Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Penyakit Diabetes Mellitus atau lebih tepatnya kelainan ini

mengharuskan penderitanya untuk selalu memonitor diri akan kondisi kadar gula darah setiap harinya
sesering mungkin. Dari hasil penelitian, dapat ditarik sebuah kesimpulan yakni penderita Diabetes
Mellitus membutuhkan fitur tambahan berupa persentase hipoglisemia, normal, dan hiperglisemia
sebagai salah satu bentuk hasil yang langsung dapat dicerna dan disimpulkan sendiri oleh penderita.
Karena dengan demikian secara tidak langsung penderita mengetahui pola hidup yang seharusnya
dijalankan seperti apa. Fitur tambahan lain yang mendukung kesimpulan di atas adalah LBG dan HBGI
sebagai data pendukung kecenderungan kadar gula darah penderita. Oleh karena itu, simulasi program
Glukometer (yang diberi nama: New Glucometer 2011) ini dapat dijadikan salah satu opsi yang patut
diperhitungkan oleh produsen pembuat Glukometer massal untuk menambahkan fungsi perhitungan
resiko yang tentunya semakin membantu penderita Diabetes Mellitus karena fitur tersebut lebih user
friendly bagi penderita untuk menarik informasi tentang dirinya sendiri.

B.Saran

Bagi Rumah SakitDiharapkan agar rumah sakit memiliki program penyuluhan gizi tentang

Diabetes Melitus yang terstruktur jadwal, materi dan narasumbernya. Serta diharapkan adanya
kerjasama antara dokter penyakit dalam dengan dokter gizi klinik atau ahli gizi agar pasien diabetes
menerima konseling gizi.Bagi Peneliti Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai variabel yang tidak
diteliti pada penelitian ini, seperti aktifitas fisik , motivasi, frekuensi konseling gizi pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Adejoh, S. (2014). Diabetes Knowledge, Health Belief, And Diabetes Management Among The Igala
Nigeria. Nigeria: Departement of Sociology.Vol. 1-8.Agus, Rivanto, & Budiman. (2013). Kapita Selekta
Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.American
Diabetes Association. (2012). Standar of Medical Care in Diabetes.Diabetes care, 33(1),S11-
S61.American Diabetes Association. (2016). Standar of Medical Care in Diabetes. Diabetes care, Vol.
39, Sup. 1.Andayani, Ibrahim & Asdie (2010). Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus Tipe 2.MEDIKA,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada YogyakartaArisman. (2011). Obesitas, Diabetes Melitus
& Displidemia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Askandar T. (2011). Hidup Sehat dan Bahagia
Bersama Diabetes Panduan Lengkap Pola Makan Untuk Penderita Diabetes. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.Azizah L.M. 2011. Keperawatan Jiwa
(AplikasiPraktikKlinik).GrahaIlmu:Yogyakarta.Azwar, Asrul & Joedo,. P. (2014). Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Tangerang Selatan: Bina Rupa Aksara Publisher.Azwar, S.
(2015). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Basuki E. (2008). Penyuluhan
Diabetes Mellitus. Jakarta, Balai Penerbit FK UI, pp. 131-35.Bogoroch, R.M. (2005). Damages for
Emotional Distress. PAPER. The Canadian InstituteCherrington, A. (2007). Examining Knowledge
Attitudes, And Beliefs About Depresion Among Latino Adult With Type 2 Diabetes. North Carolina:
Jurnal Health. Vol. 32, No. 4. Chilton, L. (2006). Health Promoting Lifestyle And Diabetes Knowledge In
Hispatic American Adult. America: Home Health Care Management & Practice. Vol. 18, No. 5.Eriksson,
A. (2008). Psychological distress and risk of pre-diabetes and Type 2 diabetes in a prospective study of
Swedish middle-aged men and women. Journal Karolinska University Hospital. Vol. 25, Iss. 7.Firdaus,
A (2013). Hubungan Lama Menderita DM tipe 2 Terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Poli Penyakit
Dalam RSD Dr. Soebandi Jember. Jurnal Kedokteran. No. 3 Vol. 3. Jember: Fakultas Kedokteran
Universitas Jember.Fisher, L. (2007). Clinical Depression Versus Distress Among Patients With Type

2 Diabetes. Journal ADA. Vol. 30, No. 3.Galveia, Cruz & Deep (2012). The Depression Anxiety Stress
Scales (DASS).Normative Data and Latent Structure in Large Non Clinical Sample. British Journal of
Clonical Psycology. Hanif, A. R. (2012). Perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah dilakukan DSME
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskemas Rambipuji Kabupaten Jember. Jember:
PSIK UNEJ.Hasanat, N. (2015). Manajemen Diri Diabetes Analisis Kuantitatif Faktor-Faktor

Psikososial Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Yogyakarta :Disertasi Universitas Gadjah Mada.

Hendrawijaya. (2010). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jember: Universitas Jember

Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya :

Health Books Publishing.Husain, N. (2014). Prevalence and risk factors for psychological distress and

functional disability in urban Pakistan. WHO South East Asia Journal of Public Health, 3(2).
BAB III

PEMBAHASAAN

A.NOVOMIX

Novomix 30 digunakan untuk mengurangi tingkat gula darah tinggi pada orang dewasa, remaja dan
anak-anak berusia 10 tahun ke atas.Novomix 30 mengandung insulin yang digunakan untuk mengurangi
tingkat gula darah tinggi pada orang dewasa, remaja dan anak-anak berusia 10 tahun ke atas dengan
diabetes mellitus (kencing manis). Diabetes adalah penyakit dimana tubuh suatu individu tidak
memproduksi cukup insulin untuk mengontrol tingkat gula darah. Novomix 30 juga dapat digunakan
dalam kombinasi dengan tablet untuk diabetes. Novomix 30 digunakan untuk memasukkan insulin guna
membantu memperbaiki produk insulin yang dihasilkan tubuh dengan cara disuntikkan ke dalam tubuh.
Novomix 30 akan mulai untuk menurunkan gula darah 10-20 menit setelah menyuntikkannya ke dalam
tubuh, efek maksimum terjadi antara 1 dan 4 jam setelah injeksi, dan efeknya bertahan hingga 24 jam.

Kegunaan

Novomix 30 digunakan untuk memasukkan insulin guna membantu memperbaiki produk insulin yang
dihasilkan tubuh dengan cara disuntikkan ke dalam tubuh

B.FLAMAR GEL

FLAMAR GEL merupakan sediaan emulgel yang mengandung Natrium diclofenac. Obat ini digunakan
untuk membantu mengurangi nyeri, gangguan inflamasi (radang), nyeri ringan sampai sedang pasca
trauma pada tendon, ligamen, otot dan persendian. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengurangi
rasa sakit pada penderita rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. Dalam penggunaan obat ini harus
SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.

C.ACETYLCYSISTINE

Acetylcysteine bekerja dengan cara mengurai protein pada dahak sehingga dahak menjadi lebih encer
dan lebih mudah dikeluarkan saat batuk. Selain itu, asetilsistein juga memiliki sifat antioksidan yang
dapat melindungi liver dari kerusakan saat terjadi keracunan paracetamol.

D.ALLOPURINOL

Allopurinol sebaiknya dikonsumsi setelah makan untuk menghindari mual atau rasa perih pada lambung.
Usahakan untuk mengonsumsi allopurinol pada jam yang sama setiap harinya agar efek pengobatan
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai