Sop Askep
Sop Askep
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Pengertian Mengukur suhu pasien dengan menggunakan alat pengukur suhu badan
(thermometer)
Tujuan Untuk mengetahui :
1. Pengerti dan Pemahaman etika penerimaan pasien baru
Kebijakan Dalam memberikan pelayanan kepada pasien baru harus berdasarkan S.O.P yang
tersedia.
Prosedur a. Persiapan alat :
1. Buku Penerimaan Pasien.
2. Status Pasien.
3. Kartu Tunggu.
4. Alat tulis.
5. Termometer.
6. Tensimeter.
7. Tempat tidur.
8. Stetoskop.
b. Pelaksanaan.
1. Petugas meminta surat tanda pendaftaran.
2. Menulis pada buku penerimaan pasien.
3. Memberikan penjelasan tentang paraturan Puskesmas Lembang.
4. Pasien dipersilahkan tidur di tempat tidur yang telah disediakan.
c. Mengkaji tentang;
1. Tanda-tanda vital.
2. Alasan masuk Puskesmas.
3. Riwayat kesehatan pasien.
c. Melakukan pemeriksaan fisik;
1. Inspeksi.
2. Palpasi.
3. Auskultasi.
4. Perkusi.
d. Mengidentifikasi kelainan.
e. Merumuskan diagnosa.
f. Melakukan pemeriksaan penunjang diagnosa.
g. Melaporkan hasil pengkajian.
h. Melakukan advis dokter.
i. Memesan kamar pada pasien rawat inap.
j. Alat-alat dibereskan pasien dirapikan.
k. Petugas cuci tangan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Pemasangan Infus
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 2
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
Kebijakan Dalam memberikan pelayanan pemasangan infus pada pasien harus berdasarkan
S.O.P yang tersedia.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit Di Tetapkan
Kepala UPT. Puskesmas Kupang
02 - 01 - 2014
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Kebijakan Menghitng banyaknya / jumlah tetesan infus dalam 1 menit berdasarkan S.O.P
yang tersedia.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Vena Sectie
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 2
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
18) Abbocat.
19) Sarung tangan steril pada tempatnya.
20) Alcohol.
21) Betadin.
22) Infus set.
23) Cairan infus.
24) Korentang.
25) Plester.
26) Standart infus.
27) Gunting kasa.
28) Verban.
29) Spalk siap pakai.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Pemasangan Kateter
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 2
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
9) Memasukkan cairan steril pada balon kateter bila kateter sudah mengalir air
kencing (sebagai pengunci).
10) Fiksasi dengan jenis kelamin :
Laki-laki : Ante abdominal
Wanita : Lurus di paha.
11) Membersihkan alat-alat.
4. Catatan :
1) Bila ada kesulitan pemasangan kateter konsul tim medis.
2) Bila konsul tim medis tidak ada, diperkenankan untuk melakukan pemsangan
kateter sampai nomor terkecil, sampai melakukan juga tindakan blass pungsi
(surat tindakan persetujuan).
3) Pada penderita dengan indikasi refered causa cidera otak diperkenankan
pemsangan kateter.
4) Pada pasien rawat jalan dengan indikasi menolak perasi (kasus BPH, striktura
utera), diperkenankan memasang kateter.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Pemberian Sabu
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 1
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
Pengertian Mengukur suhu pasien dengan menggunakan alat pengukur suhu badan
(thermometer)
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Kebijakan Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus berdasarkan S.O.P
yang tersedia.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
2.1 Persiapan.
a. Thermometer pada tempatnya.
b. Botol berisi larutan sabun.
c. Botol berisi larutan lysol 5% dasar botol diberi kasa / kapas.
d. Botol berisi air bersih dasar botol diberi kasa / kapas.
e. Potongan tisu pada tempatnya.
f. Vaselin pada tempatnya.
g. Catatan suhu.
h. Bengkok.
2.2 Pelaksanaan.
a. Pasien diberitahu.
b. Alat didekatkan pada pasien.
c. Petugas cuci tangan, memakai hand schoon.
d. Melepaskan pasien yang menutup bokong.
e. Miringkan pasien.
f. Menekukkan kaki pasien sebelah atas ke arah lutut.
g. Mengoleskan vaselin pada ujung thermometer.
h. Membuka belahan pantat bagian atas dengan tangan kiri sehingga pelepasan
terlihat jelas.
i. Masukkan thermometer ke dalam pelepasan kira-kira 3cm (batas reservoir air
raksa).
j. Mengangkat thermometer setelah 5 menit.
k. Dilap dengan tisu ke arah reservoir.
l. Membaca hasil dan dicatat.
m. Merapikan pasien, membersihkan thermometer.
n. Petugas cuci tangan.
