Anda di halaman 1dari 11

Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

PERTEMUAN KE-9
PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PERKEMBANGAN ILMU
BAHASA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi dalam pertemuan ini diharapkan mahasiswa
mampu memahami peranan filsafat bahasa terhadap perkembangan ilmu bahasa,
baik secara teoretis maupun secara praktis.

B. URAIAN MATERI

Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur


dan terus-menerus, serta menguasai pengetahuan. Dengan bahasa, manusia
berbeda dari binatang, dapat memikirkan dan membicarakan objek- objek yang
tidak berada di depan matanya. Kehidupan dunia yang kompleks dibahasakan
dalam penyataan-pernyataan yang sederhana dan dapat dimengerti. Bahasa pun
menjadikan kita dapat mengomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Secara ringkas, Bahasa membantu ilmuwan untuk berpikir secara ilmiah, yaitu
berpikir induktif dan deduktif.

Dengan perkataan lain, bahasa menjadi alat untuk menarik kesimpulan-


kesimpulan induktif maupun deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan
melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah. Oleh
karena itu, muncullah diskusi mengenai filsafat bahasa yang bertujuan
memecahkan permasalahan-permasalahan (di dunia) berdasarkan sudut pandang
bahasa.

Merujuk kepada apa yang dideskripsikan Burge mengenai filsafat bahasa,


diskusi mengenai filsafat Bahasa merupakan sebuah area yang belum
mendapatkan apresiasi dari domain intelektual publik. Dalam hal ini, terdapat
sebuah garis komunikasi yang lemah (weak lines of communication) yang
menghubungkan antara filsafat bahasa dan hal-hal yang terkait dengan praktik
kebahasaan. Situasi tersebut berkembang sejak filsafat memulai ”langkah
barunya” pada periode positivisme (positivists period).

Filsafat Bahasa 96
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

Kritik keras positivisme terhadap nilai-nilai kognitif (dari sebagian besar


praktik yang tidak ilmiah) mungkin menjadi salah satu alasan kuat mengapa filsafat
bahasa belum mendapatkan apresiasi dari para intelektual publik. Pada periode
positivism berkembang pula positivisme logis yang bertujuan membuat filsafat
(bahasa) semakin ilmiah. Melalui positivism logis inilah para pendukung positivism
logis dapat mengidentifikasi kelemahan dan batasan filsafat bahasa. Para
pendukung positivisme logis memunculkan sebuah teori makna (theory of
meaning) yang secara implisit juga disokong oleh teori ilmu pengetahuan (theory
of knowledge). Teori makna memiliki dua prinsip elementer, yaitu:
1. makna sebuah kalimat berfungsi sebagai metode untuk melakukan verifikasi
atau konfirmasi (hal ini disebut sebagai the verificationist principle);
2. proses analitik digunakan untuk mengidentifikasi makna (relasi makna),
walaupun tidak meyediakan informasi tentang dunia nyata
(prinsip ini juga dikenal dengan analytic principle).

Salah satu stimulan dalam perkembangan filsafat bahasa adalah


kemunculan kebutuhan untuk memperbaiki ”kegagalan” dalam prinsip verifikasi
(verificationists principle) yang kemudian melahirkan sebuah teori makna atau
theory of meaning. Akan tetapi, filsafat terus saja melahirkan sebuah perdebatan
panjang antara para pemikir-pemikir yang sependapat dan yang bersilang
pendapat. Dalam kasus kegagalan verificationists principle, Quine terus saja
berpendapat bahwa teori makna tidak akan pernah muncul secara sempurna (atau
bahkan tidak ada). Filsuf lain (seperti Dummett) juga ikut mendukung
verificationists principle dan mencoba untuk membatasi ”holisme" scientific theory.
Quine (1969: 313) memperpanjang kritiknya (di level makna) sampai ke argumen
mengenai penerjemahan (indeterminacy of translation).

