Makalah Kelompok 10 LPH
Makalah Kelompok 10 LPH
Disusun Oleh
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul
“Konflik Norma dan Hukum”.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Logika dan Penalaran
Hukum, program studi Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan
dan penyusunan makalah ini kami banyak di bantu oleh berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung.
Kami sadar bahwa penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu Kami
menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Penulis
ii | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik Norma dan Hukum secara etimologis dan terminologis dan
pengertian menurut para ahli ................................................................................2
B. Macam dan Jenis Konflik Norma dan Hukum ...................................................15
A. Kesimpulan .........................................................................................................14
B. Kritik Dan Saran .................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta
budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan
dan selalu akan terjadi.
Lembaga sebagai bagian dari proses perkembangan manusia juga tidak terlepas dari
berbagai macam konflik. Banyak yang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan
dampak negatif, padahal dalam kondisi tertentu konflik justru sangat diperlukan untuk
kepentingan perubahan dan pengembangan keperibadian seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Konflik Norma dan Hukum secara etimologis dan terminologis?
2. Apa saja Macam konflik Norma dan Hukum?
3. Bagaimana pendapat para ahli tentang Konflik Norma dan Hukum?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian Konflik Norma dan Hukum secara etimologis dan
terminologis.
2. Untuk mengetahui Macam konflik Norma dan Hukum.
3. Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang Konflik Norma dan Hukum.
PEMBAHASAN
Norma merupakan sesuatu yang fundamental bagi semua kelompok sosial baik yang
bersifat mekanik maupun organik,atau tradisional maupun rasional dalam perspektif sosiologi
norma adalah rules yang diharapkan diikuti oleh masyarakat. norma-norma ini pada
umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit seperti dalam kitab undang-undang normal
biasanya diteruskan melalui proses sosialisasi tentang bagaimana orang harus berperilaku
secara wajar.
Ada tiga elemen yang termuat dalam setiap norma, yakni nilai penghargaan dan sanksi.
Nilai pada dasarnya bersifat abstrak dan dicapai oleh masyarakat oleh karena itu nilai
membuat ide-ide yang penting bagi dan oleh masyarakat. Selanjutnya norma dapat bersifat
informal dan formal norma-norma formal pada umumnya ditulis secara spesifik dan sangat
hati-hati yang memuat jenis-jenis hukuman yang harus diberikan kepada orang yang
perilakunya tidak sesuai dengan norma yang dianut oleh suatu masyarakat di mana itu diakui.
Sedangkan norma norma informal tidak memuat sanksi yang spesifik namun spesifik dan
jelas masyarakat pada umumnya memiliki standar Inilah hidup dalam seluruh kepribadian
mereka. 1
1. Norma
Norma pada hakikatnya, norma hadir, karena dikembangkan dan tumbuh dalam manusia
yang hidup bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu memerlukan orang
lain untuk keberlangsungan hidup, supaya kehidupan mampu berjalan dengan teratur, maka
manusia membutuhkan berbagai aturan tertentu yang tidak semua orang dapat untuk
melakukan perbuatan sesuka hatinya. Apabila keinginan yang dimiliki oleh seseorang
dipaksakan terhadap orang lain, maka akan terjadi benturan dengan kepentingan dan
kehendak dari pihak lain.
1
Suhardi, Yustinus. Februari 2009. “Keteraturan sosial, Norma dan Hukum: Sebuah Penjelasan
Sosiologis”.Jurnal Hukum Prioris.Vol.02, No. 02: hlm.109
a. Pengertian Norma
Norma berasal dari bahasa Belanda yaitu ''norm'', yang artinya patokan, pedoman, atau
pokok kaidah.Ada juga yang memiliki pendapat lain tentang pengertian norma, yaitu norma
berasal dari bahasa latin, yaitu kata ''mos'' yang merupakan bentuk jamak dari kata mores,
yang memiliki arti tata kelakuan, adat istiadat, atau kebiasaan. Pengertian norma adalah
kaidah yang menjadi sebuah petunjuk, pedoman untuk seseorang dalam bertindak atau tidak,
serta bertingkah laku dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, seperti norma kesopanan,
norma hukum, serta norma agama.2
2
Sarinah, Ilmu-Ilmu sosial budaya dasar, (Sleman : CV Budi Utama, 2009), hal 62.
2. Hukum
a. Pengertian Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum merupakan :
Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah atau otoritas.
Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
Patokan (kaidah, ketentuan).
Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan.
Pengertian Konflik
Konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan antara satu
bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok
lain.5 Konflik dapat memberi dampak secara positif fungsional sejauh ia memperkuat
kelompok dan secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.6
Secara etimologi, konflik (conflict) berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling
memukul. Konflik juga diartikan sebagai suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat
menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain di mana hal ini dapat terjadi antar
kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Morton Deutsch, seorang pionir pendidikan resolusi konflik yang menyatakan
bahwa dalam konflik, interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh
perbedaan daripada oleh persamaan.7 Sedangkan menurut Scannell, konflik adalah suatu hal
3
Kusumaatmadja, Mochtar Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Masyarakat, Bandung :Binacipta,1979,
hal15.
4
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta : Chandra Pratama, 1996) hal 17-27.
5
Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h. 128.
6
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 115.
7
Bunyamin Maftuh, Pendidikan Resolusi Konflik, (Jakarta: 2005), h. 47.
Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan di mana setidaknya salah satu
dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap
tindakan tersebut. Implikasi dari definisi konflik di atas adalah:
1. Konflik dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah sistem kerja peraturan.
2. Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik
tersebut.
3. Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika suatu tujuan telah
tercapai.
4. Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak.
Hunt and Metcalf (1996) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu intrapersonal conflict
(konflik intrapersonal) dan interpersonal conflict (konflik interpersonal). Konflik
intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika
keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai budaya masyarakat, atau
keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik intrapersonal ini bersifat
psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat menggangu bagi kesehatan
psikologis atau kesehatan mental (mental hygiene) individu yang bersangkutan.
8
International Encyclopedia of The Social Sciences, Vol. 3, h. 236-241.
Hukum merupakan salah satu kategori dari norma sosial secara formal digunakan oleh
pemerintah untuk mengatur perilaku para warganya oleh karena merupakan salah satu bagian
dari norma maka hukum pada dasarnya merefleksikan norma yang ada dalam masyarakat
adalah bagaimana norma masyarakat itu berkembang menjadi hukum formal. Didasarkan
pada kepercayaan bahwa norma-norma menjadi hukum disebabkan karena norma pada
umumnya merefleksikan persetujuan bersama tentang perilaku yang wajar modal konsensus
ini dibangun atas paradigma fungsionalisme dimana hukum dipandang sebagai bagian dari
sistem untuk mempertahankan keteraturan sosial. 9
Adab setiap pelanggaran terhadap ketentuan hukum hukuman nya dinyatakan secara tegas
hal ini merefleksikan bahwa, di satu sisi kebebasan yang bersifat positif merupakan suatu
nilai yang tidak dapat ditentukan atau di determinasi melainkan harus terbuka namun pada
sisi yang lain kebebasan negatif yang mengganggu kebebasan positif akibat ASI atau dicegah
pembatasan ini dinyatakan dalam bentuk sanksi hukum dan sosial sekaligus.
Demikian oleh orang lain tujuan hukum terhadap orang yang merugikan dan dirugikan
adalah restitusi yakni ganti rugi kepada penuntut bila tuntutan dikabulkan atas kerugian yang
dideritanya sebagai individu. Dalam sanksi restitutif tidak akan ada kehilangan kehormatan
sosial ataupun kalau ada hanya sedikit saja hukum restitusi merupakan ciri-ciri dari hukum
sipil hukum dagang dan hukum konstitusi. 10
Norma hukum Indonesia membentuk bangunan piramida norma hukum yang berlaku
berada dalam suatu sistem yang berjenjang jenjang berlapis-lapis sekaligus berkelompok-
kelompok dalam arti bahwa norma hukum tersebut berlaku bersumber dan berdasar pada
9
Ibid, hlm.111
10
Ibid, hlm.114
Bangunan piramida hukum ini untuk menentukan derajat norma masing-masing susunan
norma hukum yang lebih tinggi dan norma yang lebih rendah konsekuensi bangunan
piramida hukum adalah jika terdapat norma hukum atau peraturan yang saling bertentangan
atau pertentangan norma maka yang dinyatakan berlaku adalah yang derajatnya lebih tinggi.
