Anda di halaman 1dari 15

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SAKO


KOTA PALEMBANG

DISUSUN OLEH :
MAYANG SARI TAHARA
20132011003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPANGAN

Judul : Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Diabetes Melitus Di


Puskesmas Sako Kota Palembang

Nama Mahasiswa : Mayang Sari Tahara

NPM : 20132011003

Laporan Pengalaman Belajar Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai
tugas akhir pada mata kuliah Pengalaman Belajar Lapangan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

Palembang,..................2023

Mengetahui
Pimpinan instansi, Pembimbing Lapangan,

Drg. Desty Hernita Citra Meiriza, SKM


NIP.197112122006042011 NIP.1981053020060402023
PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul : Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Diabetes Melitus Di


Puskesmas Sako Kota Palembang

Nama Mahasiswa : Mayang Sar Tahara

NPM : 201322011003

Laporan Pengalaman Belajar Lapangan ini telah diperiksa dan disahkan sebagai
tugas akhir pada mata kuliah Pengalaman Belajar Lapangan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

Palembang,..................2023

Mengetahui
Ketua PSKM, Pembimbing Materi,

Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes
NIDN. 0227078201 NIDN.
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Belajar Lapangan tentang
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Diabetes Melitus Di Puskesmas Sako Kota Palembang, serta
shalawat dan salam tetap kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena
beliaulah kita dapat dibimbing ke jalan yang lurus dan berperilaku yang sesuai dengan aturan-
aturan dan dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan, dan
kerjasama dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik. Sebagai ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ibu Ersita, S.Kep, Ners,M.Kes selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang
2. Ibu drg. Desty Hernita, selaku Pimpinan Puskesmas Sako Palembang.
3. Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIK Bina Husada.
4. Ibu Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes., selaku dosen pembimbing materi.
5. Ibu Citra Meiriza,SKM, selaku pembimbing lapangan di Puskesmas Sako Palembang.
6. Seluruh staf Puskesmas Sako Palembang.
7. Semua pihak yang telah membantu pada saat melaksanakan Pengalaman Belajar Lapangan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan laporan
ini karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan Pengalaman Belajar
Lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).
Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat
463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau
setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama.
Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan pravelensi diabetes ditahun 2019 yaitu 9%
pada perempuan dan 9,65% pada laki – laki. Pravelensi diabetes memperkirakan memingkat
seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65 –
79 tahun. Angka predikasi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700
juta di tahun 2045.
Berdasarkan jumlah penderita Diabetes Melitus, Indonesia menempati posisi keempat
dengan jumlah penderita Diabetes Melitus sekitar 8,4 juta orang. Diperkirakan, prevalensi
Diabetes Mellitus akan terus meningkat bersamaan dengan perubahan gaya hidup dan pola
makan (Tandra, 2007). Mengutip data dari Diabetes Atlas International Diabetes Federation
(2000), dalam rentang 20 tahun prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia
mengalami peningkatan prevalensi sebesar 4,6 % pada penduduk yang berusia di atas 20
tahun dengan jumlah penderita 5,6 juta jiwa. Berdasarkan pola pertambahan penduduk
seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti dari jumlah penduduk Indonesia yang
diperkirakan berjumlah 178 juta, akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes (Soegondo, 2007).
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, jumlah kasus penyakit diabetes
melitus pada tahun 2019 sebanyak 71.031, tahun 2020 sebanyak172.044, dan pada tahun
2022 mencapai 279.345.
1) Tujuan Praktikum
a) Tujuan  Umum

Memberikan  pengalaman  utuh  bagi  mahasiswa  mengenai  masalah - masalah kesehatan


masyarakat  dan  melakukan  upaya  pemecahan  masalah  di Puskesmas Sako Palembang
sesuai  dengan  ilmu  pengetahuan  dan  keterampilan  yang diperoleh  selama  perkuliahan.
b) Tujuan  Khusus

Mahasiswa  Mampu  :
1. Melaksanakan  Pengumpulan  Data  Surveilans  Epidemiologi di  Puskesmas (STP-
Pus),  Laporan  Bulanan  (LB)  1, Dan  Profil  Puskesmas Sako. 
2. Mampu melaksanakan dan memahami pengolahan (Menghitung  rate,  rasio  dan
proporsi)   data  Surveilans Epidemiologi di Puskesmas. 
3. Mampu  melaksanakan  dan  memahami  analisis  dan  menginterpretasikan  hasil
surveilans  epidemiologi. 
4. Mahasiswa  mengerti  dan  memahami  mekanisme  dari  hasil  analisis. 
5. Mampu  membuat  laporan dari  hasil  Surveilans  Epidemiologi

 
2) Manfaat  Praktikum

 
a) Bagi  Mahasiswa
1. Mahasiswa  dapat  bekerja  sama  dalam  tim  dan  tempat  Praktikum
2. Mahasiswa  mendapatkan  pengalaman  dan  keterampilan  dalam  setiap  kegiatan  di
Puskesmas  
3. Mahasiswa  bisa  berinteraksi  dengan  kondisi  mendapatkan  pengalaman  di
Puskesmas. 

 
b) Bagi  instansi  tempat  praktikum
1.  Adanya  masukan  terhadap  perencanaan,  pelaksanaan  dan  pengembangan  program
kerja  khusus  Diabetes Melotus di  Puskesmas  Sako

2. Dapat mengembangkan kemitraan dengan Prodi Kesehatan Masyarakat STIK Bina


Husada  Palembang  dan  institusi  lain  untuk  kegiatan  penelitian  maupun pengembangan.
c) Bagi  STIK  Bina  Husada 
1. Terbinanya  suatu  jaringan  kerjasama  dengan  institusi  dalam  upaya meningkatkan
keterkaitan  dan  kesepadanan  antara  substansi  akademik  dengan  pengetahuan  dan
keterampilan  SDM  yang  dibutuhkan  dalam pengembangan  kesehatan  masyarakat. 
2. Tersusunnya  kurikulum  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  nyata  di  lapangan. 
3. Meningkatnya  kapasitas  dan  kualitas  pendidikan  dengan  menghasilkan  peserta
didik  yang  terampil.
4. Memperkenalkan  Program  Studi  Kesehatan  Masyarakat  Kepada  Puskesmas. 
5. Mendapatkan  masukan  dan  pengembangan  Program  Studi  Kesehatan  Masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes Melitus (DM)


Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula
darah yang tinggi (hiperglikemia) akibat kegagalan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Penyakit ini bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring
dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi obesitas dan penurunan aktivitas fisik.
Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena penyakit Diabetes Mellitus tidak menimbulkan
gejala (asimptomatik) dan sering disebut sebagai pembunuh manusia diam-diam "Silent Killer"
dan menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit ini terdeteksi. Gibney dkk.,2008 (dalam
Putri & Isfandiari, 2013). Diabetes Mellitus terbagi menjadi dua kategori, yaitu Diabetes Tipe 1
dan Diabetes Tipe 1, disebut insulin dependen atau juvenile/childhood-onset Diabetes, ditandai
dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 2, disebut non-insulin dependent atau adult-
onset Diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh. Diabetes
Mellitus tipe 2 merupakan 90% dari seluruh penderita Diabetes (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2014). Diabetes tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak dijumpai.
Biasanya terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun. Sekitar
90-95% penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Pada Diabetes tipe 2, pankreas masih dapat
membuat insulin, tetapi kualitas insulin yang di hasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan
baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah
meningkat. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes tipe 2 adalah sel jaringan tubuh dan otot
penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (insulin resistance) sehingga glukosa
tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini
umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas (Taufiqurrohman, 2015).