Pada tataran ini Chomsky berpendapat bahwa indeterminacy of translation


yang dipaparkan oleh Quine pada akhirnya akan membahayakan kondisi ”kognitif”
dari penerjemahan yang pada akhirnya akan meragukan hasil dari penerjemahan
itu sendiri. Dalam pembahasan mengenai teori makna, Davidson berperan dalam
menengahi Quine. Davidson berpendapat bahwa teori makna akan menjadi benar
apabila terdapat dalam kondisi yang juga benar atau mengandung kebenaran
(truth condition) (Burge, 2000: 195) dan dalam hal ini Davidson menjadi harapan
baru dalam perkembangan theory of meaning. Terkait dengan peran ekspresi
untuk membuat “hidup” bahasa, seorang filsuf Inggris yang berkarir di Amerika

Filsafat Bahasa
97
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

Serikat, Paul Grice, berusaha untuk menganalisis makna dalam linguistik melalui
sebuah kehendak

Manusia hanya akan dapat memahami satu dengan yang lainnya dengan
kata- kata yang dibahasakan. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam
menggambarkan dunia pengalaman manusia. Eksistensi subjektif inilah yang
dicoba dimengerti dalam diskusi-diskusi mengenai filsafat bahasa dan kajian
linguistik. Bahasa secara khusus dikaji dalam disiplin linguistik. Studi tentang
Bahasa dengan pendekatan tradisional telah dimulai sejak abad ke-5 SM di
Yunani, dan dilanjutkan dengan pendekatan modern pada abad ke-18. Kini,
linguistik, seperti disiplin-disiplin ilmu lain, kian berkembang dan maju.

Perkembangan linguistik tidak dapat dilepaskan dari peran filsafat bahasa.


Filsafat bahasa dan linguistik pun memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi
(resiprokal). Walaupun filsafat tidak pernah secara tegas memberi label filsuf
bahasa kepada orang tertentu, tetapi filsuf-filsuf dari disiplin bidang lain (sangat)
memahami dan mengerti akan arti pentingnya bahasa dalam memecahkan
fenomena fenomena (alam dan dunia) yang terjadi. Hal itulah yang mengilhami
perkembangan penelitian linguistik dan multidisiplin ilmu yang lain

Pembahasan materi pada bab ini masih sangat berkaitan dengan bab
sebelumnya. Keterkaitan tersebut terlihat pada pengaruh ilmu filsafat murni
terhadap perkembangan berbagai ilmu pengetahuan, salah satunya adalah
keilmuan bahasa. Pengaruh filsafat terhadap perkembangan keilmuan bahasa
dapat terlihat dari munculnya beberapa aliran dalam keilmuan bahasa, khususnya
linguistik, seperti dimulai dari aliran tradisional, dilanjutkan ke aliran struktural
hingga akhirnya muncul aliran fungsional dan transformasiona. Adapun penjelasan
dari masing-masing aliran tersebut dipaparkan pada subbab berikut.

1. Aliran Linguistik Tradisonal

Aliran linguistik tradisional atau yang dikenal dengan istilah aliran


fungsional yaitu sebuah aliran linguistik yang berasal dari pemikiran yang
berisi penjelasan dan aturan gramatikalnya telah digunakan selama lebih
kurang 200 tahun yang lalu. Istilah linguistik tradisional di dalam ilmu bahasa
atau linguistik sering dipertentangkan dengan istilah aliran struktural. Hal ini
jelas berbeda dikarenakan terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara

Filsafat Bahasa 98
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

kedua aliran tersebut, perbedaan tersebut terlihat ketika aliran


tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik,
sedangkan aliran struktural menganalisis bahasa berdasarkan struktur dan
karakteristik formal yang ada di dalam bahasa.

Tokoh yang menjadi pencetus aliran linguistik tradisional ini berasal dari
kaum Sophis, Plato, Aristoteles, kaum Stoik, dan kaum Alexandria. Konsep
dasar Plato adalah sebagai pijakan melihat karakteristik dari kajian pada aliran
tradisional ini. Pemikiran beliau tentang analisis bahasa terlihat pada istilah
anoma dan rhema, istilah pertama anoma dapat diartikan sebagai 1) nama
yang digunakan dalam penggunaan bahasa sehari-hari, 2) bentuk nomina
dalam kategori kata, dan 3) subjek dalam hubungan antar satuan bahasa,
sedangkan istilah yang kedua adalah rhema yang dapat diartikan menjadi
beberapa bagian seperti 1) ucapan dalam konsep bahasa umum, lalu 2) verba
dalam bentuk kategori kata, dan 3) predikat dalam hubungan unsur
penghubung dalam satuan yang lebih kompleks. Pernyataan plato ini diulang
oleh Chaer (2007:335) yang menyatakan bahwa bahasa merupakan asal dari
sebuah pemikiran manusia yang terdiri dari dua bentuk yaitu anoma dan
rhema. Kedua bentuk ini lah yang menjadi dasar terjadinya sebuah bentuk
kompleks yang dinamakan kalimat.

Selanjutnya adalah pemikiran Aristoteles dalam tulisannya yang


menyatakan bahwa bentuk tambahan dalam kategori kata yang dikenal
dengan istilah syndesmoi, untuk melengkapi bentuk anoma dan rhema.
Syndesmoi adalah sebuah istilah yang menjelaskan kedudukan kata sebagai
preposisi atau konjungsi, atau sekarang lebih dikenal dengan kategori kata
tugas.

Sebelum kita masuk ke pembahasan lebih jauh mengenai karakteristik


analisis linguistik tradisional, marilah kita melihat konsep dari peta
perkembangan linguistik berdasarkan munculnya beberapa aliran. Konsep
pemetaan tersebut tergambar pada gambar di bawah ini.

Filsafat Bahasa
99
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

Gambar 9.1. Peta Perkembangan Aliran Linguistik

Sumber: http://gudangilmuapasaja.blogspot.com/2019/02/sejarah-dan-aliran-
aliran-linguistik.html

Pada gambar tersebut terlihat bahwa munculnya aliran linguistik


tradisional sangat dipengaruhi kelimuan yang bersifat filsafat dan tentu
perkembangan filsafat tidak bisa terlepas juga dari perkembangan pemikiran
yang terjadi pada zaman yunani, romawi, pertengahan, dan zaman
pencerahan.

Filsafat Bahasa 100


Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

Model analisis lingusitik tradisional menemparkan kategori kata


berdasarkan fungsinya, terlepas dari proses pemaknaan yang terjadi. Pola-
pola analisis ini dimulai dari proses pembedahan bahasa romawi dan latin
sebagai bahasa yang digunakan untuk mendeskripskan sesuatu hal. Selain
itu sumbangsih kaum sophis pada dasar pemikiran aliran linguistik tradisional
yaitu berbentuk pembagian kalimat yang terdiri dari kalimat tanya, dilanjutkan
kepada kalimat narasi, kalimat jawaban, kalimat perintah, kalimat laporan,
kalimat yang berbentuk doa dan undangan.

2. Aliran Lingustik Struktural

Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa aliran lingusitik


tradisional berbeda dengan pendekatan linguistik struktural. Hal ini dapat
terlihat dari beberapa pola yang berbeda, pertama kajian bahasa yang bersifat
semantik yang digunakan oleh para kaum tradisional kurang diperhatikan oleh
kaum struktural yang lebih fokus kepada struktur dari pembentuk unsur
bahasa. Lebih jelasnya bahwa aliran ini melepaskan bahasa sebagai bentuk
form yang terlepas dari proses pemaknaan. Aliran Linguistik struktural
membentuk sebuah asumsi yang menghasilkan sebuah hipotesis tentang
bahasa berdasarkan fakta empiris yang akhirnya menganalisis bahasa secara
alamiah. Oleh karena itu, teori linguistik struktural lebih menjalankan prinsip-
prinsip keilmuan daripada linguistik tradisional.

Prinsip-prinsip dasar pada linguistik struktural dapat dijabarkan seperti


berikut:
a. Data yang digunakan untuk kajian linguistik harus didapat berdasarkan
metode empiris dengan pola induktif. Artinya data empiris didapatkan
berdasarkan pengamatan objektif oleh seorang peneliti. Sedangkan pola
Induktif dapat diartikan bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan nantinya
diakhiri untuk menarik sebuah konsep generalisasi.
b. Prinsip selanjutnya adalah melihat bahasa bukan saja berbentuk tulisan
tetapi bahasa dapat berbentuk ujaran atau lisan. Berdasarkan hal tersebut
data yang terdapat pada proses penelitian linguistik harus berpijak pada
data lisan secara alamiah. Meskipun demikian, sasaran penelitian linguistik
bukanlah pada ujaran itu tetapi lebih kepada sistem yang terdapat pada
ujaran tersebut yang berbentuk seakan-akan sebagai sebuah bingkai.

Filsafat Bahasa
101
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

c. Berkaitan dengan penomoran sebelumnya, Bahasa harus diperlakukan


sebagai suatu objek yang dapat ditelaah. Pada proses penelaahannya
harus dilepaskan dari objek yang lainnya, misal proses bahasa yang
dilepaskan dari bentuk tulisannya.
d. Prinsip selanjutnya adalah menyatakan bahwa bahasa adalah bentuk
gejala alamiah yang dapat diteliti dengan menganalisis unsur-unsur
pembentuknya. Prinsip ini akhirnya menghasilkan turunan keilmuan yang
sangat kental dengan sturktur kebahasaan, dimulai dari ilmu tata bunyi
(fonologi), ilmu tata kata (morfologi) dan ilmu tata kalimat (sintaksis)
e. Analisis bahasa memiliki prinsip analisis apabila dikaitkan dengan sejarah,
oleh karena itu muncullah proses analisis yang didasari oleh pendekatan
dikotomi linguistik sinkronis dan diakronis.
f. Pada bagian pemaknaan, Aliran linguistik struktural bersifat konvensional
sehingga ketika proses analisis tidak dapat distrukturkan. Proses
Analisis makna dibedakan menjadi dua hal, yaitu makna leksikal dan
gramatikal

Tokoh pencetus aliran linguistik struktural yang sampai sekarang masih


menjadi kiblat para peneliti yaitu Leonard Bloomfield. Beliau lahir pada tahun
1887 dan wafat pada tahun 1949. Berikut adalah gambaran wajah dari
Leonard Bloomfield.

Gambar 9.2. Gambar Wajah Leonard Bloomfield

Leonard Bloomfield merupakan ahli linguistik berkebangsaan Amerika,


pemikiran beliau tentang linguistik sangat mempengaruhi perkembangan dan
prinsip-prinsip teori bidang-bidang linguistik, seperti morfologi, sintaksis,

Filsafat Bahasa 102


Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

sosiolinguistik, pragmatik dan psikolinguistik. Teori yang kental dari pemikiran


beliau adalah teori behaviors yang selalu mempertentakan teori-teori
mentalistik yang dicetuskan oleh Edward Sapir. Bloomfield menyatakan
bahwa sebuah dasar bahasa yang berbentuk fonem adalah sebuah bentuk
behavioral, oleh karena pemikiran beliau ini maka muncul berbagai buku yang
membahas tata bahasa deskripsi bahasa-bahasa yang belum memiliki
aksara. Pemikiran beliau ini menghasilkan beberapa istilah atau tatanan baru
dalam keilmuan linguistik, misal grafem dan fonem dalam fonologi, tingkatan
gramatika dalam morfologi seperti morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat.

3. Aliran Linguistik Transformasional

Aliran terakhir yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah aliran
linguistik transformasional. Aliran ini dipelopori oleh tokoh lingusitik Noam
Chomsky. Beliau adalah seorang Filsafat bergelar professor linguistik dari
Institut Teknologi Massachusetts. Pemikiran beliau yang paling menjadi
sumbangsih dalam ilmu linguistik hingga sekarang adalah tata bahasa
generatif. Tata bahasa generatif adalah bentuk dari rancangan Chomsky
tentang pemikiran bahwa semua orang pada dasarnya mempunyai
kemampuan akan pengusaan bahasa atau dalam ilmu psikolinguistik lebih
dikenal dengan aliran naturalistik.

Pada pendekatan tata bahasa generatif, Chomsky menjelaskan bahwa


mempelajari tata bahasa tidak perlu menggunakan pendekatan perspektif,
tetapi lebih fokus kepada pengungkapan prinsip-prinsip dasar yang akan
memandu terhadap penguasaan bahasa seseorang. Lebih lanjut lagi tata
bahasa generatif mempunyai pemikiran bahwa penutur sebuah bahasa akan
menentukan kalimat tertentu berdasarkan tata bahasa gramatikal dan aturan-
aturan yang berkaitan dengan norma penggunaan bahasa tersebut. Berikut
adalah gambar dari wajah Noam Chomsky.

Filsafat Bahasa
103
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

Gambar 9.3. Wajah Noam Chomsky

Selain sebagai linguis dan telah mencetuskan teori Tata Bahasa


Generatif, profesor di Massachusetts International Technology ini juga telah
menuliskan lebih dari tiga puluh buku bertema politik. Dalam banyak deretan
tokoh terkemuka, nama Chomsky sering disebut dan disejajarkan dalam
urutan ke delapan setelah Marx , Lenin, Shakespeare, Aristoteles, Injil, Plato,
dan Freud. Ia disebut-sebut sebagai intelektual paling penting dan
berpengaruh pada abad modern.

Tulisan pertama Chomsky adalah editorial yang berisi tentang jatuhnya


Barcelona yang diterbitkan di koran sekolahnya. Pada usia dua belas tahun,
ia menulis sejarah Perang Sipil Spanyol 1936. Contoh revolusi kaum anarkis
tersebut yang membuat ia tertarik pada ide-ide anarkisme. Selain itu Noam
Chomsky memunculkan teori kognitivisme dalam keilmuan psikologi yang
digabungkan dengan teori transformasif-generatif dalam ilmu linguistik,
dengan istilah LAD (Language Acquisation Device).

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa teori


transformasif-generatif Chomsky adalah sebuah teori yang menentang
pemikiran teori linguistik Ferdinand De Saussure (1857-1913) dan Leonard
Bloomfield (1877-1950).

Inti dari teorinya Chomsky yaitu transformative grammar dan generative


grammar tetapi dalam perkembangannya ia lebih sering menggunakan
kalimat generatif daripada transformatif. Kalimat generatif menurut pandangan
Noam Chomsky adalah membuat jelas dan explisit hukumhukum kebahasaan
yang tersembunyi dan membentuk kompetensi bahasa yang bersifat

Filsafat Bahasa 104


Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

mentalistik (specifiying the rule or making explisit the hidden rules which
constitute the linguistics competence). Sedangkan kalimat grammar
menurutnya haruslah menghasilkan semua kalimat-kalimat gramatika yang
mungkin ada dalam bahasa, artinya kalimat itu tidak terhingga jumlahnya (the
grammar of language is the system of the rules that specifies the sound
meaning correpondence). Jadi beberapa distingsi yang menjelaskan pikiran
filosofis dan linguistik dari Noam Chomsky adalah competence, performance,
deep structure, dan surface structure ditambah istilah generative dan grammar

C. LATIHAN SOAL/ TUGAS


1. Jelaskan faktor yang menjadi salah satu penyebab sebuah keilmuan filsafat
dapat mempengaruhi perkembangan ilmu bahasa !
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..……….
2. Jelaskan aliran apa saja yang pernah terdapat dalam perkembangan ilmu
bahasa, khususnya linguistik yang ada di dunia!
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3. Sebutkan tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran lahirnya aliran linguistik
tradisional !
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..…………………………….
4. Jelaskan perbedaan yang mendasari perbedaan pemikiran antara aliran
tradisional dengan aliran struktural !
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

Filsafat Bahasa
105
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1

5. Jelaskan inti dari pemikiran Noam Chomsky tentang tata bahasa generatif !
……………………………………………………………………………………………
………………………..……………………………………..……………………………
…………………..……………………………………………..…………………………
……………………………………………………………………………………………

D. DAFTAR PUSTAKA
Asep Ahmad Hidayat.2009. Filsafat Bahasa.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Abdul Chaer. 2015 .Filsafat Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiono Kusumohamidjojo.2009.Filsafat Kebudayaan Proses Ralisasi Manusia.
Yogyakarta: Jalasutra.
Kaelan. 2013. Pembahasan Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Paradigma.

Filsafat Bahasa 106

Anda mungkin juga menyukai