Dalam konteks ini berlaku asas hukum Lex superiori derogat Legi inferiori. Atau hukum
yang derajatnya lebih tinggi mengesampingkan hukum yang derajatnya lebih rendah. Selain
itu konsekuensi bangunan piramida hukum tersebut adalah adanya harmonisasi antar berbagai
lapisan hukum misalnya setingkat undang-undang dalam arti bahwa antar norma hukum
adalah pelapisan atau jenjang yang sama tidak boleh saling bertentangan.
Untuk menilai pertentangan norma hukum setiap negara memiliki skema yang berbeda
setelah amandemen UUD 1945 di Indonesia kewenangan pengujian norma dipusatkan pada
kekuasaan kehakiman yakni Mahkamah Agung. (menguji undang-undang terhadap UUD).
Menguji norma hukum atau undang-undang terhadap UUD oleh Mahkamah Konstitusi
merupakan wujud prinsip atau asas konstitusionalitas undang-undang yang mana
konsekuensinya harus ada mekanisme yang dapat menjamin bahwa undang-undang yang
dibuat oleh pembentuk undang-undang itu tidak bertentangan dengan UUD 1945.
Selanjutnya teori norma hukum dikemukakan oleh Hans Kelsen. Hans Kelsen dapat
bahwa norma norma hukum itu berjenjang jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki
atau susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi demikian seterusnya. Norma yang tidak dapat ditelusuri lebih
lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif yaitu norma dasar (grundnorm) apa dasar yang
merupakan norma tertinggi dalam sistem norma tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma
11
Lailam, Tanto. Maret 2014. “Konstruksi Pertentangan Norma Hukum dalam Skema Pengujian Undang-
Undang”. Jurnal Konstitusi. Vol. 11, No. 01: hlm. 19-20
12
Suriyani, Meta. Setember 2016. “Pertentangan Asas Perundang-Undangan dalam Pengaturan Larangan
Mobilisasi Anak pada Kampanye Pemilu”. Jurnal Konstitusi. Vol. 13, No. 03: hlm 667-668
Nawiasky mengelompokkan norma norma hukum dalam suatu negara ini menjadi empat
kelompok besar yang terdiri dari:
kelompok IV : verordnung & autonome satzung (aturan pelaksana dan aturan otonom) 13
Asas hukum layak juga disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau
merupakan rasio logis dari peraturan hukum dengan adanya prinsip hukum atau asas hukum
ini maka hukum itu tidak sekedar kumpulan dari peraturan-peraturan hal itu disebabkan
karena asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan tuntutan etis. Karena prinsip
hukum atau asas hukum mengandung makam merupakan jembatan antara peraturan dengan
cita-cita sosial dan pandangan etis dari masyarakatnya. Melalui asas hukum ini peraturan-
peraturan hukum itu berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan yang etis, sering
didapati peraturan hukum itu ketinggalan dengan adanya peristiwa konkrit dalam artian
bahwa ketika terdapat suatu peristiwa konkrit maka seringkali peraturan yang kurang
13
Ibid, hlm. 669
10 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
memadai hukum atau asas hukum bukan merupakan peraturan hukum namun tidak ada
hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik-baiknya tidak bisa
hanya melihat pada peraturan-peraturan hukum nya saja melainkan harus menggali nya
sampai pada asas-asas hukum nya asas hukum inilah yang memberi makna etis pada
peraturan-peraturan hukum, di dalam penyusunan peraturan perundang-undangan terhadap
keterkaitan yang erat antara nilai asas atau prinsip dan norma nilai dalam membentuk asas
atau prinsip selanjutnya asas atau prinsip akan melahirkan norma asas atau prinsip substansial
merupakan tumpuan atau Pondasi yang mana akan menjadi titik tolak berpikir dan akan
dijadikan pedoman dalam perumusan materi untuk suatu peraturan perundang-undangan. 14
a. Norma etika yang dapat dibagi lagi menjadi norma Susila norma agama dan norma
kesopanan.
b. Hukum suatu patokan yang didasarkan kepada patokan nilai-nilai baik atau yang buruk
berorientasi berorientasi kepada asas keadilan yang bersifat suruhan yaitu Apa yang harus
dilakukan orang dan larangan yaitu apa yang tidak boleh dilakukan orang.
Yang telah mengemukakannya bahwa norma juga digunakan sebagai istilah kaidah-
kaidah disini antara lain digunakan oleh sudikno mertokusumo Beliau mengatakan bahwa
kaidah hukum lazimnya diartikan sebagai Peraturan hidup yang menentukan Bagaimana
manusia itu berperilaku bersikap yakni di dalam masyarakat dengannya dan kepentingan
14
Ibid, hlm. 672
15
Ibid, hlm. 673
11 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
orang lain dapat terlindungi terpenuhi. Masyarakat berlaku aturan bahwa ketika seorang anak
bersalaman dengan orang tuanya dan anak itu menatap wajah orang tuanya maka ia dianggap
tidak sopan tersebut kebiasaan tersebut sudah ada sejak zaman dahulu kala telah dijadikan
patokan sebagai norma kesopanan. Sementara di wilayah lain seorang anak dianggap sopan
saat bersalaman dengan orang tuanya dan menatap wajah orang tua itu hal ini dapat dikatakan
sebagai bentuk kesopanan terhadap orang yang lebih tua gambaran di atas menunjukkan
bahwa keberlakuan norma sangat terbatas dan tidak mengikat secara umum dapat kita ketahui
bahwasannya norma yakni sifatnya sangat temporer dan tidak objektif semua orang mengakui
bahwa itu adalah aturan yang Harus dipatuhi dan dipenuhi bagaimana contoh tersebut sebagai
norma non hukum artinya norma yang tidak bisa diadopsi menjadi muatan pasal-pasal
peraturan perundang-undangan karena norma ini sifatnya yang subjektif.
Setiap norma yang memuat aturan dan bisa di objektifikasi atau bisa diakui oleh semua
orang untuk dipenuhi dapat diketahui norma hukum inilah yang membuat dia menjadi muatan
pasal-pasal dalam undang-undang kita akan mengambil contoh lagi norma yang memuat
aturan bahwa setiap orang yang mencuri itu dianggap merugikan orang lain dan karena itu
harus dihukum. Semua orang di wilayah manapun dan berhimpun dalam satu agama pun
dipastikan tidak ada yang membenarkan bahwa orang yang mencuri tidak merugikan orang
lain karena itu tidak perlu dihukum oleh karena muatan norma yang objektif larangan
mencuri diadopsi menjadi salah satu jenis kejahatan yang tertuang dalam Hukum Pidana
Indonesia di dalam Kitab undang-undang hukum pidana (kUHP) terdapat pasal yang
menyebutkan bahwa larangan pencurian dan jenis hukumannya bahwasanya pengenalan jenis
norma ini menunjukkan secara jelas bahwa perbedaan antara norma hukum dan norma
hukum. 16
Nilai validitas suatu hukum terletak pada kesesuaiannya dengan norma lainnya terutama
norma dasar dalam hubungan ini dapat dijelaskan bahwa norma dasar yaitu dapat dibedakan
menjadi dua norma statis dan norma dinamis merupakan norma yang telah memiliki validitas
sehingga seluruh isi norma tersebut ditaati dan tentunya diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari setiap isi norma tersebut memiliki daya pengikat dan daya paksa karena berasal dari
norma yang berasal dari spesifik memiliki validitas yang diyakini sebagai norma yang paling
tinggi atau norma yang paling akhir.
16
https://www.datawika.com/norma-hukum/ (diakses pada 03 Mei 2020, pukul 20:42)
12 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
Sifat statis dalam hal ini karena norma tersebut memiliki pengertian umum yang dapat
dijadikan dalam membentuk norma khusus. Dinamis merupakan pembentukan norma dasar
tertentu karena tidak ditemukan dalam norma statis karena adanya perkembangan sosial
tetapi tidak dikaitkan dengan realitas sosial jika perkembangan sosial memiliki kehendak
untuk mewujudkan suatu norma baru Maka pembentukannya tetap disandarkan pada norma
dasar. 17
Norma tersebut masuk ke dalam masyarakat maka otomatis memiliki kekuatan memaksa
dan ditaati pernyataan kehendak tersebut diwujudkan baik dalam bentuk suatu transaksi
hukum maupun dalam suatu undang-undang yang didalamnya mengandung unsur perintah
atau keharusan untuk ditaati dan diterapkan hal ini menunjukkan bahwa setiap norma hukum
memiliki unsur fakta baik pada sisi pernyataan dan untuk ini diperkenalkan unsur sanksi
maka validitas dan Hukum adalah bahwa setiap materi muatan norma hukum memiliki daya
ikat dan paksa bagi subjek hukum tertentu dalam melakukan setiap perbuatan hukum
sedangkan efektivitas norma hukum berarti segi penerapan Materi muatan hukum oleh organ
yang memiliki otoritas untuk menerapkan suatu norma hukum. Jika terjadi suatu kasus
terhadap norma hukum dan organ tersebut tidak mampu memberikan sanksi maka norma
tersebut dapat dikatakan tidak efektif Oleh karena itu efektivitas hukum merupakan dua hal
yang berbeda yaitu validitas lebih muatan pada segi normatif sedangkan efektivitas lebih
kepada proses penerapan norma tersebut.18
Sistem normatif maupun praktis meliputi segala aspek kehidupan Tetapi hanya
merupakan salah satu sarana untuk membentuk ketertiban Oleh karena itu hukum harus
didekati dari semua aspek kehidupan agar bersifat visioner dan beroperasi bersama dengan
bidang-bidang yang lain dengan kata lain bahwa pembaharuan hukum berupaya untuk
melakukan pembebasan baik dalam cara berpikir maupun bertindak dalam hukum sehingga
hukum mampu berperan dan berfungsi untuk mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan
dan perdebatan publik semakin lama semakin menunjukkan bahwa hukum dan penegakan
17
Arifin, Zainal. Desember 2012. “Pembentukan Hukum dalam Persfektif Pembaruan Hukum”. Jurnal
RechtsVinding. Vol. 01, No. 03: hlm.310
18
Ibid, hlm.311
13 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
hukum di Indonesia selalu perubahan mendasar tidak hanya Dalam praktiknya melainkan
juga pada tataran konstruksi ilmu hukum dan pemaknaan terhadap hukum kondisi hukum dan
penegakannya yang ada saat ini adalah produk dan konfigurasi politik otoritarian yang belum
seluruhnya berubah yang bertumpu pada nilai Hakiki kemanusiaan penerapan hukum melalui
kelembagaan dan aparat hukum yang kuat dan perhatian terhadap peranan perilaku manusia
dalam hukum.19
Hukum dalam tataran teologis merujuk pada aliran hukum alam sebagai salah satu aliran
dalam filsafat hukum yang lahir dari diantar pada gagasan universitas dan moralitas gagasan
universalitas memberikan dasar pembenar bagi berlakunya kebebasan manusia dan
Pengakuan hak dasar manusia demikian pula gagasan moralitas merupakan prinsip moral
yang bersifat umum dan dapat ditelaah oleh akal manusia kedua gagasan tersebut merupakan
esensi yang tepat yang dijadikan ide dasar tentang perumusan hakikat hukum dan keadilan
sebagai tujuan hukum hukum merupakan ekspresi dari hakikat hukum umum manusia yang
bersifat universal dalam perkembangannya.
19
Ibid, hlm. 318
20
Arliman, Laurensius. November 2019. “Mewujudkan Penegakan Hukum yang Baik di Negara Indonesia”.
Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi. Vol. 01, No. 01: hlm 2
14 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
B. Macam Norma dan Hukum
Macam Norma
1. Norma Agama
Norma Agama adalah kaidah-kaidah atau peraturan hidup yang dasar sumbernya dari
wahyu ilahi. Norma agama merupakan suatu aturan hidup yang harus diterima manusia dan
dijadikan sebagai pedoman, baik itu sebagai perintah, larangan, serta ajaran yang sumbernya
dari Tuhan Yang Maha Esa. Contoh norma agama:
2. Norma Kesusilaan
Setiap manusia mempunyai hati nurani yang merupakan perbedaan antara manusia
dengan makhluk lainnya. C.S.T . Kansil berpendapat bahwa pengertian norma kesusilaan
ialah peraturan hidup yang dianggap sebagai suatu suara hati sanubari manusia atau insan
kamil. Contoh norma kesusilaan antara lain
a) Dilarang membunuh.
b) Berkata jujur dan benar.
c) Menghargai dan menghormati orang lain.
d) Berbuat baik dan berlaku adil terhadap sesama.
Norma Kesusilaan bersumber dari hati nurani, fungsinya mengatur hubungan manusia
dalam hidup soisla agar manusia itu bersusila sesuai dengan tingkah laku yang diinginkan
masyarakat.
15 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
3. Norma Kesopanan/Adat
Norma Kesopanan/Adat dapat disebut dengan norma adat dalam suatu masyarakat
tertentu. Landasan kaidah ini ialah kepantasan, kebiasaan, serta kepatuhan yang berlaku pada
masyarakat tersebut. Pengertian norma kesopanan merupakan sebuah peraturan hidup yang
sumbernya dari tata pergaulan masyarakat mengenai etika sopan santun, serta tata krama
yang ada dalam masyarakat. Contoh norma kesopanan atau adat antara lain :
Norma kesopanan mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya agar tingkah
laku manusia itu teratur dalam hubungan sosial di masyarakat.
4. Norma Hukum
Norma Hukum merupakan aturan yang sumbernya dari negara atau pemerintah. Norma
hukum dibuat oleh pejabat pemerintah yang memiliki wewenang dengan tertulis serta
sistematis. Contoh norma hukum antara lain :
a) Dalam mengendarai kendaraan bermotor harus membawa SIM atau Surat Ijin mengemudi
serta STNK atau Surat Tanda Nomor Kendaraan.
b) Tidak boleh ingkar janji atau penipuan dalam proses jual beli.
Norma/Kaidah hukum berasal dari hukum positif yang ada disuatu negara/teritorial.
Hukum ini bersifat memaksa bagi semua individu yang tercakup dalam teritorial Negara
tersebut, dan hukum dikenalkan pada umum melalui sosialisasi terhadap penerapan hukum
itu.
16 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
5) Mengikat seluruh warga masyarakat, hal ini karena fungsi norma disertai dengan adanya
sanksi bagi yang melanggar.
6) Merupakan skala atau standar dari seluruh kategori tingkah laku masyarakat.
7) Memberikan batasan yaitu berupa larangan atau perintah dalam berperilaku dan
bertindak.
8) Memaksa individu dalam menyesuaikan dan beradaptasi dengan norma-norma yang
berlaku yang ada dalam masyarakat serta menyerap nilai-nilai yang diharapkan.
Macam Hukum
1. Menurut Sumbernya
Sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang jika dilanggar akan mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata, Hukum menurut sumbernya , yaitu :
a. Hukum Undang-undang
b. Hukum Adat
c. Hukum Traktat
d. Hukum Jurisprudensi
2. Menurut Bentuknya
a. Hukum tertulis (Statute Law, Writen Law)
b. Hukum Tidak Tertulis / Kebiasaan (Unstatutery Law, Unwriten Law)
17 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
5. Menurut Cara Mempertahankannya
a. Hukum Material;
b. Hukum Formal.
6. Menurut Sifatnya
a. Hukum yang memaksa;
b. Hukum yang mengatur.
7. Menurut Wujudnya;
a. Hukum Objektif
b. Hukum Subjektif
8. Menurut isinya/jenisnya;
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang
atau lebih dengan menitikberatkan masalah kepada kepentingan perorangan.
b. Hukum Publik (Hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dengan alat-alat perlengkapan kenegaraan atau hubungan antara negara dengan
perorangan (warga negara).21
21
https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/, diunggah 13 Oktober 2019
18 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta
budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan
dan selalu akan terjadi.
Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok dan antara
organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada pandangan
yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi, kemudian menarik kesimpulan yang
berbeda dan cenderung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul konflik
tertentu.
Norma merupakan sesuatu yang fundamental bagi semua kelompok sosial baik yang
bersifat mekanik maupun organik,atau tradisional maupun rasional dalam perspektif sosiologi
norma adalah rules yang diharapkan diikuti oleh masyarakat. norma-norma ini pada
umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit seperti dalam kitab undang-undang normal
biasanya diteruskan melalui proses sosialisasi tentang bagaimana orang harus berperilaku
secara wajar.
Kami menyadari bahwa Makalah kami bukanlah makalah yang sempurna maka dari itu
kami mengharapkan Kritik serta saran yang bermanfaat serta membangun agar kelak
dikemudian hari kami dapat membuat makalah yang lebih baik.
19 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
DAFTAR PUSTAKA
Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997) Margaret M.
Arifin, Zainal. Desember 2012. “Pembentukan Hukum dalam Persfektif Pembaruan Hukum”.
Negara Indonesia”. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi. Vol. 01, No. 01: hlm 2
Lailam, Tanto. Maret 2014. “Konstruksi Pertentangan Norma Hukum dalam Skema
Pengujian Undang-Undang”. Jurnal Konstitusi. Vol. 11, No. 01: hlm. 19-20
Suhardi, Yustinus. Februari 2009. “Keteraturan sosial, Norma dan Hukum: Sebuah
Pengaturan Larangan Mobilisasi Anak pada Kampanye Pemilu”. Jurnal Konstitusi. Vol.
20 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M