Anda di halaman 1dari 5

Aristotle dalam Bahasa dan Komunikasi

Sukma Melati – Magister Ilmu Komunikasi


Universitas Pelita Harapan

Aristoteles, sebagai seorang filsuf besar dalam sejarah, memberikan banyak


pemikiran penting tentang bahasa dan komunikasi. Menurutnya, bahasa adalah sarana
untuk mengungkapkan pikiran dan konsep. Bahasa memainkan peran penting dalam
kehidupan manusia, terutama dalam memperbaiki hubungan antara satu sama lain.
Dalam buku II Metaphysica, Aristoteles mengatakan bahwa bahasa adalah "tanda
suara yang digunakan untuk mengekspresikan pemikiran dan kehendak pada waktu
yang sama." Dalam hal ini, bahasa harus dianggap sebagai alat penting untuk
keberhasilan komunikasi manusia. Pengetahuan yang baik tentang bahasa dan
komunikasi sangat penting bagi setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
sebuah jurnal psikologi yang dikutip oleh King et al. (2010), dikatakan bahwa
"komunikasi yang efektif sangat penting untuk keberhasilan dalam bidang
profesional, sosial, dan interpersonal.1" Dalam konteks ini, penggunaan bahasa yang
tepat sangat penting untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif. Namun, bahasa
yang salah atau tidak lengkap dapat mengakibatkan perbedaan dalam interpretasi dan
mempengaruhi kualitas komunikasi yang terjadi.
Dalam bukunya yang berjudul "On Rhetoric," Aristoteles mengklasifikasikan
bahasa menjadi tiga jenis, yaitu logos (bahasa), pathos (emosi), dan ethos (etika).
Dalam kutipan yang dikutip oleh Ganiel dan Ganiel (2017), Aristoteles mengatakan
bahwa logos adalah "bahasa yang menunjukkan kebenaran atau kesalahan, baik dalam
deskripsi atau argumentasi."2 Pathos adalah penggunaan bahasa dengan tujuan
mempengaruhi emosi pendengar, sedangkan ethos berkaitan dengan pengaruh moral
pembicara. Melalui pemikiran Aristoteles tentang jenis bahasa ini, pentingnya
penggunaan bahasa yang efektif dalam konteks komunikasi ditekankan.

1
King, M. A., Brunsting, N. C., Everett, C., & Valencic, K. (2010). Effectively
communicating: The power of persuasive communication. Journal of college teaching
and learning, 7(3), 19-26.
2
Ganiel, M. B., & Ganiel, B. (2017). Aristotle's classification of language.
Indogermanische Forschungen, 122(1), 245-259.
Dalam kehidupan sehari-hari, teori Aristoteles membuat kita menyadari
pentingnya berkomunikasi dengan bahasa yang beretika. Dalam konteks profesional,
penting untuk menggunakannya dalam presentasi atau debat untuk memaparkan suatu
pemikiran atau argumen yang benar. Dalam percakapan sehari-hari, logika dan
kebenaran harus selalu diutamakan, dan menjadi sangat penting dalam
mempertahankan hubungan yang baik antara teman, keluarga, dan rekan kerja. Dalam
sebuah jurnal komunikasi yang dikutip oleh Wang (2017), dikatakan bahwa
"penggunaan bahasa yang beretika akan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan
membantu dalam peningkatan kesadaran moral dan sosial."3 Oleh karena itu,
penggunaan bahasa yang tepat dan efektif sangat penting untuk membentuk lansekap
kehidupan sosial dan profesional.
Aristoteles juga berbicara tentang pentingnya memahami pendengar dalam
konteks komunikasi. Dalam "On Rhetoric," dia menekankan pentingnya membentuk
argumen dengan mempertimbangkan audiens, termasuk kemampuan pemahaman dan
latar belakang. Dalam konteks komunikasi sehari-hari, kita harus mempertimbangkan
siapa yang kita bicarakan dan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka.
Misalnya, bahasa teknis mungkin tidak efektif dalam berbicara dengan orang yang
tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang tersebut. Dalam ilmu komunikasi,
konsep ethos, pathos, dan logos merupakan prinsip penting yang dikenal sebagai "trik
Pemberitaan" atau "tiga elemen persuasi" yang pertama kali diperkenalkan oleh filsuf
Yunani kuno, Aristoteles. Konsep ini dianggap sangat penting dalam membantu orang
untuk membuat pesan yang efektif dan meyakinkan dalam komunikasi sehari-hari.
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas contoh-contoh dari konsep yang
disebutkan tersebut dan bagaimana konsep tersebut berdampak pada kehidupan saat
ini.

