Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KELOMPOK 10

KONFLIK NORMA DAN HUKUM


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Logika dan Penalaran Hukum

Dosen Pengampu: Dr. JM. Muslimin, M.A. Ph. D.

Disusun Oleh

Fatih Muhammad Zen (11190440000030)

Jessica Alifiya (11190440000037)

Farouq Muhammad (11190440000101)

Raja Bagus H (11190440000063)

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul
“Konflik Norma dan Hukum”.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Logika dan Penalaran
Hukum, program studi Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan
dan penyusunan makalah ini kami banyak di bantu oleh berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung.
Kami sadar bahwa penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu Kami
menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Ciputat, 21 Mei 2020

Penulis

ii | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ..............................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik Norma dan Hukum secara etimologis dan terminologis dan
pengertian menurut para ahli ................................................................................2
B. Macam dan Jenis Konflik Norma dan Hukum ...................................................15

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................................14
B. Kritik Dan Saran .................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta
budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan
dan selalu akan terjadi.

Lembaga sebagai bagian dari proses perkembangan manusia juga tidak terlepas dari
berbagai macam konflik. Banyak yang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan
dampak negatif, padahal dalam kondisi tertentu konflik justru sangat diperlukan untuk
kepentingan perubahan dan pengembangan keperibadian seseorang.

Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok dan antara


organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada pandangan
yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi, kemudian menarik kesimpulan yang
berbeda dan cenderung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul konflik
tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Konflik Norma dan Hukum secara etimologis dan terminologis?
2. Apa saja Macam konflik Norma dan Hukum?
3. Bagaimana pendapat para ahli tentang Konflik Norma dan Hukum?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian Konflik Norma dan Hukum secara etimologis dan
terminologis.
2. Untuk mengetahui Macam konflik Norma dan Hukum.
3. Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang Konflik Norma dan Hukum.

1|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik Norma dan Hukum

Norma merupakan sesuatu yang fundamental bagi semua kelompok sosial baik yang
bersifat mekanik maupun organik,atau tradisional maupun rasional dalam perspektif sosiologi
norma adalah rules yang diharapkan diikuti oleh masyarakat. norma-norma ini pada
umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit seperti dalam kitab undang-undang normal
biasanya diteruskan melalui proses sosialisasi tentang bagaimana orang harus berperilaku
secara wajar.

Ada tiga elemen yang termuat dalam setiap norma, yakni nilai penghargaan dan sanksi.
Nilai pada dasarnya bersifat abstrak dan dicapai oleh masyarakat oleh karena itu nilai
membuat ide-ide yang penting bagi dan oleh masyarakat. Selanjutnya norma dapat bersifat
informal dan formal norma-norma formal pada umumnya ditulis secara spesifik dan sangat
hati-hati yang memuat jenis-jenis hukuman yang harus diberikan kepada orang yang
perilakunya tidak sesuai dengan norma yang dianut oleh suatu masyarakat di mana itu diakui.
Sedangkan norma norma informal tidak memuat sanksi yang spesifik namun spesifik dan
jelas masyarakat pada umumnya memiliki standar Inilah hidup dalam seluruh kepribadian
mereka. 1

1. Norma

Norma pada hakikatnya, norma hadir, karena dikembangkan dan tumbuh dalam manusia
yang hidup bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu memerlukan orang
lain untuk keberlangsungan hidup, supaya kehidupan mampu berjalan dengan teratur, maka
manusia membutuhkan berbagai aturan tertentu yang tidak semua orang dapat untuk
melakukan perbuatan sesuka hatinya. Apabila keinginan yang dimiliki oleh seseorang
dipaksakan terhadap orang lain, maka akan terjadi benturan dengan kepentingan dan
kehendak dari pihak lain.

1
Suhardi, Yustinus. Februari 2009. “Keteraturan sosial, Norma dan Hukum: Sebuah Penjelasan
Sosiologis”.Jurnal Hukum Prioris.Vol.02, No. 02: hlm.109

2|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


Agar dapat tercapai kenyamanan dan keteraturan dalam hidup bersama, maka manusia
memerlukan kesepakatan mengenai hal yang boleh untuk dilakukan, hal-hal yang sebaiknya
untuk dilakukan, serta hal-hal yang tidak boleh untuk dilakukan kepada orang lain,
Kesepakatan tersebut yang menjadi cikal bakal lahirnya norma. Oleh karena itu perlu kiranya
kita memahami tentang hal-hal sebagai berikut:

a. Pengertian Norma
Norma berasal dari bahasa Belanda yaitu ''norm'', yang artinya patokan, pedoman, atau
pokok kaidah.Ada juga yang memiliki pendapat lain tentang pengertian norma, yaitu norma
berasal dari bahasa latin, yaitu kata ''mos'' yang merupakan bentuk jamak dari kata mores,
yang memiliki arti tata kelakuan, adat istiadat, atau kebiasaan. Pengertian norma adalah
kaidah yang menjadi sebuah petunjuk, pedoman untuk seseorang dalam bertindak atau tidak,
serta bertingkah laku dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, seperti norma kesopanan,
norma hukum, serta norma agama.2

