Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KOMPLIKASI PASCA PERSALINAN DAN PENANGANANNYA

DI SUSUN OLEH :
NURUL KHOTIMAH (PO7124120031)
WIRDAYANTI (PO7124120043)

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN D-III KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
KATA PEGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama
untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari
tugas mata kuliah, yaitu “Kegawatdaruratan maternal neonatal dan basic life
suport”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. 

Palu 06 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………….. 1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………….. 2
C. TUJUAN……………………………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN

A. PENDARAHAN PASCA PERSALINAN……………………… 4

B. SEPSIS PUEPERIUM…………………………………………….11

C. MASTITIS…………………………………………………… 15
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………..20
B. SARAN…………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....22
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu
keberhasilan layanan suatu negara. Setiap hari, sekitar 830 wanita
meninggal karena sebab yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan
dan persalinan. 99% dari semua kematian ibu terjadi berkembang.
Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau
persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu target di bawah
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk mengurangi
rasio kematian ibu bersalin global menjadi kurang dari 70 per 100.000
kelahiran, dengan tidak ada yang memiliki angka kematian ibu lebih
dari dua kali rata-rata global. Wanita meninggal akibat komplikasi
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi Komplikasi
utama yang menyebabkan 75% dari semua kematian ibu adalah
perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah tinggi
selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari
persalinan, dan aborsi yang tidak aman.(Adyani, Asta, 2021)

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu


setelah masa persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan
plasenta, yakni setelah berakhirnya kala IV dalam persalinan dan
berakhir sampai dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai dengan
berhentinya perdarahan. Masa nifas berasal dari bahasa latin dari kata
puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang berarti masa
pulihnya kembali, mulai dari persalinan sampai organ-organ reproduksi
kembali seperti sebelum kehamilan.
Pada masa nifas juga dapat timbul berbagai masalah baik yang
berupa komplikasi fisik maupun komplikasi psikologis, oleh karena itu
sangatlah penting perhatian khusus dari tenaga kesehatan terutama
bidan. Oleh karena itu masa ini merupakan masa yang cukup penting
bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena
pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami
berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas,
seperti sepsis puerpuralis, perdarahan dll.
Pada masa ini dapat disebut masa kritis bagi ibu setelah
melahirkan, skitar 50% kematian ibu dapat terjadi dalam 24 jam
pertama postpartum akibat perdarahan serta penyakit komplikasi yang
terjadi pada saat kehamilan, Jika di tinjau dari penyebab adanya
masalah yang dialami oleh ibu dapat berimbas juga terhadap
kesejahteraan bayi yang dilahirkan, karena bayi tidak akan
mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya, dengan demikian, angka
morbiditas dan mortalitas bayipun akan meningkat.
Masa nilas Merupakan Masa yang diawali sejak beberapa jam
setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan.
Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam
keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan perdarahan pasca salin,apa
penyebabnya,apa tanda dan gejalanya,dan bagaimana
penangananya?
2. Apakah yang dimaksud dengan sepsis puerperium,apa
penyebabnya,apa tanda dan gejalanya,dan bagaimana
penangananya?
3. Apakah yang dimaksud dengan mastitis,apa penyebabnya,apa
tanda dan gejalanya,dan bagaimana penangananya?
C. TUJUAN
1. Diketahui apa yang dimaksud dengan perdarahan pasca salin,apa
penyebabnya,apa tanda dan gejalanya,dan bagaimana
penangananya?
2. Diketahui apa yang dimaksud dengan sepsis puerperium,apa
penyebabnya,apa tanda dan gejalanya,dan bagaimana
penangananya?
3. Diketahui apayang dimaksud dengan mastitis,apa penyebabnya,apa
tanda dan gejalanya,dan bagaimana penangana
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDARAHAN PASCA PERSALINAN


