Anda di halaman 1dari 14

DISKRIMINASI HAK PEREMPUAN DALAM CERPEN BUDAK DUSUN TAK

KENAL BERAS KARYA BERI HANA


ANALISIS TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pengampu Dwi Septiani S.Hum., M.Pd

Disusun Oleh :

1. Elvin Andila 191010700506


2. Khalda Anggraeni 211010700078
3. Salsa Qirana Al-Zahra 211010700271
4. Siti Rahmania Oktaviani 211010700205

UNIVERSITAS PAMULANG
FAKUTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Cerpen merupakan karya sastra dalam bentuk tulisan yang biasanya mengisahkan
mengenai tentang sebuah cerpen, cerita fiksi dikemas secara singkat, jelas, namun
memiliki makna yang dalam. Cerpen juga menjadi salah satu yang digemari dalam
kazanah kemakmuran dalam sastra Indonesia. Karena cerpen bisa memberikan makna
yang dalam mengenai persoalan ataupun makna yang ingin dicari mengenai sesuatu,
walaupun hal itu dalam waktu yang singkat.

Sesingkat pada bagaimana cerpen itu bercerita. Mengenai sosial, budaya, maupun
gender. Gender membentuk dan menangani pada bagaimana persoalan setiap individu
memberikan hak yang sama dalam kehidupan, tanpa memandang bagaimana persoalan
individu apakah setara atau tidak. Sehingga salah satu contohnya pada kegemaran
masyarakat Indonesia mengenai penganalisisan tentang persoalan budaya maupun hak
kesetaraan perempuan yang terjadi dan didiskriminasi.

Bentuk diskriminasi dalam ranahnya adalah suatu pandangan yang berbeda karena
memiliki latar belakang, maksud, dan tujuan yang terjadi dalam individu. Diskriminasi
dalam pandangan individu, membentuk persoalan tentang pada bagaimana pengungkapan
keresahan atas ketidakadilan, diskriminasi, dan ketidak seimbangan dalam persoalan
hidup. Diskriminasi jugapun, memberikan persoalan tidak hanya mengenai ketidakadilan
namun juga pada mengenai jalan keluar tentang persoalan salah satunya sosial.

Sosial yang disebut sebelumnya, mengenai persoalan pada bagaimana individu, saling
terhubung, walaupun keterhubungan tersebut tidak dilakukan secara fisik langsung. Sosial
dan individu tidak dapat dilepaskan, dipisahkan, dan dipertentangkan. Karena pada
dasarnya manusia atau individu adalah makluk sosial, yang perlu menemukan jati diri
melalui pengalaman dalam hidupnya. Dalam mencari pengalaman hidup, setiap manusia
memiliki jalannya masing-masing, dikarenakan setiap manusia, memiliki alur dalam
perjalanan yang tidak sama dengan manusia lainnya. Salah satu contohnya pada
bagaimana media yang menjadi pengkait pada melihat diskriminasi sosial, hak dan
ketidaksetaraan yang terjadi dalam prinsip perempuan, dibentuk dari pada bagaimana
persoalan budaya hadir dan tertanam.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah cerpen Budak Dusun Tak
Kenal Beras. Dalam cerpen ini pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca pada realita kehidupan melalui cerita yang terkandung di
dalamnya, tentang diskriminasi hak perempuan yang tercermin di dalam alur cerpen ini.
Cerpen Budak Dusun Tak Kenal Beras adalah sebuah karya sastra berbentuk cerpen yang
menceritakan tentang kehidupan sekelompok orang dusun (desa) yang tidak mengenal
beras dan masih menganut kebiasaan nenek moyang yang hanya memakan binatang
buruan dan jenis ikan-ikanan saja. Sehingga pada saat seseorang datang ke dusun itu
dengan membawa satu kantong beras, maka seorang pria dapat menukarnya dengan
seorang wanita dari dusun itu.

(Theodorson 1979:115-116) Diskriminasi adalah prilaku yang tidak seimbang


terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat
kategorikal,atau atribut-atribut khas,seperti berdasarkan ras,kesukubangsaan,agama, atau
keanggotaan kelas sosial.