b. Pengertian Norma Menurut Para Ahli


1. J Macionis, berpendapat bahwa pengertian norma merupakan suatu aturan dan kumpulan
harapan masyarakat agar dapat memandu tindakan atau perilaku para anggotanya.
2. Mz. Lawang, berpendapat Norma merupakan gambaran mengenai apa yang diinginkan
sesuatu tersebut pantas dan juga baik sehingga sejumlah anggapan baik serta butuh untuk
dihargai itu sebagaimana mestinya.
3. Hans Kelsen, berpendapat Pengertian norma merupakan perintah yang secara tidak
personal serta anonim.
4. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, Norma merupakan perangkat agar hubungan yang
terjadi antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat dapat terjalin dengan baik.
5. Isworo Hadi Wiyono, berpendapat : Norma merupakan peraturan atau petunjuk hidup
guna memberikan panduan dalam bertindak yang mana itu boleh untuk dilakukan serta
tindakan atau perbuatan yang mana harus dihindari bahkan dilarang.
6. Antony Gidden, berpendapat: Norma merupakan aturan atau prinsip yang konkret yang
mana seharusnya dapat untuk dijaga serta diperhatikan oleh masyarakat.
7. Bellebaum berpendapat, bahwa: Norma merupakan alat agar dapat mengatur orang-orang
agar melakukan perbuatan yang diletakkan atas dasar keyakinan serta pada beberapa

2
Sarinah, Ilmu-Ilmu sosial budaya dasar, (Sleman : CV Budi Utama, 2009), hal 62.

3|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


sikap tertentu. Norma ada kaitannya dengan kerja sama yang terjadi didalam sebuah
kelompok atau untuk mengatur setiap perbuatan pada masing-masing anggotanya agar
dapat mencapai dan menjunjung nilai-nilai yang telah diyakini secara bersama-sama.
8. Richard T. Schaefer & Robert P. Lamm berpendapat bahwa : Norma adalah standar
perilaku yang sudah mapan dan dipelihara oleh masyarakat.
9. Craig Calhoun berpendapat bahwa: Norma adalah pedoman atau aturan yang menyatakan
mengenai bagaimana seseorang supaya bertindak dalam situasi-situasi tertentu.
10. Broom & Selznic berpendapat bahwa: Norma yaitu rancangan yang sudah ideal mengenai
perilaku manusia yang mana memberikan batasan untuk anggota-anggota masyarakat
guna mendapatkan tujuan hidupnya.

2. Hukum
a. Pengertian Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum merupakan :
 Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah atau otoritas.
 Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
 Patokan (kaidah, ketentuan).
 Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.

b. Pengertian Hukum Menurut Pendapat Ahli


Prof. L.J. Van Apeldoorn dalam bukumnya “Inleiding tot de studie het Nederland Recht”
menyatakan : Adalah tidak Mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut
hukum itu. Hal ini dikarenakan hampir semua sarjana hukum memberian
pembatasan/pengertian mengenai hukum yang berlainan, yaitu antara lain:

1) Imamnuel Kant, memberikan definisi hukumnya sebagai berikut : Hukum adalah


keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum
tentang kemerdekaan.
2) CST Kansil, memberikan definisi hukumnya sebagai berikut : Hukum adalah peraturan
hidup yang bersifat memaksa.
3) Mochtar Kusumaatmadja, mengemukakan bahwa hukum yang memadai tidak saja
merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia

4|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


dalam masyarakat, melainkan juga meliputi lembaga-lembaga dan proses yang
mewujudkan kaidah-kaidah itu dalam masyarakat.3
4) Aristoteles : Hukum merupakan suatu yang suatu hal yang berbeda dari sekadar mengatur
dan mengekspresikan konstitusi, hukum berfungsi untuk mengaturtingkah laku para
hakim pada putusannya di pengadilan.4
5) Tullius Cicerco : Hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang tertinggi yang
mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak.
6) Utrecht : Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan
jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah.
7) Prof. Dr. Van Kan : Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa
untuk melindungi kepentingan manusia di dalam Masyarakat.

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan.

Pengertian Konflik

Konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan antara satu
bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok
lain.5 Konflik dapat memberi dampak secara positif fungsional sejauh ia memperkuat
kelompok dan secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.6

Secara etimologi, konflik (conflict) berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling
memukul. Konflik juga diartikan sebagai suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat
menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain di mana hal ini dapat terjadi antar
kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Morton Deutsch, seorang pionir pendidikan resolusi konflik yang menyatakan
bahwa dalam konflik, interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh
perbedaan daripada oleh persamaan.7 Sedangkan menurut Scannell, konflik adalah suatu hal

3
Kusumaatmadja, Mochtar Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Masyarakat, Bandung :Binacipta,1979,
hal15.
4
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta : Chandra Pratama, 1996) hal 17-27.
5
Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h. 128.
6
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 115.
7
Bunyamin Maftuh, Pendidikan Resolusi Konflik, (Jakarta: 2005), h. 47.