1. Pengertian
Pendarahan post-partum didefinisikan oleh WHO sebagai
keadaan kehilangan darah >500 ml pada 24 jam setelah
melahirkan.Diagnosis dari pendarahan postpartum didapatkan
dengan mencari tahu sumber pendarahan, menghitung jumlah
darah yang hilang dan keadaan klinis pasien. Perdarahan
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah persalinan
pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan abdominal
Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi
setelah bayi yang lahir melewati batas fisiologis normal. Secara
fisiologis, seorang ibu yang melahirkan akan mengeluarkan darah
sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis. Jumlah
perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok
= ± 500 cc). Oleh sebab itu, secara konvensional dikatakan bahwa
perdarahan lebih dari 500 ml dikategorikan sebagai perdarahan
postpartum dan perdarahan mencapai 1000 ml secara kasat mata
harus segera ditangani secara serius.
Berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan postpartum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu : (Adyani, Asta, 2021)
a. Perdarahan postpartum awal (early postpartum
hemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi sampai 24 jam
setelah persalinan.
b. Perdarahan postpartum lambat (late postpartum
hemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi sampai 28 jam
setelah persalinan.
2. Penyebab
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan
postpartum, yaitu ; (Adyani, Asta, 2021)
a. Partus lama Partus lama adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18
jam pada multi. Partus lama menyebabkan terjadinya
inersia uteri yaitu, keadaan yang menunjukkan kontraksi
rahim melemah atau kekuatan kontraksi rahim tidak sesuai
dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Hal inidapat
mengakibatkan kelelahan pada otot-otot uterus sehingga
rahim berkontraksi lemah setelah bayi lahir.
b. Paritas Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut perdarahan postpartum. Paritas satu dan paritas
lebih dari tiga mempunyai angka kejadian perdarahan
postpartum paling tinggi. Pada paritas satu, ketidaksiapan
ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan
faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam
menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan, dan nifas. Pada paritas lebih dari tiga,
perdarahan postpartum dapat disebabkan karena fungsi
reproduksi yang mengalami penurunan.Peregangan Uterus
Peregangan uterus disebabkan oleh.
c. kehamilan ganda, polihidramnion, dan makrosomia. Sebab-
sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu
berkontraksi segera setelah plasenta lahir sehingga sering
menyebabkan perdarahan postpartum.
d. Oksitosin Drip Stimulasi dengan oksitosin drip dengan
pemberian dosis yang tinggi dapat menyebabkan tetania
uteri terjadi trauma jalan lahir ibu yang luas dan
menimbulkan perdarahan serta inversion uteri.
e. Anemia Kadar hemoglobin < 20 tahun dan > 35 tahun lebih
beresiko mengalami perdarahan pasca persalinan. Usia ibu
hamil kurang dari 20 tahun lebih berisiko karena rahim dan
panggul ibu belum siap bereproduksi dengan baik, sehingga
perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang
sulit dan kehamilan yang bisa berakibat terjadinya
komplikasi persalinan. Sebaliknya jika terjadi kehamilan
pada usia lebih dari 35 tahun kurang siap untuk
menghadapi kehamilan dan persalinan cenderung
mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes,
mioma uterus persalinan lama dan penyakit-penyakit
lainnya
f. Jarak kehamilan ,Jarak persalinan adalah waktu antara
persalinan terakhir dengan kehamilan sekarang. Jarak
Persalinan Aman Idealnya jarak kehamilan adalah lebih
dari 2 tahun (2-5 tahun). Pengaturan jarak kehamilan
merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih siap
dalam menerima dan siap untuk memiliki anak.

Macam-macam Perdarahan Postpartum Macam-macam


perdarahan post partum dibagi menjadi dua (Adyani, Asta,
2021) yaitu :

a. Perdarahan Postpartum Primer (Primery Postpartum


Haemorrhage) Perdarahan postpartum primer yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama
kelahiran. Penyebabnya antara lain :
b. Atonia Uteri Atonia uteri adalah kegagalan miometrium
untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus
dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, dan
tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh
darah. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari
pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya
plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
c. Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah keadaan
dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah janin
lahir. Kondisi tersebut disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah
lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Penyebab plasenta
belum lepas dari dinding uterus yaitu karena kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (placenta
adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus
oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai
miometrium (plasenta akreta), serta plasenta merekat
erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus sampai dibawah peritoneum (plasenta
perkreta).
d. Solosio plasenta ,Sisa Plasenta Retensio sisa plasenta
adalah keadaan plasenta yang tidak lepas sempurna dan
meninggalkan sisa. Keadaan tersebut dapat berupa
fragmen plasenta atau selaput ketuban yang dapat
menimbulkan perdarahan. Inspeksi segera setelah
persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada
bagian plasenta yang hilang, uterus terus dieksplorasi
dan potongan plasenta dikeluarkan.
e. Robekan Jalan Lahir Robekan jalan lahir selalu
memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
banyaknya. Sumber perdarahan dapat berasal dari
perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (rupture
uteri).
f. Inversion Uteri Inversio uteri merupakan keadaan
dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri terjadi
secara mendadak atau perlahan. Pada inversio uteri
bagian atas, uterus memasuki kavum uteri sehingga
fundus uteri bagian dalam menonjol kedalam kavum
uteri. Penyebab inversion uteri adalah kesalahan dalam
memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu
kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum
terlepas dari insersinya.
g. Perdarahan Postpartum Sekunder (Secondary
Postpartum Haemorrhage) Perdarahan postpartum
sekunder adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir,
biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari postpartum.
Dibawah ini merupakan penyebab perdarahan
postpartum sekunder (Etiology of secondary
Postpartum Haemorrhage) antara lain :
h. Sub Involusi Sub involusi adalah kemacetan atau
kelambatan involusio yang disertai pemanjangan
periode pengeluaran lokhea dan kadang disebabkan
oleh perdarahan yang banyak. Proses ini dapat diikuti
oleh keputihan yang berlangsung lama dan perdarahan
uterus yang tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan
teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan
normalnya.
i. Hematoma Vulva Hematoma adalah adalah gumpalan
darah sebagai akibat cidera atau robeknya pembuluh
darah wanita hamil aterm tanpa cidera mutlak pada
lapisan jaringan luar. Penyebab hematoma vulva adalah
akibat dari pertolongan persalinan, karena tusukan
pembuluh darah selama anestesi lokal atau penjahitan
dan dapat juga karena penjahitan luka episiotomi atau
rupture perineum yang kurang sempurna.
j. Retensio Sisa Plasenta Retensio sisa plasenta dan
ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim pada
perdarahan postpartum lambat gajalanya yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan
berasal dari rongga rahim.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang timbul berupa perdarahan dari jalan
lahir yang keluar segera setelah persalinan. Di dalam darah yang
keluar biasanya mengandung darah, beberapa bagian dari jaringan
otot uterus, mukus atau lendir, dan sel darah putih.Pada keadaan
yang normal darah yang keluar segera setelah melahirkan kurang
dari 500cc. Namun, pada keadaan ketika perdarahan postpartum
merupakan sebuah kelainan, darah yang muncul lebih dari 500cc.
Keadaan tersebut disertai gejala lain: (Laia, 2021)
a. Darah berwarna merah segar
b. Nyeri pada perut bawah.
c. Demam.
d. Pernapasan cepat.
e. Keringat dingin.
f. Penurunan kesadaran, mengantuk atau pingsan
4. Penanganan yang dilakukan
Tiga komponen penatalaksanaan aktif adalah sebagai
berikut:pemberian oksitosin, masase uterus, dan traksi tali pusat.
Oksitosin Dalam melakukan penanganan perdarahan postpartum.
(Sirait, 2023)
secara sistematis terdapat dua tingkat penatalaksanaan yaitu
tatalaksana umum dan tatalaksana khusus.(Laia, 2021)
a. Tatalaksana Umum
1) Memanggil bantuan tim untuk melakukan
tatalaksana secara simultan
2) Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan
pasien.
3) Apabila menemukan tanda-tanda syok, lakukan
penatalaksanaan syok
4) Memberikan oksigen.
5) Memasang infus intravena dengan jarum besar
6) Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat atau
7) Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.
8) Melakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan.
9) Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah
lengkap.
10) Memasang kateter Folley untuk memantau volume
urin dibandingkan
11) Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan
pernapasan ibu.
12) Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri
tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri.
13) Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk
melihat perdarahan dan laserasi (jika ada, robekan
serviks atau robekan vagina).
14) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban.
15) Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/Dl
atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat
16) Menentukan penyebab perdarahannya dan
melakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab
b. Tatalaksana Khusus
1) Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
larutan NaCl 0,9% Ringer Laktat dengan kecepatan
40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
2) Retensio Plasenta : Melakukan plasenta manual
secara hati-hati
3) Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila
serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
intrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
4) Robekan Jalan Lahir : Untuk perineum dan robekan
dinding vagina lakukan penjahitan seperti biasa,
untuk robekan Serviks lakukan penjahitan secara
kontinue dimulai dari ujung atas robekan kemudian
luar sehingga semua robekan dapat dijahit

B. SEPSIS PUEPERIUM
1. Pengertian
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan
suhu 38oC. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
persalinan .Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan
mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Infeksi post partum atau
puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu
persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis
adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa post partum .Jadi yang dimaksud dengan
infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia
yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu
38oC. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan .
2. Penyebab
Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks
dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara
lain :
a. Staphylococcus aurelis

Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak


ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.

b. Escherichia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum


menyebabkan infeksi terbatas.

c. Clostridium welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan


pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun
dari luar rumah sakit.

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum


antara lain demam, nyeri di daerah infeksi, terdapat tanda
kemerahan pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:

a. Infeksi local : Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak


pada luka, lokea bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu
tubuh meningkat.

b. Infeksi umum :Sakit dan lemah, suhu badan meningkat,


tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan
meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma,
gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
4. Penanganan yang dilakukan

a. Penanganan infeksi pada masa post partum antara lain


Segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan
antibiotika yang tepat.

b. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.Memberikan


antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.

c. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus,


transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan tubuh serta perawatan lainnya sesuai komplikasi
yang ada.
C. MASTITIS

1. Pengertian

Mastitis merupakan kejadian yang ditandai dengan adanya


rasa sakit pada payudara yang disebabkan adanya peradangan
payudara yang bisa disertai infeksi maupun non infeksi. Kejadian
mastitis sekitar 15–21% ibu menyusui yang terjadi pada 6-8
minggu pertama masa menyusui.Mastitis adalah peradangan
kelenjar susu. Secara anatomi, payudara memiliki ambang tertentu
untuk pertahanan terhadap patogen yang menyerang. Makrofag
susu, leukosit dan sel epitel adalah sel pertama yang menemukan
dan mengenali patogen bakteri yang memasuki kelenjar susu.
Neutrofil kemudian direkrut dari darah ke dalam kelenjar susu
yang terinfeksi, di mana mereka mengenali, memfagositisasi, dan
membunuh patogen yang menyerang di tahap awal infeksi .
Kekebalan adaptif memainkan peran penting dalam pembersihan
kekebalan tubuh ketika pertahanan bawaan gagal untuk
sepenuhnya menghilangkan patogen penyebab mastitis.

