Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF

DALAM POSTER COVID-19 DI MEDIA SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

AULIA ZAHRA
105331111317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kuserahkan Urusanku pada Allah, Sungguh Allah Maha

Melihat Hamba-hamba-Nya”. ( Q.S Al-Ghafir:44)

“Jangan patah semangat hanya karena pernah dipatahkan semangatnya

oleh orang lain secara sengaja. Allah selalu mmberikan jalan

alternatif lain yang lebih  baik daripada itu. Sungguh Allah sebaik

baiknya penolong bukan manusia”.

Kupersembahkan karya ini untuk:


Kedua orang tuaku, keluarga tercinta, sahabat-sahabatku,

teman-teman seperjuangan, yang senantiasa memberikan doa,

bantuan, serta motovasi kepada penulis.

viii
ABSTRAK

Aulia Zahra, 2021. Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif dalam Poster


Covid-19 di Media Sosial. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dibimbing oleh Muhammad Akhir dan Haslinda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendekspriksikan struktur bentuk
kalimat imperatif yang ada dalam poster Covid-19 di media sosial instagram
secara sintaksis serta mengelompokkan jenis kalimat imperatif menurut (Rahardi
2005). Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian
ini berupa 5 poster dari akun instagram @dinkesdki yang ditranskrip kedalam data
tertulis berupa kata-kata yang berupa kalimat imperatif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik dokumentasi, dan teknik baca dan catat teknik
analisis data yang digunakan adalah reduksi data, kategori data dan kesimpulan
data.
Hasil penelitian dalam penelitian ini menegaskan bahwa, ditemukan
sebanyak 13 kalimat yang tergolong dalam kalimat imperatif dari 5 poster yang
dianalisis oleh peneliti. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa 9 data
yang tergolong dalam kata imperatif perintah biasa, 2 data yag tergolong kata
imperatif ajakan dan harapan, dan 2 data yang tergolong dalam kata imperatif
suruhan. Selain itu struktur kalimat imperatif dalam poster covid-19 ini diawali
oleh struktur kalimat predikat-objek-keterangan. Subjek pada kalimat imperatif
pada sumber data tidak ditampilkan karena pelepasan subjek biasa ditemukan
dalam kalimat imperatif

Kata kunci: Kalimat Imperatif, Covid-19, Poster, Sintaksis

x
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Halaman Pengesahan .......................................................................................ii
Persetujuan Pembimbing ...............................................................................iii
Kartu Kontrol I ...............................................................................................iv
Kartu Kontrol II ...............................................................................................v
Surat Pernyataan .............................................................................................vi
Surat Perjanjian .............................................................................................vii
Motto dan Persembahan................................................................................viii
Abstrak ..............................................................................................................x
Kata Pengantar.................................................................................................xi
Daftar Isi..........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang  .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................5
C. Tujuan Masalah ......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR........................7

A. Tunjauan Pustaka.....................................................................................7

1. Penelitian Relevan.................................................................................7
2. Hakikat Bahasa.....................................................................................11
3. Satuan Sintaksis....................................................................................14
4. Kalimat.................................................................................................19
5. Hakikat Kalimat Imperatif....................................................................23
6. Poster...................................................................................................31
7. Media Sosial........................................................................................32
8. Instagram.............................................................................................37
B. Kerangka Pikir…………………………………………………...........38
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................40

xii
A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................................40
1. Jenis Penelitian..................................................................................40
2. Desain Peneltian................................................................................40
B. Definisi Istilah.......................................................................................41
C. Data dan Sumber Data...........................................................................42
1. Data..................................................................................................42
2. Sumber Data....................................................................................42
D. Tekhnik Pengumpulan Data..................................................................42
E. Tekhnik Analisis Data...........................................................................43
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................45
A. Analisis Hasil Penelitian........................................................................45
B. Pembahasan...........................................................................................54
BAB V PENUTUP...........................................................................................58
A. Simpulan................................................................................................58
B. Saran…..................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................60
LAMPIRAN

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak melakukan aktivitas interaksi

dan komunikasi degan orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok.

Oleh karena itu, dalam kegiatan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai

pihak sangat membutuhkan alat, sarana, atau media, yaitu bahasa. Bahasa adalah

alat yang sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam

menyampaikan pikiran dan perasaan kita, agar orang tersebut mengerti apa yang

sebenarnya kita inginkan. Tanpa bahasa manusia tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya karena manusia tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu,

bahasa disebut juga sebagai lambang identitas masyarakat penuturnya. Dengan

menggunakan tata bahasa yang baik dan benar dapat menjadi kunci penyampaian

gagasan atau informasi yang lebih mudah dipahami.

Sifat bahasa yang dinamis berdampak pada perkembangan dan perubahaan

bahasa itu sendiri. Bahasa merupakan objek kajian linguistik atau ilmu bahasa.

Fromkin (2001: 8) Studi tentang struktur bahasa, berfokus pada sistem aturan

diikuti oleh pembicara atau pendengar dari bahasa. Untuk memahami tentang

peran bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari dan bagaimana bahasa diproduksi,

kita dapat mempelajarinya dalam linguistik. Bahasa juga mempunyai fungsi

sebagai media atau sarana untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

keinginan kepada orang lain. Itu artinya, bahwa bahasa merupakan salah satu

unsur penting bagi manusia, yaitu sebagai alat komunikasi. Dalam setiap

1
2

komunikasi manusia menyampaikan informasi yaitu berupa pikiran, gagasan,

maksud, perasaan, dan emosi secara langsung. Wujud visual bahasa yang terkecil

adalah kata atau kosakata. Kegiatan berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh kata

untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, ide dan lain-lain. Sampai atau tidaknya

pesan yang diberikan bergantung pada pemahaman lawan bicara. Kemampuan

memahami suatu kata dilihat dari pengalaman seseorang itu dalam berbahasa.

Bahasa dan sintaksis sangat berkaitan erat karena sintaksis merupakan

cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara internal. Bahasa itu

merupakan alat atau syarat berhubungan langsung antara manusia satu dengan

manusia yang lainnya, baik lahir maupun batin dalam pergaulan setiap hari.

Alasan peneliti memilih penelitian bahasa karena bahasa selalu digunakan

manusia untuk menyampaikan informasi. Informasi yang disampaikan manusia

bisa dalam bentuk tulisan maupun lisan. Pada skripsi ini peneliti akan meneliti

salah satu bentuk informasi tulisan yang terdapat dalam poster covid-19.

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,

memiliki pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Cook, 1971: 39).

Kridalaksana (2008: 103) menyatakan bahwa kalimat adalah konstruksi

gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih klausa yang diatur oleh pola tertentu,

dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.

Satuan lingual berupa kalimat dapat dijadikan objek kajian penelitian.

Kalimat dapat bersumber dari tuturan yang bersifat lisan maupun tulisan. Kalimat

dalam bentuk lisan dan tulisan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Kalimat

dalam bentuk lisan diucapkan dengan bentuk yang keras dan lembut, suara naik
3

turun, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan

yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses

fonologis lainnya (Cahyono, 1995:177). Dalam bentuk tulisan, penulisan kalimat

dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?),

atau tanda seru (!) dan disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca (Azwardi,

2016:99).

Dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibedakan atas, (1) kalimat

deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat eksklamatif, dan (4) kalimat

imperatif (Alwi dkk, 2003:352). Peneliti memilih kalimat imperatif sebagai

rumusan masalah dalam penelitian ini. Kalimat imperatif adalah suatu kalimat

yang di dalamnya mengandung perintah yang berfungsi untuk melarang maupun

meminta seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Dalam bentuk tulisan,

kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!), meskipun tanda (.) biasa

juga digunakan (Junus, Andi Muhammad & Junus, Andi Fatimah 2009:141).

Suatu contoh kalimat yang dituturkan secara tulisan dapat diamati dari berbagai

media elektronik, seperti jejaring sosial dan media daring. Melalui media daring

kita dapat menemukan berbagai jenis kalimat dengan struktur dan isi yang sangat

beragam, salah satunya ialah kalimat imperatif, tak terkecuali dalam penyebaran

informasi pencegahan Covid-19 melalui poster.

Seperti yang kita ketahui bahwa pada akhir tahun 2019 dunia di hebohkan

dengan lahirnya virus baru yang disebut Covid-19, virus tersebut berkembang dan

bertransmisi melalui hubungan sosial manusia, WHO (World Healt Organization)

mengumumkan bahwa Covid-19 merupakan pandemik internasional yang perlu


4

diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia, mengingat penyebarannya

begitu cepat. Pemerintah di setiap negara bergerak cepat untuk menanggulangi

setiap poin yang akan membuat penyebaran semakin memburuk. Seiring

berjalannya waktu kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari pengaruh

internet dan media sosial. Media sosial menjadi media utama untuk meyebarkan

berbagai macam informasi seperti halnya yang sedang hangat diperbincangkan

saat ini oleh seluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia yaitu mengenai kasus

virus Covid-19. Di masa pandemik seperti ini media sosial/daring merupakan

media yang sangat efektif sebagai media yang dapat menyebarkan informasi

secara, cepat baik melalui televisi, radio, surat kabar dan sebagainya.

Beranjak dari paparan di atas, alasan peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap kalimat imperatif yang ada pada poster covid-19 melalui

media sosial/daring. Analisis yang akan peneliti jelaskan adalah jenis-jenis

kalimat imperatif yang ada pada poster covid-19 melalui pendekatan sintaksis.

