Penerbit
Anggota IKAPI
No.370/JBA/2020
Editor:
Rintho R.Rerung
Tata Letak:
Rizki R.Pratama
Desain Cover:
Rintho R.Rerung
Ukuran:
A4:21x29,7cm
Halaman:
x,282
ISBN:
978-623-362-088-8
Terbitan:
September,2021
Hak cipta ditindungi undang-unang.Dilarang keras menerjemahkan,memfotokopi,atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.
Ucapan selamat dan memberi apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada penyusun Buku Sistem
Pembiayaan Kesehatan ini,atas jerih payahnya dalam menyusun buku ini guna menghasilkan karya ilmiah yang dapat
bermanfaat bagi pengguna khususnya dan pada umumnya masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan memuaskan scmua pihak.
Kepada penerbit tak lupa mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas
kesediaannya menerbitkan Buku Sistem Pembiayaan Kesehatan ini.
Demikian sambutan ini saya sampalkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kelemahan dan kekurangannya.
Billahittaufiq Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warhmatullahi Wabarokatuh
Selamat
Dr.PH.Tasnim,SKM,MPH.
NIDN.09.0905.6603
Dipindai dengan CamScanner
mengucapkan terima kasih kepada Penerbit Buku ini, yang telah bersedia menerima dan menerbitkan Buku ini menjadi
sumber informasi yang sangat berharga bagi masyarakat kampus, pihak Rumah Sakit dan Puskesmas maupun
masyarakat pada umumnya,
Demikian sambutan ini, saya menyampaikan dan mengucapan terima kasih kepada pembaca dan mohon maaf atas
segala kelemahan dan kekurangannya. Adapun kritikan maupun saran yang safatnya membangun tetap diharapkan
oleh Penulis demi penyempurnaan pada penerbitan di masa yang akan datang. Sekian dan terima knsih, Billahittaufiq
Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warhmatullahi Wabarokatuhu
Selamat.
Dr.Sunarsih,SKM,M.Kes.
NIDN.09.1505.6001.
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. la segalanya menentukan ada atau meniadakan
sesuatu. Seperti halnya dengan terausunnya buku yang berjudul:"Pengantar Sistem Pembiayaan Sektor Keschatan" ini
dapat tersclesaikan dengan baik, karena atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
Upaya menyusun buku ini disebabkan karena langkanya literatur yang secara khusus membicarakan pembiayaan
kesehatan guna memenuhi kebutuhan para mahasiswa. Olch karena itu, sudah barang tentu bahwa isi buku ini masih
jauh dari harapan. Pendekatan yang dilakukan penulis berdasarkan pengetahuan praktek, dan emprik dalam bidang
sektor pelayanan kesehatan di Puskesmas, rumah sakit dan Dinas Kesehatan serta pengetahuan dan pengalaman di
dunia usaha dengan melihat bahwa pemecahan masalah pada sektor kesehatan tidak jauh berbeda dengan sektor non
kesehatan dan dapat dilakukan dengan pendekatan yang sama.
Untuk menyempurnakan isi buku ini, penulis mengharapkan kepada semua pihak yang membaca isi buku ini agar
memberikan masukan baik kritikan maupun saran-saran yang sifatnya konstruktif. Mudah-mudahan pada penerbitan
yang akan datang dapat memenuhi harapan kita semua. Insya Allah.
Demikian semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman terutama mahasiswa jurusan kesehatan
masyarakat yang sedang menekuni mata kuliah Pembiayaan Kesehatan..
Sekian dan terima kasih. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DAFTAR ISI
vii
A. Pengertian.. 51
B. Mekanisme Pembiayaan Pelayanan Medis. 52
C. Aplikasi Pembiayaan Pelayanan Medis di Indonesia.............52
D. Unsur-unsur Biaya Pelayanan Medis. ..53
BAB 6 ANALISIS EKONOMI PELAYANAN KESEHATAN(ECONOMIC
ANALYSIS OF HEALTH CARE) 57
A. Evaluasi Pelayanan Medik (Evaluation of Medical Carej........57
B. Konsep Analisis Ekonomi Pelayanan Kesehatan (Concept In Economic Analysis Of Health Care)..
..60
C. Masalah-masalah Lain Dalam Analisis Ekonomi
(Other Issues In Economic Analysis).... 65
D. Discounting. 66
BAB 7 BIAYA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT.....................69
A. Pengertian. 69.
B. Mekanisme Pembiayaan
C. Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia.........70
BAB 8 SISTEM PERASURANSIAN DAN JPKM. 73
A. Pengertian Asuransi dan Konsep JPKM......... 73
B. Bentuk dan Macam Asuransi Kesehata.............................74
C. Pihak Yang Terkait Dengan Asuransi Kesehatan.................75
D. Manfaat Dan Masalah Dalam Asuransi Kesehatan............75
E. Analisis Aktuarial Dan Under Writing.
BAB 9 PEMBIAYAAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DAN KELUARGA
BERENCANA. 87
A. Sumber Dana Pemeliharaan Keschatan Masyarakat dan Keluarga Berencana.
87
B.Pembiayaan Perawatan Kesehatan"... 87
C. Pembiayaan Pengawasan Penyakit Menular.............88
D.Pembiayaan Keluarga Berencana.. 68
E. Konsep JPS-BK atau Dana Program Subsidi BBM...............90
BAB 10 KONSEP CASH FLOW. ε6
A.Pengertian Cash Flow. 93
B. Konsep Cash Flow. 93
C.Perhitungan Cash Flow. 96
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
sungguh-sungguh agar derajat kesehatan masyarakat ditingkatkan dengan setinggi-tingginya agar dapat dicapai,
terutama fungsi pembiayaan kesehatan yang harus ditingkatkan. Sebab,apabila kesehatan masyarakat mendapat
perhatian untuk ditingkatkan, maka berarti produktivitas masyarakat akan meningkat, yang pada gilirannya pendapatan
masyarakat dan pendapatan riil nasional meningkat pula. Sebaliknya, apabila kesehatan masyarakat rendah -
produktivitasnya juga rendah - otomatis pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional akan menjadi rendah. Oleh
karena itu, pemerintah "wajar" jika mengeluarkan dana yang besar untuk membiayai pembangunan sektor kesehatan
masyarakat.
Jadi,kata kuncinya adalah pembiayaan kesehatan sangat menentukan baik buruknya derajat keschatan masyarakat
dan maju mundurnyu suatu negara.Masyarakat sehat, pemerintah kuat, bangsa menjadi satu, negara aman dan
sejahtera di bawah ridhaTuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, kebijakan nasional dalam sistem pembiayan
kesehatan disusun dengan tujuan, yaitu: (a) penggunaan layanan menurut kebutuhan, (b) efisiensi, (c) kualitas, dan (d)
transparan/ akuntabilitas.
Persoalannya adalah, apakah masyarakat memiliki kesanggupan dan kemampuan [dana) untuk memelihara
kesehatannya (Ability and Willingness to pay).Jika tidak,apakah negara memiliki kemampuan atau "rela" menyisihkan
dana pembangunan lebih besar untuk membiayai sektor kesehatan. Jika pernyataan ya,bagaimana pengalokasiannya
disertai besarnya dana yang dibutuhkan, dan sebagainya.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, materi perkuliahan Pembiayaan Sektor Kesehatan akan menguraikan lebih
mendetail pengetahuan dasar tentang pembiayaan atau "pembelanjaan", sehingga memudahkan untuk menerima
pemahaman dan penerapannya ke dalam sistem pembiayaan sektor kesehatan.
B. Konsep dan Elemen Biaya (Pengertian Biaya,Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan Kesehatan serta Klasifikasl
Blaya)
Pengertian
1. Biaya atau dalam bahasa Inggris disebut cost adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Atau pengorbanan untuk mendapatkan barang dan jasa. Ini berarti biaya tidak hanya berupa pengorbanan yang
langsung berupa berwujud uang, tetapi juga dapat berwujud barang atau waktu atau kesempatan (opportunity/yang hilang.
Bahkan ketidak nyamanan yang timbul dalam rangka mencapai tujuan tertentu bisa juga disebut sebagai biaya (cost).
Contohnya:Kebisingan yang dialami penduduk di sekitar lapangan terbang bisa diperhitungkan sebagai biaya dalam
penyelenggaraan lapangan tersebut. Semua pengorbanan tersebut baru bisa dinilai dan diukur kalau sudah dikonversi ke
dalam nilai moneter (nilai uang). Jadi, barang dan jasa, waktu dan kesempatan yang hilang atau kctidaknyamanan harus
diterjemahkan ke dalam nilai moneter (nilai uang). Ini membutuhkan pengetahuan dan kemampuan khusus dalam
menganalisis biaya.
