Laporan AHDB Kel4
Laporan AHDB Kel4
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Dewi Lestari 16059002
2. Hanifa Yosmawardani 16059008
3. Geno Wahyudi Putra 16059006
4. Intan Permata Sari 15059135
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB 1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari
komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri
sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa
bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan
lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya.
Begitupun dalam aktivitas usahanya setiap orang selalu membutuhkan
kehadiran dan peran orang lain. Tidak seorang pengusaha atau wirausaha yang
sukses karena hasil kerja atau usahanya sendiri. Karena dalam kesuksesan
usahanya, pasti ada peran orang atau pihak lain. Oleh karena itu, salah satu
kunci sukses usaha adalah sukses dalam kerja sama usaha. Kerja sama pada
intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih yang
saling menguntungkan.
Suatu Perusahaan bekerjasama dengan perusahaan lain dalam kegiatan
bisnisnya adalah untuk memperoleh keuntungan atau menaikkan produktifitas
perusahaan. Ada beberapa maksud dan tujuan perusahaan melakukan
kerjasama dengan perusahaan lain seperti memperbesar perusahaan,
meningkatkan efisiensi, menghilangkan atau mengurangi resiko persaingan,
menjamin tersedianya pasokan atau penjualan dan distribusi dan sebagainya.
Bentuk kerjasama dalam bisnis bukanlah hal yang baru, dari zaman
dulu sudah banyak bekerjasama dalam bisnis terutama yang bersifat
sederhana dengan tujuannya masing – masing. Disaat sekarang ini ada
banyak sekali bentuk kerjasama dalam kegiatan bisnis antara lain: merger,
kosolidasi dan akuisisi yang akan di bahas dalam makalah ini.
Selain itu semakin majunya tekhnologi serta ilmu pengetahuan yang
begitu pesat membuat seseorang harus melindungi hak mereka yaitu hak
kekayaan intelektual, karena sangat penting penting dalam dunia bisnis dan
telah di atur oleh undang-undang. Hak kekayaan intelektual yang akan di
bahas dalam makalah ini antara lain: Hak paten, Hak cipta, dan hak merek.
B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud bentur-bentuk kerjasama dalam kegiatan bisnis?
2. Apayang dimaksud dengan merger dan konsolidasi?
3. Bagaimana pelaksanaan merger bagi badan usaha yang berbentuk
perseroan terbatas(PT)?
4. Apa yang dimaksud dengan joint venture dan waralaba?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang dibahas yaitu hanya membahas tentang bentur-
bentuk kerjasama dalam kegiatan bisnis, pengertian merger dan konsolidasi,
pelaksanaan merger bagi badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas(PT),
serta menjelaskan joint venture dan waralaba.
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui atau menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
bentuk-bentuk kerjasama dalam kegiatan bisnis.
2. Memberikan secara umum pengertian dari bentuk-bentuk kerjasama dalam
kegiatan bisnis
3. Dan sebagai tugas mata aspek hukum dalam bisnis.
BAB 2. Pembahasan
A. Merger
Merger atau fusi adalah suatu penggabungan satu atau beberapa badan usaha
sehingga dari sudut ekonomi merupakan satu kesatuan, tanpa melebur badan usaha
yang bergabung.
Di pandang dari segi ekonomi, ada dua jenis merger, yaitu merger horizontal
dan merger vertikal.
Merger horizontal adalah penggabungan satu atau beberapa perusahaan yang
masing – masing kegiatan bisnis ( produksinya ) berbeda satu sama lain sehingga
yang satu dengan yang lain nya merupakan kelanjutan dari masing – masing produk.
Contoh PT A mengusahakan kapas, bergabung dengan PT C yang mengusahakan
kain dan seterusnya. Dengan demikian tujuan kerjasama disini adalah menjamin
tersedianya pasokan atau penjualan dan distribusi di mana PT B akan
mempergunakan produk PT A dan PT C akan mempergunakan produk PT B dan
seterusnya.
Merger vertikal adalah penggabungan satu atau beberapa perusahaan yang
masing – masing kegiatan bisnis berbeda satu sama lain, namun tidak saling
mendukung dalam penggunaan produk. Misal nya badan usaha perhotelan, bergabung
dengan badan usaha perbankan, perasuransian sehingga di sini terlihat adanya
diversifikasi usaha dalam suatu penggabungan badan usaha. Hal ini akan menjurus
pada pembentukan suatu kerja sama yang menuju arah konsern (Emmy Pangaribuan
simanjuntak, 1994: 13).
Penggabungan ini dapat dilandasi oleh beberapa kepentingan ekonomi, antara
lain (Mas’ud Machfoed, 1995: 11):
1. Dapat dimanfaatkan aset yang lebih efisien dalam suatu kesatuan.
2. Adanya inegrasi usaha, melalui penguasaan atau penggabungan badan usaha
yang segaris, sehingga biaya produksi dapat ditekankan lebih mudah,
3. Dengan menggabungkan perseroan diharapkan mampu menarikmanajemen
yang profesional.
4. Apabila perseroan ynag merugi hubungan dengan perseroan yang
memperoleh laba, perseroan yang rugi akan menampakkan performa yang
baik karena kerugian tersebut tampak dikurangi oleh perseroan yang diajak
bergabung.
B. Konsolidasi
Antara konsolidasi dan merger sering kali dipersamakan sehingga dalam
praktik kedua istilah ini sering di pertukarkan dan dianggap sama artinya, namun
sebenarnya terdapat perbedaan pengertian antara konsolidasi dan merger.
Dalam merger penggabungan antara dua atau lebih badan usaha tidak
membuat badan usaha yang bergabung menjadi lenyap, sedangkan konsolidasi adalah
penggabungan antara dua atau lebih badan usaha yang menggabungkan diri saling
melebur menjadi satu dan membentuk satu badan usaha yang baru, oleh kerena itu,
konsolidasi ini sering kali di sebut dengan peleburan. Pada umumnya istilah
restrukturisasi perusahaan digunakan jika perusahaan ingin melakukan perbaikan
secara menyeluruh, dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan memaksimalkan
kinerja perusahaan.
Menurut Bramantyo (2004) restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk
memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang telah
go public, maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham
perusahaan, dan harga tersebut dapat bertengger pada tingkat atas. Bertahannya harga
saham tersebut bukan permainan pelaku pasar atau hasil goreng menggoreng saham,
tetapi benar-benar merupakan cermin ekspektasi investor akan masa depan
perusahaan.
Soewito (1998: 2-3) menyatakan bahwa restrukturisasi badab usaha pada
umumnya meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Restrukturisasi bisnis, yaitu suatu jenis restrukturisasi yang bertujuan
melakukan penataan terhadap seluruh mata rantai perusahaan guna
meningkatkan daya saing dan kompetisi.
2. Restrukturisasi keuangan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
3. Restrukturisasi manajemen, yaitu suatu upaya penataan sistem manajemen
perusahaan untuk meningkatkan daya saing.
4. Restrukturisasi organisasi, yang meliputi usaha pembenahan antara lain:
a. Memperbaiki prose pengambilan keputusan,
b. Kebutuhan pegawai yang optimal,
c. Membutuhkan pendelegasian yang lebih banyak,
d. Penggabungan beberapa fungsi,
5. Restrukturisasi dibidang hukum yang bertujuan meningkatkan status badan
hukum suatu perusahaan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan ini diatur dalam pasal 102 ayat (2) undang-undang
nomor 1 tahun 1995 yang menyebutkan sebagai berikut.
Rencana penggabungan atau pelaburan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 dituangkan dalam rancangan penggabungan atau peleburan yang memuat
sekurang- kurangnya :
a. Nama badan usaha yang akan melakukan penggabungan atau pelaburan ;
b. Alasan serta penjelasan masing-masing, direksi badan usaha yang akan
melakukan penggabungan atau peleburan dan persyaratan penggabungan atau
peleburan;
c. Tata cara konversi saham dari masing masing badan usaha, yang akan
melakukan engabunan atau pelabuaran ;
d. Rencana perubahan anggaran dasar badan usaha hasil penggabungan
(apabila ada ), yaitu rancangan akta pendirian badan usaha hasil peleburan ;
e. Neraca perhitungan laba rugi yang meliputi tiga than buku terakhir dari
semua badan usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan .
2. Persetujuan RUPS
Selanjutnya rencana pengembangan suatu badan usah , dimintakan
persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) masing masing badan
usaha (Pasal 102 ayat [3]). Pada dasarnya keputusan RUPS diambil
berdasarkan musyawarah untk mufakat . Akan tetapi , bila tidak tercapai
mufakat keputusan untuk melakukan penggabungan, peleburan atau
pengambilalihan bada usaha akan sah apabila dihadiri oleh pemengang
saham yang mewakili paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara tersebut.
Namun rencana penggabungan badan usaha yang telah mendapat
persetujuan RUPS dilampirkan pada permohonan perubahan anggaran dasar
badan usaha untuk mendapartkan persetujuan Menteri Kehakiman
(sekarang departemen Hukum dan HAM) Rencan penggabungan badan
usaha yang telah mendapat persetujuan RUPS, baik yang tidak disertai
perubahan angaran dasar maupun yang tidak sertai perubahan anggaran
dasar , dilaporkan kepada menteri.
4. Pelaksanaan
Dalam hal telah dilaksanakannya proses pendahuluan yang harus
dipenuhi,, penggabungan ini dapat dilakukan dengan tidak mengikuti :
a. Kepentingan badan usaha pemegang saham minoritas, dan karyawan
badan usaha ; dan
b. Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dan melakukan usaha
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan badan usah ini tidak
mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya
dengan harga yang wajar .
D. Waralaba
Waralaba yang dulu dikenal dengan istilah franchise sekarang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan
barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau
digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Kriteria tertentu yang dimaksudkan adalah syarat mutlak untuk adanya
waralaba, kriteria tersebut adalah :
1. Memiliki ciri khas usaha
Artinya suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang
tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain yang sejenis dan membuat
konsumen selalu mencari ciri khas di maksud. Misalnya sistem manajemen,
cara penjualan dan pelayanan dsb.
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan
Maksudnya bahwa usaha tersebut berdasarkan pengalaman pemberi
waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 ( lima ) tahun dan telah
mempunyai kiat – kiat bisnis untuk mengatasi masalah – masalah dalam
perjalanan usahanya, terbukti masih bertahan dan berkembangnya usaha
tersebut dengan menguntungkan.
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan
yag dibuat secara tertulis.
Dimaksud dengan standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa
yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis adalah supaya penerima waralaba
dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama
(standard operational procedure).
4. Mudah diajarkan dan di aplikasikan
Maksudnya usaha tersebut mudah dilaksanakan sehingga penerima
waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha
sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan
operasional dan manajeman yang berkesinambungan yang diberikan oleh
pemberi waralaba.
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan
Yaitu dukungan dari pemberi waralaba kepada penerima waralaba
secara terus – menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi
6. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar
Adalah HKI yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten,
dan rahasia dagang, sudah di daftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang
dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.
BAB 3. Penutup
A. Kesimpulan
Bentuk-bentuk kerjasama dalam kegiatan bisnis yaitu seperti merger,
konsolidasi, joint venture, dan waralaba. Merger atau fusi adalah suatu
penggabungan satu atau beberapa badan usaha sehingga dari sudut ekonomi
merupakan satu kesatuan, tanpa melebur badan usaha yang bergabung.
Konsolidasi adalah penggabungan antara dua atau lebih badan usaha yang
menggabungkan diri saling melebur menjadi satu dan membentuk satu badan usaha
yang baru, oleh kerena itu, konsolidasi ini sering kali di sebut dengan peleburan.
Joint venture secara umum dapat di artikan sebagai suatu persetujuan di antara
dua pihak atau lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan.
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau
badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan
barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau
digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Bentuk-bentuk kerjasama ini bertujuan untuk memperbesar perusahaan,
meningkatkan efisiensi, menghilangkan/mengurangi risiko persaingan, menjamin
tersedia pasokan atau penjualan dan distribusi, diversifikasi produk dan layanan,
upaya defensif terhadap kemungkinan take over, dan penyaluran modal yang tidak
digunakan.
B. Saran
Berdasarkan laporan yang penulis buat, diharapkan agar pembaca bisa
mencari sumber lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami buat,
untuk mengoreksi bila ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini.
Daftar Pustaka
abdul R Saliman, d. (2005). Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori dan Contoh
Kasus. jakarta: kencana.