Yang perlu diperhatikan !
- Pengambilan suhu pelepasan dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien dalam
keadaan parah.
- Atas instruksi dokter.
- Bila tidak dapat dilakukan pada bagian tubuh lain.
- Pengambilan suhu pelepasan tidak boleh dilakukan pada pasien yang luka pada
daerah anus dan pasien yang berpenyakit kelamin.
- Selama mengukur suhu, pasien harus dijaga untuk menghindari pecahnya
reservoir dan untuk mempertahankan reservoir selama waktu pengambilan suhu.
3. Pengambilan suhu di mulut.
3.1 Persiapan.
a. Thermometer pada tempatnya.
b. Botol berisi larutan sabun.
c. Botol berisi larutan lysol 5% dasar botol diberi kasa / kapas.
d. Botol berisi air bersih dasar botol diberi kasa / kapas.
e. Potongan tisu pada tempatnya.
f. Vaselin pada tempatnya.
g. Catatan suhu.
h. Bengkok.
3.2 Pelaksanaan suhu di mulut dilakukan :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
3.3 Langkah-langkah
a. Memberitahu pasien.
b. Membawa alat ke dekat pasien.
c. Petugas mencuci tangan.
d. Meminta pasien membuka mulut.
e. Meletakkan thermometer di bawah lidah pasien dari sudut mulut.
f. Menyuruh pasien menutup bibirnya rapat-rapat dan bernafas melalui hidung.
g. Thermometer diangkat setelah 3 menit, dilap dengan tisu kearah reservoir.
h. Membaca dan mancatat hasilnya.
i. Meletakkan thermometer, rapikan tempat semula.
j. Petugas cuci tangan.
Yang perlu diperhatikan !
- Tidak boleh dilakukan pada pasien yang tidak sadar / gelisah.
- 10 menit sebelum pengambilan suhu, pasien tidak boleh makan dan minum.
- Selama thermometer di mulut pasien dilarang bicara karena thermometer bisa
pecah dan pecahnya melukai selaput lendir mulut dan air raksanya bisa tertelan.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Pengertian Mengukur tekanan darah pasien dengan alat pengukur tekanan darah.
Kebijakan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus berdasarkan
S.O.P yang tersedia.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Prosedur Persiapan.
1.1 Persiapan alat :
a. Tensimeter.
b. Stetoskop.
c. Buku Catatan.
1.2 Persiapan pasien :
a. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
b. Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.
Pelaksanaan :
a. Lengan baju dibuka atau digulung.
b. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di
sisi luar lengan.
c. Manset dipasang tidak terlalu kuat atau terlalu longgar.
d. Pompa tensimeter dipasang.
e. Sekrup balon ditutup, pengunci air raksa dibuka selanjutnya balon dipompa
denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
f. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, selanjutnya air raksa turun perlahan-
lahan sambil memperhatikan turunnya air raksa dengarkan bunyi denyut
pertama.
g. Skal permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut
tekanan systole (misalnya; 120 mmHg).
Perhatian !
a. Memasang manset harus tepat diatas permukaan dinding arteri brachialis.
b. Menempatkan stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya harus betul-
betul tepat.
c. Bila kedua tangan tidak bisa untuk pemasangan manset, maka ditempatkan
pada persendian kaki dan mendengarkan arteri dorsalis pedis hasil (-) 15%.
d. Sebelum menutup tensimeter masukkan dulu air raksa ke dalam resorvoirnya.
Manset dan balon disusun pada tempatnya untuk mencegah pecahnya tabung
air raksa.
e. Pada anak-anak digunakan manset khusus.
f. Bilamana menggunakan tensimeter elektronik, penggunaannya sesuaikan
petunjuk yang ada`secara tepat dan benar.
Unit Terkait Medis, perawat
Menghitung Denyut Nadi
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit Di Tetapkan
Kepala UPT. Puskesmas Kupang
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Menghitung Pernafasan
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 1
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
Pengertian Menghitung nafas pasien pada`saat pasien mengambil nafas atau mengelarkan
nafas.
Tujuan Menghitung pernafasan pasien dalam 1 menit guna mengetahui keadaan umum
pasien.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
c. Bila ada`kelainan segera laporkan pada yang bertanggung jawab di ruangan
atau yang bersangkutan.
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
Pengertian Memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami peningkatan suhu
tubuh atau nyeri.
