Anda di halaman 1dari 5

PERAN KONSELOR DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Keisya Ramadhanti Taufik*1


(Keisya517@gmail.com)
Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Syiah Kuala

ARTICLE INFO ABSTRAK


Article history: Pendidikan karakter adalah salah satu yang fokus terhadap
Received sistem Pendidikan nasional. Oleh sebab itu, seorang pendidik
Revised
Accepted
tidak boleh melalaikan hal ini. Sebagai konselor di sekolah,
Available online sebagai seorang Pendidik, harus berperan penting dalam
pendidikan karakter. Tujuan dari penelitian ini adalah memberi
Kata Kunci: gambaran masalah konselor di sekolah mengenai pelaksanaan
Peran Konselor, Pendidikan pendidikan karakter. Pada penelitian ini menggunakan metode
Karakter kualitatif dengan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini tertunjuk
Keywords: Counselor Role, bahwa implementasi pembangungan karakter berawal dengan
Character Education pembentukan nilai nilai dasar dan norma norma yang ada pada
masyarakat sesuai peraturan negara. Dalam pelaksanaannya,
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter wajib mengaitkan
semua pendidik di sekolah bertujuan untuk berjalannya
pendidikan nasional. Contohnya adalah seorang konselor, Cara
konselor berperan untuk melaksanakan Pendidikan karakter misalnya konsultan bertindak sebagai
contoh, pemecah masalah, dan mediator.

ABSTRACT
Character education is one that focuses on the national education system. Therefore, an educator
should not neglect this. As a counselor in schools, as an educator, must play an important role in
character education The purpose of this study is to provide an overview of the problems of
counselors in schools regarding the implementation of character education. This research uses
qualitative methods with literature studies or literature studies. The results of this study show that
the implementation of character development begins with the formation of basic values and norms
that exist in society according to state regulations. In its implementation, in the implementation of
character education, it is mandatory to associate all educators in schools aimed at running
national education. An example is a counselor, the way the counselor plays a role in carrying out
character education for example consultants act as examples, problem solvers, and mediators.

PENDAHULUAN
Berbicara mengenai bimbingan dan konseling atau yang sering disebut dengan sebutan BK
selalu berkaitan dengan pendidikan, hal ini dikarenakan Bimbingan dan Konseling ada di dalam
pendidikan. pendidikan merupakan asset yang tidak ternilai bagi individu atau bahkan pada
masyarakat, namun perlu kita ingat bahwa pendidikan tidak bisa dinilai, diukur, bahkan di di
deskripsikan hanya dari fasilitas atau jumlah siswa saja karena pendidikan jauh lebih dari hal itu.
Pendidikan yaitu, persoalan mengenai pusat dan sasaran. Pendidikan merupakan proses yang
mendasar dalam mengkaitkan proses pengembangan dan pertumbuhan manusia. Sebagai sesuatu
proses pendidikan mengaitkan beberapa faktor dalam mewujudkan kehidupan yang bernilai.
Karena itulah mengajar adalah moral dan bukan hanya keputusan teknis. Menurut hal tersebut,
pendidikan memiliki tiga fungsi, yaitu (a) fungsi pengembangan, mendukung individu untuk

|1
mencapai potensi penuh; (b) Fungsi keragaman (diferensiasi), membantu individu menentukan arah
pengembangan yang dapat diterima sejauh mungkin; dan (c) tindakan terintegrasi, membawa
berbagai pembangunan menuju tujuan yang sama selaras dengan fitrah manusia menjadi manusia
seutuhnya. Fitur terakhir ini artinya Pelatihan tersebut bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai
sosial budaya ke dalam kehidupan para peserta pendidikan tentang budi pekerti, kebersamaan,
toleransi, kerjasama Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu perlu mengintegrasikan tiga bidang
Industri utama adalah administrasi dan manajemen, kontrol dan Kurikulum dan pengembangan
siswa (konseling swadaya). Sebuah kursus pelatihan yang hanya melengkapi bidang manajemen
dan pengajaran Melewatkan bidang konsultasi hanya akan menciptakan orang-orang yang cerdas
dan cerdas cerdas sains tetapi tidak memiliki keterampilan atau kedewasaan aspek psikososial. Jadi
instruksi dan Konseling adalah bagian yang perlu dan penting untuk mencapai tujuan. Secara
resmi, konseling di Indonesia dilakukan di sekolah sejak tahun 1975 ketika kurikulum 1975
diperkenalkan ke semua sekolah secara nasional. Artinya, profesi konselor sudah dikenal sejak
dulu. Profesi yang tujuannya membantu dan mendampingi semua orang yang mampu dan
berpotensi memberdayakan siswa sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhannya dengan
bantuan layanan konseling atribut psikologis pedagogis. Itulah sebabnya konseling disediakan di
lembaga pendidikan bentuk kegiatan pendidikan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai profesi yang relatif masih muda, BK banyak menghadapi kesulitan dan hambatan legal dan
formal untuk menunaikan tugas mulia tersebut. Gangguan dan kendala dapat diidentifikasi mulai
dari keterbatasan tenaga (SDM) hingga pelaksanaan layanan konsultasi yang masih kurang optimal.
Efek dari rangkaian interupsi dan hambatan menunjukkan bahwa konselor sekolah masih sering
disalahpahami, misalnya konselor adalah polisi sekolah yang hanya memberi nasehat, berkarakter
menakutkan atau hanya berurusan dengan siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri. .
Kesalahpahaman, makna dan pemahaman yang berbeda seperti itu menghadapkan konselor pada
konflik, ketidakkonsistenan, dan ketidaksesuaian peran. Selain itu, tentunya sangat sulit bagi
konselor untuk melaksanakan tugasnya secara baik dan menyeluruh pada umumnya, layanan
bimbingan dan konseling, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. Lebih mudah
menanamkan karakter pada siswa dan diharapkan hasil yang baik akan tercapai bila pelatih
memiliki kedekatan personal dengan siswa sehingga pelatih dapat dengan mudah menjadi panutan
dan patut diteladani. Sudah menjadi hal yang lumrah bgi siswa untuk “menghargai” guru yang
memiliki kedekatan personal, sehingga lebih mudah menyampaikan pesan atau informasi
pendidikan karakter. Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan sumber diskusi tentang
bagaimana konselor harus mendefinisikan tanggung jawab dan peran yang harus dilakukan
konselor, bagaimana konselor dapat mengatasi kesalahpahaman, perbedaan makna, dan
pemahaman tentang konseling, profesi mereka, dan kunci solusi untuk situasi ini. Bahkan ketika
keadaan membuat tugas menjadi sulit, harus mampu menunjukkan prestasinya sedemikian rupa
sehingga siswa yang dibimbingnya tidak lagi terwujud perilaku negatif dan tidak sesuai. Namun,

Artikel Pengembangan Pribadi Konselor |2


sebagai pendidik dan pembimbing, pendidik harus bisa melakukan hal tersebut mengembangkan
aspek pribadi dan sosial siswa untuk menjadikan mereka siswa yang baik keterampilan
interpersonal dan komunikasi yang baik. Pekerjaan mulia ini tentu tidak mencapai hasil maksimal
tanpa kerjasama dengan pihak lain yang bertanggung jawab dalam pengembangan karakter.
Dengan kata lain, meskipun konselor sekolah bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab
untuk menanamkan karakter pada siswa, mereka tidak dapat mengelak dari tanggung jawab
tersebut. Dengan mengingat hal tersebut, diharapkan artikel ini dapat menjadi inspirasi untuk
mengklarifikasi peran membingungkan yang harus dimainkan oleh konselor dalam pendidikan
karakter di sekolah. Sehingga dunia pendidikan dengan bantuan pendidikan karakter tidak hanya
menghasilkan manusia yang cerdas dan cakap, tetapi juga jujur dan profesional. 

LANDASAN TEORI

Konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan


berbasis sekolah. Oleh karena itu, mengajar mengemudi pilot merupakan salah satu tugas
yang harus dilakukan oleh setiap guru yang bekerja di sekolah, termasuk guru. Namun,
beberapa pemimpin, termasuk guru, tidak memahami bahwa kepemimpinan adalah bagian
dari pekerjaan mereka. Konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan program

Pendidikan berbasis sekolah. Oleh karena itu, termasuk guru. Namun, beberapa
pemimpin, termasuk guru, tidak memahami bahwa kepemimpinan adalah bagian dari
pekerjaan mereka. Konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan program
pendidikan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, tugas mereka juga termasuk konseling,
yang harus diberikan oleh setiap pendidik yang bekerja di sekolah, termasuk guru.  

Menurut Natavidjaja, bimbingan  adalah pedoman yang direvisi secara


komprehensif dan menyeluruh proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara individual terus menerus, sehingga individu dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga mampu berorientasi dan bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan
kondisi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Sehingga ia dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberikan kontribusi yang
berarti bagi kehidupan masyarakat pada umumnya. Konseling membantu individu
berkembang secara optimal sebagai makhluk sosial. 

Menurut Surya, kepemimpinan adalah proses menghalalkan pertolongan secara


terus menerus dan sistematis dari satu mentor ke mentor lainnya, agar bisa dapatkan

Artikel Pengembangan Pribadi Konselor |3


otonomi dalam memahami, menerima, dan mengendalikan diri untuk mencapai tingkat
pengembangan diri dan aktualisasi diri yang optimal dan beradaptasi dengan lingkungan.

Bimbingan secara umum dapat dipahami sebagai bantuan. Namun, menurut


pemahaman yang sebenarnya, tidak semua bantuan adalah bimbingan. misalnya, orang tua
dari seorang anak membantu anaknya menyelesaikan pekerjaan rumah dengan harapan
mendapatkan nilai bagus di bidang akademik tertentu. Tentu saja, "dukungan" bukanlah
dukungan yang berarti orientasi. Dukungan dalam arti “instruksi” mensyaratkan kondisi
tertentu, terprogram, teratur dan berkelanjutan. Nasihat adalah upaya swadaya, digunakan
oleh untuk memperbaiki perilaku mereka di masa depan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya bimbingan dan konseling
diperlukan sebagai alat bagi siswa untuk memperoleh kemandirian. antara pengetahuan diri
dan penerimaan, antara pemahaman positif dan dinamis dan penerimaan lingkungan.
Selain itu, siswa dapat membuat keputusan untuk kepemimpinan diri dan aktualisasi diri.
Ketika dia mengembangkan pemahaman diri, dia memperoleh pemahaman yang masuk
akal tentang dirinya sendiri, tentang orang lain, tentang apa yang orang lain pikirkan
tentang dirinya, dan tentang tujuan yang ingin dia capai di masa depan.

PEMBAHASAN

Karakter merupakan ciri khusus yang melekat pada seseorang, keluarga, dan
komunitas. Pengembangan karakter dimulai dari pembentukan sikap berdasarkan nilai-
nilai tertentu, seperti nilai-nilai agama, budaya, termasuk ideologi negara. Karakter
seseorang bukanlah hasil dari penilaian terhadap sikap dan perilaku diri sendiri, tetapi
merupakan hasil dari penilaian orang lain. Karakter tidak dilahirkan dari retorika mulia
atau niat baik semata, tetapi karakter lahir dari kejujuran dan loyalitas yang melekat pada
nilai-nilai moral (Josephson. M, 2013).

Pendidikan karakter, konsep perkembangan kognitif moral pada siswa (LicNona, 1999),
muncul dari kerangka psikologis, pembelajaran sosial dan perkembangan kognitif. Peninjauan
dokumen pengungkapantertarik untuk menemukan pendekatan yang paling efektif
untuk pengembangan kepribadian siswa. Studi tentang pembentukan kepribadian telah dilakukan di
bidang perkembangan kognitif (Gibbs 2006; Narvaez, 2001); kebajikan kepribadian (LicNona,
1999); dan pembelajaran sosial (Anderson, 2000; Wynne, 1997).  

Artikel Pengembangan Pribadi Konselor |4


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dapat ditulis secara terpisah sebagai dua sub judul atau ditulis dalam
satu sub judul. Simpulan harus berupa narasi dalam bentuk paragraf dan bukan dalam bentuk
angka/numerik.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka dirujuk adalah publikasi dalam rentang 10 tahun terakhir. Rujukan utama
dapat berasal dari sumber primer seperti laporan penelitian (skripsi, tesis, maupun disertasi) atau
artikel penelitian dalam jurnal atau majalan saintifik baik secara online maupun ofline. Ketentuan
daftar Pustaka memenuhi syarat berikut, yaitu: (1) memuat minimal 10% kutipan dari jurnal
internasional, (2) memuat minimal 60% kutipan dari jurnal nasional terakreditasi dan bereputsi,
dan (3) memuat maksimal 20% kutipan dari sumber buku, dan (4) memuat maksimal 10% dari
kutipan atau saduran relevan dan publikasi resmi lainnya. Besarnya plagiasi yang diizinkan adalah
maksimal 20%. Daftar pustaka disusun secara alphabet dengan menggunakan APA Style seperti
pada contoh berikut.

Buku:
Cahyono, Ahmad. Nurhadi. (2018). Learning Mathematics in a Mobile App-Supported Math Trail
Environment. New York: Springer International Publishing.

Artikel yang dimuat dalam buku/book chapter:


McKenney, S., & Reeves, T. C. (2014). Educational design research. In Spector J., Merrill M.,
Elen J., Bishop M. (Eds.), Handbook of Research on Educational Communications and
Technology (pp. 131-140). New York: Springer. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-3185-
5_11.

Prosiding seminar dan orasi ilmiah:


Sari, Intan Kemala. (2018). Students’ Critical View about Data: Study about PISA level in Aceh.
Proceeding in The Six South East Asia Design/Development Research (SEA-DR) Conference
2018, pp. 391-398. Banda Aceh: Syiah Kuala University

Jurnal Ilmiah offline:


Dewi, Y. A. S. (2017). Korelasi Efektivitas Komunikasi dan Latar Belakang Etnis/Suku Orangtua
Terhadap Perkembangan Bahasa Anak di Raudlatul Athfal Kabupaten Pasuruan. SELING:
Jurnal Program Studi PGRA, 3(1).

Jurnal Ilmiah online:


Mi’raj, Matin, Rugaiyah, & Lamria. (2019). Pengaruh Servant Leadership dan Psychological
Contract Terhadap Organizational Citizenship Behavior Dosen Universitas Islam Negeri (Uin)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Visipena Journal, 10(2), 200-217. Retrieved from
https://ejournal.bbg.ac.id/visipena/article/view/501 (Diakses 17 April 2020)

Artikel Pengembangan Pribadi Konselor |5

Anda mungkin juga menyukai