Tekom - CH4 The Messages
Tekom - CH4 The Messages
THE MESSAGES
SEMIOTICS
Semiotika adalah studi mengenai tanda, simbol, dan makna yang terkait dengan
bagaimana makna dibuat, bukan apa yang sesuatu berarti. Konsep dasar dalam
semiotika adalah tanda, yang merupakan stimulus yang menunjukkan kondisi lain.
Simbol, yang merupakan tanda yang kompleks dengan makna budaya dan personal,
juga merupakan konsep dasar dalam semiotika. Semiotika membahas unsur bahasa
dan non-verbal serta bagaimana keduanya berinteraksi untuk menciptakan sistem
makna. Pada intinya, semiotika memiliki konsep segitiga makna, yang menyatakan
bahwa makna muncul dari hubungan antara objek atau referen, orang atau
interpreter, dan tanda atau simbol.
STRUCTURAL LINGUISTICS
Ferdinand de Saussure memberikan contoh teori yang menangani kata-kata sebagai
struktur dasar makna. Saussure memandang bahwa tanda-tanda dalam bahasa
bersifat konvensional, dan bahasa merupakan sistem tanda yang berjalan seiring
dengan realitas, bukan peta realitas. Struktur bahasa bersifat formal tanpa substansi,
dan hanya saat makna melekat pada fitur-fitur struktural bahasa, sebuah kata dapat
mewakili sesuatu. Perbedaan adalah kunci untuk memahami struktur bahasa, dan
struktur bahasa terdiri dari sistem perbedaan yang berkembang dan berubah seiring
waktu. Saussure membedakan antara bahasa formal (langue) dan penggunaan
bahasa dalam komunikasi (parole), dan bahasa formal karakteristiknya adalah sinroni
yang berubah sedikit dari waktu ke waktu, sedangkan penggunaan bahasa bersifat
diakroni yang berubah terus-menerus sesuai dengan situasi. Saussure lebih
memfokuskan perhatiannya pada bahasa ketimbang pidato, dan teori-teori linguistik
struktural berusaha memecah kalimat menjadi komponen-komponen dalam hirarki.
Metode analisis struktural tidak dapat menjelaskan sepenuhnya penggunaan bahasa
manusia, dan kajian lingkungan telah melampaui pendekatan struktural.
NON VERBAL COMMUNICATION
Ekman dan Friesen menganalisis aktivitas nonverbal dari tiga perspektif, yaitu Origin,
Coding, dan Usage.
1. PHENOMENOLOGY
Berfokus pada pengalaman sadar individu yang mengetahui atau merasakan
fenomena - objek, kejadian, atau pengalaman - melalui pengalaman langsung.
Proses interpretasi sentral dalam pemikiran fenomenologis, dan interpretasi
secara aktif menentukan apa yang nyata bagi seseorang.
Ada tiga sekolah pemikiran umum dalam tradisi fenomenologi:
a. Fenomenologi klasik; Husserl meyakini kebenaran dapat dicapai
melalui kesadaran fokus, dimana kebenaran hanya dapat dicapai
melalui pengalaman langsung dan disiplin dalam mengalami hal-hal.
Namun, untuk mencapai kebenaran melalui kesadaran fokus, kita harus
menangguhkan prasangka dan kebiasaan berpikir untuk mengalami hal
sebagaimana adanya. Pendekatan Husserl terhadap fenomenologi
sangatlah objektif, di mana dunia dapat dilihat tanpa kategori
pengetahuan yang dipengaruhi oleh pengamat.
b. Fenomenologi persepsi; menurut Merleau-Ponty, saat ini fenomenologi
lebih cenderung pada pemikiran bahwa pengalaman adalah subjektif.
c. Fenomenologi hermeneutika. Dikenal sebagai hermeneutik filosofis,
dikaitkan dengan Martin Heidegger. Bagi Heidegger, realitas suatu hal
tidak diketahui melalui analisis atau reduksi yang hati-hati, tetapi melalui
pengalaman alami, yang diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Hermeneutik secara harfiah berarti penafsiran
teks, dan terutama relevan untuk komunikasi karena hubungannya
dengan bahasa dan interaksi sosial.
2. DISTACIATION
Paul Ricoeur adalah seorang teoretikus interpretatif utama yang sangat
mengandalkan tradisi fenomenologis dan hermeneutika. Ricoeur percaya
bahwa teks lebih penting daripada pidato sebenarnya, karena ketika pidato
direkam, ia terpisah dari pembicara dan situasi di mana pidato itu
disampaikan. Ricoeur menyebut hal ini sebagai distansiasi. Interpretasi teks
terutama penting ketika pembicara dan penulis tidak tersedia, seperti dalam
dokumen sejarah. Dalam memahami teks, Ricoeur mengusulkan pendekatan
hermeneutika lingkaran, yang terdiri dari proses penjelasan dan pemahaman.