Tujuan Umum :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
a. Dengan memebrikan suhu dingin, maka pembulh darah akan menyempit
sehingga yang mengalir melalui daerah yang didinginkan itu akan menurun.
Khusus :
a. Menurunkan suhu tubuh pasien.
b. Mengurangi perasaan nyeri yang dialami pasien.
c. Mencegah perluasan infeksi.
d. Penghentikan perdarahan.
Suntikan Intramuskuler
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 1
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit Di Tetapkan
Kepala UPT. Puskesmas Kupang
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
02 - 01 - 2014
Prosedur Penatalaksanaan
a. Indikasi
1. Pada pasien memerlukan suntikan i.m.
2. Atas perintah dokter.
b. Persiapan
1. Disp. Spuit.
2. Kapas alkohol.
3. Bengkok.
4. Aquabidest steril.
5. Gergaji ampul.
6. Tempat sampah / bengkok.
7. Obat yang dibutuhkan.
8. Bak instrument.
c. Pelaksanaan
1. Inform concent.
2. Baca daftar obat, larutkan obat yang dibutuhkan, isi spuit sesuai dengan
kebutuhan.
3. Cocokkan nama obat dan nama pasien.
4. Baca sekali lagi sebelum menyuntikkan pada pasien.
5. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik.
6. Desinfeksi lokasi yang akan disuntik.
7. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik dengan arah 90 derajat
8. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan.
9. Obat disemprotkan perlahan-lahan.
10. Setelah obat masuk seluruhnya, jarum ditarik dengan cepat.
11. Kulit ditekan dengan kapas alkohol sambil melakukan mamase.
12. Pasien dirapikan.
Perhatian :
Penyuntikan harus tepat dan betul. Bila salah akan mengenai saraf
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Penanganan Gastroentritis
UPT. Puskesmas No Dokumen No. Revisi Halaman
Kupang
0 1
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit Di Tetapkan
Kepala UPT. Puskesmas Kupang
02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Penata Tk. I
NIP. 19620518 198303 1 006
Pengertian Mengetahui gejala, tanda tingkat dehidrasi dan prinsip tindakan atau (rehiran)
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita G.E agar petugas menyatakan tanda, gejala
tingkat dehidrasi dan mampu mengukur kebutuhan cairan bagi penderita.
Kebijakan Sikap petugas harus mampu menyatakan tanda gejala dan tingkat dehidrasi serta
mampu mengukur kebutuhan cairan bagi penderita.
Prosedur 1. Gejala yang menonjol dari G.E adalah muntah dan berak serta berulang,
sehingga berakibat kehilangan cairan / dehidrasi.
2. Dehidrasi secara klinik dibedakan 3 langkah.
a. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2 – 5% BB).
b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5 – 8% BB).
Gambaran klinik : Turgon jelip suara serak, nadi cepat, nafas cepat, preshok.
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8 – 10% BB)
Gambaran klinik : syok, apatis, syonotik, kejang, sampai koma.
3. Prinsip tindakan adalah Rehidrasi sesuai dengan tingkatan dehidrasi.
a. Dehidrasi ringan dilakukan rehidrasi peroral.
b. Dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parenteral dengan infus cairan.
4. Penderita di MRS kan.
Dalam 3 jam pertama diharapkan penderita berubah status tingkat dehidrasi
menjadi dehidrasi ringan.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan penjaringan suspek TB pada pasien dewasa.
Kebijakan Sebagai acuan untuk melakukan penjaringan suspek TB pada pasien dewasa.
Prosedur Tersangka TB adalah pasien dengan keluhan batuk berdahak lebih dari 2
minggu dengan atau tanpa keluhan dan tanda yang lain, seperti; demam, BB
menurun tanpa sebab yang jelas, keringat malam tanpa aktivitas, sesak nafas,
nyeri dada, batuk darah dan lainnya.
Bila tersangka TB datang ke Ponkesdes, maka lakukan rujukan diagnosis
dengan mengirim pasien ke Puskesmas induk atau Pustu yang ditunjuk oleh
Puskesmas Penata Tk. I.
Rujukan diagnosis TB Paru ditetapkan dengan cara mendengar keluhan pasien
dengan batuk berdahak lebih dari 2 minggu.
Memberikan penjelasan bahwa dia diduga terinfeksi TB dan untuk
memastikan harus diperiksa dahak sebanyak 3 kali di Puskesmas.
Pasien dirujuk dengan surat rujukan dengan diagnosis sementara suspek TB
dan meminta untuk pemeriksaan dahak diagnosis (SPS).