5|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


alami dan normal yang timbul karena perbedaan persepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok
individu.

Dalam International Encyclopedia of The Social Sciences diuraikan mengenai pengertian


konflik dari aspek antropologi, yakni yang ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara
paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok
kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi
tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu. 8 Dengan
demikian, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan
ukurannya. Selain, dapat pula dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologis
tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik
menurut aspek-aspek lain yang semuanya turut ambil bagian dalam memunculkan konflik
sosial dalam kehidupan kolektif manusia. (Chang, 2001).

Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan di mana setidaknya salah satu
dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap
tindakan tersebut. Implikasi dari definisi konflik di atas adalah:

1. Konflik dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah sistem kerja peraturan.
2. Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik
tersebut.
3. Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika suatu tujuan telah
tercapai.
4. Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak.

Hunt and Metcalf (1996) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu intrapersonal conflict
(konflik intrapersonal) dan interpersonal conflict (konflik interpersonal). Konflik
intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika
keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai budaya masyarakat, atau
keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik intrapersonal ini bersifat
psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat menggangu bagi kesehatan
psikologis atau kesehatan mental (mental hygiene) individu yang bersangkutan.

8
International Encyclopedia of The Social Sciences, Vol. 3, h. 236-241.

6|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini
terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya,
sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan
kelompok, baik di dalam sebuah kelompok (intragroup conflict) maupun antar kelompok
(intergroup conflict). Dalam penelitian ini, titik fokusnya adalah pada konflik sosial remaja,
dan bukan konflik dalam diri individu (intrapersonal conflict).

Norma-norma sosial dan hukum:

Hukum merupakan salah satu kategori dari norma sosial secara formal digunakan oleh
pemerintah untuk mengatur perilaku para warganya oleh karena merupakan salah satu bagian
dari norma maka hukum pada dasarnya merefleksikan norma yang ada dalam masyarakat
adalah bagaimana norma masyarakat itu berkembang menjadi hukum formal. Didasarkan
pada kepercayaan bahwa norma-norma menjadi hukum disebabkan karena norma pada
umumnya merefleksikan persetujuan bersama tentang perilaku yang wajar modal konsensus
ini dibangun atas paradigma fungsionalisme dimana hukum dipandang sebagai bagian dari
sistem untuk mempertahankan keteraturan sosial. 9

Hukum dan sifat sanksi hukum:

Adab setiap pelanggaran terhadap ketentuan hukum hukuman nya dinyatakan secara tegas
hal ini merefleksikan bahwa, di satu sisi kebebasan yang bersifat positif merupakan suatu
nilai yang tidak dapat ditentukan atau di determinasi melainkan harus terbuka namun pada
sisi yang lain kebebasan negatif yang mengganggu kebebasan positif akibat ASI atau dicegah
pembatasan ini dinyatakan dalam bentuk sanksi hukum dan sosial sekaligus.

Demikian oleh orang lain tujuan hukum terhadap orang yang merugikan dan dirugikan
adalah restitusi yakni ganti rugi kepada penuntut bila tuntutan dikabulkan atas kerugian yang
dideritanya sebagai individu. Dalam sanksi restitutif tidak akan ada kehilangan kehormatan
sosial ataupun kalau ada hanya sedikit saja hukum restitusi merupakan ciri-ciri dari hukum
sipil hukum dagang dan hukum konstitusi. 10

Norma hukum Indonesia membentuk bangunan piramida norma hukum yang berlaku
berada dalam suatu sistem yang berjenjang jenjang berlapis-lapis sekaligus berkelompok-
kelompok dalam arti bahwa norma hukum tersebut berlaku bersumber dan berdasar pada

9
Ibid, hlm.111
10
Ibid, hlm.114

7|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


norma hukum yang lebih tinggi dan norma hukum yang lebih tinggi berlaku bersumber dan
berdasar pada norma hukum yang lebih tinggi pula demikian seterusnya sampai pada suatu
norma dasar negara Indonesia yaitu Pancasila kita hukum rakyat Indonesia dasar dan sumber
bagi semua norma hukum di bawahnya

Bangunan piramida hukum ini untuk menentukan derajat norma masing-masing susunan
norma hukum yang lebih tinggi dan norma yang lebih rendah konsekuensi bangunan
piramida hukum adalah jika terdapat norma hukum atau peraturan yang saling bertentangan
atau pertentangan norma maka yang dinyatakan berlaku adalah yang derajatnya lebih tinggi.
Dalam konteks ini berlaku asas hukum Lex superiori derogat Legi inferiori. Atau hukum
yang derajatnya lebih tinggi mengesampingkan hukum yang derajatnya lebih rendah. Selain
itu konsekuensi bangunan piramida hukum tersebut adalah adanya harmonisasi antar berbagai
lapisan hukum misalnya setingkat undang-undang dalam arti bahwa antar norma hukum
adalah pelapisan atau jenjang yang sama tidak boleh saling bertentangan.

