembangan poskolonial. Dalam mengidentifikasi kelompok- sejarah diketahui bahwa kaum kelompok yang dikecualikan, kolonial yang memiliki kekuasaan diekslusi, dan dikucilkan dalam tidak berpihak kepada kaum yang tatanan sosial. Dari konotasi negatif lemah, bahkan mengalami tersebut, Spivak mengembangkan penindasan, yang menjadikan bahwa subaltern bukan hanya kata mereka sebagai subaltern. Dalam berkelas yang ditunjukkan bagi kelas perkembangan teori Poskolonial, yang tertindas atau bagi kelompok studi tentang kelompok subaltern the Other. Bagi Spivak, di dalam sangat penting. Tokoh yang istilah pascakolonial, istilah tersebut berkontribusi dan peletak dasar dari merujuk pada segala sesuatu yang kajian subaltern adalah Gayatri terkait dengan pembatasan akses. Ia Chakravorty Spivak. Beliau dikenal menjadi semacam ruang pembedaan. sebagai ahli teori-teori setelah esai (Rahmat, dalam jurnalnya: panjangnya “Can Subaltern Speak” Subaltern, Politik Etis, dan terbit tahun 1983 dan menjadi karya Hegemoni dalam Perspektif Spivak, monumental Bahkan diperingati 20 2018) tahun penerbitannya oleh para filsuf Selain itu Morthon dunia di Cork, Irlandia. Subaltern menjelaskan dalam bukunya Gayatri
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
14 C. Spivak, Etika, Subaltern & Kritik untuk meraih kemerdekaan ekonomi Penalaran Poskolonial, salah satu dari kekuasaan kolonial sebelumnya, kajian dari teori poskolonial adalah atau untuk mengemansipasikan kajian subaltern yang dikemukakan kelompok-kelompok yang oleh Gayatri C Spivak. Spivak tersubordinasikan seperti kaum terkenal karena kontribusinya yang perempuan, kaum miskin desa atau besar dalam membangun kajian penduduk pribumi secara sosial dan poskolonial secara terus-menerus. ekonomi (Morton, 2008;24). Korpus kritik Spivak adalah seputar Berdasarakan Oxford English warisan filosofis, kultural, politis, Dictionary istilah subaltern memiliki dan ekonomis kolonialisme Eropa tiga arti yang berbeda: secara pada masyarakat jajahan mereka. konvensional ia dipahami sebagai Posisi subaltern yang tertindas sinonim dari subordinat, namun bisa diekslusi dari representasi politik di juga berarti pekerja kelas rendahan negara-bangsa poskolonial seperti dalam tatanan ketentaraan, atau India, Bangladesh, pembagian kerja contoh khusus yang mendukung internasional, keterbatasan- proposisi universal dalam logika keterbatasan wacana mengenai hak filsafat (Morton, 2008:156). asasi manusia universal dan Spivak mengemukakan kebijakan pembangunan bahwa interupsi dan suplementasi internasional; sampai tulisan-tulisan yang terus-menerus dari argumen dan terjemahan karya sastra abad ke- teoretis manapun ditunjukkan oleh 19 dan 20 (Morton, 2008:1). pergumulannya dengan pertenyaan- Menurut Spivak, selebrasi pertanyaan politis penting mengenai karya sastra poskolonial sebagai individu atau kelompok tertindas bersifat radikal secara inheren hanya yang biasanya ia sebut subaltern. karena sifat representasi masyarakat Kelompok-kelompok semacam itu poskolonial mereka juga problematis termasuk warga jajahan, kaum karena ia cenderung mengabaikan perempuan dalam masyarakat kegagalan sejarah banyak gerakan kolonial, kelompok kesukuan, dan kemerdekaan nasional antikolonial
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
15 para petani di Asia Selatan (Morton, dan lain sebagaianya (Sharp, 2008: 2008:2). 109-130). Menurut Gayatri Chakravorty Masyarakat pascakolonial Spivak subaltern adalah subjek yang suara masyarakat yang tertindas tertekan. Subaltern memiliki dua dalam kelas subaltern terfragmentasi karakteristik yaitu, adanya dan berlapis-lapis (Nasution, 2016: penekanan dan di dalamnya bekerja 41). suatu mekanisme pendiskriminasian. Menurut Maria Hartaningsih Penting dari pendapat Spivak dan Ninuk Mardiana Pambudy tersebut bahwa subaltern tidak bisa (2006), Spivak mengangkat esainya
memahami keberadaannya dan tidak Cant The Subaltern Speak? Dilatar
mampu untuk menyuarakan belakangi oleh kisah adik perempuan
aspirasinya. Kaum subaltern tidak neneknya yang menjadi korban
memiliki ruang untuk menyuarakan bunuh diri di usia 17 tahun pada
kondisinya, sehingga perlu kaum tahun 1926 di Calcutta Utara, yang
intelektual sebagai “wakil” mereka. diketahui 10 tahun alasan ia
(Arisanti, 2013) melenyapkan nyawanya dengan
Jurnal Rahmat (2008), bagi gantung diri disebabkan karena tak
Spivak, kekerasan epistemik ini mampu melakukan tugas politik
secara khusus berhubungan dengan yang dipercayakan kepada dirinya.
perempuan yang subaltern “tak ada orang tertindas yang bisa
(perempuan dari dunia ketiga) tidak bicara. Apalagi ia perempuan, ia
pernah benar-benar dibiarkan untuk akan begitu saja dilupakan,” ujar
mengekspresikan dririnya sendiri. Spivak (artikel Nuraini, Kompas: 12
Mereka hanya dimanfaatkan untuk Maret 2006)
memantik rasa simpati yang nantinya Spivak dengan terang-
akan bermanfaat untuk menjejalkan terangan mengkritik nasionalisme
cara perspektif perempuan yang poskolonial secara umum. Salah satu
paling esensial layaknya perempuan alasan pokok bagi sikap mental kritis
barat yang anggun, bebas, mandiri ini adalah karena kemerdekaan
politik banyak bekas koloni Eropa
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
16 pada abad ke-20 gagal mengarahkan 1989, Spivak menyatakan bahwa dia kelompok-kelompok subaltern yang menyukai istilah „subaltern’ karena tertindas, seperti kaum perempuan, lebih fleksibel dibandingkan dengan kaum petani, kaum miskin desa atau „proletar‟, yang secara konvensional orang-orang yang buta huruf pada berarti subjek kelas pekerja maskulin kemerdekaan sosial. Sebaliknya di Eropa pada abad ke-19. nasionalisme poskolonial seringkali Sebagaimana Guha, Sarkar, menguntungkan segelintir kecil Chakrabarty dan Arnold, Spivak juga kelompok elite yang menurut Spivak melacak bagaimana „subaltern’ „penting dalam mengubah ditransformasikan oleh kelompok konjungtur geopolitik dari kajian subaltern kedalam kategori imperialisme teritoral menuju yang jelas berbeda dengan „proletar‟. neokolonialisme. Spivak cenderung Sebenarnya, esai Spivak „Subaltern berkonsentrasi pada teks-teks sastra, Studies: Deconstructing sejarah, budaya serta ekonomi Historiography’ menawarkan sebuah ketimbang pada karya sastra nasional tinjauan produktif mengenai tertentu, yang berupa metodologi teoretis dan politik mengartikulasikan kehidupan gender risethistoris kajian subaltern kelompok subaltern yang tertindas awal antara tahun 1982 dan 1986. yang sering kali terabaikan dalam (Morton, 2008:162-163). teks-teks poskolonial yang lebih Melawan hasrat posotivistik terfokus pada narasi nasional yang untuk membangkitkan kehadiran dominan dari sudut pandang kaum tetap kesadaran subaltern dari elite. Tinjauan-tinjauan Spivak yang dokumen resmi pemberontakan terus-menerus dan terjemahannya subaltern, Spivak berpendapat terhadap beberapa cerpen dan novel bahwa “subaltern” tidak bisa terlihat Mahasweta Devi adalah contoh tanpa pemikiran “elite”. Sebagai kasusunya (Morton, 2008:10). akibatnya, „kesadaran subaltern tidak Dalam sebuah wawancara pernah bisa dibangkitkan secara yang pada awalnya dipublikasikan penuh ia dilupakan bahkan saat dalam jurnal Polygraph pada tahun ditampilkan ia merupakan sesuatu
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
17 yang tidak berhubungan satu sama benar hilang ketika kolonialisme dan lain yang tak dapat direduksi‟ patriarki bersatu untuk menguasai (Morton, 2008:167). dan meminggirkan kelompok Spivak menyatakan subaltern sehingga akan menyulitkan kelompok kajian subaltern subaltern dalam mengartikulasikan memberikan perhatian secara suaranya. seksama kepada kaum perempuan. Ida Nuraeni (2015) dalam Pembacaan dekonstruktif Spivak jurnalnya mengemukakan bahwa mengenai metodologi para sejarawan pada hampir semua konsep kajian subaltern lebih daripada subkultur, subaltern mengacu pada sebuah perbedaan dalam pembacaan suatu kondisi dialektik antara teoretis. Pergulatan kritis Spivak kelompok bawah dan kelompok atas, dengan kerja kelompok kajian marjinal-dominan, kondisi pada saat subaltern secara terus menerus telah terjadi pergolakan yang dilakukan memberikan perhatian pada oleh kelompok „tertindas‟ terhadap marginalisasi perempuan dan kelompok „penguasa‟ (Nur‟aeni, ketidakmampuan struktural subaltern 2015:108). untuk merepresentasikan diri mereka Kajian Spivak tentang sendiri (Morton, 2008:171). subaltern membuka wacana terhadap Jurnal Saputra (2011) perjuangan perempuan yang dijajah. berpendapat bahwa Spivak Dalam konteks perjuangan politik memahami posisi subaltern karena dan perjuangan untuk mencapai melihat pengalaman dan persoalan keadilan, merupakan sebuah yang dihadapi oleh kelompok penindasan yang dilakukan oleh subaltern yang tidak bisa keluar dari kelompok yang mempunyai ruang ketertindasan. Suara-suara kekuasaan, kemudian kelompok ini subaltern telah tertutup rapat dan bersatu untuk melawan. Spivak tidak bisa didengarkan atau dibawa mempunyai pengertian lain bahwa ke ruang publik. Dalam peristiwa sati tidak mendapatkan keadilan, di India, Spivak mempersoalkan diabaikan dalam konteks kehidupan bahwa eksistensi subaltern benar- dan dipulakan oleh kolonial menjadi
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
18 term pemikiran Spivak dalam kajian pemberontakan? Karena tidak ada kelompok subaltern. (Nasution, budaya-budaya prakolonial, proses- 2016: 39) proses kolonisasi dan subjek-sebjek Menentang Kolonialisme terjajah yang identis, dapatkah kita Buku Aime Cesaire mulai berbicara tentang perlawanan Discourse On Colonialism dalam dalam kerangka-kerangka umum (Loomba, 2003:238) dibuka dengan atau global? Berdasarkan sejarah, dakwaan puitis dan keras terhadap perlawanan-perlawanan anti kolonial kolonialisme Eropa, dan dengan satu itu bentuknya banyak, dan mereka maklumat bahwa hari-harinya segera mengambil dari berbagai sumber berakhir. Namun, pemberontakan daya. Mereka telah saling tidak terjadi begitu saja setelah mengilhami tetapi juga membantah mengetahui keculasan kolonial ini. satu-sama lain tentang sifat otoritas Sebuah contoh dari kutipan (The kolonial dan cara terbaik untuk Tempets, I, ii, 294-296) dalam melawannya. Dalam setiap konteks (Loomba, 2003:239) yang terdapat perbedaan-perbedaan tajam digambarkan proses Caliban antara kelompok-kelompok berbeda mengutuk Prospero, meski demikian di dalam suatu populasi “terjajah”; tidak bisa langsung memberontak dia bahkan ketika mereka berhasil berkata kepada dirinya bahwa “dia bersatu di bawah sayap suatu harus patuh” karena “kekuasaan gerakan tertentu, mereka berkonflik Prospero itu besar sekali” sehingga pada saat-saat berbeda baik sebelum akan bisa menguasai dewa ibunya maupun setelah pemerintahan Setebos. kolonial diakhiri dengan resmi (Loomba, 2003:239-240). Apa yang diperlukan oleh subjek-subjek kolonial untuk beralih Perjuangan-perjuangan dari keterasingan ke pemberontakan, antikolonial harus menciptakan dari kesadaran akan ketidakadilan identitas-identitas baru yang kuat keperlawanan/apa dinamika dari bagi rakyat-rakyat terjajah dan kesadaran anti kolonial dan menentang kolonialisme bukan saja
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
19 pada tingkat politis dan intelektual, karya Pramodya Ananta Toer dengan tetapi juga pada tingkat emosional. menggunakan teori poskolonial dari Nasionalisme, kata Ranajit Guha, Gayatri C. Spivak yakni kajian tidak bisa begitu saja dipahami tanpa Subaltern. diketahui bagaimana kelompok- Berikut ini adalah hasil data kelompok subaltern memberi dalam novel Larasati karya sumbangannya, bukan akibat Pramodya Ananta Toer dengan data desakan para pemimpin nasionalis yang berhubungan dengan dominasi melainkan “kehendak mereka penjajah terhadap subaltern, sendiri, yaitu tidak tergantung pada pengaruh dari dominasi penjajah elite”. Perpolitikan subaltern dan terhadap subaltern, dan bentuk elite memang tidak mudah perlawanan subaltern terhadap dipisahkan, tetapi mereka juga tidak dominasi penjajah. identis, dan perbedaan mereka bisa dipahami oleh apa yang disebut 1. Dominasi Penjajah terhadap Guha “kegagalan borjuasi India Subaltern dalam Novel untuk berbicara untuk bangsa Larasati Karya Pramodya (Loomba 2003:259). Ananta Toer
Menentang kolonialisme Penjajahan yang tergambar
adalah suatu bentuk perlawanan yang dalam novel Larasati karya dilakukan masyarakat terjajah Pramodya Ananta Toer terhadap suatu bentuk penguasaan memperlihatkan sejumlah tragedi koloni yang berkuasa di daerah yang dialami kaum subaltern di jajahannya. negara Indonesia pada era pascaproklamasi oleh para kelas HASIL PENELITIAN DAN penguasa dalam hal ini persekutuan PEMBAHASAN Belanda dan Arab demi Hasil Penelitian mendominasi negara jajahan, Berdasarkan ulasan pada latar Indonesia dengan tujuan menguasai. belakang dan kajian teori, penelitian Demi mendominasi, para kolonial ini akan mengkaji novel Larasati
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
20 melakukan tindakan kekerasan dan kepada kaum subaltern, baik kaum bentuk kekuasaan yang akhirnya perempuan maupun warga jajahan menimbulkan kritikan terhadap yang termarginalkan. Bentuk perlakukan bangsa penjajah dominasi yang sering dilakukan oleh kemudian dianalisis sebagai bentuk penjajah terhadap subaltern adalah penolakan batin atau ketidakrelaan penindasan dan kekuasaan. dari yang terjajah. (3) Seorang berteriak-teriak: Dalam pemahaman Gayatri C. “Turun, ayoh, semua turun!” kemudian memukul-mukulkan Spivak kaum subaltern –lah yang cemetinya pada badan gerbong. sering dijadikan objek atas dominasi Dan sampai di sini, Larasati kekuasaan kolonialisme. Sehingga berpikir, mulai kita jadi binatang di atas bumi kelahiran sendiri. kaum subaltern tidak terlepas dari (Pram, 2017: 31) penindasan dan ketidakberdayaan (4) Orang-orang berdiri dalam untuk mendapatkan hidup yang barisan. Pria dengan pria. layak. Spivak menekankan Wanita dengan wanita. Beras eksploitasi kaum terhadap kaum tukang-tukang catut diobrak- abrik. Kopor-kopor yang tertindas disebabkan adanya kehilangan kunci dibongkar kesempatan, pendidikan, ras, gender, dengan paksa. (Pram, 2017: 31) dan lokasi. Dalam hal ini, Spivak Kutipan (3 dan 4) terlihat bentuk menyebutnya sebagai kekerasan kekuasaan dan penindasaan para epistemis. penjajah, dengan kekuasaannya Novel Larasati karya mereka memerintahkan para Pramodya Ananta Toer ini subaltern untuk turun dari kereta menceritakan kisah pergolakan seperti yang terlihat pada kalimat revolusi saat penjajahan Belanda bergaris miring pada kutipan (3) serta sekutunya yakni Arab pada “Turun, ayoh, semua turun!” tahun 1945-1950 pascaproklamasi kemudian memukul-mukulkan sampai pada kebebasan kemerdekaan cemetinya pada badan gerbong.”, Indonesia yang banyak memperoleh ketidakkuasaan kaum subaltern kerugian atas dominasinya terkhusus untuk membela diri terlihat jelas
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
21 pada kutipan (4) “Beras tukang- peristiwa dalam teks-teks karya tukang catut diobrak-abrik. Kopor- sastra untuk memperlihatkan kopor yang kehilangan kunci pengaruh-pengaruh yang dibongkar dengan paksa” kutipan ditimbulkan akibat dominasi tersebut memperlihatkan saat beras kekuasaan penjajah. Terdapat dua dan koper-koper kaum subaltern di pengaruh atas dominasi penjajah obrak-abrik dan dibongkar secara terhadap subaltern dalam Novel paksa. Mereka hanya bisa pasrah Larasati karya Pramodya Ananta tanpa ada pembelaan. Paksaan- Toer ini yakni; Pertama dari segi paksaan tersebut dilakukan oleh fisik, dan kedua dari segi batin opsir/kaum elit di bawah kekuasaan (mental). Belanda a) Segi Fisik