Berdasarkan uaraian-uraian di atas, peneliti menganggap bahwa cerpen budak dusun


tak kenal beras merupakan salah satu karya yang masih revelan untuk di analisis dan
sebagai media untuk mengambil makna kehidupan. Dan di samping itu dapat di lihat
permasalahan penindasan atas hak perempuan pada cerpen budak dusun tak kenal beras.
Melalui karya ini pengarang memberikan refleksi kepada pembaca tentang diskriminasi
pada hak-hak perempuan seperti yang di ceritakan dalam cerpen budak dusun tak kenal
beras ini. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk memilih topik diskriminasi hak
perempuan pada cerpen budak desa tak kenal beras dengan menggunakan kajian
marxisme dalam mengkaji permasalahan dalam cerpen.

1.2 Batasan Masalah


Dalam meneliti suatu permasalah. Perlu adanya batasan masalah yang di simpulkan.
Sehingga peneliti bisa fokus terhadap apa yang di bahas, batasa masalah dalam penelitian
ini adalah faktor terjadinya diskriminasi pada hak perempuan pada cerpen budak dusun
tak kenal beras karya beri hanna dalam pandangan marxsisme.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di paparkan di atas, maka rumusan masalah yang di
angkat dalam penelitian ini, bagaimana bentuk dan faktor yang mempengaruhi terjadinya
diskriminasi atas hak perempuan pada cerepen budak desa tak kenal beras karya beri
hanna dalam pandangan marxisme ?

1.4 Tinjauan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bentuk dan faktor yang
mempengaruhi terjadinya diskriminasi pada hak perempuan pada cerpen budak dusun tak
kenal beras karya beri hanna dalam pandangan marxsisme.

1.3 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan. Pada bab ini, membahas bagaimana peneliti meneliti objek
kajian yang ada, sehingga para pembaca mudah memahami alasan penulis meneliti objek
kajian yang ada. Bab II Penelitian Sejenis Dan Landasan Teori. Pada bab ini
menejelaskan penelitian sejenis berupaya mempermudah penulis untuk menambah
wawasan terdahulu untuk sejenis. Dengan landasan teori penelitian sehingga bisa fokus
pada apa yang sedang di teliti dan memvalidkan penelitian sehingga bisa di percaya. Bab
III Metode Penelitian Dan Daftar Pustaka. Pada bab III ini bermaksud pada metode
penelitian dan lain-lain sebagai dasar bagaimana melakukan penelitian yang sedang
terjadi.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa refrensi penelitian yang di lakukan peneliti-peneliti sebelumnya, yang


mempunyai kesamaan dalam objek penelitiannya, pendekatannya maupun teori yang di
lakukan. Oleh karena itu sangat penting untuk meninjau penelitian sebelumnya guna
mengetahui relevansinya. Beberapa hasil penelitian yang telah di lakukan oleh para
peneliti sebelumnya yang dirasa relevan dengan penelitian ini adalah :

Penelitian yang di lakukan oleh Umi rahayu (2019) dengan judul “ Diskriminasi
Terhadap perempuan Dalam novel sunyi di dada sumirah karya artie ahmad ” penelitian
yang di lakukan oleh Umi Rahayu mengangkat masalah yang berkaitan dengan aspek
diskriminasi terhadap hak perempuan dalam novel sunyi di dada sumirah karya artie
muhamad. Relevansi penelitian ini adalah kesamaan dalam menggugunakan metode kajian
feminisme serta kesamaan dalam mengguakan metode diskriptif kualitatif dalam
menganalisis data.

Selanjutnya penelitian yang di lakukan oleh Sarina dan M. Ridwan Ahmad (2021)
dengan judul “ Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Pekerja Di Kawasan Industri
Makassar “ juga relevan dengan penelitian ini, hal ini karena Sarina dan M.Ridwan
Ahmad juga menganalisis masalah Diskriminasi yang terjadi di suatu wilayah. Relevansi
penelitian yang di lakukan oleh Sarina dan M.Ridwan Ahmad adalah sama-sama mengkaji
masalah diskriminasi pada hak perempuan dengan kajian feminisme. Selanjutnya
penelitian yang di lakukan oleh Suardi (2016) dengan judul “Implikasi Sosial
Diskriminasi Gender juga sangat relevan engan penelitian yang peneliti lakukan.
Penelitian yang di lakukan Suardi membahas tentang perbedaan sosial diskriminasi
gender, relevansi penelitian di atas dengn penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang diskriminasi gender. Namun ada perbedaan dengan objek yang di kaji, yitu Suardi
lebih menekankan ke arah implikasi sosial sedangkan peneliti lebih menekankan untuk
mengkaji gambaran diskriminasi hak perempuan dalam cerpen budak dusun tak kenal
beras.

2.2 Landasan teori


Untuk mendukung penelitian ini, maka teori-teori yang di gunakan adalah sebagai
berikut :

2.2.1 Cerpen

Menurut Jacob (2001) cerpen adalah fiksi pendek berbentuk prosa. Di dalam cerpen
itu sendiri menceritakan sebuah kisah, kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, memuat
peristiwa yang mengharukan ataupun menyenangkan. Termuat pula kesan agar tidak
mudah di lupakan.

Secara teknis cerpen adalah karya imajinatif yang memiliki beberapa teknis penulisan.
Jadi cerpen memiliki struktur penulisan dan memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsic dan
unsur ekstrisik. H.B Jassin (2010:48) dalam bukunya Tifa and his Region,
mengemukakan bahwa cerpen adalah cerpen (1977:69) Lebih lanjut jassi menyatakan
bahwa dalam cerita pendek orang bisa bertarung, tetapi cerita yang panjangnya 100
halaman tentunya tidak di sebut cerita pendek dan memang tidak ada cerita panjang seperti
itu. Cerita yang panjangnya sepuluh atau dua puluh halaman masih bisa disebut cerita
pendek tetapi ada juga cerita pendek yang panjangnya hanya satu halaman.

2.2.2 Diskriminasi

Diskriminasi yang di maksud dalam cerpen Budak desa tak kenal Beras ialah
perbuatan semena-mena yang di lakukan oleh kaum laki-laki terhadap kaum perempuan di
dusun itu. Hal itu sesuai dengan pengertian diskriminasi yang di arahkan oleh fultoni, et.al
(2009:8), pada dasarnya diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Kata diskriminasi
berasal dari bahasa latin yaitu discriminatus yang artinya membagi atau membedakan.
Perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang di lakukan untuk membedakan
terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, bersifat kategorikal, atau
atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesuku bangsaan, agama,dan gender.

Diskriminasi menurut Sears dkk (1985:149) adalah prilaku menerima atau menolak
seseorang berdasarkan keanggotaan kelompok. Maksud dari keanggotaan kelompok ialah
kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam sebuah kelompok masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat di simpulkan inti dari diskriminasi


adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok berdasarkan
sesuatu, sehingga menimbukan rasa ketidak adilan terhadap individu.
2.2.3 Teori Marxisme

Marxisme adalah aliran pemikiran yang di kembangkan oleh karl max dan frederick
Engels. Dalam buku mereka The German Ideology (1846) Mereka mengamati tentang
pembagian kerja secara gender yang mengarah pada penindasan terhadap perempuan dan
anak-anak. Laki-Laki berkuasa atas perempuan karena memperoleh hak istimewa untuk
menguasai properti, yaitu kekayaan, istri dan anak-anaknya. Perbudakan atas perempuan
akan menciptakan kontradiksi dalam keluarga kelas pekerja, dan pada gilirannya menjadi
bibit antagonisme yang mengancam perkembangan masyarakat (Dhianata 2017).

Bentuk teori marxisme yaitu kelas sosial, feodalisme, eksploitasi, ekonomi,


pendidikan, perbudakan dan kekuasaan. Dalam cerpen Budak dusun tak kenal beras akan
di gunakan tiga bentuk teori kelas seperti penjelasan di atas, yakni feodalism, eksploitasi
dan perbudakan. Ketiga teori ini tercermin pada alur cerpen Budak dusun tak kenal Beras,
pada cerpen ini para budak dusun di diskriminasi berdasarkan kesetaraan gender perlakuan
tidak adil terhadap perempuan, dan ketika perempuan budak dusun dieksploitasi oleh
budak-budak dusun itu sendiri hanya demi satu karung beras, poin ketiga yakni
perbudakan, ketika budak perempuan dusun hanya di jadikan budak seks oleh para
penukar beras.