Untuk menilai pertentangan norma hukum setiap negara memiliki skema yang berbeda
setelah amandemen UUD 1945 di Indonesia kewenangan pengujian norma dipusatkan pada
kekuasaan kehakiman yakni Mahkamah Agung. (menguji undang-undang terhadap UUD).
Menguji norma hukum atau undang-undang terhadap UUD oleh Mahkamah Konstitusi
merupakan wujud prinsip atau asas konstitusionalitas undang-undang yang mana
konsekuensinya harus ada mekanisme yang dapat menjamin bahwa undang-undang yang
dibuat oleh pembentuk undang-undang itu tidak bertentangan dengan UUD 1945.

Pemberian kewenangan pengujian undang-undang pada Mahkamah Konstitusi tidak


diatur secara detail dan jelas dalam konstitusi maupun dalam undang-undang organik untuk
melihat desain pengujian undang-undang dari Indonesia harus melakukan kolaborasi
komprehensif terhadap peraturan terkait berikut putusan putusan Mahkamah Konstitusi. Hal
yang membuat skema pengujian undang-undang baik ranah teoritis maupun praktis masih
menyisakan berbagai problem: Nilai-nilai Pancasila atau pembukaan sebagai tolak ukur tidak
tepatnya penggunaan 25 konstitusi sebagai tolak ukur lemahnya penggunaan tolak ukur UUD
1945 sebagai konstitusi yang hidup ketentuan yang tidak jelas mengenai pemahaman
pengujian norma hukum vertikal dan horizontal oleh Mahkamah Konstitusi dan batasan
pengujian formil dan materiil serta implikasinya yang menyusun makna “bertentangan
dengan UUD” menyusun makna pertentangan norma-norma hukum melalui penafsiran
hukum, adanya batasan penggunaan Ketentuan dan konstitusi, pertentangan antara asas

8|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


hukum acara dalam praktik ketidakjelasan batasan sampingan pertentangan norma hukum
dan pemberlakuan surut dan nilai hukum.11

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-


undangan menjelaskan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas

1. Undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Provinsi dan Peraturan Daerah kabupaten atau kota

Jenis peraturan perundang-undangan selain mencakup peraturan yang ditetapkan oleh


Majelis Permusyawaratan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Dewan Perwakilan Daerah
Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi Badan Pemeriksa Keuangan Komisi Yudisial Bank
Indonesia Menteri Badan lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan undang-
undang atau pemerintah atas pemerintah undang-undang. Rakyat daerah Provinsi Gubernur
dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten atau kota bupati atau walikota kepala desa atau
yang setingkat. Peraturan perundang-undangan diakui keberadaannya dan mempunyai
ketentuan atau kekuatan hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Dalam hal
suatu undang-undang diduga bertentangan dengan undang-undang dasar negara Republik
Indonesia tahun 1945 pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Dalam hal suatu
peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang diduga bertentangan dengan
undang-undang pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.12

Selanjutnya teori norma hukum dikemukakan oleh Hans Kelsen. Hans Kelsen dapat
bahwa norma norma hukum itu berjenjang jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki
atau susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi demikian seterusnya. Norma yang tidak dapat ditelusuri lebih
lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif yaitu norma dasar (grundnorm) apa dasar yang
merupakan norma tertinggi dalam sistem norma tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma

11
Lailam, Tanto. Maret 2014. “Konstruksi Pertentangan Norma Hukum dalam Skema Pengujian Undang-
Undang”. Jurnal Konstitusi. Vol. 11, No. 01: hlm. 19-20
12
Suriyani, Meta. Setember 2016. “Pertentangan Asas Perundang-Undangan dalam Pengaturan Larangan
Mobilisasi Anak pada Kampanye Pemilu”. Jurnal Konstitusi. Vol. 13, No. 03: hlm 667-668

9|LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


yang lebih tinggi lagi, tetapi norma itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai
norma dasar yang merupakan gantungan / norma yang berada di bawahnya. Murid kelas yang
bernama Hans nawiasky mengembangkan teori yang dikedepankan Kelsen norma yang
dibawah berlaku berdasar dan bersumber pada norma yang lebih tinggi norma yang lebih
tinggi berlaku berdasarkan bersumber pada norma yang lebih tinggi lagi sampai pada norma
yang lebih tinggi tinggi disebut norma dasar.

Nawiasky mengelompokkan norma norma hukum dalam suatu negara ini menjadi empat
kelompok besar yang terdiri dari:

kelompok I : staatfundamentalnorm (norma fundamental negara)

kelompok II: staatgrundgesetz (aturan dasar atau pokok negara)

kelompok III: Formell gesetz (uu formal)

kelompok IV : verordnung & autonome satzung (aturan pelaksana dan aturan otonom) 13

Berdasarkan pendapat sudikno mertokusumo pengertian dari norma hukum hukum


meliputi asas-asas hukum kaidah hukum dalam arti sempit atau nilai (norm) dan peraturan
hukum konkrit. Asas hukum itu sebenarnya merupakan suatu pemikiran dasar yang
melatarbelakangi Bagaimana lahirnya suatu norma. Cipto Raharjo mengemukakan asas
hukum atau prinsip hukum itu merupakan jantungnya peraturan hukum Hal ini dikarenakan
prinsip hukum atau asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum ini berarti bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa
dikembalikan kepada asas tersebut.

Asas hukum layak juga disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau
merupakan rasio logis dari peraturan hukum dengan adanya prinsip hukum atau asas hukum
ini maka hukum itu tidak sekedar kumpulan dari peraturan-peraturan hal itu disebabkan
karena asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan tuntutan etis. Karena prinsip
hukum atau asas hukum mengandung makam merupakan jembatan antara peraturan dengan
cita-cita sosial dan pandangan etis dari masyarakatnya. Melalui asas hukum ini peraturan-
peraturan hukum itu berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan yang etis, sering
didapati peraturan hukum itu ketinggalan dengan adanya peristiwa konkrit dalam artian
bahwa ketika terdapat suatu peristiwa konkrit maka seringkali peraturan yang kurang

13
Ibid, hlm. 669

10 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
memadai hukum atau asas hukum bukan merupakan peraturan hukum namun tidak ada
hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu untuk memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik-baiknya tidak bisa
hanya melihat pada peraturan-peraturan hukum nya saja melainkan harus menggali nya
sampai pada asas-asas hukum nya asas hukum inilah yang memberi makna etis pada
peraturan-peraturan hukum, di dalam penyusunan peraturan perundang-undangan terhadap
keterkaitan yang erat antara nilai asas atau prinsip dan norma nilai dalam membentuk asas
atau prinsip selanjutnya asas atau prinsip akan melahirkan norma asas atau prinsip substansial
merupakan tumpuan atau Pondasi yang mana akan menjadi titik tolak berpikir dan akan
dijadikan pedoman dalam perumusan materi untuk suatu peraturan perundang-undangan. 14

Peranan peraturan perundang-undangan dalam konteks negara hukum yaitu untuk


menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara dan sebagai pedoman untuk
menyelenggarakan pemerintahan baik itu pemerintahan pusat berupa undang-undang dan di
daerah berupa peraturan daerah serta untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Suatu pemerintahan tanpa suatu aturan atau aturan yang dibuat sendiri dan
membiarkan masyarakat menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan secara sendiri-sendiri
yang berarti tanpa pedoman atau aturan atau patokan berupa produk hukum maka yang
terjadi adalah ketidakteraturan dalam kehidupan masyarakat dan negara. Jelaskan keberadaan
produk hukum berbentuk peraturan perundang-undangan.15

Secara garis besar norma dapat dibedakan menjadi

a. Norma etika yang dapat dibagi lagi menjadi norma Susila norma agama dan norma
kesopanan.
b. Hukum suatu patokan yang didasarkan kepada patokan nilai-nilai baik atau yang buruk
berorientasi berorientasi kepada asas keadilan yang bersifat suruhan yaitu Apa yang harus
dilakukan orang dan larangan yaitu apa yang tidak boleh dilakukan orang.

Yang telah mengemukakannya bahwa norma juga digunakan sebagai istilah kaidah-
kaidah disini antara lain digunakan oleh sudikno mertokusumo Beliau mengatakan bahwa
kaidah hukum lazimnya diartikan sebagai Peraturan hidup yang menentukan Bagaimana
manusia itu berperilaku bersikap yakni di dalam masyarakat dengannya dan kepentingan

14
Ibid, hlm. 672
15
Ibid, hlm. 673

11 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
orang lain dapat terlindungi terpenuhi. Masyarakat berlaku aturan bahwa ketika seorang anak
bersalaman dengan orang tuanya dan anak itu menatap wajah orang tuanya maka ia dianggap
tidak sopan tersebut kebiasaan tersebut sudah ada sejak zaman dahulu kala telah dijadikan
patokan sebagai norma kesopanan. Sementara di wilayah lain seorang anak dianggap sopan
saat bersalaman dengan orang tuanya dan menatap wajah orang tua itu hal ini dapat dikatakan
sebagai bentuk kesopanan terhadap orang yang lebih tua gambaran di atas menunjukkan
bahwa keberlakuan norma sangat terbatas dan tidak mengikat secara umum dapat kita ketahui
bahwasannya norma yakni sifatnya sangat temporer dan tidak objektif semua orang mengakui
bahwa itu adalah aturan yang Harus dipatuhi dan dipenuhi bagaimana contoh tersebut sebagai
norma non hukum artinya norma yang tidak bisa diadopsi menjadi muatan pasal-pasal
peraturan perundang-undangan karena norma ini sifatnya yang subjektif.

Setiap norma yang memuat aturan dan bisa di objektifikasi atau bisa diakui oleh semua
orang untuk dipenuhi dapat diketahui norma hukum inilah yang membuat dia menjadi muatan
pasal-pasal dalam undang-undang kita akan mengambil contoh lagi norma yang memuat
aturan bahwa setiap orang yang mencuri itu dianggap merugikan orang lain dan karena itu
harus dihukum. Semua orang di wilayah manapun dan berhimpun dalam satu agama pun
dipastikan tidak ada yang membenarkan bahwa orang yang mencuri tidak merugikan orang
lain karena itu tidak perlu dihukum oleh karena muatan norma yang objektif larangan
mencuri diadopsi menjadi salah satu jenis kejahatan yang tertuang dalam Hukum Pidana
Indonesia di dalam Kitab undang-undang hukum pidana (kUHP) terdapat pasal yang
menyebutkan bahwa larangan pencurian dan jenis hukumannya bahwasanya pengenalan jenis
norma ini menunjukkan secara jelas bahwa perbedaan antara norma hukum dan norma
hukum. 16

Nilai validitas suatu hukum terletak pada kesesuaiannya dengan norma lainnya terutama
norma dasar dalam hubungan ini dapat dijelaskan bahwa norma dasar yaitu dapat dibedakan
menjadi dua norma statis dan norma dinamis merupakan norma yang telah memiliki validitas
sehingga seluruh isi norma tersebut ditaati dan tentunya diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari setiap isi norma tersebut memiliki daya pengikat dan daya paksa karena berasal dari
norma yang berasal dari spesifik memiliki validitas yang diyakini sebagai norma yang paling
tinggi atau norma yang paling akhir.

16
https://www.datawika.com/norma-hukum/ (diakses pada 03 Mei 2020, pukul 20:42)

12 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
Sifat statis dalam hal ini karena norma tersebut memiliki pengertian umum yang dapat
dijadikan dalam membentuk norma khusus. Dinamis merupakan pembentukan norma dasar
tertentu karena tidak ditemukan dalam norma statis karena adanya perkembangan sosial
tetapi tidak dikaitkan dengan realitas sosial jika perkembangan sosial memiliki kehendak
untuk mewujudkan suatu norma baru Maka pembentukannya tetap disandarkan pada norma
dasar. 17

Norma tersebut masuk ke dalam masyarakat maka otomatis memiliki kekuatan memaksa
dan ditaati pernyataan kehendak tersebut diwujudkan baik dalam bentuk suatu transaksi
hukum maupun dalam suatu undang-undang yang didalamnya mengandung unsur perintah
atau keharusan untuk ditaati dan diterapkan hal ini menunjukkan bahwa setiap norma hukum
memiliki unsur fakta baik pada sisi pernyataan dan untuk ini diperkenalkan unsur sanksi
maka validitas dan Hukum adalah bahwa setiap materi muatan norma hukum memiliki daya
ikat dan paksa bagi subjek hukum tertentu dalam melakukan setiap perbuatan hukum
sedangkan efektivitas norma hukum berarti segi penerapan Materi muatan hukum oleh organ
yang memiliki otoritas untuk menerapkan suatu norma hukum. Jika terjadi suatu kasus
terhadap norma hukum dan organ tersebut tidak mampu memberikan sanksi maka norma
tersebut dapat dikatakan tidak efektif Oleh karena itu efektivitas hukum merupakan dua hal
yang berbeda yaitu validitas lebih muatan pada segi normatif sedangkan efektivitas lebih
kepada proses penerapan norma tersebut.18

Secara konseptual harus memperhatikan kecenderungan terhadap arah perubahan modal


sendiri antara lain:

1. Dinamika norma hukum responsif

Sistem normatif maupun praktis meliputi segala aspek kehidupan Tetapi hanya
merupakan salah satu sarana untuk membentuk ketertiban Oleh karena itu hukum harus
didekati dari semua aspek kehidupan agar bersifat visioner dan beroperasi bersama dengan
bidang-bidang yang lain dengan kata lain bahwa pembaharuan hukum berupaya untuk
melakukan pembebasan baik dalam cara berpikir maupun bertindak dalam hukum sehingga
hukum mampu berperan dan berfungsi untuk mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan
dan perdebatan publik semakin lama semakin menunjukkan bahwa hukum dan penegakan

17
Arifin, Zainal. Desember 2012. “Pembentukan Hukum dalam Persfektif Pembaruan Hukum”. Jurnal
RechtsVinding. Vol. 01, No. 03: hlm.310
18
Ibid, hlm.311

13 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
hukum di Indonesia selalu perubahan mendasar tidak hanya Dalam praktiknya melainkan
juga pada tataran konstruksi ilmu hukum dan pemaknaan terhadap hukum kondisi hukum dan
penegakannya yang ada saat ini adalah produk dan konfigurasi politik otoritarian yang belum
seluruhnya berubah yang bertumpu pada nilai Hakiki kemanusiaan penerapan hukum melalui
kelembagaan dan aparat hukum yang kuat dan perhatian terhadap peranan perilaku manusia
dalam hukum.19

2. Norma hukum historis

Hukum dalam tataran teologis merujuk pada aliran hukum alam sebagai salah satu aliran
dalam filsafat hukum yang lahir dari diantar pada gagasan universitas dan moralitas gagasan
universalitas memberikan dasar pembenar bagi berlakunya kebebasan manusia dan
Pengakuan hak dasar manusia demikian pula gagasan moralitas merupakan prinsip moral
yang bersifat umum dan dapat ditelaah oleh akal manusia kedua gagasan tersebut merupakan
esensi yang tepat yang dijadikan ide dasar tentang perumusan hakikat hukum dan keadilan
sebagai tujuan hukum hukum merupakan ekspresi dari hakikat hukum umum manusia yang
bersifat universal dalam perkembangannya.

Sejatinya hukum diadakan untuk menghadirkan keadilan kebaikan dan keberpihakan


kepada kepentingan masyarakat namun Sangat disayangkan apabila penegakan hukum kita
lebih berorientasi pada kepentingan yang berkuasa dibandingkan kepentingan rakyat tidak
bisa dipungkiri praktik hukum kita sedang mengalami persoalan akut yang telah
membudidaya yang dapat kita lihat ketika hukum direduksi pada persoalan produk semata
tanpa melihat aspek-aspek lainnya Hal ini tidak bisa dilepaskan dari paradigma positivisme
hukum yang menjerat pada pandang tindakan dan perwujudan penegakan hukum. Seharusnya
hukum harus diletakkan pada tujuan dan cita-cita sosial lebih luas dalam konteks reformasi
hukum salah satunya melalui gerakan studi hukum kritis. 20

19
Ibid, hlm. 318
20
Arliman, Laurensius. November 2019. “Mewujudkan Penegakan Hukum yang Baik di Negara Indonesia”.
Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi. Vol. 01, No. 01: hlm 2

14 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
B. Macam Norma dan Hukum

Macam Norma

1. Norma Agama

Norma Agama adalah kaidah-kaidah atau peraturan hidup yang dasar sumbernya dari
wahyu ilahi. Norma agama merupakan suatu aturan hidup yang harus diterima manusia dan
dijadikan sebagai pedoman, baik itu sebagai perintah, larangan, serta ajaran yang sumbernya
dari Tuhan Yang Maha Esa. Contoh norma agama:

a) Melaksanakan ketentuan agama, contoh : menghormati orang lain, membantu sesama


manusia, tidak melakukan tindakan yang semena-mena terhadap orang yang lemah, dan
lain sebagainya.
b) Menjauhi larangan agama, contoh : berbuat fitnah, minuman-minuman keras, melakukan
perjudian, mencuri, membunuh, dan lain sebagainya.
c) Melaksanakan ibadah atau sembahyang tepat pada waktunya.Norma Agama mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan yang menjadi keprcayaannya. (Bisa berupa
Larangan dan anjuran / perintah bagi pemeluknya)

2. Norma Kesusilaan

Setiap manusia mempunyai hati nurani yang merupakan perbedaan antara manusia
dengan makhluk lainnya. C.S.T . Kansil berpendapat bahwa pengertian norma kesusilaan
ialah peraturan hidup yang dianggap sebagai suatu suara hati sanubari manusia atau insan
kamil. Contoh norma kesusilaan antara lain

a) Dilarang membunuh.
b) Berkata jujur dan benar.
c) Menghargai dan menghormati orang lain.
d) Berbuat baik dan berlaku adil terhadap sesama.

Norma Kesusilaan bersumber dari hati nurani, fungsinya mengatur hubungan manusia
dalam hidup soisla agar manusia itu bersusila sesuai dengan tingkah laku yang diinginkan
masyarakat.

15 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
3. Norma Kesopanan/Adat

Norma Kesopanan/Adat dapat disebut dengan norma adat dalam suatu masyarakat
tertentu. Landasan kaidah ini ialah kepantasan, kebiasaan, serta kepatuhan yang berlaku pada
masyarakat tersebut. Pengertian norma kesopanan merupakan sebuah peraturan hidup yang
sumbernya dari tata pergaulan masyarakat mengenai etika sopan santun, serta tata krama
yang ada dalam masyarakat. Contoh norma kesopanan atau adat antara lain :

a) Bertutur kata yang sopan dan tidak menyakiti perasaan seseorang.


b) Masuk rumah orang lain dengan permisi terlebih dahulu.
c) Tidak meludah di sembarang tempat.
d) Menghormati orang lain yang lebih tua atau yang dituakan.

Norma kesopanan mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya agar tingkah
laku manusia itu teratur dalam hubungan sosial di masyarakat.

4. Norma Hukum

Norma Hukum merupakan aturan yang sumbernya dari negara atau pemerintah. Norma
hukum dibuat oleh pejabat pemerintah yang memiliki wewenang dengan tertulis serta
sistematis. Contoh norma hukum antara lain :

a) Dalam mengendarai kendaraan bermotor harus membawa SIM atau Surat Ijin mengemudi
serta STNK atau Surat Tanda Nomor Kendaraan.
b) Tidak boleh ingkar janji atau penipuan dalam proses jual beli.

Norma/Kaidah hukum berasal dari hukum positif yang ada disuatu negara/teritorial.
Hukum ini bersifat memaksa bagi semua individu yang tercakup dalam teritorial Negara
tersebut, dan hukum dikenalkan pada umum melalui sosialisasi terhadap penerapan hukum
itu.

5. Fungsi norma dan peranannya


Fungsi norma dan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat antara lain :
1) Sebagai suatu pedoman atau aturan hidup untuk seluruh masyarakat di wilayah tertentu.
2) Dapat memberikan keteraturan dan stabilitas dalam kehidupan bermasyarakat.
3) Dapat menciptakan suasana yang tertib.
4) Fungsi norma yang merupakan wujud konkret terhadap berbagai nilai di masyarakat.

16 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
5) Mengikat seluruh warga masyarakat, hal ini karena fungsi norma disertai dengan adanya
sanksi bagi yang melanggar.
6) Merupakan skala atau standar dari seluruh kategori tingkah laku masyarakat.
7) Memberikan batasan yaitu berupa larangan atau perintah dalam berperilaku dan
bertindak.
8) Memaksa individu dalam menyesuaikan dan beradaptasi dengan norma-norma yang
berlaku yang ada dalam masyarakat serta menyerap nilai-nilai yang diharapkan.
Macam Hukum

1. Menurut Sumbernya

Sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang jika dilanggar akan mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata, Hukum menurut sumbernya , yaitu :

a. Hukum Undang-undang
b. Hukum Adat
c. Hukum Traktat
d. Hukum Jurisprudensi

2. Menurut Bentuknya
a. Hukum tertulis (Statute Law, Writen Law)
b. Hukum Tidak Tertulis / Kebiasaan (Unstatutery Law, Unwriten Law)

3. Menurut Tempat Berlakunya


a. Hukum Nasional
b. Hukum Internasional
c. Hukum Asing
d. Hukum Gereja

4. Menurut Waktu Berlakunya


a. Ius Contitutum (Hukum Positif)
b. Ius Constituendum
c. Hukum Asasi (Hukum Alam)

17 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
5. Menurut Cara Mempertahankannya
a. Hukum Material;
b. Hukum Formal.

6. Menurut Sifatnya
a. Hukum yang memaksa;
b. Hukum yang mengatur.

7. Menurut Wujudnya;
a. Hukum Objektif
b. Hukum Subjektif

8. Menurut isinya/jenisnya;
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang
atau lebih dengan menitikberatkan masalah kepada kepentingan perorangan.
b. Hukum Publik (Hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dengan alat-alat perlengkapan kenegaraan atau hubungan antara negara dengan
perorangan (warga negara).21

21
https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/, diunggah 13 Oktober 2019

18 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta
budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan
dan selalu akan terjadi.
Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok dan antara
organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada pandangan
yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi, kemudian menarik kesimpulan yang
berbeda dan cenderung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul konflik
tertentu.
Norma merupakan sesuatu yang fundamental bagi semua kelompok sosial baik yang
bersifat mekanik maupun organik,atau tradisional maupun rasional dalam perspektif sosiologi
norma adalah rules yang diharapkan diikuti oleh masyarakat. norma-norma ini pada
umumnya tidak dinyatakan secara eksplisit seperti dalam kitab undang-undang normal
biasanya diteruskan melalui proses sosialisasi tentang bagaimana orang harus berperilaku
secara wajar.

B. Kritik Dan Saran

Kami menyadari bahwa Makalah kami bukanlah makalah yang sempurna maka dari itu
kami mengharapkan Kritik serta saran yang bermanfaat serta membangun agar kelak
dikemudian hari kami dapat membuat makalah yang lebih baik.

19 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta : Chandra Pratama, 1996)

Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997) Margaret M.

Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)

Arifin, Zainal. Desember 2012. “Pembentukan Hukum dalam Persfektif Pembaruan Hukum”.

Jurnal RechtsVinding. Vol. 01, No. 03: hlm.310

Arliman, Laurensius. November 2019. “Mewujudkan Penegakan Hukum yang Baik di

Negara Indonesia”. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi. Vol. 01, No. 01: hlm 2

Bunyamin Maftuh, Pendidikan Resolusi Konflik, (Jakarta: 2005),

https://www.datawika.com/norma-hukum/ (diakses pada 03 Mei 2020, pukul 20:42)

https://www.yuksinau.id/macam-macam-hukum/, diunggah 13 Oktober 2019

International Encyclopedia of The Social Sciences, Vol. 3, h. 236-241.

Kusumaatmadja, Mochtar Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Masyarakat,

Bandung : Binacipta, 1979

Lailam, Tanto. Maret 2014. “Konstruksi Pertentangan Norma Hukum dalam Skema

Pengujian Undang-Undang”. Jurnal Konstitusi. Vol. 11, No. 01: hlm. 19-20

Sarinah, Ilmu-Ilmu sosial budaya dasar, (Sleman : CV Budi Utama, 2009)

Suhardi, Yustinus. Februari 2009. “Keteraturan sosial, Norma dan Hukum: Sebuah

Penjelasan Sosiologis”.Jurnal Hukum Prioris.Vol.02, No. 02: hlm.109

Suriyani, Meta. Setember 2016. “Pertentangan Asas Perundang-Undangan dalam

Pengaturan Larangan Mobilisasi Anak pada Kampanye Pemilu”. Jurnal Konstitusi. Vol.

13, No. 03: hlm 667-668

20 | L O G I K A D A N P E N A L A R A N H U K U M

Anda mungkin juga menyukai