3
Wang, J. (2017). The effect of ethical communication on employee outcomes: a
cross-level examination in China's high-tech firms. Journal of Business Ethics,
141(2), 415-431.
Ketika Aristoteles memperkenalkan konsep ethos, ia merujuk pada kepercayaan
dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Contoh paling jelas
dalam kehidupan saat ini adalah profesi. Seperti dikutip oleh Foss dan Griffin (2010),
"Pelaksanaan etika keprofesian berguna untuk memberi rasa aman, membangun
kepercayaan, dan meningkatkan hubungan yang produktif .4" Dalam ilmu komunikasi,
keahlian dan pengalaman profesional sangat penting untuk membangun kepercayaan
dengan pendengar Anda. Sebagai contoh, seorang dokter yang juga seorang profesor
akan lebih mudah meyakinkan orang untuk mengikuti nasihatnya daripada seseorang
yang tidak memiliki pengalaman dan keahlian seperti juru masak atau pekerja
bangunan. Konsep kedua yang dikenal sebagai pathos, merujuk pada emosi atau
perasaan seseorang. Dalam kasus ini, prinsip ini sangat relevan karena dalam
komunikasi terkadang lebih mudah untuk menyentuh emosi daripada membuat
argumentasi yang rasional. Sebagai contoh, ketika pandemi Covid-19 melanda
seluruh dunia, banyak perusahaan besar seperti Coca-Cola dan Nike menciptakan
iklan yang memperlihatkan orang-orang "berhubungan" disaat sulit yang menginduksi
perasaan kebersamaan dan dukungan. Perasaan ini melibatkan emosi dan membuat
orang merasa lebih berkaitan dengan produk tersebut.5 (Mayfield, 2021) Terakhir,
ethos dan pathos mendukung konsep ketiga, logos, yang berfokus pada penggunaan
fakta dan logika sebagai dasar dalam argumentasi. Sebagai contoh, dalam acara debat
politik, debater cenderung menyediakan argumentasi yang terbukti benar secara logis,
bukan hanya mengandalkan tahap emosi yang rendah. Demikian pula, penelitian yang
dilakukan oleh Lee dan Wälti (2013) mengenai kesalahan logika di pemberitaan,
mereka menyimpulkan bahwa kekuatan logika penting untuk memperkuat
argumentasi.
Hal ini menjadi sangat penting dalam pendidikan dan komunikasi pemasaran,
terutama dalam industri Perbankan dan asuransi, dalam mengajari orang bagaimana
membuat keputusan yang didasarkan pada logika bukan penilaian emosional.
Dalam kesimpulannya, konsep Ethos, Pathos, dan Logos yang diperkenalkan oleh
Aristoteles sering digunakan dalam ilmu komunikasi, terutama dalam bidang
pemasaran dan politik. Prisip-etika profesional dalam bersikap dan membangun
kepercayaan, penggunaan trik emosi- jalan pintas untuk membangun posisi yang kuat
secara argumentatif atau menggerakkan orang untuk berperilaku positif serta
penggunaan logika terkait kebenaran faktual dapat membantu kita dalam mengubah
pendapat orang dan membuat message paling efektif. Oleh karena itu, sepantasnya
kita memperhatikan semua konsep tersebut jika ingin mencapai kesuksesan dalam
berkomunikasi.
Dalam kesimpulannya, pemikiran Aristoteles tentang bahasa dan komunikasi sangat
relevan dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya menggunakan bahasa yang benar
dan efektif, serta mempertimbangkan audiens, ditekankan dalam kehidupan sosial dan
profesional kita. Sebagai manusia, bahasa adalah sarana utama dalam berkomunikasi
dan mencapai tujuan kita dalam kehidupan. Oleh karena itu, memahami konsep-
konsep penting yang dipaparkan oleh Aristoteles berfungsi sebagai fondasi utama
dalam pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif dan beretika.
Referensi:

Bapna, S., & Srivastava, M. (2014). The role of communication in modernisation: An


ethical perspective. Accounting & Management Information Systems / Contabilitate
Si Informatica De Gestiune, 13(1), 125.

Foss, S. K., & Griffin, C. L. (2010). Ethos, Pathos, and Logos. Continuum
Companion to Rhetoric, 61-76.

Ganiel, M. B., & Ganiel, B. (2017). Aristotle's classification of language.


Indogermanische Forschungen, 122(1), 245-259.

King, M. A., Brunsting, N. C., Everett, C., & Valencic, K. (2010). Effectively
communicating: The power of persuasive communication. Journal of college teaching
and learning, 7(3), 19-26.

Lee, J. E., & Wälti, P. A. (2013). Logika dan kesalahan pengungkapan.


Communication Research, 40(1), 25-51.

Mayfield, K. (2021). Nike dan Coca-Cola membuat iklan pandemi yang


memanfaatkan emosi. Casbaa. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021.
https://www.casbaa.com/news/nike-and-coca-cola-make-pandemic-ads-that-appeal-
to-emotion/3013.
Wang, J. (2017). The effect of ethical communication on employee outcomes: a cross-
level examination in China's high-tech firms. Journal of Business Ethics, 141(2), 415-
431.

Anda mungkin juga menyukai