2. Pengaruh Dominasi Penjajah Seperti yang telah disampaikan
terhadap Subaltern dalam oleh Spivak, subaltern merupakan Novel Larasati Karya kelompok-kelompok yang Pramodya Ananta Toer mengalami penindasan oleh para penguasa dalm hal ini para kolonial Pascakolonialisme dalam Belanda. Subaltern yang di pengkajian-pengkajian sastra adalah maksudkan oleh Spivak yakni, kaum suatu strategi kritik yang ingin perempuan, buruh, petani masyarakat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang termarginalkan. yang bisa membantu mengidentifikasi jejak-jejak Tokoh-tokoh subaltern yang kolonialisme dalam teks-teks sastra mengalami pengaruh dominasi maupun kritik, serta mengevaluasi penjajah dari segi fisik yakni kaum sifat dan arti penting efek-efek perempuan Larasati dan ibunya, serta tekstual dari jejak-jejak itu. masyarakat yang terpinggirkan, mereka mendapatkan kekerasan dan Pada Novel Larasati karya siksaan yang secara fisik sehingga Pramodya Ananta Toer, Pram mengalami luka dan merasakan sakit, mengungkapkan kritik-kritik dari seperti Larasati yang merupakan
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
22 tokoh utama dalam novel ini kekerasan yang dialami ibunya mengalami siksaan fisik dari dampak hanya bisa pasrah. penjajahan Belanda dan Jusman b) Segi Batin (orang Arab) yang merupakan sekutu Belanda untuk kepentingan Selain segi Fisik, para kaum penguasaan dalam bidang Subaltern juga mendapatkan perdagangan di Indonesia. pengaruh dari Penjajahan yakni pengaruh segi batin (mental). (20) Seorang serdadu inlander yang mondar mandir menjaga Sebagai perempuan subaltern barisan nenek, kakek, wanita, Larasati mengalami pergejolakan dan anak-anak itu menghampiri batin yang menjadikannya lemah, Lasmidja dan menampeleng takut, pasrah akan keadaan, paranoid mulutnya. Larasati menjerit. Tetapi segera Lasmidja menatap serta merasakan dendam. Dada muka anaknya. Berkata, serasa sesak menanggung derita yang “Mengapa menjerit? Besok atau didapat dari dominasi penjajah. lusa mungkin tidak ada kesempatan lagi menampeleng (2) Untuk pertama kali ini Ara nenek!”. (Pram, 2017: 110) menangis begitu lama, seorang Kutipan di atas terlihat ibu diri. Ia menangisi jiwa-jiwa muda yang begitu rela, yang Lasmidja yang tidak lain adalah ibu begitu tanpa dosa. Dan, katanya Ara mengalami kekerasan fisik oleh dalam hati, aku adalah tentara Inlander seperti pada kutipan penjelmaan dari dosa ini sendiri. (Pram, 2017: 29) Seorang serdadu inlander yang mondar mandir menjaga barisan Ara yang melihat perjuangan nenek, kakek, wanita, dan anak-anak tanpa henti oleh pemuda-pemuda itu menghampiri Lasmidja dan revolusioner yang rela mati saat menampeleng mulutnya. Sebagai melawan dominasi penjajah, merasa seorang wanita dan terlebih lagi menyesali dirinya, seperti terlihat kaum subaltern Lasmidja tidak bisa pada kalimat bergaris miring “Dan, berbuat apa-apa, begitupula Ara yang katanya dalam hati, aku adalah menyaksikan secera langsung tindak penjelmaan dari dosa ini sendiri”, ia merasakan sesak dalam batinnya,
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
23 menyesali dirinya yang penuh dosa Menurut Ranajit Guha yang atas ketidakberdayaannya membela menanggapi pendapat Spivak tanah air dan hidup-hidupnya yang ia mengatakan nasionalisme tidak bisa lalui sebelum ini yakni menjadi begitu sja dipahami tanpa diketahui seorang pelacur dan sampah bagaimana kelompok-kelompok masyarakat. subaltern memberi sumbangannya, bukan akibat desakan para pemimpin 3. Bentuk Perlawanan Subaltern nasionalis melainkan kehendak terhadap Dominasi Penjajah mereka sendiri, yaitu tidak dalam Novel Larasati Karya bergantung pada elite. Spivak juga Pramodya Ananta Toer berpendapat bahwa subaltern betul- Gayatri C. Spivak mengatakan betul tidak mampu bersuara dan bahwa kaum intelektual harus hadir bahkan tidak bisa berusara sama sebagai pendamping atau orang yang sekali untuk memperjuangkan mewakili kelompok-kelompok yang haknya. tertindas (subaltern). Sipvak Berbeda dengan pendapat menyarankan intelektual harusnya Spivak, Pram justru dalam novelnya lebih banyak bertindak secara nyata yang berjudul Larasati ini untuk memperjuangkan kelompok- memperlihatkan bahwa kaum kelompok subaltern dari pada hanya elit/intelektual atau yang disebut berfikir atau bicara saja. Namun sisi pimpinan-pimpinan negara dalam lain dari itu perjuangan-perjuangan penjajahan di Indonesia tidak terlalu antikolonial juga harusnya membantu subaltern dalam menciptakan identitas-identitas baru menyampaikan aspirasinya, bahkan yang kuat bagi rakyat-rakyat terjajah Pram menyinggung-nyinggu masalah dan menentang kolonialisme bukan pemimpin-pemimpin yang korup saja pada tingkat politis dan sehingga banyak menimbulkan para intelektual tetapi juga pada tingkat pengkhianat-pengkhianat negara emosional. demi kepentingan pribadi. Hal ini jelas jauh berbeda dari yang telah
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
24 disampaikan oleh spivak dan meradang karang, “Ayoh, sentuh harapan-harapan yang ia inginkan kalau berani. Aku garuk mukamu yang jelek sampe atas peran penting yang harusnya dadal!”. (Pram, 2017: 34) dilakukan oleh kaum elit. Setiba di Jakarta tokoh Ara Pram juga memperlihatkan yang mendapatkan perlakuan tidak bahwa dalam novel ini. Kaum senonoh oleh serdadu inlander, subaltern melakukan beberapa melakukan perlawanan. Terlihat perlawanan, baik dari pemuda- pada kutipan diatas ia pemuda revolusioner bahkan sampai mengungkapkan kemarahannya atas perlawanan yang dilakaukan Ara tindakan yang diterimanya, ia bahkan sebagai perempuan subaltern saat menyampaikan kalimat ancaman, melihat ketidakadilan yang dirasakan seperti pada kalimat bergaris miring oleh masyarakat terjajah. Ara diatas “Ayoh, sentuh kalau berani. melakukan perlawanan dan Aku garuk mukamu yang jelek sampe pemberontakan dalam bentuk dadal!”, bentuk dari perlawanannya perkataan, mimikri (ejekan) bahkan sebagai seorang perempuan ikut serta dalam pertempuran subaltern. keberanian melontarkan terhadap para penjajah dan para kata “binatang” membuat suasana pengkhianat negeri. Seperti pada gempar saat pemeriksaan kutipan-kutipan dibawah ini. berlangsung.
(7) aktu melihat Ara tak mengikuti SIMPULAN DAN SARAN
perintahnya, ia bangkit. Matanya Simpulan berapi-api. Ditariknya kain kurbannya. Tangan Ara Berdasarkan hasil analisis menangkis. Selendang merahnya mengenai dominasi penjajah jatuh. “Binatang!” Ara terhadap subaltern, pengaruh memekik. Orang-orang diluar dominasi penjajah terhadap subaltern kemah menjadi gempar. Baik serdadu yang berdinas maupun dan bentuk perlawanan yang para penumpang dari dilakukan subaltern dalam novel pedalaman-semua mengarahkan Larasati karya Pramodya Ananta pandangan pada kemah. Terdengar sekali lagi Larasati Toer seperti yang tertera pada
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