2. Penyebab

Mastitis adalah infeksi pada payudara yang umumnya terjadi


bersamaan dengan laktasi yang sering terjadi pada ibu menyusui.
Penyumbatan pada saluran ASI dan adanya infeksi dapat
menimbulkan mastitis. Mastitis akan mengakibatkan meningkatkan
kebutuhan gizi pada ibu menyusui dan terganggunya proses
menyusui sehingga berdampak pada status gizi bayi.(Efrizal, 2021)
Mastitis dapat terjadi sebagai akibat dari faktor ibu maupun
faktor bayi. Penyebab mastitis pada ibu meliputi praktik menyusui
yang buruk seperti kesalahan dalam posisi menyusu karena
kurangnya pengetahuan atau pendidikan tentang menyusui, saluran
yang tersumbat, puting pecah atau sistem kekebalan tubuh ibu yang
terganggu, yang dapat menyebabkan mastitis melalui mekanisme
sistemik yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi atau
mengurangi suplai susu sebagai respons terhadap nutrisi yang
buruk, stres dan kelelahan ibu. Mastitis dapat diperburuk oleh
kesehatan bayi yang buruk. Beberapa penyebab mastitis, termasuk
drainase payudara yang tidak memadai, perubahan frekuensi
menyusui dan pemberian makanan campuran.Faktor penyebab
mastitis: (Tristanti, 2019)

a. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga


kebersihan puting payudara saat menyusui.

b. Infeksi bakteri staphylococcus auereus yang masuk melalui


celah atau retakan putting payudara.

c. Saluran ASI tersumbat tidaksegera diatasi sehingga


menjadi mastitis.

d. Puting pada payudara retak/lecet. Hal ini dapat terjadi


akibat posisi menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting
robek dan retak. Bakteri menjadi lebih mudah untuk
memasuki payudara . Bakteri akan berkembang biak di
dalam payudara dan hal inilah yang menyebabkan infeksi.

e. Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung


bakteri atau dari mulut bayi . Bakteri tersebut dapat masuk
ke dalam payudara melalui lubang saluran susu.
f. Selain itu, ada beberapa hal lain yang turut meningkatkan
risiko dari penyakit ini, seperti: (Tristanti, 2019)

a) Pernah mengalami penyakit mastitis sebelumnya.


b) Memiliki penyakit anemia di mana penyakit ini
dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
serangan infeksi, salah satunya penyakit mastitis.
c) Tidak dapat mengeluarkan semua susu ketika
menyusui. Hal ini dapat membuat payudara terisi
penuh oleh susu dan menyebabkan saluran susu
dalam payudara tersumbat. Hal ini akan membuat
ukuran dari payudara membesar dan lebih rentan
terinfeksi oleh bakteri.
d) Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
e) Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu
menyusui yang pendek. Biasanya mulai terjadi pada
malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya
minum sepanjang malam atau pada ibu yang
menyusui dengan tergesa-gesa.Pengosongan
payudara yang tidak sempurna
f) Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik.
Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk
areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi
atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
g) Ibu atau bayi sakit. h. Frenulum pendek. i. Produksi
ASI yang terlalu banyak. j. Berhenti menyusu
secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
h) Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu
ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
i) Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh
gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
j) Penggunaan krim pada puting.
k) Ibu stres atau kelelahan.
l) Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya
tahan tubuh yang rendah

3. Tanda dan gejala

Diagnosis mastitis dapat ditegakkan dengan tanda-tanda


dan gejala-gejala sebagai berikut : (Efrizal, 2021)

a. payudara mungkin terlihat mengkilap dan kencang?

b. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat ASI


terasa ASI, sehingga bayi akan menolak menyusu

c. Adanya garis-garis merah ke arah ketiak

d. Gejala umum mirip flu mungkin menyertai seperti lesu,


sakit kepala, myalgia, mual, dan kecemasan.