Alasan pertama peneliti tertarik memilih poster covid 19 sebagai objek penelitian

yang mengacu pada kalimat imperatif sebab akhir-akhir ini marak

diperbincangkan mengenai kasus covid-19 bukan hanya di Indonesia tapi bahkan

seluruh dunia memperbincangkan kasus tersebut. Selanjutnya karena poster

mengenai covid-19 dapat digunakan dalam menyampaikan informasi kepada

orang lain melalui tulisan di media sosial/daring dan lebih menarik perhatian

masyarakat agar maksud dan tujuan dari informasi lebih mudah dan cepat

tersampaikan.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan struktur

bentuk kalimat dan pengelompokan jenis kalimat imperatif yang terdapat dalam

poster Covid-19 di media sosial instagram?”

C. Tujuan Penelitian

Agar penelitian terarah dan memiliki tujuan dalam memanfaatkan

keilmuan, maka peneliti memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu

mendekspriksikan struktur bentuk kalimat imperatif yang ada dalam poster Covid-

19 di media sosial instagram secara sintaksis serta mengelompokkan jenis kalimat

imperatif menurut (Rahardi 2005).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan dan

terjawabnya rumusan masalah secara akurat. Manfaat penelitian harus dapat

dibedakan antara manfaat teoretis dan manfaat praktisnya. Karena setiap karya

ilmiah dibuat dengan dukungan beberapa kajian teoretis dan temuan sebelumnya,

maka akan mempunyai manfaat teoretis. Manfaat teoretis baik bagi penulis

maupun pembaca karya ilmiah tersebut. Sedangkan manfaat praktisnya tergantung

pada bentuk penelitian yang dilakukan, terutama untuk penelitian evaluasi dan

eksperimen. Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan beberapa manfaat, yaitu:


6

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dibidang

sintaksis yaitu mengenai penggunaan kalimat imperatif, khususnya dalam poster

Covid-19 di media sosial. Penelitian ini membahas tentang kalimat imperatif yang

terkandung dalam poster tentang Covid-19 di media sosial. Oleh karena itu

diharapkan hasil dari penelitian dapat dijadikan tambahan mengenai ilmu sintaksis

yang bermanfaat.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti yang terjun langsung dalam proses mengurai setiap data yang

diperoleh akan berdampak pada perkembangan pengetahuan bagi peneliti.

b. Manfaat bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk

melakukan penelitian sejenis khususnya terkait dengan jenis kalimat imperatif

yang terkandung dalam poster covid-19 bagi pembaca.

c. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada setiap

pembaca guna memahami jenis kalimat imperative yang ada dalam poster

covid-19 di media sosial khususnya instagram. Sehingga dapat digunakan

sebagai sarana dalam menambah dan meningkatkan wawasan, khususnya

mengenai kalimat imperatif dalam bidang sintaksis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya

dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan

dengan masalah yang akan diteliti, teori yang dianggap relevan dalam penelitian

ini diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang sebelumnya pernah

dilakukan oleh peneliti. Khususnya penelirian tentang kalimat imperatif, antara

lain:

Nurul Fahmi1, Saifuddin Mahmud2, Azwardi3 2018 Program Studi

Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Syiah Kuala dengan judul Analisis

Kalimat Imperatif yang digunakan Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMA Inshafuddin Banda Aceh. Penelitian ini mempunyai dua tujuan. Tujuan

yang pertama yaitu untuk mendekspriksikan jenis kalimat imperatif yang

digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Inshafuddin

Banda Aceh. Tujuan yang kedua yaitu untuk mendekspriksikan penanda kalimat

imperatif yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Inshafuddin Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dalam

penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kalimat-kalimat lisan yang

diucapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.

Sumber data peneltian ini adalah guru SMA Inshafuddin Banda Aceh. Guru yang

7
8

dijadikan sebagai sumber data adalah guru Bahasa Indonesia di SMA tersebut

yang berjumlah 2 orang. Data yang diteliti berupa kalimat imperatif yang

digunakan guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran di SMA Inshafuddin

Banda Aceh yang diperoleh melalui perekaman video/audio tape. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik rekam (perekaman), teknik

simak, dan teknik catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kalimat

imperatif yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Inshafuddin Banda Aceh adalah sebagai berikut: (1) kalimat imperatif tak transitif,

(2) kalimat imperatif transitif, (3) kalimat imperatif halus, (4) kalimat imperatif

ajakan, dan (5) kalimat imperatif larangan. Selanjutnya, penanda kalimat imperatif

yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Inshafuddin

Banda Aceh adalah verba dasar, frasa adjektival, verba tak transitif (tidak

memiliki objek), penanda nama diri atau kata ganti, bentuk pasif, verba transitif

(memiliki objek), kata coba, kata tolong, kata silakan, kata ayo, dan kata jangan

atau bentuk tidak boleh. Penelitianini relevan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nurul Fahmi, Saifuddin Mahmud, dan Azwardi karena sama-sama meneliti

tentang kalimat imperatif perbedaannya yaitu terletak pada objek yang diteliti.

Penelitian yang relevan sebelumnya juga pernah diteliti oleh Anak

Agung Sri Darmawanti1, Made Sri Indriani2, dan Made Astika3 2019 tentang

“Analisis Kalimat Imperatif dalam Video Tutorial Skincare Clarin Hayes di

Youtube dan Relevansinya pada Pembelajaran Teks Prosedur di SMA”.

Penelitian ini relevan karena sama-sama meneliti mengenai kalimat imperatif.

Perbedaannya yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Darmawanti1, Made Sri
9

Indriani2, dan Made Astika3. Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu untuk

mendekspriksikan kalimat imperatif dalam video tutorial skincare Clarin Hayes di

Youtube dan relevansinya pada pembelajaran teks prosedur di SMA. Metode

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu, kalimat imperatif

dalam video tutorial skincare Clarin Hayes di Youtube dan Silabus SMA

kurikulum 2013 materi teks prosedur. Pada tahap pengumpulan data, peneliti

mencari video tutorial skincare Clarin Hayes melalui media Youtube.

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik simak dan

catat. Data yang diperoleh berupa video di Youtube. Data berupa video tersebut

kemudian disimak dan isi dalam video kemudian di transkripkan Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) video tutorial skincare Clarin Hayes menggunakan lima

macam kalimat imperatif; kalimat imperatif permintaan paling banyak digunakan

dalam video tutorial skincare Clarin Hayes; yang terdiri atas 9 kalimat imperatif

biasa, 23 kalimat imperatif permintaan, 5 kalimat imperatif pemberian izin, 9

kalimat imperatif ajakan, dan 15 kalimat imperatif suruhan; (2) video tutorial

skincare Clarin Hayes memiliki relevansi dengan pembelajaran teks prosedur di

SMA; video tutorial Skincare Clarin Hayes memiliki struktur dan syarat sesuai

dengan pembelajaran teks prosedur, semua struktur dan kaidah kebahasan dalam

teks prosedur; terdapat dalam video tutorial skincare Clarin Hayes hanya saja

menggunakan gaya bahasa nonbaku. Persamaan penelitian Sri Darmawanti, Made

Sri Indriani, dan Made Astika dengan penelitian ini adalah sama-sama melakukan

penelitian tentang kalimat imperatif bedanya pada objek penelitian penelitian


10

penelitian Sri Darmawanti, Made Sri Indriani, dan Made Astika meneliti tentang

kalimat impertaif dalam video tutorial skincare Clarin Hayes di Youtube

sedangkan peneliti menggunakan objek penelitian pada poster Covid-19 di media

sosial.

Penelitian selanjutnya yang juga relevan dengan penelitian peneliti yaitu

Aimanun Salim 2017 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Implementasi Tindak

Tutur “Imperatif dalam Slogan dan Poster dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia di SMP” penelitian ini memiliki dua tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

pertama untuk mendeskripsikan tindak tutur imperatif yang terdapat dalam slogan

dan poster di SMP. Tujuan yang kedua untuk mendeskripsikan implementasi

nyata tindak tutur imperatif dalam slogan dan poster dalam pembelajaran bahasa

di SMP. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa bentuk slogan,

poster, RPP guru bahasa Indonesia, dan wawancara kepada guru dan siswa.

Kajian ini bersifat kualitatif deskriptif. Adapun teknik analisis data yang

digunakan yaitu dengan melakukan observasi atau pengamatan, dokumentasi, dan

wawancara. Hasil penelitian ini adalah (1) Tindak tutur imperatif yang terdapat

dalam slogan dan poster di lingkungan SMP Muhammadiyah 5 Surakarta yaitu

kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif ajakan,

kalimat imperatif suruhan, dan kalimat imperatif larangan. (2) Analisis RPP dan

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis slogan/poster

memerlukan kreativitas serta pemahaman tentang isi slogan dan poster itu sendiri,

siswa harus mengenal ciri-ciri serta jenis slogan dan poster, sehingga pemilihan
11

kata yang digunakan persuasif dan menarik. Persamaan penelitian yang dilakukan

oleh Aimanun Salim dengan penelitian ini adalah sama-sama melakukan

penelitian tentang jenis-jenis kalimat imperatif yang ada pada slogan/poster.

Perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya, Agus Salim mengambil kalimat-

kalimat yang berbentuk lisan sebagai objek penelitiannya, sedangkan penelitian

ini mengambil kalimat-kalimat yang berbentuk tulisan sebagai objek penelitian.

2. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa adalah dasar atau kenyataan yang sebenarnya dari sistem

lambang bunyi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu

seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.