25 rumusan masalah, dan sesuai dengan Berdasarkan simpulan di atas urain dari bab-bab sebelumnya, maka maka peneliti memberikan saran dapat disimpulkan bahwa: sebagai berikut; Bagi peneliti lain 1. Dominasi penjajah Belanda yang tertarik untuk meneliti bidang terhadap subaltern terlihat kajian yang sama, dapat melakukan dalam bentuk penindasan, kajian dengan data dan sumber data kekerasan dan adanya cacian yang lain agar hasil penelitian lebih serta penyiksaan yang bervariasi dan dapat memberikan dilakukan para penjajah sumbangan lebih banyak dalam sebagai kaum superior melakukan penelitian bahasa, agar terhadap kaum pribumi yang dapat menggunakan kajian inferior. Poskolonial untuk mengungkapkan 2. Pengaruh dominasi penjajah lebih banyak kritik terhadap terhadap subaltern dipengaruhi kolonialisme yang bahkan sampai dari segi fisik baik secara saat ini masih mempengaruhi bangsa langsung maupun tidak terkhususnya bangsa Indonesia. langsung, serta segi batin DAFTAR PUSTAKA (mental) yaang menjadikan Adzkia, Aghnia. 2018. Mengenal kaum subaltern tertekan Karya Pramodya Ananta Toer, batinnya, merasa lemah, http://beritagar.id/artikel/seni- paranoid, takut dan hiburan/mengenal-karya- menyimpan dendam. pramodya-ananta-toer, dikutip pada tanggal 9 3. Perlawanan subaltern terhadap Agutus 2018 pukul 01:57 penjajah menggambarkan WITA adannya karakteristik kuat Aminuddin, 2015. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: yang dimiliki subaltern dengan Sinar Baru Algensindo segala usaha untuk Bandung. menyuarakan aspirasinya yang Arisanti, Febriana Windy. 2013. Pandangan Gayatri Spivak dominan dilakukan oleh kaum Tentang Subaltern, subaltern itu sendiri. http://febrina-windy- Saran fisip12.web.unair.ac.id/artikel
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
26 _detail-87893- Poskolonialisme, 438-1796- Ideide%20politikPandanagan 1-SM.pdf, %20Gayatri%20Spivak%20T ejurnalbalaibahasa.id, di entang%20Subaltern.html, unduh pada tanggal 12 April diunduh pada tanggal 8 April 2018 Pukul 14.15 WITA 2018 pukul 16.09 WITA. Djumingin, Sulastriningsih, Sukardi Artawan dan Yasa. 2015. “Mimikri Weda, & Juanda. 2019. dan Stereotipe Kolonial Anxiety in Classroom terhadap Budak dalam Novel- Presentation in Teaching- novel Balai Pustaka,” dalam Learning Interaction in Jurnal Ilmu Sosial dan English for Students of Humaniora, Volume 4/2015, Indonesian Study Program at hlm 577. Higher Education. Aschroft, Bill, dkk. 2003. International Journal of Menelanjangi Kuasa Bahasa, Education and Practice, 7(1): Teori dan Praktik Sastra 1-9, DOI: 10.18488/journal Poskolonial. Terjemahan Fati 61.2019. 71.1.9 Soewandi dan Agus Endraswara, Suwardi. 2005. Metode Mokamat. Yogyakarta: dan Teori Pengajaran Sastra. Buana Penerbit Qalam Pustaka. Bandel, Katrin. 2013. Sastra Nasionalisme Esten, Mursal. 2013. Kesusastraan; Pascakolonialitas. Pengantar Teori dan Sejarah. Jogjakarta: Pustaha Hariara Bandung: Angkasa. Bahardur, Iswadi, 2017. Pribumi Faruk. 2007. Belenggu Subaltern Dalam Novel- Pascakolonial; Hegemoni Novel Indonesia dan Resistensi dalam Sastra. Pascakolonial, Yogyakarta: Puskata Pelajar. http://dx.doi.org/10.22202/JG Foulcher dan Day. 2006. Clearing A .2017.V3i1.1876, diunduh Space, Kritik Pascakolonial pada tanggal 12 April 2018 tentang Sastra Indonesia pukul 14.10 WITA Modern. Terjemahan Bernard Budiantoro, Melani. 2014. Hidayat. Jakarta: Yayasan Memahami Cerita Rekaan. Obor Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya. Hamzah, Azhar. 2017. Dominasi Daratullaila, Nasri .2016. Penjajah Terhadap Subaltern Ambivalensi kehidupan dalam Novel Jugun Ianfu: tokoh Larasati dalam roman Jangan Panggil Aku Miyako: Larasati karya Pramodya Suatu Tinjauan Poskolonial Ananta Toer: kajian Gayatri C. Spivak. (Skripsi).
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
27 Makassar: Fakultas Bahasa Jurnal Lingua, Vol. 15, No. dan sastra UNM 2, 71-82 Hidayati, Wiwik. 2008. Pengaruh Dominasi Penjajah atas Juanda, M. 2018. The Study Of The Subaltern dalam Novel Value Of Children‟s Cantik Itu Luka Karya Eka Literature In West Sulawesi Kurniawan; Analisis As Alternative Teaching Berdasarkan Pendekadatan Materials In Teaching Poskolonialisme (Sripksi). Literature. Seminar Semarang: Fakultas Sastra Internasional Bahasa, Sastra Universitas Diponegoro. dan Pembelajarannya, ppl Juanda. 2012. Bahasa Prokem dan 26-137. Pembelajaran Bahasa Retorika. Jurnal Bahasa, dan Juanda, M. 2018. Revitalisasi Nilai Pengajaran. Vol. 8 No. 1, 28- Dalam Dongeng Sebagai 35 Wahana Pembentukan Juanda, M. 2012. Peran Sastra Anak Karakter Anak Usia Dini. dalam Pembiasaan Membaca Jurnal Pustaka Budaya. Vol. Sejak Anak Usia Dini 5, No. 2, 12. Sebagai Pondasi Juliastuti, Nuraini. 2009. Membaca Pembentukan Karakter yang Gayatri Chakravorty Spivak. Beridentitas Nasional. Sastra http://kunci.or.id/articles/me Anak dan Kesadaran Feminis mbaca-gayatri-chakravorty- Dalam Sastra, 104. spivak/ diunduh pada tanggal Juanda, J. 2013. Education Value 28 april 2019 pukul 14.35 And Folkloer Culture Pau- WITA Pau Rikadoang Princess Loomba, Ania. 2003. Taddamplle. Jurnal of Kolonialisme/Pascakolonialis Humanity, 1(1), 71-81. me. Terjemahan Hartono Juanda. 2016. Pendidikan Hadikusumo. Jogjakarta: Lingkungan Peserta Didik Bentang Budaya. Melalui Sastra Anak Berbasis Morton, Stephen, 2008. Gayatri C. Lokal. Prosiding Spivak, Etika, Subaltern & Internasional Coference on Kritik Penalaran Literature, XXV Oktober, Poskolonial. Terjemahan 92-110 Wiwin Indiarti. Yogyakarta: Juanda, dan Aziz. 2018. Paraton. Penyingkapan Citra Perempuan Cerpen Media Nasution, Rosramadhana, 2016. Indonesia: Kajian Feminisme. Ketertindasan Perempuan
Subaltern Gayatri C. Spivak-Larasati
28 Dalam Tradisi Kawin Anom: dalam Perspektif Spivak,” Subaltern Perempuan Pada dalam Jurnal Ilmu Sastra, Suku Banjar dalam Perspektif Vol. VI/2018, hlm13-14. Poskolonial. Jakarta: Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yayasan Pustaka Obor Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Indonesia Sugiyono. 2016. Memahami Nur‟aeni, Ida. 2015. “Subaltern Penelitian Kualitatif. Masyarakat Kaili pada Bandung: Alfabet. Cerpen Perempuan dalam Teew. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Sakaya,” dalam Jurnal Jakarta: Pustaka Jaya. Lingua, Volume 12/2015, Toer, Pramodya Ananta. 2015. hlm 107. Larasati, Jakarta: Lentera Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Dipantara Pengkajian Sastra. Wellek, Rene dan Austin Warren. Yogyakarta: Gajahmada 2014. Teori Kesusastraan. University Press. Terjemahan Melani Budianta. Priyatni, Endah Tri. 2012. Membaca Jakarta: PT Gramedia Sastra Dengan Rancangan Pustaka Utama. Literi Kritis. Jakarta: Bumi Widyaningsih, Utami. 2011. Aksara Subaltern dalam Naskah Purba, Antilan, 2012. Sastra Drama Andorra Karya Max Indonesia Kontemporer. Frisch; Sebuah Kajian Yogyakarta: Graha Ilmu Poskolonial (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Bahasa Santosa, Puji. 2016. Postkolonial; dan Seni Universitas Negeri Jaringan Sastra atas Rekam Yogyakarta. Jejak Kolonialisme. http://badanbahasa.kemdikbu d.go.id/lamanbahasa/artikel/ 1266,diunduh pada tanggal 23 Juli 2016 pukul 21.00 WITA. Saputra, Asep Deni. 2011. “Perempuan Subaltern Dalam Karya Sastra Indonesia Poskolonial,” dalam Jurnal Literasi Sastra, Volume 1/2011, hlm 16. Setiawan, Rahmat. 2018. “Subaltern, Politik Etis dan Hegemoni