1. Feodalisme
Feodalisme, kata sejarawan Nyoman Wijaya, berasal dari bahasa Latin feudum
yang artinya tanah yang dimiliki oleh kesatria sebagai imbalan atau jasa-jasanya membela
penguasa atau raja selama empat puluh hari atau lebih. Sistem sebagaimana yang
digunakan Marx. Kelas bagi Marx, selalu didefinisikan berdasarkan potensinya terhadap
konflik. Individu-induvidu membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu
konflik biasa dengan individu-individu yang lain tentang nilai tambah (Leo Agung, 2013:
8).17
Menurut Marx (dalam Badriati, 2014: 22) dengan adanya pertentangan antara
pemilik alat-alat produksi dan pekerja (buruh) maka berakhirlah sistem perbudakan dan
lahirnya sistem masyarakat baru, yaitu masyarakat feodal. Di dalam masyarakat feodal
kaum bangsawan menguasai alat-alat produksi utama pada waktu itu, yaitu tanah. Dan
petaninya merupakan bekas buruh yang dibebaskan. Sebagaian besar petani tidak
memiliki tanah atau hanya memiliki tanah yang luasnya sangat terbatas sehingga tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, kebanyakan mereka
bekerja pada tanah milik orang lain yang pada umumnya tuan tanah yang memiliki tanah
untuk kaum feodal setelah itu barulah tanah miliknya sendiri. Feodalisme merupakan
sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan
bangsawan.

Menurut KBBI feodalisme adalah sistem sosial yang mengagung-agungkan


jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja (KBBI,2008:408).

2. Eksploitasi
Bagi Marx, eksploitasi dan dominasi lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan
dan kekuasaan yang tidak seimbang. Eksploitasi merupakan suatu bagian penting dari
ekonomi kapitalis.Tentu saja, semua masyarakat memiliki sejarah eksploitasi, tetapi yang
unik di dalam kapitalisme adalah 18 bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi
yang impersonal dan “objektif”.Kemudian, paksaan jarang dianggap sebagai kekerasn,
malah menjadi kebutuhan pekerja itu sendiri, yang sekarang hanya bisa terpenuh hanya
melalui upah (Ritzer & Goodman, 2011: 55).

Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong
kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi.
Untuk melakukan hal ini berdasarkan pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber
nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat. Inilah yang
mendorong terjadinya konflik kelas (Ritzer & Goodman, 2011: 57). Tetapi lain pihak,
kelas buruh menjadi semakin sadar akan situasinya, akan eksploitasi yang mereka derita,
akan kesamaan situasi mereka sebagai kelas proletariat. Eksploitasi ekonomi mengarah
langsung kepenindasan politik, sebagai pemilik menggunakan kekuatan ekonomi mereka
untuk menguasai Negara dan mengubahnya menjadi hamba kepentingan ekonomi borjuis.
Menurut KBBI eksploitasi adalah tindakan mengambil keuntungan secara ekonomi
dengan atau tanpa persetujuan orang lain. Eksploitasi dalam cerpen Budak dusun tak
kenal beras adalah perempuan budak dusun yang di pilih harus menyerahkan diri.

3. Perbudakan
Perbudakan adalah suatu kondisi di saat terjadi pengontrolan terhadap seseorang
oleh orang lain. Perbudakan biasanya terjadi untuk memenuhi keperluan akan buruh atau
kegiatan seksual. Orang yang dikontrol disebut dengan budak. Para budak adalah
golongan manusia yang dimiliki oleh seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tidak
mempunyai hak asasi manusia. Kaum budak tersebut merupakan kelompok yang dapat
dibilang tertindas dan termarginalkan posisinya, namun dibutuhkan hanya sebagai alat
tanpa „dihargai‟ sama sekali.

Dalam konteks Du Contrat Social, dijelaskan bahwa perbudakan merupakan suatu


tindakan pengorbanan kebebasan dari seseorang atau kelompok manusia yang rela untuk
menjadi budak bagi tuannya. Mengapa seluruh penduduk tidak dapat pula mengorbankan
kebebasannya untuk menjadi hamba seorang raja. Disini menjelaskan identitas sosial atau
kalangan yang lebih baik dari seorang budak bagi suatu sistem kerajaan atau monarki.
Sebab, jika „budak‟ merupakah golongan pesuruh kelas paling bawah, maka „hamba‟
setidaknya merupakan golongan atau kelas yang lebih tinggi dari budak dan secara
identitas lebih diakui atau dianggap. Selain itu, menjadi seorang hamba berarti
memindahkan kebebasannya dalam suatu bentuk „memberi atau menjual dirinya‟ paling
tidak untuk sekedar mencari nafkah hidupnya.20

Namun pada kenyataannya, kita akan dilogiskan pada suatu hal bahwa untuk apa
kita melakukan itu semua (Menjual diri hanya untuk sebagai budak tuannya). Sedangkan
apa yang dapat sang tuan atau rajanya berikan kepada seorang budak setelah kesetiannya
dalam melayani tuannya Perbudakan adalah suatu kondisi di saat terjadi pengontrolan
oleh seseorang terhadap orang lain. Perbudakan biasanya terjadi untuk memenuhi
keperluan akan buruh dan kebutuhan seksual. Perbudakan dalam cerpen Budak dusun tak
kenal beras di artikan sebagai perbudakan seks terhadap perempuan dusun.