Anderson (Tarigan, 2015:2) menyatakan ada delapan prinsip dasar


bahasa yaitu: (1) Bahasa adalah suatu sistem, (2) bahasa adalah bunyi ujaran
(vocal), (3) bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary
symbol). (4) setiap bahasa bersifat unik; khas, (5) bahasa dibangun dari
kebiasaan-kebiasaan, (6) bahasa adalah alat komunikasi, (7) bahasa
berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada, dan, (8) bahasa itu
berubah-ubah.

Bagian pertama dari delapan prinsip bahasa di atas menyatakan bahwa

bahasa adalah suatu sistem, sama halnya dengan sistem-sistem lain yang

bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Sistem berarti susunan teratur berpola

yang membentuk suatu keseluruhan sehingga dapat bermakna atau berfungsi.

Sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara

fungsional. Tidak berbeda dengan bahasa yang terdiri dari unsur-unsur secara

teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan. Bunyi

adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga

yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara.


12

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tidak

semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

Kehidupan manusia memang selalu menggunakan lambang atau simbol. Hampir

idak ada kegiatan yang tidak terlepas dari simbol.

Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan

bahasa, misalnya kata, adalah simbol atau lambang. Lambang dengan berbagai

seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang

mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika

dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal

(signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.

Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat

wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dikatakan bersifat unik,

artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa

lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata,

sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan berhubungan

erat dengan budaya tempatnya berada. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat tersebut

akan memengaruhi proses pembangunan dan perkembangan bahasa itu sendiri.

Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar

kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan

bicara yang menjadi perhatian utama kita. Agar komunikasi yang dilakukan

berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus

menguasai bahasanya. Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan manusia,
13

sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan

bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia,

sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu

berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi

dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan

makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

Untuk mengkaji bahasa secara ilmiah, bahasa harus dipisah ke

dalam beberapa aspeknya. Berbicara tentang aspek-aspek bahasa maka

yang dimaksudkan di sini adalah aspek fonologi, aspek morfologi,

aspek sintaksis, dan aspek semantik.

Fonologi adalah cabang linguistik yang mempelajari fonem

(unit/sekelompok bunyi) terkecil dalam suatu bahasa tertentu yang

dapat membedakan makna atau berkontras. Misalnya, dalam bahasa

Indonesia /l/ dan /s/ adalah sebuah fonem, karena kehadirannya dapat

membedakan arti kata “laku” berbeda maknanya dengan kata “saku”.

Morfologi adalah bagian atau cabang linguistik yang

mempelajari dan menganalisis susunan/struktur bentuk dan klasifikasi

kata secara gramatikal. Hambali (2014:25) mengemukakan morfologi

berarti ilmu tentang morfem dan bentuk kata dalam satu bahasa.

Sintaksis adalah cabang dari ilmu linguistik atau tata bahasa yang

mempelajari struktur kalimat sebagai pernyataan gagasan. Menurut Tarigan

(2009:4) sintaksis salah satu cabang tata bahasa yang menelaah struktur-struktur
14

kalimat, kalau dan frase. Sedangkan menurut Hambali (2014:25), sintaksis adalah

bidang linguistik yang mempelajari susunan-susunan kalimat dalam suatu bahasa.

Secara umum, struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek

(O), dan keterangan (K).

3. Satuan Sintaksis

Secara hierarkial dibedakan adanya lima macam satuan sintaksis, yaitu

kata, frase, klausa, dan wacana. Secara khierarkial, maksudnya, kata

merupakan satuan terkecil yang membentuk frase. Lalu frase membentuk

klausa; klausa membentuk kalimat; kalimat membentuk wacana. Jadi, kalau

kata merupakan satuan terkecil, maka wacana merupakan satuan terbesar. Hal

ini berbeda dengan paham tata bahasa tradisional yang mengatakan bahwa

kalimat adalah satuan terbesar dalam kajian sintaksis. (Chaer, 2015: 37)

a. Kata

Secara gramatikal kata mempunyai dua status. Sebagai satuan terbesar

dalam tataran morfologi, dan sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis.

Sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi, kata dibentuk dari

bentuk dasar (yang dapat berupa morfem dasar terikat maupun bebas, atau

gabungan morfem) melalui proses morfologi afiksasi, reduplikasi, atau

komposisi. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis kata, khususnya yang

termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan ajektifa) dapat mengisi fungsi-

fungsi sintaksis. Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup (numeralia,


15

preposisi, dan konjungsi) hanya menjadi bagian dari frase yang mengisi

fungsi-fungsi sintaksis itu. Perhatikan kata numerial seekor, preposisi di, dan

konjungsi dan pada klausa berikut:

(1) Seekor anjing dan seekor kucing berkelahi di dapur

S P Ket.

Yang agak berbeda adalah kata dari kelas tertutup yang termasuk

adverbia. Ada adverbia yang bisa menduduki fungsi Ket.; ada juga yang

menjadi bagian dari frase lain. Contoh:

(2) Barangkali dia sakit keras

Ket. S P

(3) Fita sedang membaca majalah

S P O

Pada klausa (70) kata barangkali adalah adverbia yang mengisi fungsi

Ket.; dan adverbia sedang pada klausa (71) Cuma menjadi bagian dari frase

sedang membaca yang mengisi fungsi P.

Kata-kata yang dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam sebuah

klausa atau kalimat dapat pula menjadi konstituen dalam kalimat minor

seperti dalam kalimat jawaban singkat atau kalimat imperatif singkat.

(4) Fita’ (sebagai kalimat jawaban atas pertanyaan : siapa yang sedang

membaca komik itu?).


16

(5) Majalah’ (sebagai kalimat jawaban atas pertanyaan : apa yang

dibaca Fita di kamar?)

Selain kata dari kategori verba, nomina, dan ajektifa, kata dari ketegori

numeralia, pronomina, persona, dan adverbia juga dapat berdiri sendiri dalam

kalimat minor, tetapi kata dari kategori preposisi dan konjungsi tidak dapat.

b. Frase

Frase dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu

fungsi sintaksis. Contoh:

(6) Adik saya suka makan kacang goreng di kamar

S P O Ket.

Semua fungsi klausa di atas diisi oleh sebuah frase: fungsi S diisi oleh

frase adik saya, fungsi P diisi oleh frase suka makan, fungsi O oleh frase

kacang goreng, dan fungsi Ket. Di isi oleh frase di kamar.

Bahwa sebuah frase bisa terdiri dua kata atau lebih dapat dibuktikan.

Misalnya, frase adik saya dapat menjadi adik saya yang bungsu, atau adik

saya yang baru saja menikah, atau adik saya yang tinggal di jalan Lembang

Jakarta Pusat. Begitu juga frase kacang goreng, bisa jadi sebungkus kacang

goreng atau kacang goreng asin. Sedangkan frase di kamar bisa menjadi di

kamar ayah, di kamar tidur ayah, atau juga di kamar belajar kakak.

Sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frase-frase juga mempunyai

kategori. Maka kita mengenal adanya frase nominal, seperti adik saya,

sebuah meja, rumah batu, dan rumah makan, yang mengisi fungsi S atau

fungsi O. Adanya frase verbal, seperti suka makan, sudah mandi, makan
17

minum, tidak mau datang, dan belum menerima, yang menjadi pengisi P.

Adanya preposisional seperti di pasar, ke Surabaya, dari gula dan ketan,

kepala polisi, dan pada tahun 2007, yang mengisi fungsi Ket.

c. Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase

dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi

predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen berupa kata atau

frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi subjek;

sebagai objek; dan sebagainya. Selain fungsi subjek yang harus ada dalam

konstruksi klausa itu, fungsi subjek boleh dikatakan wajib ada, sedangkan

yang lain bersifat tidak wajib.

Kalau kita bandingkan konstruksi kamar mandi dan nenek mandi,

maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi bukanlah sebuah klausa

karena hubungan komponen kamar dengan komponen mandi tidaklah

bersifat prediktif. Sebaliknya konstruksi nenek mandi adalah sebuah klausa

karena hubungan komponen nenek dan komponen mandi bersifat prediktif.

Nenek adalah pengisi fungsi subjek dan mandi pengisi fungsi predikat.

Klausa, karena memiliki fungsi S dan fungsi O, serta fungsi-fungsi

lain berpotensi menjadi sebuah kalimat tunggal lengkap apabila kepadanya

diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Kata dan frase juga

mempunyai potensi menjadi kalimat apabila kepadanya diberi intonasi final.

Namun, kata dan frase hanya bisa menjadi kalimat minor (kalimat tidak
18

lengkap), sedangkan klausa menjadi sebuah kalimat mayor (kalimat

lengkap).

d. Kalimat

Satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan sintaksis adalah

kalimat yang merupakan satuan di atas klausa dan di bawah wacana.

Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang

biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta

disertai dengan intonasi final.

Intonasi final yang merupakan syarat penting dalam pembentukan

sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif (yang dalam bahasa ragam

tulis diberi tanda titik), intonasi interogatif (yang dalam bahasa ragam tulis

diberi tanda tanya), intonasi imperatif (yang dalam ragam bahasa tulis diberi

tanda seru), dan intonasi interjektif (yang dalam bahasa ragam tulis diberi

tanda seru). Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak akan menjadi

sebuah kalimat.

e. Wacana

Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis, wacana mempunyai

“pengertian” yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-

kalimat. Artinya, sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari sebuah kalimat,

mungkin juga terdiri dari sebuah kalimat, mungkin juga terdiri dari sejumlah

kalimat.
19

4. Kalimat

a. Pengertian Kalimat

Menurut Putrayasa (2017:14) kalimat merupakan hubungan dua buah

kata atau lebih yang paling renggang. Karena renggangnya hubungan kata

yang membangun suatu kalimat bisa dibalik susunannya tanpa membawa

perubahan arti. Kalimat dapat dijelaskan sebagai satuan kata terkecil yang

mengandung pengertian lengkap.