B. Epidemiologi Diabetes Melitus


Insiden dan prevalensi Diabetes Mellitus setiap tahunnya terus meningkat, lebih dari 392
juta orang di dunia menderita Diabetes Mellitus pada tahun 2013 di perkirakan akan meningkat
ke seluruh dunia pada tahun 2035 menjadi 592 juta penderita. Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita 8,4 juta terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat
(Taufiqqurohman, 2015). Studi WHO dan PERKENI menunjukkan hasil yang serupa yaitu
adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2, baik di dunia
maupun di Indonesia Menurut WHO (2014), Indonesia memiliki jumlah penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 8,5 juta dari total penduduk, dan diprediksi akan terus meningkat. PERKENI
(2011) menyatakan terjadi peningkatan jumlah penyandang Diabetes Mellitus sebanyak 2-3 kali
lipat pada tahun 2030. Tingginya peningkatan prevalensi penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2
di Indonesia dari tahun ke tahun disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan yang
tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga. Diabetes Mellitus Tipe 2
merupakan
jenis yang paling banyak dijumpai. Biasanya terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula
timbul pada usia 20 tahun, Sekitar 90-95 % penderita menyandang Diabetes Mellitus tipe 2
(Putri & Isfandiari, 2013).

C. Patogenesis Diabetes Melitus


Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel  pankreas karena pengaruh (virus dan zat kimia)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015).

D. Etiologi Diabetes Melitus


Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan tipe Diabetes tersering karena kebanyakan disebabkan
oleh usia, genetik, stress, obesitas, merokok, hipertensi dan aktivitas fisik. Adapun penyebab
tersering penyakit ini berhubungan dengan cara hidup yang berubah yaitu pola makan yang
kurang sehat. Biasanya komposisi 14 makanan tersebut mengandung banyak protein, lemak,
gula, garam dan mengandung sedikit serat. Apalagi ditambah kebiasaan di Indonesia memiliki
kebiasaan untuk selalu makan nasi. Nasi merupakan makanan yang banyak mengandung
glukosa (Taufiqurrohman, 2015). Menurut Utami, 2009 berikut ini beberapa faktor pencetus
diabetes dan cara menghindarinya :
1. Genetik (keturunan)
Seseorang memiliki resiko terserang diabets jika salah satu atau kedua
orangtuanya adalah Diabetesi. Anak laki-laki memiliki kemungkinan menjadi penderita,
sedangkan anak perempuan merupakan pembawa gen dan memiliki kemungkinan
mewariskan ke anak-anaknya. Anak dari diabetesi sejak dini sebaiknya menjaga pola
makan dan rutin berolahraga untuk memperkecil kemungkinan terserang penyakit
tersebut.
2. Faktor Usia
Orang yang berusia di atas 40 tahun lebih rentan terserang diabetes. Namun, tidak
menutup kemungkinan orang yang berudia di bawah 40 tahun terbebas dari penyakit ini.
Menjaga pola makan, pola pikir (stress), dan rutin berolahraga sejak dini dapat
menghindari resiko terserang Diabetes pada saat tua.
3. Pola Makan
Makan secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat memicu diabetes.
Terutama jika asupan kalori berlebihan. Makanan berkalori tinggi dapat menggangu
stimulasi sel-sel beta pankreas dalam mengeluarkan insulin. Asupan lemak trans dan
lemak jenuh yang tinggi juga mendorong munculnya penyakit Diabetes. Lemak trans
merupakan lemak yang dibuat melalui proses kimia, yaitu dengan menambahkan 15
hidrogen ke dalam minyak sayur. Secara sederhana berarti mengubah minyak cair
menjadi lemak padat. Hasilnya adalah produk murah dengan jangka penyimpanan lebih
panjang. Sifatnya lebih beruk dari pada lemak jenuk. Sama seperti lemak jenuh, lemak
trans akan meningkatkan kadar kolestrol jahat. Pada akhirnya dapat menyumbat
jantung. Beberapa sumber utama lemak trans sebagai berikut : Margarin, makanan cepat
saji termasuk kentang dan makanan yang digoreng, keripik kentang dan snack dengan
kandungan garam tinggi, donat, muffin, pancake, cake dan pie.
4. Kegemukan
Kegemukan dipercaya sebagai salah satu pencetus diabetes. Orang yang
mengalami obesitas memiliki resiko lebih besar terkena diabetes dibandingkan orang
dengan berat badan normal. Berikut ini cara menghitung BMI (Body Mass Index) atau
Indeks Massa Tubuh (TMI).
E. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great iminator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh manusia serta menimbulkan berbagai macam keluhan yang
bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak
menyadari akan adanya perubahan seperti, sering merasa haus (polidipsia), banyaknya urin yang
keluar menyebabkan cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum terus
meningkat. Di samping itu juga ada keluhan sering buang air (poliuria). Hal ini terjadi karena
tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau
cairan tubuh maka buang air kecil menjadi lebih banyak. Tidur di malam hari kerap terganggu
karena harus bolak-balik ke kamar mandi. Pasien akan lebih sering merasakan lapar (polifagia),
Lelah (fatigue) muncul karena energi menurun akibat berkurangnya glukosa dalam jaringan/sel
kadar gula dalam darah yang tinggi tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh
menurunnya fungsi insulin sehingga orang tersebut kekurangan energi. Rasa lelah yang dialami
pasien disertai pusing, keringat dingin, dan tidak bisa konsentrasi hal tersebut disebabkan oleh
menurunnya kadar gula. Pasien akan merasakan gatal-gatal yang disebabkan oleh mengeringnya
kulit (gangguan regulasi cairan tubuh) sehingga membuat kulit mudah luka dan gatal. Gangguan
sensorik pada saraf periferal akan menyebabkan kesemutan/ baal di kaki dan tangan. Pasien
dapat terkena komplikasi pada gangguan penglihatan mata sehingga penglihatan berkurang yang
disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang
disebabkan adanya kelumpuhan 19 pada otot mata selain itu terdapat gangguan komplikasi
seperti pada ginjal, hati, saraf dan lain-lain. Meningkatnya berat badan berbeda dengan Diabetes
Mellitus Tipe 1 yang kebanyakan mengalami penurunan berat badan, penderita Tipe 2 seringkali
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini disebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat
karena hormon lainnya juga terganggu (Mahendra, 2008).

F. Klasifikasi Diaabetes Melitus


Klasifikasi etiologis Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association 2010 (ADA
2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu :
1) Diabetes Mellitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
Diabetes mellitus 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada Diabetes tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
2) Diabetes Mellitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
Penderita Diabetes Mellitus Tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena
terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya
masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut
dapat mengakibatkan 20 berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama
bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitiasi
terhadap adanya glukosa. Onset Diabetes Mellitus ini terjadi perlahan-lahan karena itu
gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. Diabetes mellitus tipe ini
sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
3) Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes Mellitus ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan
genetik lain. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes Tipe ini terjadi selama masa
kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan,
biasanya pada trimester kedua dan ketiga. Diabetes mellitus gestasional berhubungan
dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita diabetes mellitus gestasional
memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus yang menetap dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan (Ndraha, 2014)

G. Faktor Resiko Diabetes Melitus


Faktor Resiko Diabetes Mellitus Seseorang yang mengidap penyakit Diabetes Mellitus akan
memiliki penderitaan yang lebih berat jika semakin banyak faktor resiko yang menyertainya.
Para ahli mengklasifikasikan faktor resiko pemicu timbulnya Diabetes Mellitus menjadi faktor
yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat di modifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah faktor keturunan, umur, jenis kelamin dan kehamilan. Seseorang memiliki
resiko berat untuk terserang Diabetes Mellitus jika salah satu atau kedua orang tuanya menderita
penyakit tersebut. Faktor usia juga merupakan pemicu yang tidak dapat dikontol. Faktor yang
dapat dimodifikasi antaranya seperti obesitas, faktor gizi, aktivitas fisik dan gaya hidup (Alberti
et al, 2007).

H. Komplikasi Diabetes Melitus


DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi
vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Di Amerika Serikat, DM
merupakan penyebab utama dari end-stage renal disease (ESRD), nontraumatic lowering
amputation, dan adult blindness (Ndraha, 2014). Komplikasikomplikasi tersebut antara lain
seperti :
1) Kerusakan saraf (Neuropathy)
Neuropathy adalah salah satu komplikasi Diabetes Mellitus. Kerusakan pada sistem saraf
ini lebih mengacu pada saraf sensorik (saraf perasa), menimbulkan rasa sakit, kesemutan,
serta baal (mati rasa) pada kaki dan tangan. Diabetes Mellitus tipe 2 juga bisa menggangu
fungsi saraf autonom (saraf vegetatif) yang mempengaruhi fungsi organ seperti 25 organ
pencernaan (sakit maag, mual, kembung, obstipasi, dan diare), keluhan pada jantung
(berdebar dan sesak nafas), gangguan pada sistem kencing (incontinensia dan infeksi
kandung kemih), gangguan pada aktivitas seksual serta gangguan psikologis.
2) Gangguan mata (Retinopathy)
Retinopathy disebabkan memburuknya kondisi mikro sirkulasi sehingga terjadi
kebocoran pada pembuluh darah retina. Hal ini bahkan bisa menjadi salah satu penyebab
kebutaan. Retinopathy sebenarnya merupakan kerusakan yang unik pada diabetes karena
selain oleh gangguan mikrovaskuler, penyakit ini juga disebabkan adanya biokimia darah
sehingga terjadi penumpukan zat-zat tertentu pada jaringan retina. Katarak dan glaucoma
(meningkatnya tekanan pada bola mata) juga merupakan salah satu dari komplikasi mata
pada pasien Diabetes.
3) Gangguan kaki karena Diabetes Mellitus
Kaki adalah bagian tubuh yang paling sensitif pada pasien Diabetes Mellitus. Ada
beberapa faktor yang berperan dalam perubahan ini yaitu :
 Terhambatnya sirkulasi menimbulkan rasa sakit pada betis kaki sewaktu berjalan,
gangren (gangguan makro dan mikrosirkulasi-vasculopathy).
 Gangguan pada saraf (neuropathy), yakni kerusakan pada saraf di otot, kulit, dan
kerusakan saraf autonom yang menggangu regulasi keringat.
 Sensitif terhadap infeksi di kaki.
4) Gangguan fungsi jantung
Gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan aliran darah ke jantung terhambat
atau terjadi ischemia (kekurangan oksigen di otot jantung), timbul angina pectoralis (sakit
di daerah dada, lengan, dan rahang), bahkan pada akhirnya bisa menyebabkan serangan
jantung. Terkadang still infarct (infark jantung) muncul tanpa keluhan angina pectoris.
5) Gangguan fungsi pembuluh otak
Pasien sering merasakan berat di belakang kepala, leher, dan pundak, pusing (vertigo),
serta pendengaran dan penglihatan terganggu. Jika hal ini dibiarkan, gangguan neurologis
akan muncul, misalnya dalam bentuk stroke yang disebabkan oleh penyumbatan atau
perdarahan.
6) Gangguan pembuluh darah di kaki
Berkurangnya sirkulasi darah dan oksigen ke kaki atau betis menyebabkan rasa sakit di
betis muncul sewaktu berjalan kaki. Pasien harus berhenti atau duduk untuk
menghilangkan rasa sakit tersebut. Selain penyumbatan pembuluh darah besar pada kaki,
mikro sirkulasi di kaki juga mudah terhambat. Hal ini adalah penyebab utama gangren
(pembusukan jaringan) yang sering diderita oleh pasien Diabetes Mellitus (Mahendra,
2008).

BAB  V

Penutup

A.  Kesimpulan
1. Kesimpulan

Berdasarkan pengumpulan, pengolahan dan analisa data Surveilans Diabetes Melitus


di Puskesmas Sako 2022– 2023 disimpulkan bahwa dari penyakit Diabtes Melitus belum
mencapai target yang telah di tentukan.

Penyebab tidak tercapainya target pelayanan Diabetes Melitus karena kendala


pandemi, kurangnya  kesadaran  masyarakat  untuk memeriksakan  kesehatan.
2. Saran
Dari berbagai permasalahan yang ada pada program Surveilans di Puskesmas Sako
Palembang maka didapatkan saran sebagai berikut :

1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat.
2. Diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan mengenai bahayanya penyakit
Diabetes Melitus di masyarakat
3. Diharapkan kepada masyarakat penderita diabetes melitus untuk lebih  menjaga pola
makan yang sehat dan menjaga aktifitas fisik.

DAFTAR PUSTAKA

2022, Indikator Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Sako Palembang

2022, Profil Puskesmas Sako Palembang

WHO 2009 dalam ZAINUL,2017

Amiruddin,2013; Ditjen P2PL. Depkes RI,2003

Jurnal universitas pattimura, 2014. 

Anda mungkin juga menyukai