Interpretasi Ricoeur juga dapat merubah penafsir dengan cara yang
disebutnya sebagai apropriasi, dimana penafsir membuka diri terhadap makna
teks dan kemudian mengaplikasikan makna tersebut ke dalam kehidupan
mereka.
Dalam fenomenologi hermeneutiknya, Paul Ricoeur mengusulkan model
interpretasi tiga tahap yang terdiri dari pemahaman (understanding),
penjelasan (explanation), dan pengambilan (appropriation).
a. Pemahaman (comprehension) merujuk pada tahap awal interpretasi di
mana penerjemah berusaha untuk memahami makna teks atau
fenomena pada hakikatnya, dalam konteksnya, dan dalam bahasa
aslinya. Ini melibatkan membenamkan diri dalam teks, menangguhkan
segala prasangka, dan berusaha memahami teks dari dalamnya.
b. Penjelasan (explanation) melibatkan melampaui pemahaman awal
untuk memberikan pengertian tentang teks atau fenomena dalam
kaitannya dengan konteks yang lebih luas, seperti latar belakang
sejarah atau budaya. Penjelasan melibatkan menghubungkan teks
dengan pengetahuan dan sistem pemikiran lain untuk memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang makna.
c. Pengambilan (appropriation) melibatkan tahap akhir interpretasi di
mana penerjemah menjadikan makna teks atau fenomena sebagai
miliknya sendiri dengan mengaitkannya dengan pengalaman,
keyakinan, dan nilai-nilainya sendiri. Pengambilan melibatkan
keterlibatan kreatif dan kritis dengan teks atau fenomena, ketika
penerjemah membawa perspektifnya sendiri pada teks tersebut, sambil
tetap setia pada makna aslinya.
3. LINGUISTIC RELATIVITY
Teori relativitas linguistik, juga dikenal sebagai hipotesis Sapir-Whorf,
mengatakan bahwa bahasa yang kita gunakan mempengaruhi cara kita
berpikir, mempersepsikan, dan menafsirkan dunia di sekitar kita. Hipotesis ini
dinamai dari dua ahli antropologi linguistik yang berpengaruh, Edward Sapir
dan Benjamin Lee Whorf.
Sapir dan Whorf percaya bahwa bahasa bukan hanya alat untuk
berkomunikasi, tetapi juga kerangka kerja untuk bagaimana kita memahami
dunia. Mereka mengusulkan bahwa struktur dan kosa kata bahasa kita
membentuk proses berpikir kita, termasuk persepsi, keyakinan, dan sikap kita.
Menurut teori ini, bahasa yang berbeda menciptakan pandangan dunia dan
cara berpikir yang berbeda, karena bahasa yang kita gunakan mempengaruhi
cara kita mempersepsikan dan mengkategorikan dunia.
Sebagai contoh, bahasa Sundamemiliki banyak kata untuk Makan, yang
mencerminkan kebutuhan budaya mereka untuk membedakan dan
mengkategorikan berbagai level untuk “makan”. Sebaliknya, bahasa Indonesia
hanya memiliki satu kata untuk makan, yang mungkin tidak mencerminkan
tingkat kepentingan yang sama dalam budaya.
Menurut Seale, kita tahu niat di balik pesan tertentu karena kita berbagi bahasa yang
sama, yang terdiri dari serangkaian aturan yang membantu kita menentukan kekuatan
ilokusi dari sebuat pesan. Aturan memberi tahu kita apa arti sesuatu, da nada dua jenis
aturan. Yaitu :
• Konstitutif
Aturan yang memberi tahu seseorang cara menafsirkan sesuatu, apakah sebagai janji,
peringatan, permintaan, atau sesuatu yang lain. Aturan-arturan ini “membentuk” atau
menciptakan bingkai di mana speech art terjadi. Dalam speech act, aturan konstitutif
memberi tahu seseorang apa yang harus ditafsirkan seseorang sebagai janji.
• Regulatif
Aturan ini memberikan panduan untuk bertindak. Perilaku diketahui dan tersedia
sebelum digunakan dalam tindakan, dan memberi tahu bagaimana menggunakan
ucapan untuk mencapai maskud tertentu.