Chaer (2015:44) mengemukakan pengertian kalimat adalah satuan

sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,

dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi

final.

Cook dkk, dalam Tarigan (2009:6) kalimat adalah satuan bahasa yang

secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan

yang terdiri dari klausa.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat

ialah satuan kata terkecil yang mengandung pengertian lengkap yang

disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi

dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

b. Ciri-ciri Kalimat

a) Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;

b) Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;

c) Secara relatif dapat berdiri sendiri;


20

d) Mempunyai atau mengandung pikiran yang lengkap;

e) Memiliki pola intonasi akhir;

f) Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan diakhiri

tanda baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif, tanda tanya untuk

kalimat interogatif, dan tanda seru untuk kalimat interjektif).

c. Unsur-unsur Kalimat

Unsur unsur pembentuk kalimat terdiri dari satuan kata dan ada pula

yang berupa kelompok kata. Kelompok kata bisa berupa frase atau klausa.

Klausa merupakan kelompok kata yang tidak melebihi fungsi kalimat dan

masih mempertahankan makna aslinya seperti bayi besar. Berikut jenis dari

unsur-unsur kalimat:

1) Subjek (S)

Subjek adalah hal yang penting dalam sebuah kalimat sebagai unsur

pokok yang mendampingi predikat. Fungsinya untuk menandai apa yang

dinyatakan. Dengan adanya gambaran subjek, kalimat yang dihasilkan

bisa terpelihara strukturnya. Misalnya : Saya, Lida, Rumah dan lain

sebagainya.

2) Predikat (P)

Predikat secara khusus menjelaskan atau menggambarkan sebuah

keterangan subjek. Fungsi predikat bisa dicari dengan menanyakan

mengapa. Predikat bisa berupa sifat, situasi, status, ciri atau jati diri

subjek.
21

3) Objek (O)

Objek menunjuk kepada tujuan kalimat atau kepada apa kalimat itu

ditujukan. Objek hanya mempunyai tempat dibelakang predikat. Atau

lebih jelasnya untuk melengkapi fungsi predikat. Fungsi objek bisa

berubah menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.

4) Pelengkap (Pel)

Pelengkap mempunyai fungsi untuk melengkapi predikat. Sama

halnya dengan objek, tetapi fungsi yang satu ini tidak mempunyai

fungsi khusus pada saat pemasifan kalimat.

5) Keterangan (K)

Keterangan dipakai sebagi unsur peluasan kalimat yang

menjelaskan lebih terperinci apa yang dimaksud oleh kalimat.

Keterangan bisa ditandai dengan kemampuannya untuk berpindah-

pindah tempat. Keterangan mempunyai beberapa jenis seperti

keterangan waktu, keterangan cara, keterangan penyebab, keterangan

tujuan, keterangan aposisi (penjelasan kata benda), keterangan

tambahan, keterangan pewatas (pembatas kata benda), keterangan

penyerta, keterangan alat, keterangan similatif (kesetaraan), keterangan

kesalingan (perbuatan silih berganti) dan lainnya.

d. Jenis-jenis kalimat

Menurut Chaer (2015:45) banyak nama diberikan orang terhadap

adanya jenis atau macam kalimat. Diikuti dengan penamaan berdasarkan

kriteria:
22

a) Berdasarkan kategori klausanya dibedakan adanya

(1) Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba

atau frase verbal.

(2) Kalimat ajektifal, yakni kalimat yang predikatnya berupa

ajektifa atau frase ajektifal.

(3) Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa

nomina atau frase nominal.

(4) Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa

frase preposisional. Kalimat jenis ini hanya digunakan dalam

bahasa ragam nonformal.

(5) Kalimat numeral, yakni kalimat yang predikatnya berupa

numeralia atau frase numeral. Kalimat jenis ini hanya digunakan

dalam bahasa ragam nonformal.

(6) Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya berupa

adverbia atau frase adverbial.

b) Berdasarkan jumlah klausanya dibedakan adanya

(1) Kalimat sederhana, yakni kalimat yang dibangun oleh sebuah


klausa.

(2) Kalimat “bersisipan”, yakni kalimat yang pada salah satu

fungsinya “disisipkan” sebuah klausa sebagai penjelas atau

keterangan.
23

(3) Kalimat majemuk rapatan, yakni sebuah kalimat majemuk yang

terdiri dari dua klausa atau lebih dan terdapat fungsi-fungsi

klausa yang dirapatkan karena merupakan substansi yang sama.

(4) Kalimat mejemuk setara, yakni kalimat yang terdiri dua klausa

atau lebih dan memiliki kedudukan yang setara.

(5) Kalimat majemuk bertingkat, yakni kalimat yang terdiri dari dua

buah klausa yang kedudukannya tidak setara.

(6) Kalimat majemuk kompleks, yakni kalimat yang terdiri dari tiga

klausa atau lebih yang di dalamnya terdapat hubungan

koordinatif (setara) dan juga hubungan subordinatif (bertingkat).

c) Berdasarkan modusnya dibedakan adanya.

(1) Kalimat berita (deklaratif), yakni kalimat yang berisi pernyataan

belaka.

(2) Kalimat interogatif (interogatif), yakni kalimat yang berisi

pertanyaan, yang perlu diberi jawaban.

(3) Kalimat imperatif (imperatif), yaitu kalimat yang berisi perintah

dan perlu diberi reaksi berupa tindakan.

(4) Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang menyatakan

ungkapan perasaan.

(5) Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang menyatakan

harapan atau keinginan

5. Hakikat Kalimat Imperatif


24

Kalimat adalah sebuah satuan terkecil dari bahasa berwujud lisan

maupun tulisan yang mengutarakan pikiran seseorang. Kata, frasa,

klausa merupakan unsur-unsur terbentuknya suatu kalimat. Sedangkan

imperatif artinya adalah memerintah. Imperatif erat kaitannya dengan

kalimat, sebab memerintah sering kali dikaitkan dengan kalimat, baik

itu berupa tuturan ataupun tulisan. Jadi, kalimat imperatif adalah

kalimat yang sifatnya memerintah atau meminta. Kalimat imperatif

dapat pula berkisar antara antara suruhan yang sangat keras atau kasar

sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat

imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu

sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat Rahardi (2005:79) bahwa “kalimat imperatif

dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan secara formal menjadi

lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif

permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif

ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan”. Untuk lebih jelasnya akan

peneliti paparkan hal-hal yang berkenaan dengan kalimat imperatif

dalam sub-sub poin berikut.

a. Pengertian Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif adalah kalimat yang sifatnya memerintah atau

memberikan arahan yang mengharapkan tanggapan dari pihak

pendengar maupun pembaca. Kalimat imperatif tidak hanya sebatas


25

memerintah atau memberikan arahan tetapi juga berfungsi untuk

meminta bahkan melarang seseorang untuk melakukan sesuatu.

Pendapat Rahardi (2005:79) mengatakan bahwa “kalimat imperatif

yaitu kalimat yang memerintah atau meminta agar mitra tutur

melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur”. Kalimat

imperatif atau disebut juga kalimat perintah.

b. Jenis Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif atau kalimat perintah dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa macam. Seperti yang dipaparkan Rahardi (2005:79) “kalimat

imperatif dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan secara formal menjadi

lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif

permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif ajakan,

dan (5) kalimat imperatif suruhan”.

1) Kalimat Imperatif Biasa

Kalimat imperatif biasa adalah bentuk sederhana dari sebuah

kalimat memerintah, karena memuat perintah secara langsung. Rahardi

(2005:79) menyatakan bahwa “kalimat imperatif biasa yaitu sebuah

kalimat yang memiliki ciri-ciri berikut: (1) berintonasi keras, (2)

didukung dengan kata kerja dasar, dan (3) berpartikel pengeras -lah.

Kalimat imperatif jenis ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat

halus sampai dengan imperatif yang sangat kasar”. Kalimat yang

berintonasi keras biasanya ditandai tengan tanda seru (!) yang

mengikutinya. Kata kerja umumnya berakhiran – an, -i, -kan.


26

Jadi, dapat peneliti simpulkan bahwa kalimat imperatif biasa adalah

sebuah kalimat yang bermakna untuk menyuruh lawan bicara untuk

melakukan sesuatu yang dikehendaki si pembicara. Kalimat perintah

biasa merupakan kalimat perintah dalam bentuk yang paling sederhana,

karena isinya memuat perintah secara langsung. Kalimat imperatif biasa

ditandai dengan pemberian partikel lah, berintonasi keras, dan didukung

dengan kata kerja. Rahardi (2005:79) dalam bukunya yang berjudul

“Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia” menjelaskan

mengenai contoh kalimat imperatif biasa diantaranya sebagai berikut.

1) “Monik, lihat!”
Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh teman Monik pada saat ia ingin menunjukkan buku

yang baru saja dibelinya dari toko buku kepada Monik. Keduanya adalah

teman satu kos.

2) “Usir kucing itu!”.


Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh seorang ibu yang sedang jengkel dengan kucing

peliharaannya yang baru saja menghabiskan ikan goreng di meja makan.

3) “Kita lihat! Pokoknya percaya boleh tidak juga boleh. Ayo.... kita lihat!”
Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh seorang tukang sulap pada saat ia tampil di tengah

anak-anak di sebuah desa.

4) “Tenang-tenanglah dulu, Pong! Sabar....sabar dulu!”


27

Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh teman Ipong yang saat itu melihat Ipong tergesa-gesa

akan meluapkan emosi kepadanya.

5) “Diam! Hansip tahu apa.”


Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh seorang polisi yang sedang berseteru dengan hansip

dalam sebuah keramaian di kampung. Antara hansip dengan polisi terjadi

perbedaan pendapat tentang kejadian pada acara keramaian kampung itu.

2) Kalimat Imperatif Permintaan

Kalimat imperatif permintaan adalah kalimat dengan kadar perintah yang

sangat halus. Rahardi (2005:80) dalam bukunya yang berjudul “Pragmatik

Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia” menjelaskan mengenai contoh kalimat

imperatif permintaan diantaranya sebagai berikut.

1) “Anak-anak sekalian..... Coba jangan ramai, Bapak akan menjelaskan materi


yang baru! Buku tulisnya diambil dulu”.
Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang guru di depan para muridnya di sebuah sekolah

dasar. Tuturan itu disampaikan sang guru pada saat situasi kelas sangat

gaduh.

2) “Kalau boleh, nanti malam saya mau berangkat lagi ke Jakarta!


Besok sore aku harus bertemu Tatang di Bekasi.”

Informasi Indeksal:
28

Dituturkan oleh seorang bapak yang berprofesi sebagai pedagang di

Jakarta pada saat ia di Yogyakarta sedang mengunjungi istri dan anak-

anaknya.

3) “Diharapkan dengan sangat agar pengunjung tidak merokok di ruangan


ber-AC ini”.
Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang petugas pada loket masuk sebuah gedung yang

di dalamnya berfasilitas AC. Tuturan ini disampaikan karena beberapa anak

muda akan memasuki gedung itu, namun mereka tidak mematikan rokok

mereka.

4) “Sudilah kiranya Bapak berkenan menanggapi surat kami secepatnya”.


Informasi Indeksal:

Disampaikan oleh seorang pelamar pekerjaan dalam sebuah surat

lamaran yang disertai berkas-berkas kelengkapan lamaran.

5) “Dapatkah saudara membacakan makalah ini, seandainya saya tidak dapat


meneruskan!”
Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang pemakalah yang sudah berusia lanjut kepada

asisten yang selalu menyertainya pada acara-acara akademik formal.

6) “Dimohon dengan hormat agar hadirin berkenan pindah ke ruangan sebelah


untuk beramah-tamah bersama!”
Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang pewara dalam sebuah pertemuan formal wisuda

pada sebuah kampus ternama di Yogyakarta.

7) “Dengan segala rendah hati, kami mohon kiranya bapak berkenan


mempertimbangkan lamaran kami!”
Informasi Indeksal:
29

Dituturkan oleh seorang pelamar pada saat ia bertemu dengan pimpinan

perusahaan ketika ia dipanggil untuk mengikuti wawancara.

3) Kalimat Imperatif Pemberian Izin

Kalimat imperative yang dimaksudkan untuk memberikan izin ditandai

dengan pemakaian penanda kesantunan silakan, biarlah dan beberapa

ungkapan lain yang bermakana mempersilakan, seperti diperkenankan,

dipersilakan, dan diizinkan, Contoh-contoh tuturan berikut dapat dicermati

untuk memperjelas pernyataan ini.

1) “Ian. . . . Silakan ambil buah duku itu kalau kamu mau! Tadi, nenek
belikan buah duku untuk cucuku di pasar. Ayo. . .!
Informasi Indeksal:
Dituturkan oleh seorang nenek kepada seorang cucunya yang sedang

berkunjung ke rumahnya. Di meja makan terdapat buah duku yang sengaja

disiapkan untuk sang cucu yang sudah mengatakan mau datang

mengunjungi sang nenek.

4) Kalimat Imperatif Ajakan

Kalimat imperatif ajakan adalah kalimat yang bermaksud mengajak seseorang

melakukan sesuatu bersama-sama. Menurut Rahardi (2005:82) yang menyatakan

bahwa “kalimat imperatif ajakan ialah kalimat yang biasanya digunakan dengan

penanda kesantunan ayo (yo), biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah”.

Rahardi (2005:82) dalam bukunya yang berjudul “Pragmatik Kesantunan

Imperatif Bahasa Indonesia” menjelaskan mengenai contoh kalimat imperatif

ajakan diantaranya sebagai berikut.

1) “Tut... Ayo, naik mobilku saja. Ayo.. ndak apa-apa. Aku lewat sana, kok”.
30

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada seorang mahasiswi,

temannya, yang saat itu sedang berjalan sendirian di lorong kampus. Dengan

sedikit malu, mahasiswi itu masuk ke mobil sang mahasiswa yang sebenarnya

belum terlalu berhubungan akrab.

2) “Ian.... Biar kita nanti tinggal di rumah saja! Bapak biar pergi sendirian”

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang saat itu ingn mengikuti

ayahnya pergi ke luar kota. Rencananya memang sang ayah akan berangkat

bersama istrinya, namun karena anaknya bersi- keras akan ikut ayahnya, ia

terpaksa membatalkan kepergiannya.

3) “Vendi.... coba kita geser dulu meja ini! kursinya kamu angkat dulu!”
Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang ibu pada saat ia bersama dengan putra-

putrinya mengatur ruang makan di rumahnya.

4) “Mari, kita bersihkan dulu rumput-rumput di depan gedung itu!”.


Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang pimpinan pada saat kerja bakti bersama

karyawan-karyawan menjelang peringatan kemerdekaan.

5) “Harap diselesaikan dahulu tugas berat ini bersama-sama!”

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang direktur kepada para pembantunya yang saat

itu sudah akan pulang ke rumah masing-masing, sedangkan pekerjaan yang

harus dikerjakan bersama masih banyak.


31

5) Kalimat Imperatif Suruhan

Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama penanada

kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan,

dan tolong.

6. Poster

Pada dasarnya, poster merupakan sebuah media publikasi

berisikan beberapa konten yang terdiri dari gambar, tulisan atau

keduanya dengan bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang

lain. Poster juga merupakan media gambar yang memiliki sifat

persuasif tinggi karena menampilkan suatu persoalan (tema) yang

menimbulkan perasaan kuat terhadap khalayak yang melihatnya.

Bahasa poster memiliki perbedaan dari bahasa lainnya, seperti

bahasa karangan atau bahasa surat. Dalam pembuatan poster pemilihan

kata harus sangat cermati, karena poster yang bagus adalah poster yang

menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan mudah dipahami. Pada

umumnya dipergunakan sedikit kata dan hanya kata-kata kunci yang

ditonjolkan dengan cara menempatkan kedudukan huruf atau besarnya

ukuran huruf. Menurut Hasnun dalam Rokhanawati (2008) yang

berpendapat bahwa bahasa poster itu singkat, jelas, dan memiliki daya

pikat. Singkat maksudnya tidak panjang dan berbelit-belit. Kata-

katanya padat dan penuh isi, serta setiap kata memiliki fungsi, artinya
32

tidak ada kata yang penempatannya tidak bermakna. Dan memiliki

daya pikat, yaitu dengan membaca poster yang dipasang, pembaca

merasa tertarik. Oleh sebab itu, pemilihan dan penempatan kata yang

sesuai sangat penting diperhatikan oleh penyusun poster.

Senada dengan pendapat tersebut menurut Suryanto, dkk dalam

Rokhanawati (2008) kata-kata dan kalimat dipakai untuk menulis

poster harus dipilih dengan tepat. Biasanya kalimat-kalimatnya berupa

ajakan sehingga kalimat perintah atau himbauan sering dipakai dalam

menulis poster. Kalimat-kalimat pendek lebih banyak dipakai.

7. Media Sosial

Media sosial merupakan salah satu media instan yang saat ini memang

memiliki berbagai fungsi dalam perannya. Selain berfungsi sebagai alat

untuk berkomunikasi, media sosial juga menjadi sarana untuk

penggunanya dalam menggali berbagai informasi. Definisi media sosial

tidak serta merta merupakan gagasan yang tidak berdasar yang

dikemukakan oleh para ahli tersebut. media sosial memiliki peran dan

dampak bagi kehidupan masyarakatyang harus didesain sedemikian rupa

agar media sosial tetap pada fungsi dan tujuan media sosial itu sendiri dan

memiliki manfaat dalam kehidupan setiap individu.

Seperti yang dikemukakan oleh Henderi, bahwa pengertian media

sosial adalah situs jaringan sosial berbasis web yang memungkinkan bagi

setiap individu untuk membangun profil publik ataupun semi publik dalam

sistem terbatasi, daftar pengguna lain dengan siapa mereka terhubung, dan
33

melihat serta menjelajahi daftar koneksi mereka yang dibuat oleh orang

lain dengan suatu sistem (Henderi, 2007: 3)

a. Fungsi Media Sosial

Pada perannya saat ini, media sosial telah membangun sebuah kekuatan besar

dalam membentuk pola perilaku dan berbagai bidang dalam kehidupan

masyarakat. hal ini yang membuat fungsi media sosial sangat besar. Adapaun

fungsi media sosial diantaranya sebagai berikut :

1) Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.

Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan

itu sendiri.

2) Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluar interaksi

sosial manusia dengan menggunakan internet dan teknologi web.

3) Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media

siaran dari dari satu institusi media ke banyak audience ke dalam praktik

komunikasi dialogis antara banyak audiens.

b. Karakteristik Media Sosial

Media sosial memiliki ciri-ciri yang tidak lepas dari berbagai ciri-ciri dari

media sosial yang banyak digunakan hingga saat ini. Berikut beberapa

karakteristik yang terdapat pada media sosial :

1) Partisipasi

Mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik

atau berminat menggunakannya, hingga dapat mengaburkan batas antara

media dan audience


34

2) Keterbukaan

Kebanyakan dari media sosial yang terbuka bagi umpan balik dan juga

partisipasi melalui sarana-sarana voting, berbagi dan juga komentar.

Terkadang batasan untuk mengakses dan juga memanfaatkan isi pesan.

3) Perbincangan

Selain itu, kemungkinan dengan terjadinya perbincangan ataupun

pengguna secara dua arah.

4) Keterhubungan

Mayoritas dari media sosial tumbuh dengan subur lantaran terjadi

suatu kemampuan yang dapat melayani keterhubungan antara pengguna,

melalui suatu fasilitas tautan (links) ke website, sumber informasi dan bagi

pengguna-pengguna lainya

c. Jenis-jenis Media Sosial

Menurut Kotler dan Keller (2012; 568-570) bahwa terdapat tiga macam

platform yang utama untuk media sosial, yaitu :

1) Forum dan komunitas online

Mereka datang dalam segala bentuk dan ukuran dimana banyak dibuat

oleh pelanggan. Sebagian hal ini disponsori oleh perusahaan melalui

postingan, instant, messaging, dan juga chatting yang berdiskusi mengenai

minat khusus yang dapat berhubungan dengan perusahaan.

2) Blogs
35

Terdapat banyak sekali pengguna blog yang sangat beragam disini dan

Blogspot sendiri merupakan salah satu penyedia akun website gratis

dimana kita bisa posting, sharing dan lain sebagainya.

Selain itu menurut Puntoadi (2011: 34) bahwa terdapat beberapa macam

jenis media sosial, yaitu sebagai berikut:

a) Bookmarking

Bookmarking memberikan sebuah kesempatan untuk meshare link dan

tag yang diminati. Hal demikian bertujuan agar setiap orang dapat

menikmati yang kita sukai.

b) Wiki

Sebagai situs yang memiliki macam-macam karakteristik yang berbeda,

misalnya situs knowledge sharing, wikitravel yang memfokuskan sebagai

suatu informasi pada suatu tempat.

c) Flickr

Situs yang dimiliki yahoo, yang mengkhusukan sebuah image sharing

dengan contributor yang ahli pada setiap bidang fotografi di seluruh dunia.

Flickr menjadikan sebagai photo catalog yang setiap produknya dapat

dipasarkan.

d) Creating opinion

Media sosial tersebut memberikan sarana yang dapat untuk berbagi

opini dengan orang lain di seluruh dunia. Melalui media sosial tersebut,

semua orang dapat menulis jurnal, sekaligus sebagai komentator.

e) Jejaring sosial
36

Melalui situs-situs konten sharing tersebut orang-orang mencptakan

berbagai media dan juga publikasi untuk berbagi kepada orang lain. Berikut

beberapa contoh dari aplikasi media sosial tersebut:

a. Facebook: layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada februari 2004

oleh Mark Zuckerberg ini memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif

dan lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam untuk

mengaksesnya. Disini pengguna dapat membuat profil pribadi,

menambahkan teman, bertukar pesan serta berbagi informasi.

b. WhatsApp: merupakan aplikasi pesan lintas platform sejak kemunculanya

tahun 2009 hingga saat ini, yang memungkinkan kita bertukar pesan

tanpa biaya SMS, karena menggunakan data internet. Menggunakan

WhatsApp kita dapat dengan mudah untuk berinterikasi melalui pesan

teks maupun suara dan hingga saat ini dilengkapi dengan fitur video call,

yang mana kita dapat bertatap muka ketika telpon.

c. Line: hampir serupa dengan whatsapp, line diluncurkan pada tahun 2011

oleh perusahaan jepang. Yang membedakannya jika whatsapp tidak

memiliki karakter-karakter emoji dalam pesan, maka Line memiliki

fasilitas tersebut, sehingga terlihat lebih seru ketika menggunakannya

dalam menyampaikan pesan.

d. Youtube: sebuah situs web berbagi video yang dibuat oleh mantan

karyawan PayPal pada februari 2005 ini memungkinkan pengguna untuk

mengunggah, menonton serta berbagi video. Konten video positif apapun

bisa diakses melalui aplikasi tersebut.


37

e. Twitter: layanan jejaring sosial dan microblog daring yang hampir serupa

dengan facebook, yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim

dan membaca pesan berbasis teks hingga 280 karakter. Didirikan pada

maret 2006 oleh Jack Dorsey.

f. Instagram: Instagram adalah platform aplikasi jejaring sosial yang

memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto, mengedit,

menerapkan filter digital, dan mengunggahnya dengan berbagai fitur,

seperti kolom komentar, dan fitur DM atau Direct Message yang

memungkinkan penggunanya untuk bertukar pesan.

8. Instagram

Media sosial yang satu ini memang sudah tidak bisa lagi diragukan akan ke

populeranya di dunia pada saat ini. Meskipun begitu, ternyata banyak orang

yang tidak mengetahui arti sebenarnya dari kata “Instagram” tersebut.

Instagram disusun dari dua kata yaitu “insta” yang mengartikan instan dan

terinspirasi dari kamera polaroid kala itu yang secara instan mencetak foto

setelah objek berhasil difoto. Kemudian kata “gram” yang diambil dari istilah

telegram yang bermakna sebagai media pengirim informasi yang sangat cepat

dan efisien. Aplikasi yang didirikan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger

delapan tahun lalu tepatnya pada Oktober 2010 ini pada dasarnya memang

dikhusukan untuk para penikmat dan praktisi fotografi. Maka dari fungsi

tersebutlah bisa diperoleh sejumlah manfaat yang bisa menciptakan hasil-hasil

yang optimal dan dari situ pengguna memanfaatkan untuk tujuan tertentu.
38

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan alur pikir peneliti dan penelitian yang

dilakukan. Pada bagian ini, peneliti menguaraikan secara rinci tentang latar

belakang masalah, usulan yang menjadi dasar penelitian.

Pembelajaran linguistik yaitu sebagai ilmu yang mengkaji seluk-beluk

bahasa keseharian manusia memiliki beberapa cabang salah satunya yaitu

sintaksis. Sintaksis mempelajari apa saja yang termasuk struktur bahasa tak

terkecuali kalimat sebagai satuan bahasa. Penelitian ini merujuk pada

penggunaan jenis kalimat imperatif yang terdapat dalam poster Covid-19 di

media sosial khususnya di Instagram.

Kalimat imperatif terbagi dalam beberapa jenis yaitu kalimat perintah

biasa, kalimat perintah halus, kalimat pemberian izin, kalimat ajakan dan

harapan, dan kalimat suruhan.selanjutnya peneliti akan menganalisis kelima

jenis kalimat imperatif tersebut yang ada dalam postercovid-19 di media sosial

instagram khususnya pada akun @dinkesdki, sehingga pada akhirnya akan

menghasilkan temuan-temuan yang menjadi hasil akhir dari penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pikir sebagai berikut:


39

Sintaksis

Poster Covid-19

Media Sosial

Kalimat Imperatif

Ajakan dan
Perintah Perintah Pemberian Harapan Suruhan
Biasa Halus izin

Analisis Temuan Hasil

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Penelitian deskripftif merupakan penelitian untuk mendekspriksikan data

yang diperoleh dalam bentuk kata-kata, gambar, dan bukan dalam bentuk

angka-angka. Alasan peneliti yaitu untuk mendekspriksikan penggunaan

jenis kalimat imperatif dalam poster covid-19 di media sosial yang terdiri

dari kalimat imperative biasa, perintah halus, pemberian izin, ajakan dan

harapan, dan kalimat imperatif suruhan.

2. Desain Penelitian

Betuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

berdasarkan data deskripftif berupa kata-kata tertulis atau lisan terhadap

sesuatu yang diamati. Dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

adalah metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan dengan

menggunakan analisis.

Maka dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian berdasarkan data deskriptif yang mengungkap situasi sosial

tertentu. Data deskriptif dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik

pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi

yang ilmiah.

40
41

B. Definisi Istilah

Definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kalimat imperatif

Kalimat imperatif adalah kalimat yang sifatnya memerintah atau

memberikan arahan yang mengharapkan tanggapan dari pihak

pendengar maupun pembaca. Kalimat imperatif tidak hanya sebatas

memerintah atau memberikan arahan tetapi juga berfungsi untuk

meminta bahkan melarang seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. Poster

Menurut KBBI, poster adalah plakat yang dipasang di tempat

umum (berupa pengumuman atau iklan). Secara umum poster ini

memiliki tujuan untuk memberikan informasi, mengajak dan

menghimbau banyak orang untuk melakukan sesuatu seperti apa yang

digambarkan atau dituliskan pada poster tersebut.

3. Covid-19 (Virus Corona)

Covid-19 atau Severe acute respiratory syndrome coronavirus

2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah

jenis baru dari corona virus yang menular ke manusia.

