Anda di halaman 1dari 4

Soal mata kuliah Pengantar Hukum Pidana 24 Januari 2023

Nama : Mohamad Sondan Arfando, SAP

1. Hukum pidana tdk akan mempunyai makna jika tdk mengansung 3 aspek penting,perbuatan
pidana,pertanggungjawaban pidana ,dan pidana. Jelaskan maksud pernyaraan diaras sesuai
dengan pemahaman saudara dan beri contoh?
Jawab:
Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa terdapat tiga masalah sentral/pokok dalam hukum
pidana berpusat kepada apa yang disebut dengan tindak pidana (criminal act, strafbaarfeit,
delik, perbuatan pidana), pertanggung jawaban pidana (criminal responsibility) dan masalah
pidana dan pemidanaan. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang melawan hukum yang
mengakibatkan pembuatnya dapat dipidana. Pertanggungjawaban Pidana adalah kewajiban
individu atau korporasi untuk menanggung konsekuensi atas perbuatannya karena telah
melakukan suatu kejahatan yang merugikan. Dan Pidana sendiri didefinisikan sebagai suatu
penderitaan yang sengaja dijatuhkan/diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa
orang sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar
larangan hukum pidana. Maka hukum Pidana merupakan bentuk pertanggungjawaban pidana
yang harus dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai konsekuensi telah
melakukan perbuatan pidana. Tanpa perbuatan pidana seseorang atau sekelompok orang
tidak memiliki pertanggungjawaban pidana dan kewajiban untuk melaksanakan hukuman
pidana. Contohnya adalah seseorang yang telah melakukan pencurian, pembunuh, korupsi,
pengedar barang terlarang Narkoba, perampok, pemerkosaan, atau teroris dan perbuatan
kejahatah Penghasutan. Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang
hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah
negara hukum, seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak
kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman dan disebut
sebagai terpidana atau narapidana.

2. Jelaskan perbedaan norma dan sanksi dalam H.pidana dibandi gkan dwngan hukum lainnya
beri contoh, kapan dua berupa primum remedium secondary remedium dan ultimum
remedium, jelaskan!
Jawab:
1) Hukum Tertulis
Hukum tertulis merupakan norma-norma aturan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang
dalam bentuk tertulis. Lembaran-lembaran seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
merupakan aturan hukum tertulis, dimana aturan tersebut dibuat oleh lembaga negara
sehingga lembaran hukum tertulis kekuatan untuk digunakan dalam kehidupan masyarakat
secara luas. Di Indonesia terdapat lembaga negara yang berhak membuat aturan tersebut
seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Pemerintahan Eksekutif.
Karena telah disahkan secara tertulis, hukum ini berlaku secara menyeluruh bagi setiap warga
di suatu negara. Setiap orang di berbagai wilayah baik provinsi, kabupaten, kecamatan
maupun sampai ke tingkat desa terikat dalam aturan-aturan yang telah disepakati.

2) Hukum Pidana
Hukum pidana adalah peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa saja yang
dilarang dan tergolong sebagai tindak pidana. Hukum ini juga mengatur apa saja hukuman
yang akan diberikan kepada pelanggar-pelanggar tindak pidana tersebut. Setiap orang yang
melanggar dan menyebabkan kerugian baik material maupun nonmaterial dapat dikenai
sanksi. Kerugian tersebut dapat menimpa orang lain atau bahkan merugikan masyarakat luas.
Sebagai contoh kasus hukum pidana, dimana terdapat sekelompok orang yang merampok
rumah serta melakukan pembunuhan terhadap korban (pemilik rumah), sehingga
menyebabkan kerugian secara materil dan menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja.
Untuk itu, pelaku perampokan tersebut akan dijatuhi hukuman penjara dan juga denda sesuai
dengan apa yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

3) Hukum Perdata
Hukum perdata merupakan bagian dari norma hukum tertulis yang berisi tentang aturan
untuk kepentingan seseorang (individu) di lingkungan kelompok sosial (masyarakat). Dimana
didalamnya diatur juga hak-hak dan kewajiban yang harus ditaati. Seperti contohnya adalah
hukum orang maupun hukum keluarga yang dapat kamu pelajari pada buku Perkembangan
Hukum Perdata Tentang Orang & Hukum Keluarga Ed.R.
Perbedaan dengan hukum pidana adalah jangkauan kerugiannya, biasanya hukum perdata
persoalan personal yang tidak merugikan banyak pihak (masyarakat luas). Dikutip dalam
laman Fakultas Hukum Untirta disebutkan bahwa Pengertian Hukum Perdata merupakan
hukum untuk permasalahan antara dua orang dalam masyarakat yang bersumber pada
kepentingan perseorangan (pribadi).
Istilah ini juga sering disebut dengan hukum sipil atau privat, meskipun demikian hukum
perdata akan berlaku dalam jenis tulisan maupun tidak tertulis. Contoh yang sering ditemukan
adalah persoalan hutang piutang yang tidak melibatkan masyarakat lainnya. Kerugian yang
ditimbulkan dari hutang-piutang ini hanya dirasakan oleh salah satu pihak (individu).
Pelanggar hukum ini tidak akan dikenakan sanksi pidana tetapi sesuai dengan aturan yang ada
pada kitab hukum perdata. Kitab Undang-undang Hukum Perdata merupakan norma hukum
tertulis yang berlaku di indonesia.

4) Hukum Tidak Tertulis


Hukum tidak tertulis pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan hukum tertulis,
sifatnya berlaku untuk seluruh pengguna hukum dan mengikat. Akan tetapi hukum ini tidak
secara resmi dituangkan dalam lembaran-lembaran negara yang memiliki kekuatan hukum.
Pada dasarnya hukum tertulis lahir dari kehidupan masyarakat yang norma-normanya bisa
berlaku dalam kehidupan, akan tetapi sifatnya lebih abstrak.
Hukum tidak tertulis biasanya ditemukan dalam kehidupan masyarakat adat, dimana mereka
mengatur kehidupan dan aktivitas masyarakatnya dengan hukum-hukum yang tidak diatur
dalam lembaran hukum tertulis. Seperti halnya masyarakat Baduy yang memiliki aturan-
aturan hukum yang disepakati secara bersama baik Ketua adat maupun masyarakat adat.
Mereka yang menggunakan hukum adat tidak tertulis umumnya menitik beratkan pada
kepercayaan yang secara turun temurun diwariskan kepada pengguna hukum lainnya. Hanya
saja hukum ini tidak berlaku untuk seluruh masyarakat, dimana cakupannya lebih sempit.
Karena sifatnya tidak tertulis terkadang hukum ini berubah menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.
Hukum tidak tertulis ini juga memiliki ketentuan sanksi-sanksi yang dapat diberlakukan
kepada orang-orang yang melanggar norma. Sanksi tersebut dapat berupa hukuman sosial,
kurungan, denda atau yang lebih berat dikeluarkan dari suku adat tersebut. Orang yang
memiliki kewenangan menentukan hukum tidak tertulis ini biasanya diberikan kepada ketua
adat atau tokoh adat yang dianggap berwenang.
Sebagai contoh, salah satu masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat yang mencuri
hewan ternak milik tetangganya. Maka ia akan menerima sanksi berupa hukuman sosial
seperti membersihkan lingkungan kampung. Bahkan pada suku adat tertentu mereka memiliki
kepercayaan bagi siapapun yang melanggar norma-norma akan mendapatkan hukuman yang
bersifat mistis seperti kutukan. Dimana hukum-hukum ini tidak ditulis seperti halnya Undang-
Undang atau KUHP, akan tetapi secara berantai disampaikan kepada keturunannya.
Selain itu hukum tidak tertulis biasanya dikaitkan dengan mitos-mitos yang berkembang di
masyarakat, seperti halnya tidak boleh kencing di kuburan karena akan mendatangkan
kesialan atau tidak boleh duduk di depan pintu karena akan menghambat jodoh datang.
Hal ini nyatanya memiliki makna dan tujuan yang baik, namun karena penjelasan yang
disampaikan secara turun temurun tidak rasional maka berkembang mitos-mitos. Jika dicerna
secara rasional, perilaku kencing di atas kuburan tidak diperbolehkan karena bukan
tempatnya dan akan mencemari lingkungan.
Atau tidak larangan tidak boleh duduk di depan pintu bukan karena alasan mempersulit jodoh,
akan tetapi menghalangi orang masuk sehingga jodoh yang akan masuk tidak jadi karena
terhalangi.
Kapan dua berupa primum remedium secondary remedium dan ultimum remedium terjadi
dapat dilihat dari hukuman mati. Jika dilihat dari penjatuhan hukuman mati untuk kejahatan-
kejahatan serius terhadap kemanusiaan, memang hukuman mati dijadikan sebagai premium
remedium, yakni hukuman yang diutamakan untuk menimbulkan efek jera. Akan tetapi, jika
dilihat dari urgensinya dan proses penjatuhan hukuman mati itu sendiri, tentu hukuman mati
dijatuhkan dengan pertimbangan hakim yang teliti dan cermat dalam memeriksa dan
memutus perkara yang ancaman pidananya adalah hukuman mati. Dengan kata lain, perlu
dilihat konteksnya terlebih dahulu.
Jika dilihat dari sifat hukum pidana itu sendiri, maka hukuman/pidana mati memang
merupakan ultimum remedium. Namun, terhadap suatu perbuatan sudah dianggap benar-
benar merugikan kepentingan negara maupun rakyat baik menurut undang-undang yang
berlaku maupun menurut perasaan sosiologis masyarakat misalnya kejahatan narkotika,
penjatuhan hukuman mati merupakan pilihan utama (premium remedium).

3 Perbandingkan materi dalam sistematika KUHP yg lama dengan yang baru UU No 1 Th 2023,,dan
bgmn pendapat serta argumentasi anda dengan masuknya pengaturan tentang Tindak pidana
khusus..
Jelaskan!..
Jawab:
KUHP yang baru UU No 1 Th 2023 mengakhiri persoalan ketidakpastian hukum. Terdapat 7
misi dalam KUHP yang baru, yakni :
1. Dekolonisasi, yaitu hukum pidana tidak lagi berorientasi kepada keadilan restibutif, tetapi
sudah berorientasi pada paradigma hukum pidana modern yaitu keadilan korektif, restoratif
dan rehabilitasi,
2. Demokratisasi yaitu tidak mengekang kebebasan berpendapat, berekspresi dan
berdemokrasi ,
3. Konsolidasi yaitu menghimpun kembali kejahatan-kejahatan tertentu di luar KUHP,
4. Harmonisasi, yaitu mencoba menselaraskan dengan berbagai UU diluar KUHP, dan
5. Modernisasi, yaitu sembari mengikuti perkembangan zaman terutama perkembangan
teknologi informasi.
6. hukum pidana telah disesuaikan dengan politik hukum, keadaan, dan perkembangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bertujuan menghormati dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
7. hukum pidana telah mengatur keseimbangan antara kepentingan umum atau negara dan
kepentingan individu, antara pelindungan terhadap pelaku tindak pidana dan korban tindak
pidana, antara unsur perbuatan dan sikap batin, antara kepastian hukum dan keadilan, antara
hukum tertulis dan hukum yang hidup dalam masyarakat, antara nilai nasional dan nilai
universal, serta antara hak asasi manusia dan kewajiban asasi manusia.

Tindak Pidana Khusus dalam UU 1 tahun 2023 tentang KUHP Buku Kedua Bab ke-35. Memiliki
6 bagian tindak pidana. Terdiri dari Pasal 598 sampai dengan Pasal 612. Tindak Pidana Khusus
dalam UU 1 tahun 2023 tentang KUHP Buku Kedua diantaranya:
1) Tindak Pidana Berat Terhadap Hak Asasi Manusia;
2) Tindak Pidana Terorisme;
3) Tindak Pidana Korupsi;
4) Tindak Pidana Pencucian Uang;
5) Tindak Pidana Narkotika; dan
6) Permufakatan Jahat, Persiapan, Percobaan, dan Pembantuan Tindak Pidana Khusus.

Meski semua tindak pidana ditarik ke dalam KUHP UU 1 2023, tetap diperlukan adanya aturan
yang bersifat khusus. Terlebih, dalam KUHP masih mengatur yang bersifat umum. Hal ini
karena banyak modus operandi berkembang, selain korupsi juga terorisme maupun narkoba.
Maka harus membuat kriteria yang bersifat khusus.
Ketika terjadi kondisi darurat dan belum terdapat aturan yang mengatur modus kejahatan
baru dalam KUHP UU 1 2023, maka disitulah terbuka ruang membuat aturan baru di luar
KUHP sepanjang tidak bertentangan dengan Buku II KUHP. Dengan kata lain, sebagaimana
diatur dalam Buku II masih bersifat umum.
Apabila terjadi perkembangan modus dalam keadaan mendesak, buat UU tindak pidana
khusus untuk menjembatani modus baru. Harus ada terobosan khusus, sehingga UU khusus
tetap harus ada.
Keberadaan hukum pidana terdapat dua pendapat. Pertama, menghendaki adanya hukum
pidana khusus dalam UU Khusus di luar KUHP. Alasannya, hukum pidana khusus mengatur
ketentuan khusus yang berbeda dan menyimpangi dari ketentuan umum pidana. Bahkan
memuat ketentuan hukum acara pidana yang juga menyimpangi dari norma hukum acara
pidana umum.
Adanya hukum pidana khusus tidak pula bertentangan dengan asas-asas hukum dalam
pembentukan hukum. Yakni, hukum yang khusus mengalahkan hukum umum (lex speciali
derogat legi generali). Maka kebijakan KUHP UU 1 2023 total harus tetap memberi peluang
diaturnya hukum pidana khusus dalam undang-undang di luar KUHP UU 1 2023.
Jadi kesimpulannya menurut saya masih diperlukan adanya hukum pidana khusus yang
dimuat dalam UU di luar KUHP UU 1 2023.

Anda mungkin juga menyukai