Anda di halaman 1dari 26

5

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Kajian Literatur Yang Mendukung Variable Terikat Dan Bebas

1. Air limbah

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan kegiatan yang

berwujud cair, pada umumnya limbah cair yang dihasilkan oleh voluters

baik limbah rumah tangga maupun industri adalah dalam bentuk air yang

dibuang ke sungai (PP 82 tahun 2001. Air limbah berasal dari sisa air yang

digunakan oleh industri atau rumah tangga mengandung zat tersuspensi

dan zat terlarut. Air limbah yang dikeluarkan oleh industri akibat dari hasil

proses produksi pada umumnya sulit diolah karena biasanya mengandung

beberapa zat seperti pelarut organik, suspended solid, minyak dan logam

berat.

Karakteristik air limbah domestik dapat bereaksi sesuai dengan kondisi

lokal daerah, waktu aktivitas (jam ke hari, hari ke minggu, musim), tipe

penyaluran (pemisahan yang lainnya atau kombinasi penyaluran dimana

termasuk sumber air), kebiasaan, budaya dan gaya hidup masyarakat

(Sugiharto, 1987, dari Madyanova, 2005). Selain berbeda dalam komposisi

zat tersupensinya, prosentase kandungan zat tersebut juga berbeda antara

limbah yang berasal dari domestik (limbah rumah tangga) dengan limbah

industri.
6

2. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah perlengkapan

pengelolaan air limbah bisa berupa pipa atau pun selainnya yang

dipergunakan untuk membantu air buangan dari sumbernya sampai ke

tempat pengelolaan atau ke tempat pembuangan. Saluran Pembuangan Air

Limbah (SPAL) berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang

berfungsi untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air kotor/bekas

lainnya.

3. Pipa RCP (Reinforce Concrete Pipe)

Pipa RCP (Reinforce Concrete Pipe) dinamakan juga Pipa Beton

Bertulang adalah pipa berbentuk silinder memanjang di tengah-tengahnya

terdapat berlubang. Pipa RCP terbuat dari pasir, bubuk batu dan semen

dimana pada ujung komponen terdapat sambungan (kepala) yang berguna

sebagai sambungan pipa lainnya, sehingga bisa menghemat waktu dalam

proses instalasi.

Penggunaan pipa beton RCP biasanya digunakan untuk saluran

drainase atau gorong-gorong. Selain itu, mampu membantu pergerakan

aliran air yang tertutup di bawah tanah. Pemasangan pipa RCP biasanya

dilakukan menggunakan alat berat ( beck, crane dan lainnya.) dan tidak

bisa dilakukan secara konvensional memanfaatkan tenaga manusia

salah satu pipa beton RCP yang biasa dimanfaatkan untuk konstruksi

saluran drainase adalah Buis dengan bentuk U. Buis digunakan untuk

pengaliran sungai berukuran kecil dan jembatan dengan ukuran kecil.


7

Ukuran buis sangat bervariasi sesuai kebutuhan. Ukuran diameter untuk

saluran drainase yang banyak digunakan berukuran 20 cm hingga 60 cm.

Sedangkan ukuran dimensi buis U yaitu 300cm x 120cm x150 cm.

Penggunaan buis dinilai memiliki kelebihan mulai dari segi harga

terjangkau. dilihat dari segi teknis, cara pemasangan dinilai sangat ringan.

Meskipun demikian, terdapat kelemahan dalam penggunaannya yaitu

kebutuhan biaya ketika melakukan pengecoran terutama diperuntukkan

mendapatkan kedalaman sumur dengan ukuran tertentu. Bahan

pembuatannya buis U tersebut terdiri dari semen, kerikil, cetakan yang

terbuat dari plat bordes, pasir dan air.

Pipa beton bertulang dapat digunakan sebagai berikut

1. Sistem pasokan air

2. Sistem irigasi

3. Sistem pembuangan air dan limbah

4. Pendukung pekerjaan pipa industri pada pembangkit listrik

5. Saluran menuju laut

6. Sebagai pendukung sistem hidran kebakaran

Berikut ini spesifikasi pipa RCP berdasarkan ukuran diameter yang umum digunakan
8

PIPA BETON BERTULANG TIPE R KELAS 1

Sumber : daconjayabeton.

PIPA BETON BERTULANG TIPE R KELAS 2

Sumber : daconjayabeton.
9

PIPA BETON BERTULANG TIPE R KELAS 3

Sumber : daconjayabeton.