2. Pembiayaan atau disebut juga pembelanjaan istilah yang digunakan dalam perusahaan atau financial management atau
managerial finance,diberikan batasan oleh beberapa ahli, seperti:
3. Sistem Pembiayaan Kesehatan merupakan suatu hubungan antara berbagal pihak yang terlibat di dalam sektor
kesehatan atas dasar prinsip ekonomi dan sosial (Laksono. T., 1997);
4. Biaya Keschatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya keschatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azwar, 1996).
Pengertian ini biaya kesehatan ditinjau dari 2 (dua) sudut pandang, yakni:(1)Health Provider,yakni biaya merupakan
besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan; (b) Health Consumer,yakni
biaya merupakan besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan keschatan.
5. Pembiayaan Kesehatan adalah segala pengeluaran dana (expenditure)yang berasal dari sumber pembiayaan
tertentu guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik melalui pclayanan keschatan langsung maupun tidak
langsung.Dalam pengertian ini cara-cara untuk membiayai pelayanan kesehatan dapat dibagi atas: (1) APBD/APBN,(2)
Perorangan langsung fout of pocket), (3) Sistem jaminan sosial (BPJS).(4) Bantuan Perusahaan terhadap karyawan,
(5) Bantuan Luar Negeri.(6) Hibah dan sumbangan perorangan.
6. Pembiayaan Keschatan (Health Financing) adalah sebuah fungsi dari sistem keschatan yang berurusan dengan
mobilisasi dana (revenue collection), akumulasi dana (fund pooling),dan pembelian pelayanan (purchasing of services)
untuk membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan orang-orang baik secara individu maupun kolektif dalam
sistem kesehatan (WHO,2020b;Schieber, et.al,2006).
7. Klasifikasi Biaya.Secara umum biaya dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis menurut sifatnya atau jangka
waktu pemanfaatannya,yaitu:
a. Biaya tetap (fixed cost)dan biaya variabel (variable cost)serta biaya total (total cost). Biaya tetap merupakan biaya
yang besarnya secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi atau output. Contoh : investasi sarana
dan alat keschatan seperti gedung dan alat-alat canggih.Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi
oleh jumlah output. Misalnya biaya obat-obatan dan bahan habis pakai (BHP) yang besarnya tergantung jumlah
masyarakat yang akan menggunakannya. Biaya variabel ini ada yang sifatnya semi variabel, misalnya gaji/upah
tenaga kerja yang tidak tetap, jasa pelayanan keschatan di rumah sakit dan Puskesmas. Biaya total merupakan
penjumlahan biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.
b.
Biaya investasi dan biaya operasional/pemehharaan.Biaya investasi merupakan biaya yang kegunaannya dapat
berlangsung lebih dari satu tahun. Dasarnya adalah kebiasaan karena anggaran direncanakan dan direalisisr untuk
satu tahun. Contoh:pembangunan gedung dan pembelian alat yang digunakan lebih dari satu tahun. Tetapi ada alat
yang digunakan lebih dari satu tahun digolongkan sebagai biaya pemeliharaan/operasaional. Mengenai perilaku biaya
ini tergantung dari kesepakatan berapa batasnya.Biaya opcrasional merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk
memfungsikan barang-barang investasi dan habis terpakai selama satu tahun atau kurang.Misalnya Biaya Bahan,
obat-obatan dan alat kesehatan habis pakai, alat tulis menulis kantor (ATK). Biaya pemeliharaan merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk mempertahankan suatu barang investasi atau mempertahankan mutu barang/alat. Misalnya
pemeliharaan gcdung, alat, kenderaan dan lain-lain.
c. Biaya langsung dan Tidak langsung (Direct and Indirect Cost). Biaya langsung merupakan biaya yang ikut dalam
proses produksi/pelayanan. Biaya tidak langsung merupakan biaya
5
Dipindai dengan CamScanner
yang tidak ikut langsung ke dalam proses produksi tetapi sebagai penunjang kegiatan.
d. Opportunity Cost. Opportunity cost merupakan biaya atau pengorbanan yang terjadi oleh karena
suatu kesempatan tidak termanfaatkan. Misalnya bunga deposito.
Biaya Marginal (Marginal Cost). Biaya marginal ini merupakan besarnya biaya di atas biaya total yang diperlukan
untuk meningkatkan produksi 1 [satu) unit barang dan jasa. Misalnya: Produksi 100 unit barang butuh biaya
Rp.100.000,maka untuk meningkatkan 100 unit menjadi 101 unit membutuhkan biaya Rp.110.000,sehingga biaya
marginal sebesar selisihnya yakni Rp.10.000,-Motif biaya marginal ini pada usaha profit maximization.Biaya
marginal (Marginal Cost) atau P (Produksi) =MC /marginal cost).
3. Pembelian pelayanan kesehatan (purchasing of health services). Fungsi ini merupakan mekanisme
yang digunakan untuk membeli/membayar pelayanan dari penyedia pelayanan (pemerintah maupun
swasta) (WIIO, 2020b; Schieber,et.al., 2006).
1. Sumber Pemblayaan
Di beberapa negara di dunia ini, sumber pembiayaan utama sektor kesehatan adalah dari pemerintah,
meskipun akhir-akhir ini terdapat peningkatan sumber-sumber yang lain selain pemerintah.Terdapat 4
(empat) sumber pembiayaan utama sektor kesehatan, yakni : pemerintah, sumber-sumber swasta, asuransi
keschatan dan sumber-sumber eksternal.
Sumber Pembiayaan Pemerintah.Pembiayaan pemerintah untuk pelayanan keschatan mencakup
pembelanjaan keschatan pacda seluruh tingkat pemerintahan serta anggaran badan-badan usaha milik
negara.Jenis pelayanan tertentu,terutama pelayanan dengan karakteristik untuk kepentingan publik harus
dianggap sebagai tanggung jawab utama pemerintah serta dibiayai oleh pemerintah. Misalnya pendapatan
dari pajak secara umum, pembiayaan yang defisit (obligasi dan sertifikat pemerintah), asuransi sosial, lotre
dan perjudian, dan cukai.
Sumber Pembiayaan. Swasta. Pembiayaan swasta untuk pelayanan kesehatan dapat secara langsung
atau tidak langsung. Yang dimaksud dengan pembiayaan langsung adalah pembayaran individu dilakukan
secara langsung kepada para pelaku kesehatan,termasuk praktek swasta, pengobatan tradisional, dan
apotik swasta. Upah penggunaan merupakan pembayaran pelayanan yang dibiayai pemerintah maupun
swasta yang diserahkan secara langsung dari saku pengguna fout of pocket payment). Oleh sebab itu
dianggap pembiayaan kesehatan swasta. Pembayaran langsung (charges), kontribusi,atau pembayaran di
muka (prepayment) oleh anggota sistem asuransi pembiayaan
masyarakat juga dianggap berasal dari sumber swasta non pemerintah). Pembiyaan tidak langsung adalah
pembayaran pelayanan kesehatan oleh para karyawan (misalnya pembayaran oleh industri swasta yang besar di
negara-negara sedang berkembang atau tanggungan bersama biaya pelayanan kesehatan oleh karyawan di negara-
negara industri) dan pembiayaan kesehatan oleh lembaga non pemerintah lainnya seperti halnya yayasan
kemanusiaan lokal yang mencari dan untuk penyakit tertentu.
Ada berbagai alasan pemerintah untuk menggalakkan pembiayaan keschatan swasta, yakni :
a. Pembiayaan kesehatan swasta merupakan cara untuk memperbanyak sumber biaya tambahan untuk sektor
pelayanan kesehatan:
b. Sistem dalam pasar pelayanan keschatan mungkin berperan dalam meningkatkan efsiensi pengalokasian barang-
barang dan pclayanan secara keseluruhan;
C. Pembiayaan swasta pada beberapa kasus dapat berfungsi sebagai pengganti pembiayaan pemerintah, sehingga
mengurangi tanggung jawab pembiayaan oleh pemerintah untuk jenis pelayanan tertentu.
Sumber Pembiayaan Asuransi Kesehatan.Asuransi kesehatan adalah sistem yang memungkinkan konsumen
prospektif pelayanan keschatan melakukan pembayaran kepada pihak ketiga dalam bentuk skema asuransi. Dengan
demikian apabila menderita sakit pihak ketiga tersebut akan membayar peclaku pelayanan kesehatan sebagian atau
seluruh biaya yang diperlukan.
Ke dalam sistem pembiayaan asuransi kesehatan ini, ada 3 (tiga) tipe utama asuransi, yakni : (1) Asuransi pemerintah
atau sosial, (2) Asuransi swasta, dan (3) Asuransi yang berbasis pada perusahaan (employee based insurance).
Asuransi kesehatan dinilai sebagai salah satu cara yang memungkinkan pemerintah untuk : la) Mendifersifikasi sumber
pendapatan sektor kesehatan; (b) Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada individu-individu dalam
pembayaran pelayanan kesehatannya, dan (c) Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang luas
sehingga mengurangi resiko.
Sumber Pembiayaan Eksternal. Sumber-sumber pembiayaan eksternal merupakan badan pembiayaan yang penting,
terutama bagi negara-negara sedang berkembang tertentu yang pihak pemerintahnya tidak mampu mencukupi kebutuhan
kesehatan dan tidak memiliki komitmen pembiayaan dari sumber-sumber internal.Sumber cksternal ini terutama terdiri dari
bantuan donor multilateral dan bilateral serta sebagian kecil olch badan-badan non pemerintah.
Di Indonesia sumber-sumber pembiayaan kesehatan, terdiri dari : (1) Pemerintah dengan porsinya sebesar (34,3%),(2)
Bantuan Luar Negeri (2,1%), (3) Masyarakat/Swasta(60,2%), (4)Asuransi (3,4%) yang meliputi ;Pemerintah, Swasta, dan
Dana Sehat (Brotowasisto, dkk, 1987).
2. Macam-macam Blaya dan Pemblayaan Kesehatan
Kita harus dapat membedakan antara biaya dan pembiayaan kesehatan. Biaya kesehatan tebagi atas 2 (dua) bagian,yakni :
(1) Biaya pelayanan kedokteran dan "keperawatan" adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran dan "keperawatan",yakni tujuan utamanya untuk mengobati dan merawat penyakit
serta memulihkan kesehatan penderita. (2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat adalah biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan keschatan serta untuk mencegah penyakit.
a. Pembiayaan dari tindakan-tindakan kesehatan, meliputi:(a) Pasien atau keluarga yang mendapat
pelayanan kesehatan, (b)Penyelenggara pelayanan kesehatan (seperti rumah sakit, puskesmas, dan lain-
lain), (c) Fihak keliga yang mengurus pembiayaan kesehatan dengan prinsip asuransi kesehatan atau
jaminan kesehatan, misalnya : PT Askes, JPKM.PT Astek, dan sebagainya).
b. Pembiayaan dari kegiatan-kegiatan non kesehatan, meliputi :(a) Diversifikasi usaha tidak
berhubungan, (b) Dana kemanusiaan,dan (c) Cash management.
10
Dari tiga syarat di atas, maka syarat kedua dan ketiga sangat penting, karena sifat dana selalu mengalami
keterbatasan, Jadi,karena keterbatasan ini maka upaya yang harus dilakukan adalah bukan penambahan, tetapi
pengaturan penyebaran dan pemanfaatan dana yang tersedia secara efektif dan efisien.
Upaya yang harus dilakukan untuk mengatur penyebaran dan pemanfaatan dana,yakni:
1. Peningkatan efektivitas. Peningkatan efektivitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi
penggunaan sumber dana. Upaya ini diarahkan untuk upaya kesehatan yang menghasilkan dampak yang lebih
besar. Misalnya upaya preventif bukan pengobatan.
2. Peningkatan efisiensi.Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian. Mekanisme tersebut misalnya : standardisasi,dan kerja sama.
8. Standardisasi. Suandardisasi ini dilakukan dengan standar minimal pelayanan kesehatan. Standar minimal
/minimum standard) pelayanan disusun dengan maksud akan menghindari pemborosan. Misalnya : Standar minimal
sarana seperti standar minimal rumah sakit dan laboratorium; Standar minimal tindakan misalnya tata cara
pengobatan dan perawatan penderita, daftar obat esensial, obat generik; Sistem minimal pelayanan ini bukan saja
menghindari pemborosan untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga sekaligus dipakai sebagai pedoman dalam
menilai mutu pelayanan.
b. Kerja sama. Bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan cfsiensi adalah memperkenalkan konscp
kerja sama antar berbagai sarana pelayanan kesehatan. Misalnya (1) Kerja sama institusi. Kerja sama ini
sepakat secara bersama-sama membeli peralatan kedokterasn yang mahal (cost sharing) dan jarang
dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian beraama ini dapat dihemat dana
11
tersedia serta dapat dihindari penggunaan peralatan yang rendah (under utilization).Ini juga akan meningkatkan
efisiensi. (2) Kerja sama sistem. Kerja sama ini yang paling populer adalah sistem rujukan, yakni adanya hubungan
kerja sama timbal balik antara satu sarana keschatan dengan sarana kesehatan lainnya. (3) Aliansi. Aliansi ini
merupakan suatu bentuk kerja sama dimana kedua organisasi sepakat membagi resiko, manfaat dan biaya, membagi
pengetahuan dan kemampuan.
12
BAB 2
PENGELUARAN DAN PEMBIAYAAN SEKTOR
KESEHATAN
A. Pengantar
Pada Bab I di muka telah disebutkan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi dan investasi, sehingga tidak heran
apabila pemerintah dari suatu Negara menyediakan dana yang besar untuk membiayai pembangunan kesehatan
individu dan masyarakat. Oleh sebab itu, tidak mngherankan apabila suatu Negara memberikan pclayanan gratis
kepada masyarakatnya, dalam arti seluruh biaya kesehatan dibayar oleh Negara atau pemerintah.
Untuk memahami pengeluaran dan pembiayaan sektor kesehatan di suatu negara seperti Negara Republik
Indonesia, maka tidak terlepas dari pengeluaran dan pembiayaan Negara Republik Indonesia itu sendiri. Di dalam
UU-R.L., No.:36 Tahun 2009 tentang Kesehatan besarnya porsi dana pembangunan kesehatan ditetapkan
sebesar 5% dari Total APBN, masih sangat jauh beda dibanding dengan pembangunan di sektor pendidikan
sebesar 20% APBN.Pada idealnya sesuai rekomendasi WHO minimal sebesar 15% dari total APBN atau 5% dari
total Product Domestic Regional Bruto(PDRB),sehingga sinergitas pembangunan kesehatan nasional tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal akibatnya kinerja pembangunan kesehatan sesuai profil Kemneterian Kesehatan
R.I. Tahun Anggaran 2018-2019 belum sesuai harapan (La Ode Kamalia, 2020).
Oleh karena itu, pembahasan kita dalam Bab II ini diawali dengan pengeluaran dan pembiayaan negara dan
permasalahannya serta langkah-langkah yang perlu dilakukan.
Sumber-sumber penerimaan negara dan daerah serta pengeluaran dan pembiayaannya juga akan dibahas di sini
untuk mempertajam analisis pembiayaan sektor kesehatan.
13
Demikian pula awal tahun 2020 Indonesia ditimpa masa pandcmic corona virus desease Tahun 2019
(Covid-19) yang membawa dampak sistemik,bukan hanya morbidity dan mortality rate yang meningkat,
tetapi berdampak sccara sistemik baik tcrhadap keschatan maupun terhadap non kesehatan, termasuk
pada tatanan pendidikan nasional. Hal ini merupakan bukti nyata, bahwa pembangunan kesehatan
harus mendapat perhatian serius pemerintah karena "sangat membahayakan", sehingga
perlunya peninjauan kembali sistem pembiayaan pembangunan di Ncgara Kesatuan Republik
Indonesia terutama pembiayaan sektor kesehatan harus ditingkatkan.
Dampak yang diuraikan di atas, berpengaruh pula terhadap kebijakan nasional dalam pengeluaran dan
pembiayaan negara. Diantaranya UU-R.I.No.:22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU-R.I.No.: 25
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,serta berbagai bentuk pelaksanaannya dengan Peraturan
Pemerintah (PP),Keputusan Presiden (Kepres) dan Keputusan Menteri (Kepmen).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam upaya pemecahan masalah tersebut di atas, adalah :
14
1. Meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi
dan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
2. Mewujudkan otonomi daerah yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
berpartispasi dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan pembangunan;
3. Mewujudkan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah;
4. Mengubah oricntasi pemecahan masalah dan pelaksanaan program pembangunan yang semula bersifat dari atas
ke bawah (top doum) menjadi dari bawah ke atas (bottom up);
5. Meningkatkan bantuan langsung ke masyarakat untuk memecahkan permasalahan yang ada;
6. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good govemance) dan demokratis.
Peran daerah kabupaten/kota sangat penting untuk memecahkan masalah sosial ekonomi tersebut di atas. Jadi,bukan
hanya oleh pemerintah pusat yang harus bertanggung jawab,tetapi juga daerah secara bersama-sama. Menurut Bank
Dunia peran pusat dan daerah secara umum meliputi 3 (tiga) tataran,yakni:
1. Fungsi minimal, yakni menyediakan barang dan jasa publik dan melindungi kaum fakir miskin;
2. Fungsi menengah, yakni memecahkan eksternalitas, mengendalikan monopoli, mengatasi ketidak
sempurnaan informasi, dan mengembangkan jaminan sosial;
3. Fungsi maksimal, yakni mengkoordinasikan kegiatan sektor swasta, redistribusi assets publik untuk pemerataan,
dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Penyediaaan dana pembangunan daerah ditujukan untuk memperkuat kemampuan pemerintah daerah dalam
mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan di daerah yang
dilakukan atas dasar prinsip otonomi daerah dan pemberian wewenang yang luas, nyata dan bertanggung jawab di
daerah kabupaten/kota. Sasaran utama pemberian bantuan
15
Dipindai dengan CamScanner
dana adalah mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran, meningkatkan produksi dan produktivitas
dunia usaha/masyarakat, meningkatkan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
16
dan RAPBD serta serangkaian program dan proyek tahunan yang menjadi prioritas.
Dengan memperhatikan manajemen pembangunan dan berlakunya UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka perlu dilakukan berbagai
penyempurnaan terhadap pengelolaan dana pembangunan daerah dengan menempatkan sebagai bagian dari
penyempurnaan manajemen publik.
Dari segi manajemen publik, khususnya perencanaan dan pengendalian, ada 5 aspek yang perlu diperhatikan,yaitu :
(1) pengambilan keputusan (decision making); (2) proses penganggaran dan pembiayaan (budgeting);(3)
pengorganisasian (organizing) termasuk kemampuan kelembagaan dalam menterjemahkan keputusan menjadi
kegiatan operasional; (4) pelaksanaan (actuating) program/proyek pembangunan,(5) pengendalian dan pengawasan
(controlling).Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, suatu daerah dapat disebut daerah otonomi apabila mampu
melaksanakan kclima aspck terscbut secara mandiri (otonom).
Langkah penyempurnaan merujuk pada ketentuan yang tercantum dalam kedua undang-undang tersebut bahwa
penyediaan sumber-sumber pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan berdasarkan
kewenangan pembiayaan, tugas dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan.Ketentuan tersebut
menyebutkan bahwa:
1. Penyelenggaraan tugas dacrah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dibiayai atas beban APBD;
2. Penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat yang dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi dibiayai atas beban APBN;
3. Penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat yang dilaksanakan oleh perangkat daerah dan desa dalam rangka
pembantuan dibiayai atas beban APBN.
17
18
1. Kebutuhan wilayah ekonomi daerah yang dicerminkan dari variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan
geografis, tingkat pendapatan masyarakat dan jumlah kelompok masyarakat miskin;dan
2. Potensi ekonomi daerah dicerminkan dari variabel potensi penerimaan daerah antara lain potensi industri, potensi
sumber daya alam, potensi sumber daya manusia dan produk domestik regional bruto (PDRB).
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana APBN yang dialokasikan kepada dacrah untuk membiayai kegiatan
pembangunan khusus daerah seperti kegiatan pembangunan di kawasan transmigrasi, pembangunan beberapa
jenis investasi/prasarana baru. pembangunan jalan di kawasan terpencil, pembangunan saluran irigasi primer
dan saluran drainase primer, serta kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional antara
lain:proyek pembangunan yang dibiayai donor dan proyek kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Dana darurat juga diberikan kepada daerah untuk menaggulangi keadaan mendesak seperti bencana
alam.
Pada tahun anggaran 2001 merupakan tahun pertama pelaksanaan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun
1999. APBN telah diupayakan untuk memenuhi ketentuan pelaksanaan kedua Undang-undang tersebut.
Anggaran pembangunan sesuai amanat GBHN 1999 yang dijabarkan dalam Propenas memuat 5 agenda
pokok,yakni:
a. Membangun sistem politik yang demokratis dan mempertahankan persatuan dan kesatuan;
b. Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih;
19
c. Mempercepat pemulihan ekonomi yang bersumber pada sistem ekonomi kerakyatan dan memperkuat landasan
pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan;
d. Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kchidupan beragama dan ketahanan budaya,dan
Meningkatkan pembangunan daerah dan mempercepat pemerataan pembangunan
Jika kita meninjau anggaran pembangunan tahun 2001 pelaksanaan program pembangunan mempunyai sasaran,
yaitu :
a. Meningkatkan wewenang dan tanggung jawab daerah dalam menyusun dan menetapkan prioritas
program pembangunan;
b. Meningkatkan kapasitas daerah dan pemberdayaan masyarakat di daerah;
c. Memberikan perhatian pada pembangunan di bidang hukum dan aparatur negara dalam rangka meningkatkan
supremasi hukum dan pemcrintahan yang bersih;
d. Memberikan perhatian khusus pada langkah nyata penanganan berbagai kerusuhan sosial dalam waktu singkat;
e. Mendorong percepatan kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan melalui
program pendidikan, kesehatan dan berbagai program di bidang sosial dan ekonomi lainnya;
f.Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan ekonomi termasuk jasa pelayanan
transportasi, kelistrikan dan permukiman guna mendorong pemerataan pembangunan serta membuka keterisolasian
wilayah;
g. Membatasi pinjaman luar negeri secara bertahap dan berencana,serta mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar
negeri dengan penyediaan dana pendamping yang cukup.
PENGELUARAN DAN PEMBIAYAAN SEKTOR KESEIIATAN
Anggaran belanja pemerintah pusat terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana
perimbangan terdiri dari dana bagi hasil,DAU dan DAK.
Mulai tahun 2001 dana pembangunan daerah tidak dikelompokkan lagi sebagai pengeluaran pembangunan.
Alokasi tersebut dimasukkan sebagai bagian dari dana perimbangan. Dana perimbangan dialokasikan secara
langsung kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan mekanisme dan perhitungan sesuai dengan UU No.22
tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999.
Penggunaan anggaran pembangunan mengacu pada GBHN yang dijabarkan dalam 5 agenda pokok
pembangunan Propenas serta sasaran utamanya,yaitu:
1. Pembangunan sistem politik dan mempertahankan persatuan bangsa, sasarannya diarahkan pada
pelaksanaan berbagai program pembangunan di sektor politik, hubungan luar negeri dan penerangan serta
program pembangunan di sektor pertahanan dan keamanan;
2. Pembangunan supremasi hukum melalui penegakkan rasa keadilan dan kepastian hukum dalam kehidupan
sosial ekonomi masyarakat melalui penyusuman dan pembentukan perundang-undangan baik dalam bidang
politik, sosial maupun ekonomi, pemberdayaan lembaga peradilan dan penegak hukum lainnya, penyadaran
hukum dan usaha-usaha penuntasan masalah KKN serta pelanggaran HAM.Untuk mendukung hal tersebut perlu
dilakukan pembangunan aparatur negara dan pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan melalui
penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan lembaga pemerintahan, peningkatan SDM aparatur negara dan
penyempurnaan sarana
21
kerja pemerintah serta pemberdayaan sistem pengawasan. Sasarannya mencapai masyarakat madani.
3. Pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan bidang pertanian, perluasan lapangan kerja,
penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha kecil dan menengah dengan tetap memperhatikan
kemampuan keuangan negara serta mendorong percepatan kegiatan ekonomi masyarakat. Sasarannya
mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkcadilan.
4. Pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial. Bidang pendidikan:melanjutkan
program wajib belajar 9 tahun, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pemberian bea siswa bagi
masyarakat kurang mampu. Bidang kesehatan: pembinaan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin melalui
bimbingan sosial, motivasi dan kemampuan berusaha disertai bantuan modal usaha,penyediaan pelayanan
keschatan yang memadai terutama penduduk miskin, pemberian makanan tambahan bagi bayi, anak balita, ibu
hamil,keluarga miskin serta pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit dalam rangka mempertahankan
pelayanan keschatan. Sasarannya untuk mempercepat pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
5. Pelaksanaan otonomi daerah. Ini bukan berarti pusat melepaskan tanggung jawab pembangunan
daerah.Program-program yang akan dilaksanakan sifatnya dekonsentrasi dan perbantuan masih akan
dilaksanakan pemerintah pusat. Termasuk peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan.
22
1. Meningkatkan pembinaan kesejateraan sosial bagi fakir miskin melalui bimbingan sosial, motivasi dan
kemampuan berusaha disertai dengan bantuan modal usaha, pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang
cacad, anak nakal dan korban penyalahgunaan narkoba, dan para penyandang masalah sosial lainnya.
2. Menyediakan penyantunan sosial bagi lanjut usia dan anak terlantar.
3. Memberikan penyuluhan dan bimbingan sosial di da perdesaan.
4.Melakukan pembinaan lanjut bagi komunitas adat terpencil (KAT).
5. Meningkatkan pemberian bantuan bagi korban bencana alam dan kerusuhan.
1. Meningkatkan pelayanan keschatan terutama bagi penduduk miskin termasuk pelayanan kebidanan, rujukan
secara cuma-cuma.
2. Meningkatkan pemberian bantuan obat-obatan dan vaksinasi.
3. Meningkatkan pemberian makanan tambahan khususnya bagi bayi dan anak balita, ibu hamil dan ibu nifas
penderita kurang energi kronis (KEK) dari keluarga miskin.
4. Meningkatkan pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit.
Salah satu langkah yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah adalah peningkatan
kompetensi aparat daerah dan kapasitas pemerintah dacrah terutama dalam melakukan analisis
23
1. Kemampuan memahami dan mengatasi gejolak yang bersumber dari luar (eksternal),dan
24
25
3. Penyesuaian peran dan budaya aparatur negara dari mengendalikan menjadi mengarahkan dan
memberi mejadi memberdayakan;
4. Mengembangkan sikap keterbukaan dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan peran yang semakin besar bagi pemerintah daerah dan keterlibatan langsung
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.Dalam kehidupan masyarakat yang
semakin terbuka masyarakat menuntut bahwa setiap aparatur negara harus siap menjelaskan dan dapat mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
Dengan demikian para birokrat yang ada di daerah juga harus tanggap terhadap penciptaan peluang baru bagi percepatan
pembangunan di daerahnya. Peran pemerintah daerah yang diharapkan adalah mendorong penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang, pengembangan etika bisnis yang schat,pemberdayaan ekonomi rakyat melalui
peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta perluasan akses ke dalam sumber daya kemajuan ekonomi seperti
modal teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar. Selain itu birokrasi di daerah juga dituntut untuk mempunyai kreativitas dan
inisiatif dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan DPRD, organisasi masyarakat, organisasi profesi,swasta,Perguruan
Tinggi,dan LSM.
26
27
28
Pada Tabel 3.1 di atas ini menggambarkan, bahwa besar kecilnya pembiayaan kesehatan yang ditanggung oleh
para pihak ditentukan oleh kemampuan pendapatan suatu Negara.Negara yang berpendapatan rendah
didominasi oleh out of pocket. Tetapi pada Negara yang pendapatannya tinggi didominasi oleh dana pemerintah,
out of pocket semakin rendah.
1. Kurangnya dana tersedia. Masalah ini merupakan masalah klasik di negara kita,khususnya yang berkaitan
dengan pembiayaan di sektor kesehatan. Di Indonesia merupakan negara berkembang, tetapi dana pembiayaan
untuk sektor kesehatan hanya mencapai sebesar 2-3 % dari total APBN.Dana sebesar ini merupakan "gambaran"
tingkat kemampuan negara kita. Sesuai UU-R.I.No.: 36 Tentang Kesehatan, saat ini ditetapkan sebesar 5% dari
total APBN.
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai. Belajar dari fakta selama ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih
banyak bermukim di kota ketimbang di desa, sehingga kecenderungan mengalokasikan dana juga, kota lebih
besar dari pada ke desa. Fenomena ini yang perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian.Jangan hanya melihat
29
tingkat kemudahan untuk melakukan pemantauan, tetapi harus dilihat dari aspek demand masyarakat.
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat. Di banyak negara biaya pelayanan medis dan keperawatan lebih besar dari
pada pelayanan kesehatan masyarakat, karena pelayanan kesehatan masyarakat dinilai kurang efektif. Pada hal justru
sebaliknya pelayanan kesehatan masyarakat paling efektif karena kesehatan lebih banyak ditentukan oleh faktor
perilaku (ingat teori H.L.Blum). Olch karcna itu pclayanan yang bersifat "non kuratif lebih efektif dan efisien ketimbang
pelayanan kuratif.
Pengelolaan dana yang belum sempuna. Pengelolaan dana ini terkait dengan mental pengelolanya.Maksudnya, bahwa
apabila pengelolanya bermental baik, maka pengelolaan dana akan lebih sempurna. Ini belajar dari pengalaman
sejarah bangsa Indonesia selama kurang lebih 32 tahun setelah merdeka, dimana anggaran pemerintah tidak
sebanding dengan kinerja yang diharapkan.
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat. Kesehatan jugn sama halnya dengan komoditi barang berwujud dan jasa
lainnya. dimana selalu dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan moneter. Meningkatnya biaya pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh faktor:(a) Tingkat inflasi, (b] Tingkat permintaan (jumlah penduduk, dan kualitas penduduk),
(c) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,(d) Perubahan pola penyakit,(e) Perubahan pola pelayanan
kesehatan,yakni pelayanan kesehatan terkotak-kotak karena perkembangan spesialis dan sub spesialis (fragmented
health services) yang berakibat terjadi pemeriksaan pasien berulang-ulang. Feldstein (1971) menyatakan bahwa jika
rumah sakit lebih banyak menggunakan dokter umum, maka rumah sakit menghemat USS.39,000 pertahun per dokter
umum dibanding jika rumah sakit menggunakan dokter spesialis atau sub spesialis.(1) Perubahan pola hubungan
dokter - pasien. Dokter- pasien harus memiliki hubungan yang relationship. Sekarang ini telah berkembang tuntutan
hukum terhadap dokter. Di Indonesla dengan lahirnya UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
memberikan peluang kepada
30
Dipindai dengan CamScanner
masyarakat untuk melakukan tuntutan hukum terhadap pelayanan dokter yang tidak sesuai keinginan konsumen.
Untuk melindungi dokter dari tuntutan maka dokter harus diasuransikan. Tentu akan berpengaruh terhadap unit cost
pelayanan.Disamping itu hubungan dokter pasien ini bisa terjadi pula pemeriksaan yang berlebihan. (g) Lemahnya
mekanisme pengendalian biaya (cost containment).Lemahnya pengendalian biaya juga berpengaruh terhadap
peningkatan biaya pelayanan, karena bisa terjadi perlakuan biaya lebih besar terhadap tindakan tertentu yang
dinilai'kurang pantas". Oleh karena itu,untuk mengendalikan hal ini medical audit harus8 dilakukan dengan baik.
(h)Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan.Penyalahgunaan asuransi kesehatan juga berpengaruh terhadap peningkatan
biaya pelayanan. Hal ini sering terjadi pemindahan kepesertaan kepada orang yang tidak berhak, atau terjadi
"manipulasi" kegiatan pelayanan:, dan sebagainya.
31
berdasarkan data sejak 2015 hingga 2019 rasio anggaran kesehatan hanya mencapai rata-rata 3% dari total APBN
(Kemenkes R.1,2018, 2019 dan Kemenkeu R.I, 2018, 2019), kemudian tahun 2020 sedikit meningkat yakni sebesar
5,2% dari total APBN dan bahkan telah disahkan anggara untuk sektor kesehatan tahun 2021 sebesar Rp.169,7 T,
sementara APBN sebesar Rp.2.750,0 T atau proporsi anggaran keschatan sebesar 6,17% (Kemenkeu
R.I.,2020).Bandingkan dengan amanat UU-R.I. No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang ditetapkan hanya sebesar
5% dari total APBN.
Oleh sebab itu, selama pembiayaan kesehatan ini belum mendapat perhatian serius pemerintah,maka akan
mengalami kesulitan dalam peningkatan kesejateraan masyarakat pada umumnya. Tentu saja tidak bisa membiarkan
begitu saja,akan tetapi perlu ada upaya penyelesaian masalah yang harus dilakukan agar pelaksanaan pembangunan
kesehatan dapat berjalan dengan baik.
Penyelesaian masalah pembiayaan kesehatan, tergantung dari jenis dan besarnya masalah. Ada 3 upaya
penyclesaian masalah yang diungkapkan di bawah ini, yakni :
1. Upaya Peningkatan Jumlah Dana. Dana yang tidak cukup memadai,upaya yang harus dilakukan adalah
meningkatkan jumlah dana baik bersumber dari pemerintah maupun dari Badan-Badan lain di luar sektor pemerintah.
Sumber dana dari pemerintah dapat diperoleh apabila program yang direncanakan sinkron dengan program
pemerintah pusat (Nasional) dan sebagainya. Sumber dana dari luar sector pemerintah dapat dilakukan melalui kerja
sama yang saling menguntungkan.
2. Upaya Perbaikan penyebaran,pemanfaatan dan pengelolaan. Upaya ini ditujukan terutama pada penggunaan
dana yang tidak efektif dan efisien. Ada dua hal yang perlu dilakukan, yakni : (a) Penyempurnaan sistem pelayanan,
misalnya pelaksanaan sistem rujukan (referral system), adil dan merata berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi.
(b) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola, misalnya pengetahuan dan
32
33
(sakit), dan besarnya biaya kesehatan juga tidak dapat diprediksi berapa jumlahnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan 3
(tiga) hal,yakni system pembiayaan langsung, pengeluaran kesehatan katastropic, dan system pembiayaan praupaya
(prepaid system).
Sistem pembiayaan praupaya (prepaid system) dilakukan dengan cara asuransi kesehatan (health insurance), dan
penarikan pajak terhadap sumberdaya alam (taxation). Sistem pembayaran asuransi kesehatan dilakukan dengan cara
pembayaran majemuk (multiple payers) yaitu dengan maksud penggabungan risiko terpecah ragmented risk pooling).
Cara pembayaran tunggal (single payer) yaitu untuk pengabungan risiko tunggal (unitary risk pooling).
Pengeluaran keschatan katastropic (catastrophic expenditure) adalah pengeluaran biaya pelayanan kesehatan secara
langsung (out ofpocket) yang melebihi 40% dari kemampuan membayar (capacity to pay,ability to pay)rumah tangga
(Xu, etal, 2003; Li, et.al., 2012).
Kapasitas membayar suatu rumah tangga didefnisikan pendayagunaan yang efektif setelah kebutuhan dasar (pangan,
sandang, papan) terpenuhi. Sedang pendapatan efisien diperkirakan dari pengeluaran konsumsi total yang lebih kuat
mencerminkan dayn beli (purchasing power)dari pertayaan tentang pendapatan dan survey rumah tangga
(Xu,etal,2013)
Penggabungan Risiko (Risk Pooling) atau fund pooling, merujuk kepada akumulasi dan manajemen dana, sehingga
risiko finansial individual yang besar dan tidak dqap-at diprediksi disebarkan secara merata dan dapat diprediksi
diantara scmua anggota populasi (Schieber,eL.al, 2006).Secara skematis dijelaskan pada Gambar 3.2 di bawah ini.
34
35
Ruaya langsung
Pelayanan:
jenis pelayanan
apa yang dibiayal
Analisis efektivitas biaya terhadap sesuatu masalah dengan menggunakan berbagai pendekatan program,
hasilnya sangat tergantung dari jenis intervensi yang dilakukan, dan besarnya biaya dibutuhkan. Misalnya
intervensi terhadap sesuatu masalah pemberantasan penyakit "X" dengan menggunakan 3 (tiga) metode yang
diusulkan,maka dapat dilakukan perhitungan sebagaimana Tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2.Analisis Efektlvitas Biaya Pemberantasan Penyakit"X"
No. Jenis Metode Biaya Hasil Biaya Perunit
1 Intervensi A 200.000 200 1.000
2 Intervensi B 250.000 200 1.250
3 Intervensi C 150.000 200 750
Jumlah Rerata 600.000 600 1.000
Berdasarkan hasil pada tabel di atas ini menunjukkan, bahwa intervensi yang paling efektif yakni ke tiga-tiganya
metode intervensi, tetapi yang paling efisien adalah intervensi C dengan biaya perunit sebesar Rp.750,-
Perbedaan antara cost effectiveness analysis, cost benefit analysis dan cost unitary analysis dapat diperoleh 4
(empat) kemungkinan hasil cost effectiveness analysis dilukiskan pada Gambar 3.4 di bawah ini.
36
37
Dipindai dengan CamScanner
38
BAB 4
PENENTUAN BIAYA SATUAN(UNIT COST)
PELAYANAN KESEHATAN
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pembayaran izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (UU No. 28 tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Menurut perundang-undangan tersebut, Retribusi pclayanan kesehatan merupakan
salah satu bagian pertama dari 15 bagian retribusi jasa umum,yakni pungutan atas pelayanan kesehatan di
Puskesmas,Balai Pengobatan, SUD Daerah, dan tempat kesehatan lain sejenis yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.(Fajar B.S., 2019)
Menurut Mulyadi (1996) mendefnisikan tarifatau harga suatu produk atau jasa sebagai interaksi antara jumlah demand dan
supply di pasar. Interaksi ini jika dilukiskan dengan grafik, maka akan terjadi
39
perpotongan antara garis demand dan garis supply. Garis perpotongan tersebut merupakan titik keseimbangan diantara
demand dan supply, yang kita sebut titik harga atau tarif.
Persoalan tarif ini pada industri barang maupun jasa, baik usaha profit maupun non profit akan sangat menentukan maju
mundurnya suatu usaha. Maksudnya, bahwa ketidak cermatan di dalam menentukan unit cost sebagai dasar penetapan tarif
akan berdampak terhadap biaya pelayanan kesehatan yang tidak mampu tertutupi (cost recovery). Ini akan merugikan usaha
dan tidak menutup kemungkinan mengalami kemunduran usaha karena"kebangkrutan'. Mungkin fenomena ini akan berlainan
dengan usaha non profit di negara-negara yang sistem pembiayaan kesehatan sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah.
B. Tujuan
Tujuan penetapan tarif sebenarnya akan sangat tergantung dari tujuan usaha itu sendiri. Mungkin saja antara perusahaan
yang berorientasi profit dan non profit akan berbeda tujuan penetapan tarif. Di bawah ini ada beberapa hal yang menjadi
tujuan menetapkan tarif pelayanan, yakni:
1. Pemulihan biaya(cost recovery); Tujuan penetapan tarif untuk pemulihan biaya dimaksudkan agar terhindar dari resiko
kerugian, tetapi tidak memperoleh keuntungan. Penetapan tarif seperti ini tidak dapat mengembangkan usahanya,karena
tidak memperoleh tambahan dana dari usahanya, kecuali mengeluarkan dana khusus untuk pengembangan suatu usaha.
Secara sederhana penetapan tarif ini, adalah biaya untuk memperoleh satu satuan produk atau jasa sama dengan nilai jual
untuk satu satuan produk atau jasa.
2. Maksimalisasi pemanfaatan pelayanan; Tujuan penctapan tarif seperti ini semata-mata karena menginginkan agar
fasilitas pelayanan yang disediakan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat konsumen.Bisa terjadi tarifnya jauh lebih rendah
atau kurang lebih sama atau di atas biaya perolehan. Atau menetapkan tarif di bawah tarif perusahaan saingan, atau paling
tidak sama dengan
40
saingan, tetapi memiliki keunggulan-keunggulan yang lebih baik dibanding saingan.Keuntungan bukan
merupakan sasaran yang ingin dicapai melainkan kinerja yang telah ditentukan.
3. Subsidi silang; Penetapan tarif seperti ini dilakukan untuk merebut segmen pasar yang mempunyai tingkat pendapatan yang
lebih besar,dengan menyediakan fasilitas pelayanan yang mahal sehingga tarifnya ditetapkan jauh lebih tinggi.Sedangkan segmen
pasar yang mempunyai tingkat pendapatan lebih rendah dengan fasilitas pclayanan yang murah ditctapkan jauh lebih rendah atau
di bawah unit cost. Dengan demikian terjadi subsdi silang dari yang mampu kepada yang tidak mampu.
Minimalisasi pemanfaatan pelayanan; Penetapan tarif seperti ini dilakukan pada perusahaan yang memiliki reputasi
baik, dan kapasitas produksi atau fasilitas yang disediakan terbatas. sehingga permintaan masyarakat jauh lebih besar
dibanding kapasitas produksi yang ada atau fasilitas yang disediakan.
5. Maksimalisasi pendapatan; Penetapan tarif seperti ini tarif diupayakan dapat dijangkau oleh segmen pasar sccara
keseluruhan. Perusahaan semata-mata mengejar omzet penjualan, karena dengan omzet yang tinggi maka
pendapatan juga akan meningkat.
6. Maksimalisasi profit; Penetapan tarif seperti ini semata-mata karena untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar tanpa harus merugi atau tanpa melihat daya beli konsumen.
7. Mengurangi pesaing;Penetapan tarif seperti ini dilakukan pada kondisi persaingan monopoli. Tarif biasanya
ditetapkan jauh lebih rendah dari pesaing, paling tidak sama tetapi dengan memberikan sesuatu yang unik dibanding
pesaing;
8. Menciptakan citra (image); Penetapan tarif seperti ini dilakukan pada suatu produk yang kualitasnya jauh lcbih
tinggi,dan cenderung dipertahankan. Biasanya tarif yang tinggi identik dengan produk yang bermutu tinggi, sebaliknya
tarif yang rendah identik dengan mutu produk yang rendah:
9. Untuk memenuhi kebutuhan lapisan pasar (market skimming); Penetapan tarif seperti ini ditujukan kepada seluruh
lapisan
41
Dipindai dengan CamScanner
C. Pendekatan atau Strategi Penetapan Tarif Ada beberapa pendekatan atau strategi penetapan tarif, yakni :
1. Oricntasi Biaya (Cost oriented);Strategi penctapan tarif yang berorientasi pada biaya dilakukan perhitungan
atas seluruh biaya yang dikorbankan untuk mendapatkan satu satuan produk atau jasa. Orientasi biaya ini
dilakukan dengan beberapa metode, antara lain full costing, full service atau activity base costing(ABC).
2. Orientasi permintaan (Demand oriented),Strategi penctapan tarif ini dilakukan karena danya permintaan yang
meningkat atau menurun. Bisa terjadi penetapan tarif lebih tinggi karena permintaan meningkat, atau lebih
rendah karena adanya penurunan permintaan;
3. Orientasi Pesaing (Competitor oriented);Strategi penetapan tarif yang berorientasi kepada pesaing dilakukan
dengan mengintip tarif yang dilakukan oleh pesaing, apakah lebih rendah,sama dan lebih tinggi dari tarif yang
ada pada perusahaan kita.
Orientasi pembayaran maksimal; Strategi penetapan tarif yang berorientasi pada pembayaran maksimal ini
dilakukan dengan melihat daya beli konsumen.Sejauh mana tingkat kemampuan konsumen untuk membayar tarif
yang ditetapkan.
Ada beberapa cara atau metode penetapan tarif yang kita akan bahas di sini,yaitu:
42
4. Peraturan Pemerintah.
ariable Costing:
iaya Variabel:
iaya Tetap:
iaya Overhead Tetap Rp.XX
Biaya Variabel:
Biaya Tetap:
43
+%Mark Up
Laba yang diharapkan + Biaya
yang tidak dipengaruhi langsung
oleh volume produksi
Jumlah
Rp.1.000,000,000
Biaya variabel
Rp.2.400.000.000
Rp.2.100.000.000:(dibagi)
114,29%
Perhitungan harga jual:
Biaya variabel
Rp.2.100.000.000
Mark Up 114,29%xRp.2.100.000.000
44
3. Transfer Pricing.
Penetapan tarif dengan metode transfer pricing atau yang kita kenal dengan distribusi biaya, terbagi atas 3 (tiga)
cara,yakni : Step down method, simple distribution dan double distribution.
a. Simple Distribution
Metode ini atau juga disebut direct apportionment dilakukan dengan cara langsung membagi habis biaya di
unit-unit penunjang ke unit produksi berdasarkan bobot tertentu. Misalnya : jumlah pegawai, luas lantai,
jumlah linen,jumlah porsi makanan, dll.
Cara ini paling sederhana dan mudah, hasilnya cukup akurat. Secara skematis dilukiskan seperti Gambar
4.1 di bawah ini.
45
Jumlah Jumlah
Pegawai Porsi
Kg Luas Lantai
Gambar:4.1 Distribusi Biaya Secara Sederhana dari Unit Penunjang ke UJnit
Produksi.
b. Step Down Methode
Metode ini dilakukan dengan cara membagi biaya dari unit produks melalui dua tahap,yakni:
1) Alokasi antar unit penunjang (mulai dari unit yang biayanya tinggi dan memberi manfaat
bagi unit penunjang lainnya);
2) Alokasi ke unit produksi dengan memakai dasar pembobotan sama seperti metode 1 di
atas. Secara skematis dilukiskan pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar:4.2 Distribusi Biaya Secara Bertahap dari Masing-masing Unit Penunjang ke Unit Penunjang Terakhir kemudian ke Seluruhan
Unit Produksi.
46
Biaya Titipan
Dir/ Tu dititip pada dapur.
laundry dan pemeliharaan
Biaya Asli+Titipan:
1)(Dir/TU+Dapur+Laundry+Pemeliharaan) + Rawat jalan
2) (Dir/TU+Dapur+Laundry+Pemeliharaan) Laboratorium
3) (Dir/TU+Dapur+Laundry+Pemeliharaan) + Ruang Rawat Inap.
c. Double Distribution.
Metode ini atau juga disebut double apportionment dianggap cukup akurat dibandingkan dengan metode 1 dan 2
di atas, dan relatiflebih mudah dilaksanakan dibanding dengan cara 4 dan merupakan cara yang terpilih untuk
metode analisis biaya Puskesmas dan Rumah Sakit di Indonesia. Pendistribusian sebagaimana Gambar 4.3 di
bawah ini.
47
Dater
0 日 K 称 # M Tetal
: DW/TL MA K量
Uapur andry F*ml Toml: MJ Lab m.2 1*2
2 号 0 日 11 1 1 名 L
费号
3 20 址 5 1 0 5 Ha .
性W
期 2 周目 -1 1 目
M
日 m0
n
1NU
号 비교
5.00.00 2300000 M.IRAL
7 부율 HIRD EN1 1.0R3U 1.3030.00 LIE.R 1.0) 11
1.500 IRR
Desur
49
Dipindai dengan CamScanner
VHW HFL
LJ
10 l
Datrul 542,814,
72,268,8 2WW *1 무매 2710114 **0***
日 H
13735.1 65075
7 타다 638573 4359 100
00
1 118 与 FER 11 17 财*费 641.82,1
40
l 107.4412
49
Dipindai dengan CamScanner
PENEKTUAN DIAYA SATUAN(UNIT COST)PELAYANAN KESELATAN
a. Distribusi Tahap 1:
1.11=14:(L4-D4)xD7
112=L5:(L5-E5)xE7
J.11=J.4:(L4-D4|xD7
Total Cost
Perhitungan:Unit Cost
x Rp.1,00
Quantity
Misalkan:
Kunjungan Rawat Jalan =1.000 pasien,maka Unit Cost =
3.517,269,9:1.000=Rp.3.517
Kunjungan laboratorium 1.000 pasien, maka Unit Cost=
3.517.269,9:1.000=Rp.3.517
Kunjungan R.A=200 pasien, maka Unit Cost=2.818.213: 200
=Rp.14.091,06
Kunjungan R.B = 150 pasien, maka Unit Cost=3.201.699.8:
150=Rp.21.344,67
50
49
Dipindai dengan CamScanner
Dipindai dengan CamScanner
BAB 5
BIAYA PELAYANAN MEDIS (KEDOKTERAN)
A. Pengertian
Istilah medis di tatanan pelayanan kesehatan identic dengan dokter, schingga
tidak salah apabila tenaga dokter mengklaim sebagai biaya tenaga kerja
langsung pada dirinya. Pada hal penyelesaian masalah pasien di tatanan
pelayanan kesehatan dilakukan sccara (terpadu) atau, sehingga jasa yang
diperoleh atas pelayanan yang diberikan kepada pasien masupakan hasil kerja
sama tim. Oleh karena itu,ketika gagasan penyusunan paket medis esensial
(PPME)di Bogor tahun 2001 yang diprakarsai Kementerian Kesehatan R.I.
dilakukan perubahan nama menjadi paket pelayanan esensial (PPE).
Biaya pclayanan medis (kedokteran) adalah bagian dari biaya kesehatan yang
menunjuk kepada besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan medis (kedokteran)
yang dibutuhkan oleh perorangan, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat.
Sekalipun dalam batasan terkandung pengertian dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan pelayanan medis (kedokteran). namun dalam praktek
sehari-hari yang sering dibicarakan adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan pelayanan medis (kedokteran).Dengan
demikian jika membicarakan biaya pelayanan medis (kedokteran) perhatian
utama tidaklah dari sudut penyedia pelayanan, melainkan dari sudut pemakai
jasa pelayanan kesehatan.Misalnya:Seorang pasien dengan kasus tertentu
membutuhkan pelayanan medis (kedokteran) mulai dari pemeriksaan
fisik,pemeriksaan penunjang (laboratorium, Radiologi dan sebagainya),
penentuan diagnosis, tindakan (intervensi), terapi, keperawatan, dan mungkin
juga mclakukan home care hingga ia dinyatakan sembuh
51
49
Dipindai dengan CamScanner
Di Ncgara-negara yang mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan
pelayanan kesehatan, maka masyarakat diharuskan membayar pelayanan
medis (kedokteran) yang dimanfaatkannya. Mekanisme pembiayaannya
bervariasi, secara sederhana dibedakan atas 2 macam,yakni:
1. Pembayaran Tunai. Mekanisme pembayaran yang diterapkan mengikuti
mekanisme pasar.Setiap orang yang membutuhkan pelayanan medis
(kedokteran) diharuskan membayar tunai pelayanan kesehatan yang
diperolehnya.Mekanisme seperti ini dikenal dengan nama fee for services.
2. Pembayaran di muka. Mekanisme pembiayaan seperti ini banyak digunakan
yakni melalui sistem pembayaran di muka (prepayment). Pembayaran di muka
ini lazimnya dilakukan melalui asuransi kesehatan (health insurance).
52
49
Dipindai dengan CamScanner
sipil dan pensiunan, perusahaan swasta inipun masih tahap pengembangan.
Unsur-unsur biaya pelayanan medis sangat ditentukan olch jenis tindakan dan
tingkat spesialisasi yang dimilikinya. Tenaga medis umum dan khusus misalnya
seperti dokter umum dan dokter gigi berbeda objek yang menjadi
tanggungjawab dan tanggung gugatnya sehingga berbeda pula besarnya biaya
pelayanan. Demikian pula tenaga medis spesialistik dan superspesialistik
ditentukan oleh objek yang menjadi tanggungjawab dan tanggung gugatnya.