2.2.4 Teori Hegemoni


Teori Hegemoni sesungguhnya adalah kritik terhadap konsep pemikiran yang
mereduksi dan menganggap esensi suatu entitas tertentu sebagai satu-satunya kebenaran
mutlak, utamanya reduksionisme dan esensialisme yang melekat pada pemikiran-
pemikiran penganut Marxisme dan Non Marxisme.
Hegemoni berlangsung ketika masyarakat bawah termasuk kaum proletar sudah
menerima dan meniru cara hidup, cara berpikir, dan pandangan kelompok elit yang
mendominasi dan mengeksploitasi mereka.
Teori Hegemoni Gramsci digunakan untuk penyempurnaan teori kelas Marx yang
belum berbasil menuntaskan teori politik yang memadai. Titik awal konsep Gramsci
tentang hegemoni adalah bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan
terhadap kelas-kelas dibawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi (Simon dalam
Wiyatmi, 2008:67). Gramsci sendiri adalah seorang pencetus teori ini, Antonio Gramsci
atau yang sering dikenal dengan Gramsci adalah seorang penganut Marxisme dari Italia.
Gramsci (1891-1937). Merupakan tokoh yang terkenal dengan analisis
hegemoninya.Analisis Gramsci merupakan usaha perbaikan terhadap konsep
determinisme ekonomi dan dialektikasejarah milik Karl Marx. Teori hegemoni akan
digunakan untuk menjawab permasalahan atau rumusan masalah mengenai faktor yang
memengaruhi terjadinya diskriminasi kelas sosial pada novel gadis pantai karya
Pramoedya Ananta Toer, karena teori ini mendukung teorinya marxisme.

Menurut Gramsci, unsur paling esensial dari filsafat paling moderen tentang
praksis hubungan antara pemikiran dan tindakan adalah konsep filsafat sejarah 21 tentang
hegemoni. Gramsci mendefinisikan hegemoni sebagai kepemimpinan kultural yang
dilaksanakan oleh kelas penguasa. Dalam analisis Gramsci dan, ideologi dipahami
sebagai ide, makna, dan praktik yang kendati mengklaim sebagai kebenaran universal,
merupakan peta makna yang sebenarnya menopang kekuasaan kelompok sosial tertentu.
Suatu blok hegemoni tidak pernah terdiri dari kategori sosio-ekonomi, tetapi dibentuk dari
serangkaian aliansi dimana suatu kelompok berposisi sebagai pemimpin (Chris, 2004:63).

Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad XX. Teori ini
dikemukakan oleh Antonio Gramci (1891-1937). Antonio Gramci dapat dipandang
sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx. Gagasanya yang cemerlang tentang
hegemoni, yang banyak dipengeruhi oleh filsafat hukum Hegel, dianggap merupakan
landasan paradigma alternatif terhadap teori marxis tradisional mengenai paradigma base-
superstructure (basis-suprastruktur). Teori-teorinya muncul sebagai kritik dan alternatif
bagi pendekatan dan teori perubahan sosial sebelumnya yang didominasi oleh
determinisme kelas dan ekonomi marxisme tradisional.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yang bertujuan
untuk mengungkapkan berbagai informasi secara cermat berdasarkan sifat-sifat suatu hal
(individu dan kelompok) keadaan fenomena,dll. Data yang terkumpul terbentuk kataa-kata
dan gambar, bukan angka-angka (dalam wikwik,2016:24)

Pada penelitian ini peneliti ikut serta dalam pristiwa atau kondisi yang sedang di teliti.
Untuk itu hasil dalam penelitian ini memerlukan kedalaman analisis dari peneliti. Selain
itu, hasil penelitian ini bersifat sukjektif sehingga tidak dapat di generalisasikan. Secara
umum penelitian kualitatif di lakukan dengan metode pengumpulan data, melalui metode
ini peneliti akan menganalisis data yang di dapatkan secara detail.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (dalam Karolina 2018:22), jenis data dalam penelitian ini
adalah data kualitatif berupa tulisan, kata-kata, frasa, dan kalimat yang tercantum dalam
sebuah buku dongeng dan ditulis sesuai dengan pemahaman anak.

Data (objek penelitian) pada penelitian ini adalah cerpen Budak dusun tak kenal
Beras. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Budak dusun tak kenal Beras karya
Beri Hana detik hot ( 26 apr 2020).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik studi
kepustakaan, telaah isi dan pencatatan.

1) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaaan adalah upaya pengumpulan data dan menemukan sumber
acuan melalui pengkajian terhadap sejumlah kepustakaan yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan. Kepustakaan yang dimaksud adalah buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
2) Telaah Isi
Teknik telaah adalah teknik untuk mengkaji secara mendalam maksud atau
permasalahan yang akan diteliti. Teknik telaah dalam penelitian ini digunakan untuk
mengkaji secara mendalam analisis diskriminasi kelas sosial dalam Cerpen Budak
dusun tak kenal Beras.
3) Pencatatan
Selain menggunakan studi kepustakaan, peneliti juga menggunakan pencatatan.
Pencatatan yang dimaksud adalah mencatat hal-hal penting yang menjadi sumber
acuan. Dalam hal ini adalah mencatat data-data yang berkaitan dengan diskriminasi
kelas sosial dalam Cerpen Budak dusun tak kenal Beras karya Beri Hana.

3.5 Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka data akan dianalisis
berdasarkan urutan masalah yang telah dirumuskan. Data-data yangdiperoleh dianalisis
secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan
menyajikan data secara objektif. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

1) Tahap identifikasi, yaitu data diidentifikasi sesuai dengan permasalahan yang


diteliti, yaitu bentuk diskriminasi kelas sosial berdasarkan pandagan marxisme yang
terdapat empat bentuk, kelas sosial, feodalisme, eksploitasi, dan perbudakan yang terdapat
dalam cerpen Budak Dusun Tak Kenal Beras Karya Hana.

2) Tahap klasifikasi, yaitu data yang telah diidentifikasi, selanjutnya


dikelompokkan sesuai dengan urutan data pada pokok permasalahan, yaitu dimulai dari
kelas sosial, feodalisme, eksploitasi dan perbudakan yang terdapat dalam cerpenBudak
Dusun Tak Kenal Beras Karya Hana.

3) Tahap analisis, yaitu memberikan penafsiran terhadap data yang telah


diklasifikasi sesuai dengan pokok permasalahan.

4) Tahap deskripsi, yaitu mendeskripsikan hasil penafsiran pada tahapinterpretasi,


sehingga dapat memberikan kesimpulan data yang diteliti, mengenai diskriminasi kela
sosial yang terdapat dalam cerpen Budak Dusun Tak Kenal Beras Karya Hana.

3.6 Teknik Penyajian Hasil Ananlisis Data


Dalam penelitian ini hasil data yang sudah terkumpul dengan menggunakan studi
kepustakaan, telaah isi dan pencatatan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis. Peneliti
akan mendeskripsikan hasil penelitian dan memaparkan gambaran diskriminasi kelas
sosial dalam cerpen Budak Dusun Tak Kenal Beras Karya Hana menggunakan pandangan
Marxisme.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Cetakan XV).
Jakarta: Rineka Cipta.

Budiono.2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.

Eagleton, Terry. 2002. Marxisme dan Kritik Sastra. Yogyakarta: Sumbu Yogyakarta.

Irma, C. N. (2017). Pendekatan sosiologi sastra dan nilai-nilai pendidikan dalam novel
punakawan menggugat karya Ardian Kresna. Jurnal Bindo Sastra, 1(1), 1-9.

Panae, A., & Islahuddin, I. (2020, October). Pertentangan kelas dalam Cerpen Kuda Itu
Seperti Manusia Juga karya Kuntowijoyo: Analisis sosiologi sastra marxis. In Prosiding
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 4, No. 1).

Ramly, M. A. 2009. Peta Pemikiran Karl Marx. Yogyakarta: Kreasiwacana.

Ritzer, George & Goodman, Deugles J. 2012.Teori Marxisme dan Berbagai Ragam Teori
Neo-Marxian.Yogyakarta : Kreasiwacana.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (CetakanVI). Bandung:
CV. Alfabeta.

Wirawan, I . B. 2013. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Cetakan II). Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

Zuldafrial. 2013. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai