Anda di halaman 1dari 3

Harap-Harap dalam Tatap

Setelah kejadian-kejadian kemarin, akhirnya Sapta dan Marta benar-benar resmi menjadi
pasangan. Sapta pikir, Marta yang super keren akan meresmikan hubungan mereka melalui makan
malam romantis atau buket bunga terbaik. Akan tetapi, peresmian hubungan mereka lumayan
konyol sebenarnya.

“Sap, kamu pantes untuk dijemput Shopee Food karena looking so yummy”

“Kamu terluka ya? Soalnya kata buku yang dibaca Fazil cantik itu luka”

“Kalau susu milku kalau kamu milik aku”

Anehnya, Sapta yang mati-matian menjaga sikap anggun dan keren malah hanyut juga
dalam gombalan-gombalan receh yang Marta keluarkan. Kalau bukan Marta yang bilang, mungkin
Sapta akan menghindar sekuat tenaga. Untungnya ini Marta. Memang benar sih, jatuh cinta
memang sebodoh itu.

“Kamu mau enggak jadi milik aku?”

“Boleh”

Lalu? Apakah sekarang mereka menjadi pasangan atau belum?.

“Jadi kita ini apa?” Marta menyenderkan tubuhnya kepada Sapta. Hati Sapta bisa saja
meledak detik itu juga. Sapta senang kalau Marta ngebet berdekatan dengannya, atau istilah
populernya clingy, Sapta senang.

Ditanya demikian, Sapta malah bingung, harusnya dia tidak sih yang bertanya demikian
dari kemarin?.

“Mau build up suatu hubungan?”

“Boleh”

“Dengan senang hati”

Marta kemudian megecup punggung tangan Sapta, sebuah kecupan ringan yang mampu
membuat tubuh Sapta merinding sekujur tubuh. Marta kini miliknya dan fakta tersebut membuat
Sapta senang setengah mati.
“Mbak pacar” panggil Marta. Sial! Degup jantung Sapta makin kencang! Sampai detik ini
Sapta tidak percaya Marta yang tertutup dapat terbuka kepadanya.

Sesederhana itu peresmian hubungan mereka. Tanpa makan malam romantis, tanpa buket
bunga terbaik, tanpa Marta yang bertekuk lutut, semuanya telah terasa megah. Sapta dan Marta
yang duduk di atas batang pohon menghadap laut yang derunya terasa begitu syahdu. Keduanya
sepakat menjalin hubungan. Nyatanya, hubungan yang sederhana yang demikianlah yang
keduanya idam-idamkan sejak lama. Bukan sebuah hubungan yang meriah atau hubungan yang
penuh tantangan. Hanya hubungan tulus yang saling mengasihi.

Lalu, diam-diam keduanya memohon kepada Tuhan bahwa hubungan yang sederhana
demikian dapat kekal.

Satu hari, Sapta bertanya kepada Marta, “Ada aku enggak sih di rencana masa depan
kamu?”.

“Ada”

“Garden Party” lanjut Marta.

“Semoga”

Tanpa sadar, banyak semoga yang terucap dalam hubungan mereka. Harapan-harapan
manis yang nampaknya sangat ingin diamini oleh semesta yang permai. Sebab baik Sapta maupun
Marta benar-benar berharap hubungan yang mereka jalin sekarang adalah hubungan yang akan
bertahan sampai akhir. Keduanya tahu keduanya adalah pendosa ulung, tapi Sapta dan Marta
adalah pendosa yang bersyukur sebab dipertemukan satu sama lain. Dan semoga Sapta memang
untuk Marta dan begitupun Marta untuk Sapta.

“Semoga suatu hari waktu bangun pagi kamu lihatnya aku”

“Semoga kita bisa buat bakery yang Ghibli banget”

“Semoga di bakery sana kita punya pekerja yang pacaran”

“Lalu kalau lagi berantem bisa berantem lucu dan minta nasihat ke kita”

“Lalu ada anak kecil lucu yang nunggu di depan bakery”


Semoga-semoga yang keduanya lontarkan sama-sama terkandung dalam tatap. Tatap
mereka tidak selalu harmonis, tatapan Sapta cenderung hangat dan tatapan Marta cenderung
dingin. Sapta yang terkadang bertanya-tanya apa yang Marta pikirkan ketika menatapnya dan
Marta yang senang dengan tatapan penuh kasih Sapta, yang setiap selesai bertatap harus diakhiri
dengan ciuman.

Anda mungkin juga menyukai