D121181318 Pemanfaatan Limbah Tulang Ika
D121181318 Pemanfaatan Limbah Tulang Ika
D121181318 Pemanfaatan Limbah Tulang Ika
I. Latar Belakang
Industri pengolahan ikan di Indonesia saat ini berkembang pesat dimana hampir
setiap provinsi memiliki pabrik pengolah ikan. Hal ini berdasar pada data Kementerian
Perindustrian (2019) yang menyebutkan bahwa ada 616 pabrik yang mengolah berbagi
jenis ikan menjadi varian makanan di seluruh Indonesia, seperti kerupuk ikan,
pengeringan ikan teri, tepung ikan, dan lain sebagainya. Untuk satu pabrik saja, saya
mengambil contoh di Rembang, Jawa Tengah yang merupakan sentra industri perikanan
tangkap terbesar di Jawa Tengah, pemasukan ikan per harinya bisa mencapai 60 ton,
sedangkan untuk 1 ton ikan membutuhkan 5 ton air. Itu artinya, setiap hari air limbah
yang mengalir dari pabrik mecapai 300 ton (Musyafa, 2016). Dengan melihat jumlah
pabrik yang cukup banyak membuat limbah yang mengalir dari pabrik pengolah di
seluruh Indonesia begitu melimpah. Penumpukan limbah industri pengolah ikan yang
besar ini artinya membutuhkan inovasi agar hanya tidak sekedar menjadi sampah yang
mencemari lingkungan, tetapi dapat menjadi nilai guna di mata masyarakat. Inovasi
yang dapat diterapkan salah satunya ialah dengan memanfaatkan limbah tulang ikan
dengan mengolahnya menjadi pupuk organik. Mengutip pernyataan dari Ida Syamsu
Roidah pada jurnalnya (2013), penggunaan pupuk organik merupakan salah satu usaha
untuk memperbaiki kesuburan suatu tanah dimana pupuk organik ini memiliki
kandungan unsur hara yang cukup tinggi. Selain itu, pemakaian pupuk organik juga
turut memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, seperti permeabilitas tanah (kecepatan air
dalam menembus tanah pada periode tertentu), porositas tanah (kemampuan tanah
dalam menyerap air), struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah. Hal ini
sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Wini Trilaksani dkk., pada
jurnalnya yang berjudul Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (2006), Ia menyatakan
bahwa limbah tulang ikan merupakan bagian yang mengandung paling banyak kalsium
dari seluruh bagian ikan yang ada, artinya terdapat beberapa unsur dari tulang ikan yang
dibutuhkan oleh tanah agar dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas. Dari hal
yang telah saya paparkan diatas, tidak menutup kemungkinan bahwa pembuatan pupuk
organik yang memiliki bahan dasar tulang ikan itu dapat diterapkan di kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut berdasarkan asumsi pribadi saya terhadap kebutuhan pangan di
Indonesia yang kelihatannya lebih mengandalkan Sumber Daya Laut, terutama dalam
bidang perikanan, artinya kemudahan dalam mendapatkan bahan dasar pupuk organik
(tulang ikan itu sendiri) menjadikan perealisasian inovasi ini dapat lebih lancar dan
terjamin. Dilihat juga dari penggunaan bahan yang terdapat dari alam dan bukan
berbahan kimia membuat saya berasumsi bahwa hasil pupuk yang akan didapatkan akan
lebih berkualitas, begitupun tanamannya. Selain itu, biaya yang dibutuhkan dalam
1
Mahasiswa Program Studi Informatika Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
pembuatan pupuk organik ini juga tidak terlalu memberatkan kantong masyarakat.
Meninjau semua yang telah saya jelaskan di atas, tentu masih terdapat banyak
pertanyaan yang berkelebat dipikiran kita masing-masing tentang apa saja kandungan
kandungan gizi dari tulang ikan, apa saja kandungan unsur hara pupuk organik yang
dibutuhkan tanaman, apa hubungan antara kandungan gizi dan kandungan unsur hara
sehingga tulang ikan dapat digunakan sebagai pupuk organik, dan bagaimana cara
pembuatan pupuk organik berbahan dasar tulang ikan, serta apa keunnggulan dari
penggunaan pupuk organik berbahan dasar tulang ikan ini. Semua pertanyaan yang saya
sebutkan di atas akan saya bahas pada isi jurnal yang saya buat ini.
II. Pembahasan
Kalsium yang berasal dari hewan seperti limbah tulang ikan sampai saat ini
belum banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Tulang ikan merupakan
salah satu bentuk limbah dari industri pengolahan ikan yang memiliki kandungan
kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan, karena unsur utama tulang ikan
adalah kalsium, fosfor, dan karbonat (Wini dkk, 2006). Menurut pendapat Winarno
pada jurnal yang ditulis oleh Fitri (2017), Protein dalam tulang ikan sebagian besar
dari kolagen. Kolagen adalah protein yang banyak terdapat pada jaringan tubuh,
dapat ditemukan pada kulit, jaringan pengikat, dan tulang serta merupakan protein
struktural tubuh. Eastoe juga berpendapat pada jurnal yang dituliskan Nurilmala
(2010), bahwa didalam tulang terdapat kolagen sebesar 18,6 % dari 19,86 % unsur
organik protein kompleks.
Unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar disebut unsur makro.
Unsur ini termasuk di dalamnya adalah Kalium (K), Belerang (S), Kalsium (Ca),
Fosfor (P), Magnesium (Mg), dan Nitrogen (N) (Flysh Geost, 2018).
2.3 Hubungan antara Gizi Tulang Ikan dan Unsur Hara yang Dibutuhkan
Tanaman Sehingga Dapat Menjadi Pupuk Organik
Jika diulas lagi pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, kita ketahui
bahwa unsur hara yang bersifat makro merupakan unsur yang paling banyak
dibutuhkan dalam pembuatan pupuk organik ini, dimana telah disebutkan bahwa
Kalsium dan Fosfor merupakan bagian dari unsur hara makro tersebut yang tidak
lain dan tidak bukan merupakan unsur kuat penyusun tulang ikan.
Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa pembuatan pupuk organik dengan
berbahan dasar tulang ikan sangatlah mungkin untuk diterapkan, dimana kita
ketahui bahwa 75% unsur yang menyusun tulang ikan merupakan unsur yang
sangat diperlukan oleh tanaman.
Limbah tulang ikan tentu memiliki sebuah protein yang sangat tinggi dan
bila diolah menjadi sebuah pupuk, akan sangat membantu pertumbuhan tanaman.
Untuk membuat limbah tulang ikan bisa bermanfaat, anda bisa membuatnya
menjadi sebuah pupuk organik cair. Caranya sendiri sangat sederhana, diantaranya :
a. Siapkan limbah ikan, yaitu tulang ikan. Dapat juga menggunakan limbah ikan
lainnya seperti jeroan, sisik, ekor ikan, dll.
b. Blender dan campur air secukupnya hingga halus.
c. Setiap takaran blender masukkan gula 2 sendok atau bisa juga gula merah.
d. Masukkan EMx atau Effective Microorganism, bisa juga MOL (Mikro
Organisme Lokal) dengan takaran 10cc dengan 1 liter limbah ikan tadi diaduk
merata.
e. Peram cairan tersebut tergantung dari Mikroorganisme yang digunakan dalam
proses.
f. Apabila EMx anaerob maka racikan pupuk diperam ke dalam wadah yang
mempunyai tutup rapat.
g. Keluarkan gas pada pagi dan sore buka tutupnya. Hal ini ditujukan supaya
wadah botol tidak meledak, apabila selesai tutup kembali.
h. Untuk pemeraman, lakukan hingga 2 hari sampai larutan tampak jernih (Rendi,
2019).
Tentu saja bau busuk yang dihasilkan dari limbah ikan baunya sangat
menyengat, akan tetapi anda jangan khawatir karena ada sebuah cara yang sangat
efektif untuk mengatasi hal tersebut, diantaranya adalah dengan :
a. Menurunkan pH limbah cair, hal ini bisa dilakukan dengan mencoba
menurunkan dari 8,0 menjadi 6,0 dengan cara memberi HCl, memberi molase,
atau melalui proses seperti dengan inokulasi kultur bakteri asam laktat.
b. Memberi sebuah aerasi.
c. Menggunakan bantuan mikroba dekomposer yang mampu mengatasi senyawa
penyebab (Rendi, 2019).
III. Penutup
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arifandi, D., Zuhro, F., & Hasanah, H. U. (2017, December). KARAKTERISASI KANDUNGAN
UNSUR HARA PUPUK ORGANIK HEWANI SESUAI DENGAN SNI-2011.
In Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS (Vol. 2).
Fitri, A. (2017). Penggunaan Daging dan Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos) pada Stik Ikan
Sebagai Makanan Ringan Berkalsium dan Berprotein Tinggi (Doctoral dissertation,
Universitas Sebelas Maret).
Flysh Geost (2018). Unsur Hara : Pengertian, Fungsi, Klasifikasi, dan Bagaimana Cara
Menjaganya. Diakses pada laman https://bit.ly/2JsutFf terakhir akses pada tanggal 8
Mei 2019.
KemenPerin (2019). Data Komoditi Pabrik Pengolah Ikan di Seluruh Indonesia. Diakses pada
laman resmi KemenPerin https://bit.ly/2VqCGRF terakhir akses pada tanggal 10 April
2019.
Musyafa (2016). Pencemaran Limbah Pengolah Ikan di Laut Rembang Kian Parah. KBR.
Diakses pada laman https://bit.ly/2VWFkxV terakhir akses pada tanggal 10 April 2019.
Nurilmala, M., Wahyuni, M., & Wiratmaja, H. (2010). Perbaikan nilai tambah limbah tulang ikan
tuna (Thunnus sp) menjadi gelatin serta analisis fisika-kimia. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 9(2).
Raden (2019). Cara Membuat Pupuk dari Tulang Ikan yang Belum Banyak Diketahui. ILB.
Diakses pada laman https://bit.ly/2H8GFIG terakhir akses pada tanggal 8 Mei 2019.
Roidah, I. S. (2013). Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal
BONOROWO, 1(1), 30-43.
Trilaksani, W., Salamah, E., & Nabil, M. (2006). Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna (Thunnus
sp.) sebagai sumber kalsium dengan metode hidrolisis protein. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia, 9(2).