LP OKSIGEN Qoiril
LP OKSIGEN Qoiril
A. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Pernapasan merupakan sebuah proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungan (Hidayat dan Uliyah, 2015 : 2).
Oksigen merupakan gas tak berwarna dan tak berbau yang terkandung dalam
sekitar 21% udara yang kita hirup, sangat dibutuhkan bagi semua sel. Ketiadaan
oksigen dapat menyebabkan kematian (Kozier, et al 2010 : 901).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem kimia atau
fisika. Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau, yang mutlak
dibutuhkan dalam proses metabolism sel ( Susanto dan Fitriani, 2017 : 7-8 )
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 2) anatomi sistem pernapasan dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Saluran Pernapasan bagian atas
a. Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang berisi
kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke
rongga hidung oleh rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang
mengandung pembuluh darah, proses oksigenasi diawali dengan
penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam
vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esophagus yang terletak dibelakang nasofaring
2
Kapasitas Paru :
1) Kapasitas inspirasi merupakan jumlah dari volume tidal dan volume
cadangan insipasi.
2) Kapasitas residu fungsional merupakan jumlah dari volume cadangan
ekspirasi dengan volume residu.
3) Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan ekspirasi, volume
tidal, dan cadangan inspirasi.
4) Jumlah keseluruhan volume udara yang ada dalam paru terdiri atas
volume tidal, volume cadangan ekspirasi, dan volume residu.
2. Takipnea
Merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per menit.
Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau terjadinya
emboli.
3. Bradipnea
Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per menit.
Proses ini terjadi dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang
disertai narkotik atau sedatif.
4. Hiperventilasi
Merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai
dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, nyeri dada,
menurunnya konsentrasi CO2. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh
adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis.
5. Hipoventilasi
Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan
oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit. Keadaan demikian dapat
menyebabkan hiperkapnia, yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga pCO2
meningkat dan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
6. Kusmaul
Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada
orang dalam keadaan asidosis metabolik.
7. Dispnea
Merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas. Hal ini disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan dan
pengaruh psikis.
8
8. Ortopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri. Pola
ini banyak ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesti paru.
9. Cheynestoke
Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula mula naik, turun,
berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
10. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang
berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan
atelektasis.
11. Pernapasan biot
Merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheynestoke, tetapi
amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput
otak, tekanan intracranial yang meningkat, trauma kepala.
12. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan. Ditemukan pada kasus spasme trakea atau obstruksi laring
13. Obstruksi jalan napas
Merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan ba
tuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif.
E. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 11) Pengkajian riwayat keperawatan
pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi ada atau tidaknya riwayat
gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis
(kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, hipertensi, gangguan
pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal (kondisi akibat
polip, hipertrofi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau
9
gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah infeksi kronis dari hidung, sakit
pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan
suhu tubuh hingga sekitar 38,5°C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga
muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan adanya
edema.
2. Pengkajian Fisik
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 11) pengkajian fisik pada pasien
gangguan oksigenasi adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi
1) Penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spontan
melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang
endotrakeal atau trakeostomy, kemudian menentukan status kondisi
seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik.
2) Perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit. Umumnya
wanita bernapas sedikit lebih cepat. Apabila kurang dari 10 kali per menit
pada orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak, atau
kurang dari 30 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea
atau pernapasan lambat. Gejala ini juga dijumpai pada keracunan obat
golongan barbiturate, uremia, diabetes, miksedema, dan proses desak
ruang intrakranium. Bila lebih dari 20 kali per menit pada orang dewasa,
kurang dari 30 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari 50 kali
per menit pada bayi, maka disebut takipnea atau pernapasan cepat.
3) Pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu adalah torakal, abdominal, atau
kombinasi keduanya. Pernapasan torakal atau dada adalah untuk
menilai sifat pernapasan, seperti mengembang dan mengempisnya
rongga toraks sesuai dengan irama inspirasi dengan ekspirasi.
Pernapasan abdominal atau perut adalah seiramanya inspirasi dengan
mengembangnya perut dan ekspirasi dengan mengempisnya perut.
Selain itu, mengembang dan mengempisnya paru juga diatur oleh
pergerakan diafragma. Sifat pernapasan khususnya pada neonatus
10
a. Rontgen dada
Penapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk melihat lesi paru pada
penyakit tuberculosis, mendeteksi adanya tumor, benda asing, paru
membengkak, penyakit jantung, dan untuk melihat struktur yang abnormal.
b. Fluroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kardiopulmonum, misalnya
kerja jantung, diafragma, dan kontraksi paru.
c. Bronkografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai
dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus
displacement dari bronkus.
d. Angiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang keadaan
paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, emfiesma, kelainan kongiental,
dan lain-lain.
e. Endoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biospi
jaringan, untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat
letak terjadinya pendarahan, untuk terapeutik, misalnya mengambil benda
asing dan menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
f. Radio Isotop
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli
paru. Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi,
misalnya pada emfisema.
g. Mediastinoskopi
Merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat penyebaran tumor.
Mediastinoskopi bertujuan untuk memeriksa mediastinum bagian depan
dan menilai aliran limpa pada paru, biasanya dilakukan pada penyakit
saluran pernapasan bagian atas.
13
F. Diagnosa Keperawatan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 17) diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan yaitu :
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Gangguan Pertukaran Gas
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan gangguan oksigenasi
dalam buku NANDA Internasional 2018-2020 adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa 1 : Hambatan Pertukaran Gas
Menurut Herdman dan Kamitsuru, ed. (2018 : 207) definisi, batasan
karakteristik, dan faktor yang berhubungan terkait diagnosa hambatan
pertukaran gas adalah sebagai berikut :
a. Definisi : Kelebihan atau deficit oksigenasi dan eliminasi dioksida pada
membran alveolar – kapiler.
b. Batasan Karakteristik
1) Gas darah arteri abnormal
2) pH arteri abnormal
3) Pola pernafasan abnormal
4) Warna kulit abnormal
5) Kontursi
6) Penurunan karbo dioksida (CO2)
7) Diaforesis
8) Dispnea
9) Sakit kepala
c. Faktor yang berhubungan
1) Perubahan membran alveolar - kapiler
2) Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Menurut Herdman dan Kamitsuru, ed. (2018 : 384) definisi, batasan
karakteristik, dan faktor yang berhubungan terkait diagnosa ketidakefektifan
bersihan jalan napas adalah sebagai berikut :
14
B. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Hambatan Pertukaran Gas
a. NOC : Nursing Outcomes Classification
Menurut Moorhead, et al. (2013 : 559) NOC yang sesuai untuk diagnosa
keperawatan hambatan pertukaran gas adalah :
NOC : Status pernapasan : pertukaran gas
1) Definisi : kelebihan atau difisit pada oksigenasi atau eliminasi karbon
oksida pada membrane alveolar – kapiler.
2) Tujuan : Pasien mampu bernafas secara adekuat sampai tanggal ….
15
3) Indikator :
Skala
No. Indikator
1 2 3 4 5
1. Dyspnea saat istirahat
2. Dyspnea saat aktivitas ringan
3. Sianosis
4. Mengantuk
5. Gangguan kesadaran
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi
b. NIC : Nursing Interventions Classification
Menurut Bulechek, Butcher, dan Dochteman, ed. (2013 : 444 dan 111) NIC
untuk diagnose keperawatan hambatan pertukaran gas adalah sebagai
berikut :
1) NIC 1 : Terapi Oksigen
a) Definisi : pemberian oksigen dan pemantauan mengenai efektivitasnya.
b) Aktivitas :
(1) Monitor efektifitas terapi oksigen
(2) Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan kebutuhan
mendapatkan terapi oksigen
(3) Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan perangkat
oksigen
(4) Monitor aliran oksigen
(5) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui humidifier
(6) Sediakan oksigen ketika pasien dibawa atau dipindahkan
(7) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat
16
Skala
No. Indikator
1 2 3 4 5
1. Frekuensi pernafasan
2. Irama pernafasan
3. Suara nafas tambahan
4. Batuk
5. Kemampuan mengeluarkan secret
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang berat dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi
b. NIC : Nursing Interventions Classification
Menurut Bulechek, Butcher, dan Dochteman, ed. (2013 : 186 dan 236) NIC
untuk diagnosa ketidakefektifan jalan napas adalah sebaga berikut :
1) NIC 1 : Manajemen jalan nafas
a) Definisi: Memfasilitasi kepatenan jalan nafas
(1) Monitor status pernafasan
(2) Posisikan pasien dengan posisi semi fowler untuk meringankan
sesak nafas, jika diperlukan
(3) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(4) Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya untuk membantu
kepatenan jalan napas
(5) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
atau menyedot lendir
(6) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam untuk membantu
mengeluarkan dahak, jika diperlukan
(7) Instrusikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
(8) Kelola pengobatan inhalasi sesuai terapi dokter
18
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017:18) dalam Standar Luaran
Keperawatan Indonesia, SLKI yang dapat ditegakkan yaitu :
No indikator 1 2 3 4 5
1 Dispnea
2 Sulit berbicara
3 Gelisah
4 Sianosis
5 Ortopnea
Keterangan skala :
1 : memburuk
21
2 : cukup memburuk
3 : sedang
4 : cukup membaik
5 : membaik
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diagfragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017:18) dalam Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, SLKI yang dapat ditegakkan yaitu :
1. Pola Nafas
Definisi : Inaspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
Tujuan : Pasien mampu mencapai pola nafas yang membaik setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama …X 24 jam dengan kriteria hasil
No indikator 1 2 3 4 5
1 Tekanan ekspirasi
2 Tekanan inspirasi
3 Dispnea
4 Frkuensi nafas
5 Kedalaman nafas
Keterangan skala :
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
24
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, dan Joabe M. Dochterman, ed. 2018.
Nursing Interventions Classifition (NIC).St. Louis: Mobsy Elsevier.
Hidayat A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Edisi II. Jakarta : Salemba Medika.
Mooehead, Sue., Marion Johnson, dan Meredean L. Maas, ed. 2018. Nursing
Outcomes Classifition (NOC). St. Louis: Mobsy Elsevier.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry. 2010. Fundamental of Nursing. Alih
Bahasa Diah Nur Fitriani, dkk. Buku III. Edisi VII. Jakarta: Salemba Medika.
Vita, Andina dan Yuni Fitriani, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.