Karakteristik pembiayaan pelayanan medis ini berkaitan pula dengan tingkatan
pendidikan yang dimiliki, tingkat kesulitan dan resiko yang dihadapi serta waktu
yang dibutuhkan. Oleh sebab itu,unsur-unsur biaya pelayanan atas tindakan
yang dilakukan dihitung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan secara
spesifik, realistik dan akurat
53
49
Dipindai dengan CamScanner
hanya akumulasi biaya yang terkait mulai masuk rumah sakit,hingga meninggalkan
poliklinik pemeriksaan rawat jalan dan pelepasan pasien keluar meninggalkan
poliklinik. Untuk tidak
54
memberatkan blaya paket ini, maka blaya obat-obatan dan bahan habis pakai,
pemeriksaan laboratorium dan radiologi dihitung tersendiri di tempat atau unit
pelayanan tersebut. Kecuali pelayanan primer seperti Puskesmas yang belum masuk
kategori Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Pembiayaan pelayanan medis berdasarkan non paket atau deskriptor (tindakan)
dihitung berdasarkan setiap unsur (butir) pelayanan, misalnya rawat jalan dihitung
masing-masing setiap pelayanan yang dilakukan, seperti biaya karcis, biaya
pemeriksaan, biaya pendidikan kesehatan (nasehat), obat-obatan, biaya
pwemeriksaan laboratorium, biaya pemeriksaan radiologi, dsbnya. Besarnya nilai
biaya tergantung dari standar cost yang ditetapkan atas hasil kajian empiris terutama
biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, biaya penggunaan sarana dan
prasarana pemeriksaan, dan harga perolehan obat-obatan dan bahan habis pakai
plus mark up tidak lebih dari 25% dari harga pokok.
Biaya paket pelayanan medis biasanya ada rumah sakit mengkategorikan biaya
paket tindakan operasi atas 4 tingkatan, yakni: (1) Tindakan Operasi ringan, (2)
Tindakan Operasi Sedang,(3)Tindakan Operasi Besar, dan (4) Tindakan Operasi
Khusus. Penetapan biaya ini berdasarkan kesepakatan kelompok profesi yang kita
kenal dengan istilah DRGs(Diagnosticatau Doctors Related Groups) atau peer
review, di Indonesia kita kenal Ina DRGs.
55
49
Dipindai dengan CamScanner
Dipindai dengan CamScanner
56
BAB 6
ANALISIS EKONOMI PELAYANAN
KESEHATAN (ECONOMIC ANALYSIS OF
HEALTH CARE)
57
49
Dipindai dengan CamScanner
secara tepat, tidak sekedar "bongkar pasang" maksudnya pasien ketika
mendapatkan tindakan pengobatan dan keperawatan dapat menyelesaikan
masalahnya. Penyelesaian masalah pasien tidak otomatis harus murah,
akan tetapi bahwa pemberian pengobatan dan tindakan keperawatan serta
intervensi penunjang lainnya dapat dilakukan hanya karena kondisi pasien benar-
benar sangat membutuhkan dengan pengobatan dan perlakuan itu tanpa harus
menghitung biaya atau pengorbanan yang bersifat uang.Pertanyaannya adalah,
apakah ini dilakukan (Does it work ?).
2. Masalah Ekonomi (Economic Issues).Dalam konteks ekonomi sclalu dibarengi dengan
suatu prinsip untung dan rugi."Rugi harus lebih kecil dari untung". Dengan pengorbanan yang
dikeluarkan sekecil mungkin, harus berusaha untuk mendapatkan hasil yang sebesar-
besarnya. Pemberian pelayanan medis dan keperawatan prinsip eñsiensi ini sangat
dianjurkan melalui penggunaan sumber-sumber secara efisien(Ejficiency). Pertanyannya
adalah apakah kita mengharapkan hasil yang terbesar dari pengeluaran (Are we getting the
best out come for the expenditure).
3. Prinsip Penilaian Ekonomis (Principle Of Economic Assessment). Prinsip penilaian
pelayanan medis secara ekonomis ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan,yakni:
Keluarnya aturan penilaian untung rugi (Rules exist of assessing cost and benefits);
b. Anggapan dibuat secara eksplisit (Assumptions are made explicit);
Hasilnya adalah:
a. Ada konsistensi pendekatan There is consistency of approach);
b. Menjelaskan apa yang masuk dan keluar dari perhitungan (It is clear what is
included and excluded from calculations).
58
49
Dipindai dengan CamScanner
public programs).
c. Ketidak adilan pendistribusian keuntungan dari pelayanan kesehatan
(Inequity in the distribution of benefit from health servicesj.
Bank Dunia (World Bank) dalam tahun 1993: melakukan penilaian
kembali,ternyata hasilnya sama dengan tahun 1987 ditambah dengan ledakan
biaya (Exploding cost).
Berdasarkan hasil review tersebut, maka usul World Bank ada 4 (empat)
reformasi,yakni :
a. Subsidi pelayanan kesehatan harus dikurangi:
b. Meningkatkan cakupan asuransi keschatan;
c. Meningkatkan peran swasta;
d. Mendesentralisasikan pelayanan kesehatan pemerintah.
59
49
Dipindai dengan CamScanner
Present Proponed
Saving
System System
60
Costs 1 - Costs 2
Outcomes 1- Outcomes 2
A<B
Cost A>B
A>B A<B
Effect
49
Dipindai dengan CamScanner
A Incremental
Dominant Cost-
effectiveness
analysis
Incremental
Cost- B
effectiveness Dominant
Analysis
61
Altemative To QALY:
a. Years of tive gained
b. Live saved
C. Successful Treatments
d.Cases of illness avoided
e. Intermediate outcomes gained
Analisis Biaya-Untung(Cost-Benefiu Analysis):
a. Perkiraan biaya dan untung di dalam unit keuangan (Estimates
costs and benefits in monetary units).
b. Results meaningful in them selves (No need to compare with other
program).
49
Dipindai dengan CamScanner
C. Net bencfits(Benefits-Costs).
d. Cost-Benefit Ratio-(Costs/Benefits).
Komponen biaya pelayanan pasien dengan penyakit Osteomyelitis
(Component Costs of care for patients with osteomyelities) :
costs
Gambar 6.1 Treated Conuentionally Vs Earty Discharge
(Eisenberg&Kitz:1986).
Biaya langsung (Direct costs):
a. Biaya variable (Variable cost);
b. Biaya tetap (Fixed costs).
Biaya marginal(Marginal costs):
62
49
Dipindai dengan CamScanner
Value of service
Gambar 6.2 Marginal Cost of Program
c.Marginal versus average costs:
Suppose that:
Total drug costs......$..50
10
Average........S.5
Suppose however that:
9 Doses $.49
10 Doses....$.50
Marginal costs of 10 th doses.......................$.1
Perkiraan Blaya (Cost Estimation):
Asumsi standar ekonomi (Standard economic assumption):
Harga pembelian (Purchase price)=Cost
Pelayanan keschatan(Health Care):
Harga pembelian (Purchase Price) = Cost
Difference Relates to:
a Regulation:Free care,Cross-subsidization
b. High levels of in servant,
63
2) Disaduantages:
Not theoretically correct measure,
Poor proxy for "willingness to pay".
Under values anyone not eaming a wage.
b. Willingness To Pay Approach:
1) Advantages:Theoretically correct measure.
2) Disadvantages : Function ofability to pay, Difficult to measure in practice.
Utility Assessment:
Methods of utility assessment :
11 Standard gambles
2) Time trade off
3) Category scaling
49
Dipindai dengan CamScanner
4) Difference method.
Standard Gambles:
64
49
Dipindai dengan CamScanner
0.7xyears of better health
65
D. Discounting
1. Costs and bencfits incurred now are greater than those with similar
nominal value incurred later.
2. Future costs and benefits must be expressed in term of present value.
Present Value=
Cr
(1+R)t
Where:Cr
-Costs in the time they are incurred.
(1 +R)t - one,plus discount rate for cost (expressed as a decimal fraction of
one ),raised to the power of time, T, over costs are incurred.
Likewise : Present value of benefits :
Br
49
Dipindai dengan CamScanner
(1+R)t
Discounting an example:
Present value(PDV)=1,000 +1,000 +1,000
1.05
1.05 1.05
i.e.,PDV
= 1,000+952.38 +907.03
Hence PDV
-2,859.41.
Issues In Discounting:
1.What is the appropriate discount rate for costs?
2.Should monetary costs and non monetary outcomes be discounted at the
same rate?
Distribution Issues:
66
Program 1 Program 2
250,000 250,000
Cost
20 years 10 years
Effect
25,000 25,000
C/E ratio
No of People
1 5
Who benefit
49
Dipindai dengan CamScanner
efficient use of available resourtes not cuts in expenditure.
67
68
49
Dipindai dengan CamScanner