Pasien TB mendapat pengobatan dapat mengambil obat yang dititipkan
Puskesmas di Ponkesdes.
Bila pasien datang, maka cek form TB 02 yang dibawa pasien, apakah nama
dan jadwal pengambilan obat telah sesuai bila pasien ada ditahap intensif.
Cocokkan TB 02 dan TB 01 pasien.
Ambil obat anti TB (OAT) untuk keperluan 1 minggu bila pasien ada di tahap
intensif dan 2 minggu bila pasien berada di tahap lanjutan.
10. Mintalah pada pasien untuk meminum satu dosis untuk hari tersebut didepan
petugas.
11. Sisa obat diberikan kepada pasien untuk dibawa pulang dan diminum didepan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 08– 12 – 2012
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
f. Kassa.
g. Kapas.
h. Hand scoen.
i. Spuit
j. NaCl.
k. Mess.
2. Bak / Poley Berisi Alat Non Steril
a. Gunting balutan.
b. Plester.
c. Verban.
d. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine).
e. Tempat sampah.
f. Lidokain injeksi sebagai anasthesi.
3. Pelaksanaan.
a. Memberitahu pasien dan keluarga.
b. Perawat cuci tangan.
c. Mengatur posisi (memakai hand scoen), perawat membersihkan luka.
d. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl.
e. Memberikan Diclor Ethil atau lidokain.
f. Membut luka tusuk paku pada luka / cros incise.
g. Dikeluarkan darahnya dan dibersihkan dengan bethadine .
h. Tutup luka dengan kasa steril.
Mencatat kegiatan dan hasil observasi.
Klien dirapikan, Alat dibereskan dan dibersihkan.
k. Perawat cuci tangan.
Unit Terkait Medis, Perawat.
Penanganan Demam Thypoid
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
Pengertian Demam thypoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
Kriteria Diagnosis.
1. Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala.
2. Kesadaran menurun.
3. Lidah kotor, hepatosplenomegali, dan sebagainya.
4. Bradikardia relative.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR 02 - 01 - 2014
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit Di Tetapkan
Kepala UPT. Puskesmas Kupang
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
02 - 01 - 2014
Pengertian Jenazah adalah seseorang yang meninggal karena penyakit HIV / AIDS
Tujuan 1. Upaya pencegahan standar atau pencegahan dasar pada semua kondisi
2. Mencegah penularan secara kontak pada petugas atau masyarakat umum
1. Semua kendali dan tanggung jawab ada pada tenaga medis dan paramedic.
2. Peralatan dalam keadaan steril saat digunakan diawal dan dilakukan strilisasi
ulang saat setelah pemakaian sesuai prosedur sterilisasi alat penanganan jenazah.
3. Prosedur disini dengan semua prosedur semua ditangani oleh petugas mulai
Kebijakan
saat memandikan sampai menguburkan kecuali saat mensholati yang akan
dipimpin oleh petugas setempat.
4. Kewaspadaan dini dalam hal ini yang paling gencar saat ini adalah HIV AIDS
dan FLU burung, tetapi tidak menutup kemungkinan penyakit-penyakit lain
yang berbahaya.
PEMERINTAH
DAERAH
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
dr. Hj. SITI RUSLIANI, M.M, Kes
NIP. 19621006 199712 2 001
60% : 8 gr kaporit dalam 1 liter air, kaporit dengan konsentrasi 70 % :7,1 % gr
kaporit dalam 1 liter air.
5. Setelah jenazah kering dilakukan pengkafanan dengan bungkus kain kafan yang
harus dilakukan oleh petugas yang berpakaian lengkap.
6. Setelah dikafani pasien dibungkus dengan plastic.
7. Setelah petugas selesai mengkafani petugas menyerahkan ke modin setempat
untuk disholatkan.
8. Modin memimpin pelaksanaan sholat jenazah sesuai pelaksanaan sholat
jenazah.
9. Selesai sholat, Selanjutnya jenazah diangkat oleh petugas ke keranda mayat
untuk dibawa ke pamakaman.
10. Pada saat sampai petugas menyerahkan kepada modin untuk melakukan ritual
sesuai adat setempat, dan apabila lubang kuburan sudah siap maka selanjutnya
pelaksanaan penguburan dapat dilaksanakan.
11. Penguburan dilakukan oleh petugas sampai jenazah berada di tanah untuk
selanjutnya sesuai penguburan di daerah setempat.
Unit Terkait Medis, perawat