4. Penanganan yang dilakukan

Tatalaksana yang dilakukan pada ibu dengan mastitis


adalah :(Efrizal, 2021)
a. Menyusui sesering mungkin dengan payudara secara
bergantian dan menyusui hingga payudara terasa kosong
untuk mencegah statis.
b. Gunakan bra dengan penyangga yang tidak terlalu sempit.
c. Selalu mencuci tangan dan merawat payudara dengan
membersihkannya menggunakan air bersih tanpa sabun
atau agen pengering lainnya.
d. Mengompres payudaramenggunakan air hangat pada area
yang efektif agar aliran ASI menjadi lancar. Kompres
hangat pada suhu 40,5-43⁰ C akan memperbaiki sirkulasi
darah, terutama pada engorgement payudara dan
mengurangi serta mengatasi rasa nyeri. Kompres hangat
JGK-Vol.13. dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
menempelkan kantung karet yang berisi air hangat dan
menempelkan handuk yang telah direndam di dalam air
hangat ke bagian tubuh yang nyeri. Payudara yang nyeri
bukan disebabkan oleh adanya bendungan ASI, namun
karena infeksi, akan lebih efektif bila dikompres dengan es
atau dingin.
e. Meningkatkan konsumsi cairan ? Memberi dukungan dan
membantu ibu untuk lebih nyaman dalam menyusui dan
mengurangi stress
f. Pemberian antibiotic penisilin jenis penisilinase resisten
atau cephalosporin. Erythromycin dapat digunakan bila ibu
alergi terhadap penisilin.Terapi awal yang paling umum
adalah dengan pemberian dikloksasilin 500 mg per oral 4 x
sehari selama 10 hari.
g. Pemberian parasetamol sebagai analgetic dan antipiretik
dapat dilakukan bila ada demam dan rasa nyeri dengan
dosis 500 mg tablet sebanyak 3-4 kali sehari 1-2 tablet atau
sesuai petunjuk dokter.
h. Insisi dapat dipertimbangkan pada ibu yang mengalami
abses dengan melakukan aspirasi dengan jarum (abses
kecil) atau insisi abses dan drainase pus. Insisi dibiarkan
terbuka, yang umumnya dilakukan dengan drain agar tidak
menahan bakteri dalamnya. Penyembuhan akan
memerlukan waktu 1-2 minggu, sehingga antibiotic perlu
dilanjutka
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah
persalinan pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan abdominal
Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi
yang lahir melewati batas fisiologis normal. Secara fisiologis, seorang ibu
yang melahirkan akan mengeluarkan darah sampai 500 ml tanpa
menyebabkan gangguan homeostatis. Jumlah perdarahan dapat diukur
menggunakan bengkok besar (1 bengkok = ± 500 cc).

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua


peradangan alat-alat genitalia dalam masa post partum .Jadi yang
dimaksud dengan infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu
38oC. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan .

Mastitis merupakan kejadian yang ditandai dengan adanya rasa


sakit pada payudara yang disebabkan adanya peradangan payudara yang
bisa disertai infeksi maupun non infeksi. Kejadian mastitis sekitar 15–21%
ibu menyusui yang terjadi pada 6-8 minggu pertama masa menyusui.

B. SARAN
1. Bagi Institusi
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun komplikasi pasca salin dan
penanganannya.
2. Bagi Mahasiswa DIII Kebidanan
Diharapkan agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang komplikasi pasca salin dan penanganannya.

3. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat dijadikan pedoman dala membuat sebuah
makalah dengan tema atau judul yang sama dengan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Adyani, Asta, S. T. S. H. (2021). gambaran penatalaksanaan perdarahan post


partum di rsud haji provinsi jawa timur. https://repository.um-
surabaya.ac.id/6345/

Efrizal, W. (2021). nutrional care for mothers with mastitis. 13(1), 70–84.

Laia, P. D. (2021). gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perdarahan post


partum di klinik heny kasih medan tahun 2021.
https://repository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp-content/uploads/2022/01/02
2018034_PRISKA-DANIATI-LAIA-SKRIPSI-PDF-FIKS.pdf

Sirait, B. I. (2023). perdarahan postpartum.

Tristanti, I. (2019). mastitis(literature review ). 10(2), 330–337.

Anda mungkin juga menyukai