Coordinated Management of Meaning (Manajemen Makna yang Terkoordinasi)
Coordinated Management of Meaning (CMM) dikembangkan oleh Barnett
Pearce, Vernon Cronen, dan rekan-rekannya, mereta berpendapat bahwa komunikasi
adalah inti untuk menjadi manusia dan orang menciptakan realitas percakapannya
sendiri. Menciptakan makna dalam interaksi dicapai dengan cara menerapkan
berbagai aturan berdasarkan isi komunikasi, tindakan yang dinyatakan, situasi,
hubungan antar komunikator, latar belakang individu, dan pola-pola budaya. Lebih
lanjut mereka menyatakan bahwa tujuan komunikasi tidak begitu penting bagi orang-
orang untuk mencapai kesepakatan namun bagi komunikator adalah penting untuk
mencapai tingkat koordinasi..
Menurut CMM, ketika Anda menghadapi situasi komunikasi apa pun, Anda melakukan
dua hal :
• Pertama, Anda memberi makna pada situasi dan perilaku serta pesan orang lain
• kedua, Anda memutuskan bagaimana merespons atau bertindak dalam situasi
tersebut
Theory of Identification (Teori Identifikasi)
Kenneth Burke adalah ahli teori simbol yang terbesar. Ia menulis selama lebih 50 tahun
dan teorinya adalah satu dari teori-teori simbol yang paling komprehensif.
Burke memulai dengan perbedaan antara tindakan dan gerakan :
• Tindakan terdiri atas perilaku sukarela dan bertujuan
Contohnya seperti tindakan untuk menangani korban kecelakaan.
• Gerakan tidak bertujuan dan tidak mengandung makna. Objek dan binatang
memilki gerakan, tetapi hanya manusia yang memiliki tindakan.
Contohnya secara tidak sadar Anda menggerakkan tangan ketika berjalan.
Pandangan Burke terhadap simbol sangat luas, termasuk sebuah aturan linguistik
dan elemen-elemen non-verbal. Manusia menyaring kenyataan dengan tabir simbol.
Burke menyetujui bahwa bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk tindakan. Karena
kebutuhan sosial membutuhkan orang untuk bekerja sama dengan tindakannya,
sehingga bahasa membentuk perilaku. Hal yang paling membingungkan dari Burke
adalah ide bahwa seseorang dapat menyimbolkan simbol. Sehingga menambah
tingkatan simbol lain terhadap peristiwa sebenarnya. Sebagai contoh seperti rapat
antara direktur dan klien, sebelumnya direktur telah mempersiapkan diri dalam
pelatihan presentasi dan materi-materi yang akan ia sampaikan.
Bahasa, selalu bermuatan emosional. Tidak ada kata yang dapat menjadi netral.
Sebagai akibatnya, perilaku, penilaian, dan perasaan anda tidak nampak bervariabel
dalam bahasa yang anda gunakan. Bahasa bersifat selektif dan abstrak serta fokus
pada aspek realitas tertentu dalam kekuasaan aspek lainnya. Bahasa adalah ekonomis,
tetapi juga ambigu. Bahasa dapat menyatukan atau memisahkan kita. Ketika simbol
menyatukan manusia kedalam pemahaman secara lazim, identifikasi telah terjadi.
Sebaliknya, pembagian atau pemisahan, dapat juga terjadi; bahasa dapat mengangkat
identifikasi atau mengangkat pemisahan dan pembagian. Sebagai contoh ketika teman
anda bersedih dan menceritakan permasalahannya kepada anda maka kita bisa ikut
merasa sedih dan juga ikut menceritakan permasalahan anda kepadanya. Anda
berkomunikasi satu sama lain dengan bebas dan cara yang mudah karena anda
berbagi makna bahasa yang sedang digunakan. Dalam istilah Burke, anda sedang
mengalami kesamaan (consubstantiality). Sebaliknya, jika di dalam taksi Anda hanya
berdua dengan sopir taksi, Anda mungkin akan merasa tidak nyaman karena makna
yang kurang menyatu dengan sopir. Kesamaan adalah salah satu cara identifikasi yang
tercipta di antara manusia. Dalam mode yang berputar, sebagaimana identifikasi
meningkat, penyatuan makna meningkat, sehingga akan meningkatkan pemahaman.
Dengan demikian, identifikasi dapat berarti ajakan dan penyampaian yang efektif atau
menjadi akhir dari komunikasi itu sendiri. Identifikasi dapat disadari atau tidak disadari,
direncanakan atau tidak direncanakan.