4. Media sosial

Media atau medium dalam ilmu komunikasi adalah sarana

pengiriman pesan, dengan kata lain sarana komunikasi (communication


42

tools). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 569) Media

adalah alat (sarana) komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film,

poster, dan spanduk.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian berupa kata-kata lisan

maupun tulisan yang memuat fakta maupun angka. Data dalam

penelitian ini yaitu berwujud kalimat imperatif pada poster covid-19 di

media sosial.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal pemerolehan data, dari mana

keterangan atau bahan dasar kajian yang diperoleh. Berdasarkan fokus

penelitian, maka sumber data dalam penelitian ini adalah berupa

poster-poster yang ada dalam media sosial khususnya pada akun

instagram @dinkesdki yang berkaitan tentang Covid-19.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk

menghimpun data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah cara

yang dilakukan untuk mengumpulkan data melalui pencarian dan

penemuan bukti-bukti berbentuk dokumen. Selanjutnya dilanjutkan


43

dengan teknik membaca/menganalisis, teknik menandai, dan teknik

mencatat. Ke empat teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Peneliti mengunduh/melakukan screenshot data atau jenis poster yang

akan diteliti pada media sosial/daring.

2. Selanjutnya dilakukan teknik membaca dan mengamati setiap kalimat

yang terdapat pada poster secara teliti untuk mendapatkan informasi

yang jelas.

3. Peneliti kemudian menganalisis daya sintaksis kalimat imperatif yang

terdapat pada poster covid-19 di media sosial sesuai dengan analisis

sintaksis ke dalam bentuk tulisan.

4. Teknik mencatat hasil pengamatan terhadap beberapa aspek kajian

jenis dan penanda kalimat imperatif dalam poster covid-19 dicatat

dalam kertas yang dipersiapkan. Setelah data selesai dicatat,

selanjutnya diklasifikasikan dalam bentuk tabel berdasarkan jenis/

kategori kalimat imperatif sesuai dalam indikator penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah salah satu langkah penting dalam rangka

memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data

akan menuntun kita ke arah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan teknik-

teknik yang tepat. Data yang belum dianalisis masih merupakan data

mentah. Dalam penelitian data mentah akan memberi arti, bila dianalisis

dan ditafsirkan. Oleh karena itu, data yang sudah terkumpul dalam
44

penelitian ini selanjutnya akan dianalisis. Analisis datanya bersifat induksi

berdasarkan fakta-fakta yang sudah ditemukan berupa catatan atau

rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf dan berkaitan dengan penelitian

ini adalah data-data yang terdapat dalam poster Covid-19. Adapun tahapan

yang dilakukan dalam teknik analisis data adalah:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas (Sugiyono,

2011:249). Adapun langkah yang dilakukan untuk menganalisis data yaitu

dengan memilah hal-hal pokok dalam objek penelitian yaitu pada poster

covid-19 di media sosial instagram khususnya pada akun @dinkesdki,

Kalimat yang termasuk kalimat imperatif dalam poster diberikan kode

menggunakan spidol. Reduksi data adalah hal yang dilakukan peneliti

untuk melihat kembali data yang terkumpul, kemudian memilah-milah

data yang pokok dan membuang yang tidak penting.

2. Kategorisasi data

Kategorisasi data adalah menentukan data-data yang terkumpul

sesuai kategorinya, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan data.

3. Kesimpulan data

Menyimpulkan data penelitian setelah semua data telah dianalisisis.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang

Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif dalam Poster Covid-19 di Media Sosial,

maka diperoleh data sebagai berikut.

1. Poster 1

45
46

Pada poster diatas diunggah oleh akun @dinkesdki pada tanggal 12 Juli 2020,

dengan caption “Dalam masa pandemic Covid- 19 ini, kita harus tertib dan

disiplin dalam pelaksanaan protokol kesehatan”, dengan jumlah 181 orang yang

menyukai postingan tersebut. Peneliti mengunduh gambar tersebut pada tanggal 6

Juni 2021, pukul 09.28 WITA. Setelah peneliti menganalisis poster tersebut ada

beberapa kalimat yang termasuk kalimat imperatif. Adapun teks yang termasuk

dalam kalimat imperatif yaitu:

1) Cuci tangan anda sesering mungkin

2) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut anda.

3) Tutup mulut ketika batuk menggunakan siku atau tisu

4) Tetaplah di rumah jika anda merasa tidak sehat

5) Makanlah makanan bergizi

2. Poster 2
47

Pada poster diatas diunggah oleh akun @dinkesdki pada tanggal 3 Agustus

2020, dengan caption “Yuk lakukan kebiasaan baru dengan melakukan 3M di

keseharianmu…”, dengan jumlah 147 orang yang menyukai postingan tersebut.

Peneliti mengunduh gambar tersebut pada tanggal 6 Juni 2021, pukul 09.06

WITA. Setelah peneliti menganalisis poster tersebut ada beberapa kalimat yang

termasuk kalimat imperatif. Adapun teks yang termasuk dalam kalimat imperatif

yaitu:

1) Menjaga jarak sejauh 6 kaki ( 2 meter atau sekitar panjang tubuh) dari

orang lain

2) Menjauhlah dari pertemuan massal

3. Poster 3
48

Pada poster diatas diunggah oleh akun @dinkesdki pada tanggal 10 Agustus

2020, dengan caption “Untuk memutus mata rantai Covid-19 kami menghimbau

masyarakat mematuhi dan melakukan protokol kesehatan” dengan jumlah 289

orang yang menyukai postingan tersebut. Peneliti mengunduh gambar tersebut

pada tanggal 6 Juni 2021, pukul 09.03 WITA. Setelah peneliti menganalisis poster

tersebut ada beberapa kalimat yang termasuk kalimat imperatif. Adapun teks yang

termasuk dalam kalimat imperatif yaitu:

1) Bawalah cairan antiseptic yang menjadi alternatif membersihkan tangan

jika tidak ada air dan sabun

4. Poster 4
49

Pada poster diatas diunggah oleh akun @dinkesdki pada tanggal 28 Januari

2021, dengan caption “Halo Sobat Sehat tetap jalankan protocol kesehatan

dimanapun dan setiap waktu, ya!” dengan jumlah 169 orang yang menyukai

postingan tersebut. Peneliti mengunduh gambar tersebut pada tanggal 6 Juni 2021,

pukul 11.56 WITA. Setelah peneliti menganalisis poster tersebut ada beberapa

kalimat yang termasuk kalimat imperatif. Adapun teks yang termasuk dalam

kalimat imperatif yaitu:

1) Rajinlah mencuci tangan dan membawa hand sanitizer saat keluar rumah.

5. Poster 5
50

Pada poster diatas diunggah oleh akun @dinkesdki pada tanggal 23 Oktober

2020, dengan caption “Di masa pandemic Covid-19 kita harus menjalankan

protocol kesehatan!” dengan jumlah 251 orang yang menyukai postingan tersebut.

Peneliti mengunduh gambar tersebut pada tanggal 6 Juni 2021, pukul 10.38

WITA. Setelah peneliti menganalisis poster tersebut ada beberapa kalimat yang

termasuk kalimat imperatif. Adapun teks yang termasuk dalam kalimat imperatif

yaitu:

1) Jika anda tidak sehat, jalankan isolasi mandiri di rumah

2) Ikuti panduan resmi & perkembangan informasi

3) Batasi menggunakan transportasi publik kecuali mendesak

6. Poster 6
51

Pada poster diatas diunggah oleh akun @dinkesdki pada tanggal 4 September

2020, dengan caption “Kondisi pandemi Covid-19 di Jakarta belum melandai.

Buat diketahui, terdapat pedoman dalam penanggulangan penularan Covid-19”

dengan jumlah 1.246 orang yang menyukai postingan tersebut. Peneliti

mengunduh gambar tersebut pada tanggal 12 Juni 2020, pukul 10.47 WITA.

Setelah peneliti menganalisis poster tersebut ada beberapa kalimat yang termasuk

kalimat imperatif. Adapun teks yang termasuk dalam kalimat imperatif yaitu:

1) Selalu menggunakan masker

Berikut ini adalah pemaparan hasil analisis jenis kalimat imperatif

yang ditemukan dalam poster covid-19 di media sosial khususnya pada

akun instagram @dinkesdki.

Tabel 1. Data Penjenisan Kalimat Imperatif

No Kalimat Imperatif Jenis kalimat Imperatif


Menjaga jarak sejauh 6 kaki ( 2 meter atau
1. Perintah biasa
sekitar panjang tubuh) dari orang lain
2. Cuci tangan anda sesering mungkin Perintah biasa
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
3. Perintah biasa
anda.
Tutup mulut ketika batuk menggunakan siku
4. Perintah biasa
atau tisu
5. Selalu menggunakan masker Perintah biasa
6 Menjauhlah dari pertemuan massal Perintah biasa
7 Makanlah makanan bergizi Perintah biasa
8 Bawalah cairan antiseptic yang menjadi Perintah biasa
alternatif membersihkan tangan jika tidak ada
52

air dan sabun


Rajinlah mencuci tangan dan membawa hand
9 Perintah biasa
sanitizer saat keluar rumah.
Ikuti panduan resmi & perkembangan
10 Ajakan dan Harapan
informasi
11 Tetaplah di rumah jika anda merasa tidak sehat Ajakan dan Harapan
Jika anda tidak sehat, jalankan isolasi mandiri
12 Suruhan
di rumah
Batasi menggunakan transportasi publik
13 Suruhan
kecuali mendesak

Tabel 2. Kalimat Imperatif Perintah Biasa

Penanda Kalimat
No. Kalimat Imperatif
Imperatif
Menjaga jarak sejauh 6 kaki ( 2 meter atau
1. Menjaga
sekitar panjang tubuh) dari orang lain
2. Cuci tangan anda sesering mungkin Cuci
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
3. Hindari/ -i
anda.
Tutup mulut ketika batuk menggunakan siku
4. Tutup ???/
atau tisu
5. Selalu menggunakan masker Menggunakan
6. Menjauhlah dari pertemuan massal Menjauhlah/ -lah
7. Makanlah makanan bergizi Makanlah/ -lah
Bawalah cairan antiseptic yang menjadi
8. alternatif membersihkan tangan jika tidak ada air Bawalah/ -lah
dan sabun
Rajinlah mencuci tangan dan membawa hand
9. Rajinlah/-lah
sanitizer saat keluar rumah.
53

Tabel.3 Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan

Penanda Kalimat
No. Kalimat Imperatif
Imperatif
Ikuti panduan resmi & perkembangan
1 Ikuti/ -i
informasi
2 Tetaplah di rumah jika anda merasa tidak sehat Tetaplah/ -lah

Tabel.4 Kalimat Imperatif Suruhan

Penanda Kalimat
No. Kalimat Imperatif
Imperatif
Jika anda tidak sehat, jalankan isolasi mandiri
1. Jalankan/ -kan
di rumah
Batasi menggunakan transportasi publik
2. Batasi/ -i
kecuali mendesak

Paparan jenis penelitian ini disusun berdasarkan jenis kategori

kalimat imperatif yang ditemukan. Setelah penulis menelaah data yang

didapat dari sumber data, penulis menyaring data dari beberapa poster

yang diperoleh dari akun instagram @dinkesdki, penulis menemukan 13

kalimat imperatif dalam poster yang diunggah oleh akun tersebut .

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa 9 data yang

tergolong dalam kata imperatif perintah biasa, 2 data yag tergolong kata

imperatif ajakan dan harapan, 2 data yang tergolong dalam kata imperatif

suruhan.
54

B. Pembahasan

1. Kalimat Imperatif Perintah Biasa

Kalimat imperatif dalam kategori perintah biasa, biasanya ditandai jika

lawan bicaranya berbuat sesuatu. Menurut Rahardi (2005:79) menyatakan

bahwa “kalimat imperatif biasa yaitu sebuah kalimat yang memiliki ciri-ciri

berikut: (1) berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, dan (3)

berpartikel pengeras -lah.

Pada data (1) dalam tabel 2, ditemukan kata menjaga yang menjadi

penanda dalam kalimat ini adalah kalimat imperatif. Verba menjaga

menempati fungsi predikat dan jarak menjadi objek. Klausa sejauh 6 kaki (2

meter atau sekitar panjang tubuh dari orang lain menempati fungsi

keterangan cara. Tidak adanya kata tambahan seperti mohon, tolong, dan

lainnya di awal kalimat menjadi penanda bahwa ini adalah kalimat imperatif

perintah biasa.

Pada data (2) dalam tabel 2, ditemukan kata cuci menjadi penanda bahwa

kalimat ini imperatif. Kata cuci merupakan verba yang menempati fungsi

predikat, kata tangan menjadi objek. Frasa sesering mungkin menempati

fungsi keterangan waktu.

Pada data (3) dalam tabel 2, kata hindari menjadi penada bahwa kalimat

imperatif. Verba hindari bersufiks –i menduduki fungsi predikat, frasa

menyentuh mata, hidung dan mulut anda menjadi fungsi objek.

Pada data (4) dalam tabel 2, kata tutup menjadi penanda bahwa kalimat

ini imperatif. Kata tutup menduduki fungsi predikat. Kata mulut merupakan
55

objek. Frasa ketika batuk sebagai keterangan waktu, frasa menggunakan siku

sebagai keterangan cara.

Pada data (5) dalam tabel 2, kata menggunakan menjadi penanda bahwa

kalimat imperatif. Verba menggunakan menempati fungsi predikat yang

diawali dengan kata selalu yang menempati fungsi keterangan di awal

kalimat, dan kata masker menjadi fungsi objek.

Pada data (6) dalam tabel 2, kata menjauhlah menjadi penanda bahwa

kalimat imperatif. Partikel –lah menjadi penanda kalimat imperatif. Verba

menjauhlah menempati predikat. Kata dari menjadi konjungsi. Frasa

pertemuan massal menjadi objek.

Pada data (7) dalam tabel 2, kata makanlah menjadi penanda bahwa

kalimat imperatif. Partikel –lah menjadi penanda kalimat imperatif. Verba

makanlah menempati predikat. Frasa makanan bergizi menjadi objek.

Pada data (8) dala tabel 2, kata bawalah menjadi penanda bahwa kalimat

imperatif. Partikel –lah menjadi penanda kalimat imperatif. Verba bawalah

menempati predikat. Frasa cairan antiseptic sebagai objek. Klausa yang

menjadi alternatif membersihkan tangan jika tidak ada air dan sabun

mempunyai fungsi keterangan cara.

Pada data (9) dalam tabel 2, kata rajinlah menjadi penanda bahwa

kalimat imperatif. Partikel –lah menjadi penanda kalimat imperatif. Kata

rajin merupakan adjektiva namun karena ada penempelan partikel –lah

sehingga menjadi verba. Klausa mencuci tangan dan membawa hand


56

sanitizer merupakan objek. Frasa saat keluar rumah menjadi keterangan

waktu.

2. Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan

Selain kalimat imperatif dalam kategori perintah biasa, bahasa Indonesia

juga memiliki sejumlah kata yang dipakai untuk mengajak atau memengaruhi

seseoarang. Kalimat imperatif ajakan adalah kalimat yang bermaksud

mengajak seseorang melakukan sesuatu bersama-sama. Menurut Rahardi

(2005:82) yang menyatakan bahwa “kalimat imperatif ajakan ialah kalimat

yang biasanya digunakan dengan penanda kesantunan ayo (yo), biar, coba,

mari, harap, hendaknya, dan hendaklah”. Pada data (1) dalam tabel 3, kata

ikuti menjadi menjadi penanda bahwa kalimat imperatif. Sufiks –i menjadi

penanda kalimat imperatif. Frasa panduan resmi & perkembangan informasi

menjadi objek.

Pada data (2) dalam tabel 3, kata tetaplah menjadi menjadi penanda

bahwa kalimat imperatif. Kata tetaplah menjadi menjadi verba ajakan yang

berpartikel –lah yang menandai bahwa kalimat ini kalimat imperatif. Kata

tetaplah menduduki fungsi predikat. Frasa di rumah menjadi keterangan

tempat, jika anda merasa tidak sehat merupakan klausa yang memiliki fungsi

keterangan cara.
57

3. Kalimat Imperatif Suruhan

Menurut Rahardi (2005:83), kalimat imperatif suruhan, biasanya,

digunakan bersama penanada kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah,

hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong.

Pada data (1) dalam tabel 4, kata jalankan menjadi menjadi penanda

bahwa kalimat imperatif. Kata jalan merupakan nomina namun kearena ada

partikel -kan yang menempel sehingga menjadi verba. Kata jalankan

menduduki fungsi predikat, frasa isolasi mandiri dan di rumah mempunyai

fungsi keterangan cara dan keterangan tempat.

Pada data (2) dalam tabel 4, kata sufiks –i dalam kata batasi menjadi

menjadi penanda bahwa kalimat imperatif. Frasa batasi menggunakan

menduduki fungsi predikat. Frasa transportasi publik menjadi objek. Kata

kecuali menjadi partikel dan kata mendesak menjadi keterangan waktu.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dikemukakan pada bab IV, tentang

struktur bentuk kalimat imperatif yang ada dalam poster Covid-19 di media

sosial instagram khususnya pada akun @dinkesdki secara sintaksis serta

mengelompokkan jenis kalimat imperatif menurut teori (Rahardi 2005), maka

dapat disimpulkan bahwa ditemukan sebanyak 13 kalimat yang tergolong

dalam kalimat imperatif dari 5 poster yang dianalisis oleh peneliti. Hasil

penelitian secara umum menunjukkan bahwa 9 data yang tergolong dalam

kata imperatif perintah biasa, 2 data yag tergolong kata imperatif ajakan dan

harapan, dan 2 data yang tergolong dalam kata imperatif suruhan. Selain itu

struktur kalimat imperatif dalam poster covid-19 ini diawali oleh struktur

kalimat predikat-objek-keterangan. Subjek pada kalimat imperatif pada

sumber data tidak ditampilkan karena pelepasan subjek biasa ditemukan

dalam kalimat imperatif.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran

sebagai berikut:

58
59

1. Bagi pembaca, dalam membaca poster khususnya mengenai Covid-19

bukan hanya sekedar membaca saja, tapi harus bisa mengkaji makna dan

bentuk kalimat imperatif dalam poster tersebut agar kita dapat mematuhi

segala protokol kesehatan yang dibahas dalam poster tersebut.

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan

mengenai struktur bentuk kalimat imperatif yang ada dalam poster.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. et al. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
dan Balai Pustaka.

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.

Azwardi. 2016. Menulis Ilmiah. Banda Aceh: Bina Karya Akademika. Levinson,
Stephen C. 1983. Pragmatics. London: CambridgeUniversity Press

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya:


Airlangga University Press.

Chaer, Abdul. 2015. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cook, S. J and Walter. A (1971). Introduction to Tagmemic Analysis. Toronto,


Holt, Rinehart and Winston.

Fromkin, V 2001. An Introduction Language. New York: Holt, Rinehart and


Winston

Hambali. 2014. Linguistik Umum. Makassar: Universitas Muhammadiyah


Makassar.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama. (skripsi Rine Santalika Rindorindo)

Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguistics. London: Little, Brown and
Company Inc.

Putrayasa, Ida Bagus. 2017. Sintaksi (Memahami Kalimat Tunggal). Bandung: PT


Refika Aditama.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Imperatif


Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuanlitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

60
61

Tarigan, H. G. 2015. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa

Anda mungkin juga menyukai