Tes Pembebanan Pipa Standar AS 4058 – 1992

Sumber : daconjayabeton.
10

4. Jenis-jenis kebocoran pipa

Kebocoran Air Beberapa permasalahan kebocoran fisik pipa terjadi

karena hal-hal berikut : (Triatmadja, 2016 : 124)

a. Kualitas pipa yang dipasang tidak sesuai dengan tekanan air dalam pipa;

b. Terjadi water hammer yang sebelumnya tidak diperhitungkan dalam

perencanaan;

c. Sambungan antar pipa atau dengan aksesoris yang tak sempurna;

d. Pipa bergerak karena terdesak gaya luar (misalnya oleh tanah

longsor)sehingga pipa pecah, putus, atau terlepas dari sambungannya;

e. Pipa pecah karena gaya dari luar (tekanan ban kendaraan atau terkena

benda tajam);

5. Faktor- faktor penyebab keretakan beton

Menurut (Endi Martha Mulia, ST, M.Si ,2021;107) faktor- faktor penyebab

keretakan beton yang terjadi setelah pembuatan beton bertulang, antara lain

adalah :

a. Pengaruh lingkungan Karena beton bertulang pada bangunan

mengalami kontak langsung dengan cuaca luar, pengaruh cuaca ini

sedikit banyakanya memberi andil dalam keretakan pada beton,

sehingga konstruksi bangunan yang berumur cukup lama banyak

mengalami retakan. Salah satu pengaruh lingkungan yang

menyebabkan beton retak adalah akibat dari air tanah & hujan.

Akibat sekian lama beton pada bangunan tua menerima air tanah &

hujan secara langsung, lama – kelamaan air tanah & hujan masuk

meresap kedalam poripori beton yang kemudian mencapai tulangan


11

pada beton. Apabila saat air tanah & air hujan telah mengenai baja

tulangan, maka akan terjadi reaksi antara baja tulangan dengan

tulangan yang menyebakan baja tulangan menjadi berkarat atau

korosif. Akibat korosifnya baja tulangan dan ditambah faktor luas

seperti pembebanan mengakibatkan beton akan mengalami retak-

retak. 2. Pembebanan Setelah struktur beton bertulang sudah jadi

dan bangunan secara keseluruhan telah siap untuk digunakan, maka

struktur beton bertulang tersebut akan menerima beban-beban.

Bebanbeban yang bekerja pada struktur beton bertulang secara

umum terdiri atas beban sendiri dan beban luar (beban akibat

manusia, beban gempa, dsb). Apabila struktur beton bertulang

tersebut menerima beban sesuai dengan kapasitas atau kuat dukung

beban yang direncanakan, seharusnya struktur beton tersebut akan

baik-baik saja. Tetapi kadangkala beton akan menerima beban diluar

kemampuannya, dan biasanya

b. Pembebanan yang melebihi kapasitas yang telah direncanakan itulah

yang menyebabkan keretakan pada struktur beton. Pada saat terjadi

keretakan, besi tulangan (pada daerah tarik) tersebut mulai

mengambil alih secara penuh beban tarik yang terjadi. Artinya beton

(daerah tarik) sudah tidak memikul beban tarik. Beban tarik dialihkan

ke besi tulangan. Secara struktural kondisi ini memang dirancang

seperti itu dan kekuatan struktur masih dapat dipertanggung

jawabkan. Beton yang retak saat beban mulai bertambah sama

sekali tidak berarti ada kegagalan struktur. Lokasi retakan yang

terjadi saat beban mulai membesar adalah pada daerah tumpuan /


12

ujung balok sisi atas dan tengah bentang di sisi bawah. Keretakan

seperti retak rambut tidak memerlukan perbaikan. Jika retak beton

yang terjadi masih wajar seperti retak halus atau retak rambut, maka

tidak perlu diperbaiki karena perhitungan struktur beton memang

sudah tidak memperhitungkan beton yang mengalami retak. Namun

jika retak yang terjadi cukup parah, perlu dilakukan penelitian yang

lebih rinci yang melingkupi perhitungan struktur sesuai kondisi

lapangan. Perbaikan dilakukan dengan menutup dengan epoxy,

memperbesar dimensi struktur beton bertulangnya atau diberi

perkuatan tambahan

6. Beton Bertulang

Beton bertulang merupakan perpaduan dari beton dan tulangan baja,

yang bekerja secara bersama-sama untuk memikul beban yang ada.

Tulangan baja dapat menghasilkan kekuatan Tarik dimana beton tidak

memiliki kekuatan Tarik tersebut. Selain itu tulangan baja juga mampu

memikul beban tekan, seperti digunakan pada elemen kolom beton (Agus

Setiawan, 2013).

Beton dan baja tersebut akan bekerja sama berdasarkan :

1. Lekatan (bond) yaitu interaksi antara tulangan baja dengan beton di

sekelilingnya, yang akan mencegah slip dari baja relatif terhadap beton.

2. Campuran beton yang memadai dapat memberikan sifat anti resapan

air pada beton untuk mencegah perkaratan pada baja.

3. Angka kecepatan muai yang hampir sama menimbulkan tegangan antara

baja dan beton yang dapat diabaikan di bawah perubahan suhu udara.
13

Beton dalam pembentukannya terdiri dari unsur semen, air, dan agregat.

Komposisi agregat terdiri dari agregat halus menggunakan pasir dan agregat

kasar yang umumnya menggunakan batu kerikil. Selain itu bisa juga

ditambahkan material campuran (admixture). Semen dan air membentuk

pasta pengikat yang akan mengisi rongga dan mengeras di antara butir-butir

pasir dan agregat, sedangkan agregat akan menentukan kekuatan dan

kualitas beton

Unsur beton bertulang lainnya yaitu baja. Baja adalah logam paduan

pembentuk dari biji besi (Fe) sebagai bahan dasar serta karbon (C) yang

merupakan paduan utamanya. Untuk menghendaki baja yang memiliki kuat

tarik tinggi (tensile strength) dan keras (hardness) maka penambahan karbon

(C) perlu dilakukan, akan tetapi disisi lain hal ini akan berdampak pada

menurunnya keuletan (ductility) dan mengakibatkan baja menjadi getas

(brittle).

Baja sebagai tulangan beton berperan memberikan kuat tarik yang tidak

dimiliki beton. Di pasaran, telah tersedia berbagai macam bentuk dan ukuran

tulangan baja yang dibutuhkan untuk struktur beton bertulang. Umumnya,

tulangan baja berbentuk penampang lingkaran lebih sering digunakan baik

polos maupun ulir (deform), tulangan baja ulir (deform) dipilih agar memiliki

lekatan maksimal pada beton serta mereduksi retak beton pada daerah

tariknya. Kuat leleh (fy) dari suatu baja merupakan parameter dari kualitas

baja tersebut, berikut daftar tulangan baja berdasarkan SNI 03-6861.2-2002:


14

Tabel 2.1. Spesifikasi Tulangan Baja

Kuat leleh minimum ƒy Kuat tarik minimum ƒy


Jenis Simbol
Kg/mm² (MPa) Kg/mm² (MPa)
Polos Bj.TP24 24 (235) 39(382)
Bj.TP30 30(294) 49(480)
Defrom Bj.TP24 24(235) 39(382)
Bj.TP30 30(294) 49(480)
Bj.TP35 35(343) 50(490)
Bj.TP40 40(392) 57(559)
Bj.TP50 50(490) 63(618)
Sumber : Mutu Tulangan Baja SNI 03-6861.2-2002

Untuk melindungi tulangan baja dari korosi maka selimut beton harus

memenuhi standar yang telah disyaratkan oleh SNI 03-2847-2013. Berikut

ketentuan tebal minimum selimut beton:

Tabel 2.2.

Tebal Selimut Beton yang disyaratkan

Tebal
selimut
Kondisi Struktur
minimum
(mm)
a) Beton yang langsung dicor diatas tanah dan selalu berhubungan 75
dengan tanah
b) Beton yang berhubungan dengn tanah atau cuaca
- Batang tulangan D-19 Hingga D-57 50
- Batang tulangan D-16 kawat ulir atau polos dan yang lebih kecil 40
c) Beton yang tidak berhubungan dengan cuaca atau tanah:
Slab,diding, balok usuk:
- Batang tulanganD-44 dan D-57 40
- Batang tulangan D-36 dan yang lebih kecil 20
Balok kolom tulanga utama, pengikat, sekang spiral 40
Komponen struktur cangkang pelat lipat
- Batang tulangan D-19 dan yang lebih lebar 20
- Batang tulanganD-16 kawat M-16 ulir atau polos yang lebih kecil 13
(Sumber : Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-

2847- 2013)
15

Beton memiliki kuat tekan tinggi. Baja mempunyai kuat tarik tinggi.

Sehingga perpaduan beton dan baja yang optimal (sesuai kebutuhan) akan

menghasilkan material konstruksi beton bertulang yang kuat tekan dan kuat

Tarik

a. Kelebihan dan kelemahan Beton bertulang

Beton bertulang sebagai material konstruksi bangunan memiliki

keunggulan tersendiri dibandingkan material konstruksi lainnya diantara

keunggulannya ialah :

1. Beton memiliki kuat tekan tinggi.

2. Beton memiliki ketahan terhadap air dan api dibandingkan dengan

material konstruksi lainnya, pada bangunan yang terendam air beton

dapat dijadikan pilihan utama. Selimut beton yang memadai akan

melindungi beton dari keruntuhan saat terjadi kebakaran.

3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.

4. Beton dapat berumur panjang dengan biaya pemeliharaan yang ringan.

5. Pada struktur bangunan tiang jembatan, pondasi, ataupun dinding

basement, beton bertulang merupakan pilihan yang ekonomis.

6. Keliatan beton untuk bisa dicetak menjadi berbagai macam

penampang.

7. pengerjaan beton tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja dengan

berkeahlian tinggi.

Akan tetapi beton juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan bangunan, beberapa kelemahan

tersebut yaitu:

1. Kuat tarik beton rendah, hanya sekitar 10-15% dari kuat tekannya.
16

2. Waktu pengerjaan beton yang relatif lebih lama

3. Beton memerlukan bekisting, penopang pada saat pengecoran, serta

biaya bekisting yang cukup mahal mencapai dua pertiga dari biaya

beton.

4. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton

bertulang mrnjadi berat. Pada konstruksi bentang panjang beban mati

beton akan memepengaruhi momen lentur.

5. Kualitas beton ditentukan saat proses pencampuaran maupun proses

pencetakan

b. Pembentuk bahan Beton Bertulang

Unsur utama pembentuk beton terdiri dari

 Semen

Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat

yang adesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya

fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat.

Dengan adanya air semen akan menjadi keras atau biasa dikenal

dengan semen hidraulis (Hydraulic Cement). Semen hidrolik yang

biasa digunakan dalam pembuatan beton ialah semen Portland

(Portland Cement) dimana membutuhkan sekitar 14 hari untuk

mencapai kekuatan yang cukup dan membutuhkan waktu 28 hari

untuk mencapai kekuatan rencana

 Agregat

Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75 % dari isi

total beton, sehingga perilaku beton sangat dipengaruhi oleh


17

sifat-sifat agregat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya

agregat biasanya terdiri dari 2 macam yaitu agregat halus yang

umumnya berupa pasir dan agregat kasar yang pada umumnya

berupa kerikil. Agregat halus merupakan material yang berhasil

lolos dari saringan no. 4 atau ≤ 3/16 inci, berdasarkan ASTM

sedangkan agregat kasar adalah bahan-bahan yang berukuran ≥

3/16 inci, berdasarkan ASTM

 Air

Air adalah material utama dalam campuran beton karena air

yang mengakibatkan partikel-partikel semen saling mengikat baik

mengikat antar partikel maupun dengan tulangan baja.

 Bahan Campuran (admixture)

Selain bahan-bahan tersebut, ada bahan campuran

tambahan yang juga sering ditambahkan pada campuran beton,

baik sebelum atau ketika sedang mencampur. Campuran

admixture dapat digunakan untuk mengubah karakteristik dari

beton agar berfungsi lebih baik dan lebih ekonomis, berikut ini

kegunaannya adalah :

1. Meningkatkan daya tahan terhadap penurunan mutu akibat

siklus dari pembekuan-pencairan.

2. Meninggikan kelayanan tanpa menambahkan kadar air

3. Mempercepat perkembangan kekuatan pada usia dini

4. Memperlambat perkembangan

5. Meninggikan kekuatan.
18

 Tulangan Baja

Tulangan baja terdiri dari 2 macam yaitu baja tulangan

polos dan baja tulangan berulir. Pembahasan berikut akan

menitikberatkan pada struktur balok beton bertulang segiempat

sederhana, sebagai bahan studi literatur penunjang penelitian

yang akan dilakukan.

c. Struktur Beton Bertulang

Proses desain suatu struktur secara garis besar dilakukan melalui

dua tahap:

1. menentukan gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur tersebut

denganmenggunakan metode-metode analisis struktur yang tepat

2. menentukan dimensi atau ukuran dari tiap elemen struktur secara

ekonomis dengan mempertimbangkan faktor keamanan , stabilitas,

kemampuan layanan, serta fungsi daristruktur tersebut (Agus

Setiawan, 2013)

Berdasarkan “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan

Gedung (SNI 03-2847-2013)” telah mengatur bagaimana struktur beton

bertulang didesain. Konsep perencanaan yang dianut oleh SNI 03-2847-

2013 adalah berbasis kekuatan, atau yang lebih sering dikenal sebagai

metode LRFD ( Load and Resistance Factor Design). Maka konsep

dasar yang harus dipenuhi ialah

kuat Rencana ≥ Kuat perlu

Ø (kuat Nominal ) ≥ U
19

(Kuat Nominal) Kuat rencana adalah kuat nominal yang berada pada

struktur tersebut yang telah dikalikan dengan faktor reduksi (Ø), kuat

nominal diperoleh melalui perhitungan analis kekuatan suatu komponen

struktur penampang yang telah distandartkan oleh peratauran.

Sedangkan kuat perlu (U) dihitung dengan mempertimbangkan faktor

beban sesuai jenis beban yang berkerja pada sebuah struktur. Sistem

Struktur beton bertulang, pada prinsipnya, wajib memperhatikan

perhitungan yang berhubungan dengan gaya luar atau beban-beban

yang bekerja pada struktur. Perhitungan gaya luar melibatkan dasar

keamanan berupa factor beban sehingga dapat diketahui kuat perlu (U).

Sementara pada gaya dalam berupa gaya aksial, momen lentur, gaya

geser, dan momen puntir perlu disertakan dasar keamanan berupa faktor

reduksi sehingga diperoleh kuat rencana yang nilainya minimal sama

dengan kuat perlu.

d. Komponen Struktur Beton Bertulang

Dalam perkembangannnya, saat ini suatu struktur bangunan

didesain selain harus memenuhi perhitungan yang cermat, akan tetapi

juga dituntut memiliki nilai seni yang mengagumkan. Struktur beton

bertulang merupakan perpaduan dari beberapa komponen yang satu

dan yang lainnya saling berkaitan dalam memikul beban-beban yang

ada. Masing-masing komponen harus didesain secara teliti, mengikuti

peraturan yang berlaku, agar tercipta suatu struktur bangunan yang

mampu layan, aman, nyaman, ekonomis, serta fungsional. Pada

umumnya, struktur beton bertulang terdiri dari beberapa komponen

berupa :
20

 Pelat lantai  Rangka

 Balok  Dinding

 Kolom

e. Perilaku Balok Beton Bertulang

1. Tegangan–regangan

Apabila terdapat gaya luar yang membebani suatu balok

dengan nilai-yang ditahan oleh beton dan baja tulangan relatif kecil,

dan tegangan pada terluar beton lebih kecil dari Modelus tarik,

seluruh serat penampang secara efektif dapat menahan beban

tersebut bersama dengan baja tulangan. Distribusi tegangan dan

regangan dalam penampang diilustrasikan dalam Gambar 2.1.(a).

Karena deformasi baja tulangan dan serat beton pada lapis yang

sama adalah sebanding, gaya internal baja tulangan dapat

ditentukan melalui perbandingan regangan. Konsep material

homogen berlaku, dan hubungan antar momen dan tegangan dapat

dirumuskan melalui persamaan :

M. y
f=
I

dimana :

f = tegangan pada serat terluar

M = momen lentur penampang

y = jarak ke serat terluar

I = momen inersia terhadap sumbu netral


21

Apabila beban tersebut meningkat hingga kekuatan tarik beton

dilampaui, tegangan tarik pada serat terluar akan lebih besar dari

Modelus tarik, dan retak akibat tarik akan terjadi. Karena serat beton

tarik telah mengalami retak, maka pengaruhnya dalam menahan

gaya internal dapat diabaikan. Seluruh tarikan akan ditahan oleh

baja tulangan. Dalam kondisi ini distribusi tegangan beton pada

daerah tekan akan berbentuk kurva. (gambar 2.1(c))

Gambar 2.1. Distribusi Tegangan-Regangan Penampang Balok

2. Geser

Geser Horizontal – suatu balok sederhana dengan

pembebanan yang merata w diilustrasikan dalam Gambar 2.2.(a).


22

Gambar 2.2. Tegangan Geser Horizontal dalam Balok

Dengan meninjau suatu elemen abcd, yang terletak di atas garis

netral N.A (Gambar 2.2.(b)), persamaan keseimbangan gaya

horizontal elemen abcd adalah :

vY . b . dz=C2 −C1

M 2. M 1 1 y
2
−V y
2
vY = −1 = 1
dz b .(lengan) ( kd )2 b (lengan ) ( kd )2

dimana vy adalah tegangan geser horizontal pada titik sejarak y

dari garis netral dan b adalah lebar penampang balok. Persamaan

tegangan geser horizontal di atas, berlaku untuk posisi serat tekan

pada penampang suatu balok

3. Daya Lekat (Bonding)

Daya Lekat Beton dan Baja Tulangan terdapat Gaya luar yang

bekerja pada struktur beton bertulang akan ditahan bersama oleh

beton dan baja tulangan Untuk menunjang hal tersebut, slip atau
23

gelincir antara beton dan tulangannya diharapkan tidak terjadi,

sehingga diperlukan adanya daya lekat (bonding) yang memadai

antara beton dan baja tulangan. Adanya daya lekat antara beton dan

baja tulangan membuat seolah-olah beton dan tulangan memiliki

perilaku sebagai material homogen, yaitu nilai regangan pada serat

beton maupun tulangan adalah sama dan berbanding lurus dengan

jarak dari sumbu netral dan maksimum pada serat terluar. Tarikan di

sepanjang batang tulangan bervariasi tergantung dari besarnya nilai

momen lentur pada bagian konstruksi balok tersebut. Untuk

keseimbangan, perubahan dalam tarikan harus disamakan oleh

pelekatan antara baja dan beton.

Gambar 2.3 Segmen Kecil dx dari Suatu Balok


24

Gambar 2.3. memperlihatkan suatu panjang segmen kecil dx

dari suatu balok yang mengalami suatu momen lentur yang berubah

dari M menjadi M + dM. Perubahan momen menyebabkan tarikan

dalam baja berubah dari T menjadi T + dT sepanjang tulangan

tersebut. Kalau z adalah lengan dari tulangan, maka

M =Tz

Dan

M +δM =( T + δ ) z

Karena itu

δM =δTz

dari teori lentur

δM
=V
δx

gaya lintang akibat beban-beban ultimit pada tampang karena

itu

δM =δT =V δx

Untuk keseimbangan perubahan dalam tarikan δT = gaya lekat

antara tulangan baja dan beton= tegangan lekat X luas

permukaan tulangan

karena itu

δT =f bs δ x ∑ us

di mana f bs adalah tegangan lokal ultimit dan ∑ μ s adalah


25

jumlah keliling efektif dari berkas tulangan pada tampang

tersebut.

V δx
=f bs δ x ∑ u s
z

Sehingga agar batang tulangan dan beton dapat bekerja

sama untuk menahan gaya yang harus dipikul, tegangan lokal

beton dan tulangan baja harus dihitung memakai persamaan

berikut :

V
f bs =
∑ us d
dimana, fbs tegangan lokal, V gaya geser penampang,

∑us jumlah keliling efektif dari tulangan penampang, dan d

tinggi efektif penampang

Tabel 2.1 Tegangan Lokal Ultimit dalam Balok (N/mm2)

Sumber : Perencanaan Beton Bertulang, edisi II. W.H. Mosley &

J.H. Burgey
26

4. Daktilitas

Daktilitas merupakan suatu besaran yang mencerminkan

kemampuan struktur atau elemen struktur untuk melakukan

perubahan bentuk elastis-plastis tanpa mengalami keruntuhan.

Biasanya dinyatakan dengan suatu rasio antara perubahan bentuk

elastis-plastis total dari struktur atau elemen struktur sebelum runtuh

terhadap perubahan bentuknya pada batas elastis. Pada balok dan

pelat beton daktilitas dapat dicapai dengan :

 Pemasangan tulangan baja yang tidak tegas dalam menahan

gaya Tarik

 Membatasi jumlah tulangan tarik pada proporsi yang sedemikian

sehingga akan meleleh sebelum daerah tekan beton mengalami

keruntuhan.

Terdapat tiga keadaan keruntuhan pada struktur beton

bertulang yang mungkin terjadi, yaitu :

 Keruntuhan tarik (tension failure)

Keruntuhan tarik akan terjadi bila persentase baja

tulangan suatu penampang balok relatif kecil (balok perkuatan

kurang, underreinforced beams) sehingga tulangan akan lebih

dulu mencapai tegangan lelehnya sebelum tegangan tekan

beton mencapai maksimum. Dalam tahap ini, regangan baja

tulangan ε s = ε sy , dan regangan beton ε c < ε cu , dan akan

terus berlanjut hingga ε c = ε cu . Tanda-tanda keruntuhan


27

tersebut yaitu timbulnya retak-retak pada daerah tarik.

 Keruntuhan imbang (balance failure)

Keruntuhan imbang yang akan terjadi apabila beton atau

baja tulangan mencapai regangan dan tegangan maksimumnya

secara bersamaan, keruntuhan ini terjadi secara bersama.

 Keruntuhan tekan (compression failure)

Keruntuhan tekan terjadi bila persentase baja tulangan

suatu penampang balok relatif besar (balok perkuatan

berlebihan, overreinforced beams), sehingga tegangan di serat

beton lebih dulu mencapai kapasitas maksimumnya sebelum

tegangan leleh maksimum tulangan baja tercapai. Dalam tahap

ini, regangan baja tulangan ε s < ε sy , dan regangan beton ε c

= ε cu . Keruntuhan terjadi di daerah tekan beton, terjadi secara

tiba-tiba dan sering disertai bunyi ledakan beton hancur, dan

sebelumnya tidak ada tanda-tanda berupa defleksi yang besar.

Dari ketiga jenis kondisi keruntuhan di tersebut, keruntuhan tarik

digunakan dalam setiap mendesain beton bertulang, dengan dasar

faktor keselamatan

B. Penelitian Relevan

Qian Feng dkk (2015) melakukan penelitian dengan judul “Crack detection

and leakage monitoring on reinforced concrete pipe” Pipa bawah tanah beton

bertulang adalah beberapa jenis struktur yang paling banyak digunakan dalam

sistem transportasi air. Retak dan kebocoran adalah penyebab utama struktur pipa

kegagalan yang secara langsung mengakibatkan kerugian ekonomi dan bahaya


28
29

lingkungan. Dalam makalah ini, para penulis untuk mendeteksi retakan dan

kebocoran menggunakan sensor aktif berbasis piezoceramic lebih lanjut dari pipa

beton. Karena sifat piezoelektrik, bahan piezoceramic dapat digunakan sebagai

aktuator dan sensor dalam pendekatan penginderaan aktif sehingga Piezoceramic

diposisikan terjepit di antara bahan pelindung yang tertanam dengan aman ke dalam

struktur beton. Berdasarkan hasil penelitian telah ditemukan jenis kecacatan yang

pada pipa RCP yaitu retakan melingkar (Circumferential crack) dan retakan aksial

(axial cracks)

Chao Li dkk (2018) melakukan penelitian dengan judul “Field performance of

large section concrete pipes cracking during jacking in Chongqing – A case study”

pemasangan pipa dengan melakukan pengeboran tanah di bawah permukaan jalan

(jacking) sebagian besar akan menghadapi berbagai masalah teknik yang kompleks

di proses konstruksi, salah satunya adalah retaknya beton pipa pada saat jacking.

Dalam penelitian ini terdeteksi kebocoran pipa terjadi di No. 61 selama jacking pipa

beton terlihat adanya pori-pori yang terdapat didalam pecahan beton asumsi

penyebab kerusakan tersebut disebabkan konversi tegangan tekan pipa menjadi

tegangan tarik terkonsentrasi oleh pori-pori terlalu besar di dalam pipa, yang

mengakibatkan fraktur tarik beton sedangkan hasil strain monitoring menunjukkan

bahwa tegangan tekan pipa selama normal jacking menghasilkan tegangan tarik

yang dapat menggripiskan beton sehingga terjadi kebocoran. Dalam penelitian

tersebut jenis kecacatan yang terjadi adalah longitudinal crack dan oblique crack
30

C. Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai