Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

PERDARAHAN POSTPARTUM ET CAUSA INVERSIO UTERI PADA P2A0

Disusun oleh :
Iqbal Maulana, S. Ked (J510215140)
Rahman Paridi, S. Ked (J510215153)
Ramadhina Tria Sesanti, S. Ked (J510215202)
Khatifah Nur Aretha, S. Ked (J510215223)
Ardian Cipta Nugraha, S. Ked (J510215204)
Wahyu Kartika Suprapto, S. Ked (J510215166)
Kurnia Abdul Jalal, S. Ked (J510215155)
Rahmi Kurniasih, S. Ked (J510215217)
Poetrie Wulandari Ruswandi, S.Ked (J510215225)
Aprida Putri, S. Ked (J510215128)

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
JUNI 2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

PERDARAHAN POSTPARTUM ET CAUSA INVERSIO UTERI PADA P2A0

Iqbal Maulana, S. Ked (J510215140)


Rahman Paridi, S. Ked (J510215153)
Ramadhina Tria Sesanti, S. Ked (J510215202)
Khatifah Nur Aretha, S. Ked (J510215223)
Ardian Cipta Nugraha, S. Ked (J510215204)
Wahyu Kartika Suprapto, S. Ked (J510215166)
Kurnia Abdul Jalal, S. Ked (J510215155)
Rahmi Kurniasih, S. Ked (J510215217)
Poetrie Wulandari Ruswandi, S.Ked (J510215225)
Aprida Putri, S. Ked (J510215128)

Menyetujui Pembimbing:

Program studi Program studi


Profesi Dokter Keperawatan

(dr. Heryuristianto, Sp. OG (K) Obsos) (apt.Mariska, S.H., M.sc)


Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., M. Sc., Sp. PD

ii
PERDARAHAN POSTPARTUM ET CAUSA INVERSIO UTERI PADA P2A0

Iqbal,M.*, Rahman,P.*, Ramadhina, T.S.*, Wahyu, K.S*, Khatifah, N.A.*


Ardian,C.N.*, Kurnia, A.J.*, Rahmi, K.*, Poetrie, W.R.*, Aprida, P.* ,
Heryuristianto**

*
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
**
Bagian Ilmu Penyakit Obstetri dan Gynekologi, RSUD Karanganyar

Abstrak
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah persalinan pervaginam
melebihi 500 mL atau lebih dari 1000 mL pada seksio sesaria. Perdarahan post partum dapat
disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah tissue contohnya inversio uteri yang
didefinisikan sebagai fundus uteri masuk ke kavum uteri bahkan ke liang vagina.
Perdarahan post partum dapat menyebabkan syok selain itu dapat menyebabkan anemia.
Kata kunci: perdarahan post partum, inversio uteri, anemia, syok

PENDAHULUAN Inversio uteri juga merupakan penyebab


Perdarahan post partum merupakan perdarahan post partum pada maternal.
penyebab utama kematian ibu di seluruh Inversio uteri merupaan keadaan dimana
dunia dengan diperkirakan 140.000 wanita fundus uteri masuk ke kavum uteri, dapat
meninggal setiap tahunnya atau disamakan secara mendadak atau terjadi perlahan
dengan 1 wanita meninggal setiap 4 menit. (Rodiani, 2017).
Di Indonesia selama tahun 2010-2013, Peristiwa ini jarang sekali
perdarahan post partum masih menjadi ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III
penyebab terbesar kematian ibu di atau segera setelah plasenta keluar.
Indonesia diikuti dengan hipertensi dalam Menurut penyebabnya inversio uteri yang
kehamilan dan infeksi. Pada tahun 2015, tersering adalah kesalahan dalam
angka kematian ibu sebesar 305/100.000 memimpin kala III, yaitu menekan fundus
lahir hidup (Kemenkes RI, 2016). uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat
Perdarahan post partum pada plasenta yang belum terlepas dari
didefinisikan sebagai perdarahan yang inersinya (Simanjuntak, 2020).
terjadi segera setelah persalinan melebihi
500 mL pada parsalinan pervaginam atau
lebih dari 1000 mL pada seksio sesaria.
1
LAPORAN KASUS melahirkan anak perempuan di dukun pada
Ny T datang dengan keluhan keluar tahun 2012 dengan berat badan lahir 3000
darah dari jalan lahir setelah melahirkan. gram, anak sehat sampai sekarang.
Sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pasien melahirkan anak kedua di dukun compos mentis, kesadaran, keadaan umum
bayi, bayi lahir menangis, tidak ditimbang tampak lemah, tekanan darah 80/40
berat badannya dan tidak diikuti keluarnya mmHg, nadi 130x/m, pernafasan 28x/m,
ari-ari, kemudian dukun bayi dipaksa dan suhu 36,5oC. Kepala tampak kedua
untuk melahirkan. mengeluarkan plasenta mata konjungtiva anemis dan tidak ikterik,
dari rahimnya. Plasenta terlepas tetapi kelenjar getah bening di leher tidak
diikuti dengan keluarnya darah dari alat membesar, mammae terlihat simetris,
kelamin yang terus menerus dan berwarna areola membesar dan hiperpigmentasi,
merah segar. Pasien kemudian dibawa ke paru-paru dan jantung dalam batas normal.
rumah sakit. Pada status obstetri didapatkan
Pasien melakukan antenatal care kesan perut cembung, FUT tidak teraba,
(ANC) di bidan dua kali selama kontraksi (-), perdarahan (+). Pada
kehamilan, tidak teratur dan dikatakan pemeriksaan inspekulo didapatkan massa
tidak ada kelainan. Pasien tidak pernah pada liang vagina, fluor (-), fluksus (+),
melakukan USG. Pasien juga tidak pernah darah inaktif. Pada pemeriksaan
mendapat suntikan imunisasi selama didapatkan Hb: 4,1 g/dl, leukosit:
hamil. Pasien menyangkal riwayat minum 25.500/mm3, Hmt 12%, trombosit:
alkohol dan merokok, menyangkal riwayat 205.000/mm3.
memelihara hewan peliharaan, menyangkal Penatalaksanaan yang diberikan
riwayat makan makanan yang kurang pada pasien ini adalah observasi tanda vital
matang/panggang, menyangkal riwayat ibu dan perdarahan, O2 10L/menit,
keputihan. resusitasi cairan dengan RL 40 tetes per
Pasien tidak ingat tanggal haid menit, infus oksitosin 20 IU dalam 500cc
pertama (HPHT). Pasien pernah menikah 1 RL 20 tetes per menit, pemasangan urin
kali dengan usia menikah 5 tahun. recorder, keseimbangan cairan, rutin tes
Kehamilan saat ini merupakan kehamilan darah. dan kimia darah, R/ reposisi uterus
ke-2, dimana kehamilan pertama pasien secara manual pada narkotik, transfusi 3

2
kolf PRC, ceftriaxone 1 gram/ 12 jam IV, sedangkan >1000 ml untuk
asam traneksamat 500 mg/8 jam IV. seksiocaesarean. Definisi populer
Perawatan hari kedua: Pendarahan lainnya mengatakan penurunan
dari jalan lahir sangat berkurang, Tanda 10%, baik hemoglobin maupun
vital : TD 100/50, ND 97x/menit, RR 20, hematokrit (Musa. 2019)
tidak demam, evaluasi Hb 7.9, terapi Inversio uteri adalah keadaan
dilanjutkan. Dokter meminta transfusi lagi dimana fundus uteri terbalik
sampai target Hb 9. Perawatan hari ketiga: sebagian atau seluruhnya masuk ke
Pendarahan dari jalan lahir minimal, tanda- dalam kavum uteri. Dapat keluar
tanda vital stabil, pasien mulai bergerak melalui kanalis servikalis sehingga
dan makan secara teratur. Evaluasi terakhir menonjol ke dalam vagina.
Hb 9.2. Perawatan hari keempat: (Setiawan & Puspitasari, 2017)
Pendarahan dari jalan lahir minimal, tanda 2. EPIDEMIOLOGI
vital stabil, perekam urin bisa dilepas, Perdarahan postpartum merupakan
pasien aktif dimobilisasi, dan bisa mulai penyebab 25% dari seluruh jumlah
memompa ASI dengan lancar. Perawatan kematian ibu didunia. Selain itu,
hari kelima: Pasien diperbolehkan pulang, perdarahan postpartum merupakan
mendapat terapi cefixime 2x100 mg, penyebab utama kematian ibu di
etabion 3x1, kalnex 3x1, asam folat 1x1. sebagian besar negara dengan
penghasilan rendah. Kematian
TINJAUAN PUSTAKA akibat perdarahan postpartum
sebagian besar terjadi selama 24
1. DEFINISI
jam pertama setelah kelahiran.
Pendarahan post-partum
Menurut Profil Kesehatan
didefinisikan oleh The World
Indonesia Tahun 2014, empat
Health Organization (WHO)
penyebab kematian ibu terbesar
sebagai keadaan kehilangan darah
yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi
>500 ml pada 24 jam setelah
dalam kehamilan (HDK) 27,1%,
melahirkan. Beberapa pengertian
infeksi 7,3%, dan lainlain yaitu
lain menyebutkan >500 ml
penyebab kematian ibu tidak
merupakan jumlah darah yang
langsung seperti kondisi penyakit
hilang melalui persalinan normal,

3
kanker, ginjal, jantung atau masa postpartum yaitu mioma
penyakit lain yang diderita ibu uteri, polip endometrium, tumor
sebesar 35,3%. (Kemenkes RI, maligna, leiomyosarcoma, sarcoma
2014). Data mengenai epidemiologi mullerian campuran,
inversio uterus di Indonesia sampai rhabdomiosarkoma, karsinoma
sekarang masih sangat terbatas. endometrium dan servikal
Sebelum ditemukannya manajemen (Pradhan, 2016).
aktif kala tiga, tingkat mortalitas 4. FAKTOR RISIKO
inversio uterus dilaporkan Traksi tali pusat yang berlebihan
mencapai 80%. Akan tetapi, setelah dengan perlekatan fundus plasenta
ditemukannya manajemen aktif dan tekanan fundus pada keadaan
kala tiga, tingkat mortalitas uterus yang rileks adalah 2
inversio uterus menurun menjadi penyebab paling umum yang
15%. (Ministry of Health Republic diusulkan untuk inversi uterus
of Indonesia.2016). (Thakur M,2019).
3. ETIOLOGI Faktor risiko lain yang mungkin
Etiologi inversio uterus umumnya untuk inversi uterus termasuk
terjadi karena kesalahan tata persalinan cepat, plasentasi invasif,
laksana pada persalinan kala tiga pelepasan plasenta secara manual,
akibat dilakukannya traksi tali tali pusat pendek, penggunaan agen
pusat eksesif dan tekanan fundus relaksasi uterus, overdistensi
uteri sebelum separasi plasenta saat uterus, makrosomia janin,
persalinan kala tiga. Inversio uterus nuliparitas, plasenta previa,
juga dapat terjadi tanpa ada gangguan jaringan ikat (sindrom
hubungannya dengan kehamilan. Marfan dan Ehlers- sindrom
inversio uterus yang tidak Danlos), dan riwayat inversi uterus
berhubungan dengan masa post pada kehamilan sebelumnya.
partum umumnya terjadi karena Namun, dalam kebanyakan kasus,
adanya massa pada uterus. tidak ada faktor risiko yang
Beberapa etiologi inversio uterus diidentifikasi, sehingga membuat
yang tidak berhubungan dengan

4
kondisi ini tidak dapat diprediksi Relaksasi Miometrium:
(Thakur M,2019). Penggunaan obat tokolitik,
5. DERAJAT INVERSI RAHIM misalnya nifedipine atau
• Tidak lengkap: Fundus terbalik terbutaline, dapat menyebabkan
tetapi tidak herniasi melalui miometrium mengalami relaksasi.
tingkat os internal Apabila relaksasi uterus terjadi,
• Lengkap: Lapisan dalam bagian fundus dalam jangka lama
fundus melewati os serviks dan disertai dengan plasenta yang
tanpa fundus yang teraba di terimplantasi di fundus, maka
bagian perut fundus dapat protrusi ke bawah dan
• Prolaps: Seluruh uterus terjadi inversio uterus. Protrusi
prolaps melalui serviks dengan fundus ke bawah umumnya dibantu
fundus keluar dari introitus oleh kontraksi uterus terus-
6. PATOFISIOLOGI menerus. Massa
Tiga peristiwa yang mungkin plasenta/miometrium akan diperas
menjelaskan patofisiologi inversi ke bawah oleh kontraksi uterus
uterus akut: hingga masa sampai di bagian
Traksi Fundus ke Bawah : serviks dan terjadi inversio uterus
Inversio uterus paling sering terjadi komplit (Mishra S.,2018).
karena adanya traksi fundus ke Penipisan dan Pelemahan
bawah. Traksi tali pusar ke bawah Dinding Uterus akibat Massa
yang disertai dengan beberapa Uterus:
faktor, seperti plasenta yang Pada kasus inversio uterus yang
terimplantasi di fundus, tidak berhubungan dengan masa
miometrium sekitar implantasi post partum sampai sekarang
plasenta yang lemah, dan dilatasi mekanismenya masih belum
serviks dapat menyebabkan diketahui secara pasti, namun
mudahnya fundus uteri tertarik ke beberapa hipotesis menunjukkan
bagian luar serviks, yang bahwa massa pada uterus menjadi
menyebabkan inversio uterus penyebab utamanya. Massa pada
(Mishra S.,2018). uterus dapat menyebabkan dinding

5
uterus menjadi tipis dan lemah diperlukan anamnesis singkat
sehingga dinding uterus dapat untuk membedakan antara jenis
tertarik ke bawah dikarenakan efek perdarahan postpartum primer
gravitasi dari massa uterus. atau sekunder, dan untuk
Distensi kavitas uterus kemudian mencari penyebab serta faktor
menyebabkan dilatasi serviks yang risiko dari perdarahan
menyebabkan ekspulsi dari uterus. postpartum. Perdarahan
Beberapa keadaan yang dapat postpartum primer terjadi
meningkatkan tekanan dalam 24 jam pertama pasca
intraabdominal, seperti batuk, persalinan. Sedangkan
bersin, dan mengejan telah perdarahan postpartum
dihubungkan juga dengan sekunder terjadi setelah 24 jam
terjadinya inversio uterus yang pasca persalinan (Darwiten,
tidak berhubungan dengan masa 2019).
postpartum (Mishra S.,2018). b. Pemeriksaan Fisik
7. DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik secara umum
a. Manifestasi Klinis meliputi pemeriksaan tingkat
Gambaran klinisnya berupa kesadaran, nadi, laju napas,
perdarahan terus menerus dan tekanan darah, hidrasi kulit dan
keadaan pasien secara membran mukosa, capillary
berangsur-angsur menjadi refill time (CRT), dan urine
semakin jelek ditandai dengan output. Pemeriksaan fisik
perubahan tanda-tanda vital secara umum penting dilakukan
seperti denyut nadi menjadi terutama untuk menilai derajat
cepat dan lemah, tekanan darah keparahan hipovolemik akibat
menurun, pasien berubah perdarahan postpartum
menjadi pucat dan dingin, nafas (Prawirohardjo, 2014). Pada
sesak, terengah-engah, pasien perdarahan postpartum
berkeringat, dan dapat menjadi biasa didapatkan tanda dalam
koma bahkan meninggal. Pada pemeriksaan berupa pucat,
perdarahan postpartum disertai tanda-tanda syok,

6
tekanan darah rendah, nadi perdarahan serta onset kejadian.
cepat kecil, ekstremitas dingin Namun apabila diperlukan
dan tampak darah keluar dari dapat dilakukan pemeriksaan
vagina secara terus-menerus laboratorium dan pemeriksaan
(Imron etal, 2016). radiologi.
Pemeriksaan fisik khusus atau Pemeriksaan Laboratorium
obstetri dicari tahu penyebab meliputi Pemeriksaan darah
dari perdarahan. Pemeriksaan rutin, utamanya pemeriksaan
obstetri meliputi pemeriksaan Hemoglobin. Umumnya jika
kontraksi uterus, letak, terjadi perdarahan masif dapat
konsistensi uterus, pemeriksaan ditemukan hasil Hb kurang dari
dalam untuk menilai adanya 8 g/dL. selain itu apabila pada
perdarahan atau sumber saat asuhan antenatal
perdarahan, melihat keutuhan ditemukan bahwa ibu
plasenta, tali pusat, serta mengalami anemia, maka
mencari apakah terdapat keadaan ini dapat segera
robekan pada jalan lahir dikoreksi. Pemeriksaan
(Prawirohardjo, 2014). golongan darah juga dilakukan
Pemeriksaan obstetri pada untuk kepentingan tatalaksana
pasien perdarahan postpartum bila pasien
dapat ditemukan adanya membutuhkan transfusi darah.
kontraksi ulkus lembek, uterus Transfusi sebaiknya tidak
membesar bila ada atonia uteri. ditunda dan tidak diputuskan
Bila kontraksi uterus baik berdasarkan kadar hemoglobin
mungkin karena perlukaan di semata, tetapi sebaiknya
jalan lahir (Imron et al, 2016). dilakukan berdasarkan kondisi
c. Pemeriksaan Penunjang klinis pasien. Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang pada waktu perdarahan atau waktu
perdarahan postpartum tidak pembekuan, trombosit,
selalu dilakukan, karena protrombin dan partial
disesuaikan dengan jenis prothrombin time / PTT, untuk

7
menyingkirkan kemungkinan 6-10 hari post partum
gangguan faktor pembekuan disertai subinvolusi uterus
darah. Pemeriksaan fibrinogen d. Ruptur Uteri Perdarahan
atau D-dimer dapat digunakan segera (perdarahan
untuk membantu penegakan intraabdominal dan
diagnosis disseminated perdarahan pervaginam)
intravascular coagulation (DIC) ditandai dengan nyeri perut
(Imron et al, 2016). yang hebat dan kontraksi
Pemeriksaan Radiologi yaitu yang hilang
Pemeriksaan Ultrasonografi e. Inversio Uteri ditandai
(USG) dilakukan untuk melihat dengan Fundus uteri tidak
apakah terdapat sisa plasenta teraba pada palpasi
ataupun gumpalan darah. abdomen, Lumen vagina
Kemudian apabila dilakukan terisi massa, dan nyeri
pada saat antenatal dapat ringan atau berat
membantu dokter mendeteksi f. Gangguan pembekuan
plasenta previa dan plasenta darah yaitu kegagalan
akreta (Imron et al, 2016). terbentuknya gumpalan
8. DIAGNOSIS BANDING pada uji pembentukkan
a. Atonia Uteri yaitu darah sederhana. Terdapat
perdarahan setelah anak faktor predisposisi:
lahir, Uterus tidak solusio plasenta, kematian
berkontraksi dan lembek. janin dalam uterus,
b. Robekan Jalan lahir yaitu eklampsia, emboli air
perdarahan segera setelah ketuban. Perdarahan tidak
bayi lahir yang disebabkan berhenti, encer, tidak
karena trauma terlihat gumpalan sederhana
c. Sisa Plasenta adalah g. Retensi Plasenta yaitu
Plasenta atau sebagian plasenta belum lahir sampai
selaput tidak lengkap, 30 menit.
perdarahan dapat muncul

8
9. TATALAKSANA a. Ask for Help
Penatalaksanaan apabila terjadi - Meminta pertolongan sebagai
perdarahan post-partum yang langkah pertama, atau dirujuk
pertama dilakukan adalah ke rumah sakit bila persalinan
menentukan penyebab dari di bidan/fasilitas layanan
perdarahan tersebut. kesehatan tingkat pertama.
penatalaksanaan meliputi perbaikan - Mengoptimalkan monitoring
tonus uterus, evakuasi jaringan sisa, dan pemberian cairan.
dan penjahitan luka terbuka disertai - Monitoring elektrolit dan
persiapan koreksi faktor parameter faktor pembekuan
pembekuan. untuk penentuan tahap
Perdarahan biasanya disebabkan selanjutnya.
oleh tonus, tissue, trauma atau b. Access (Vital parameter, blood
thrombin. Bila terjadi atonia uterus, loss) and Resuscitate
lakukan perbaikan pada tonus - Menilai jumlah darah yang
uterus. Bila kausa perdarahan keluar seakurat mungkin dan
berasal dari tissue, lakukan menentukan derajat perubahan
evakuasi jaringan sisa plasenta. hemodinamik.
Lakukan penjahitan luka terbuka - Nilai keadaan umum dan vital
bila terjadi trauma dan koreksi sign seperti kesadaran, nadi,
faktor pembekuan bila terdapat tekanan darah, dan bila
gangguan pada thrombin. memungkinkan memonitor
Penatalaksanaan dilakukan dengan saturasi oksigen.
prinsip “HAEMOSTASIS” - Resusitasi cairan : pasang infus
menurut rekomendasi WHO, dengan abocath 14G – 16G,
meliputi (WHO Guidelines for the lalu ambil darah dan periksa
Management of hemoglobin, profil pembekuan
Postpartumhaemorrhage and darah, elektrolit, penentuan
Retained Placenta) : golongan darah, serta
crossmatch (RIMOT =
Resusitasi, Infus 2 jalur,

9
monitoring keadaan umum, - Bila retensio plasenta/sisa
nadi dan tekanan darah, plasenta terjadi setelah
Oksigen, dan Team approach). persalinan pervaginam, dapat
- Diberikan cairan kristaloid dan digunakan tamponade uterus
koloid secara cepat sambil sementara menunggu kesiapan
menunggu hasil crossmatch. operasi/laparotomi.
c. Establish Aetiology, Ensure d. Massage the Uterus
Availability of Blood, Ecbolics - Tangani perdarahan yang
(Oxytocin, Ergometrin or banyak setelah plasenta lahir
Syntometrine bolus IV/ IM. dengan massage uterus dan
- Dilakukan penentuan etiologi pemberian obat – obatan
PPS selagi resusitasi. uterotonika.
- Nilai kontraksi uterus cari - Bila uterus tetap lembek
adanya cairan bebas di dilakukan kompreso bimanual
abdomen, bila ada risiko trauma interna menggunakan kepalan
(bekas seksio sesarea, partus tangan sehingga uterus
buatan yang sulit) atau bila terkompresi.
kondisi pasien lebih buruk e. Oxytocin infusion/ prostaglandins –
daripada jumlah darah yang IV/ per rectal/ IM/ intramyometrial
keluar. - Dapat dilakukan pemberian
- Memeriksa kembali apakah oksitosin 40 unit dalam 500 cc
masih ada sisa plasenta atau NS dengan kecepatan
kelengkapan plasenta apabila 125cc/jam.
berhasil dikeluarkan. - Pemberian ergometrin sebagai
- Bila perdarahan terjadi akibat lini kedua oksitosin diberikan
morbidly adherent placentae secara IM atau IV. Dosis awal
saat seksio sesarea dapat 0,2 mg (secara perlahan) , dosis
diupayakan haemostatic lanjutan 0,2 mg setelah 15
sutures, ligasi arteri menit bila masih diperlukan.
hipogastrika dan embolisasi Pemberian dapat diulang setiap
arteri uterina. 2 – 4 jam bila masih

10
diperlukan. Dosis maksimal 1 - Pemasangan tamponade uterus
mg atau 5 dosis perhari. dapat menggunakan Bakri SOS
Kontraindikasi pada baloon dan tampon balon
preeklampsia, vitiumcordis, dan kondom kateter. Biasanya
hipertensi. dimasukkan 300-400 cc cairan
- Perdarahan masih diberikan untuk mencapai tekanan yang
transfusi darah, atau juga cukup adekuat sehingga
diberikan FFP (fresh frozen perdarahan berhenti.
plasma) untuk menggantikan h. Apply compression sutures – B-
faktor pembekuan. Lynch/ modified.
Rekomendasi 1 liter FFP (15 - Dilakukan tindakan kompresi
mL/kg) setiap 6 unit darah. uterus (konservasi bedah)
- Pertahankan trombosit > dengan menggunakan teknik
50.000. ikatan B – Lynch.
f. Shift to theatre – exclude retained - Apabila tindakan B – Lynch
products and trauma/ bimanual tidak berhsil, dipertimbangkan
compression. untuk dilakukan histerektomi.
- Bila perdarahan masif tetap i. Systematic pelvic devascularization
terjadi : evakuasi pasien ke – uterine/ ovarian/ quadruple/
ruang operasi. internal iliac.
- Bila diduga ada sisa jaringan, - Teknik konservatif pembedahan
dilakukan kuretase. dengan cara ligasi a. uterina dan
g. Tamponade balloon/ uterine ligasi a. Hipogastrika.
packing. j. Interventional radiologis, if
- Dapat diberikan tamponade appropriate, uterine artery
uterus untuk mengurangu embolization.
perdarahan, dapat juga untuk - Embolisasi dengan a. uterina
mengoreksi faktor pembekuan. dengan intervensi radiologi

11
Algoritma tatalaksana perdarahan postpartum.

10. KOMPLIKASI sehingga terjadi insufisiensi pada


Perdarahan postpartum dapat bagian tersebut. Gejalanya adalah
menyebabkan komplikasi asthenia, hipostesi, anemia,
kematian. Disamping menyebabkan turunnya berat badan sampai
kematian, perdarahan postpartum menimbulkan kaheksia, penurunan
memperbesar kemungkinan infeksi fungsi seksual dengan atrofi alat-
puerperal karena daya tahan alat genital, kegagalan laktasi.
penderita berkurang. Selain itu Komplikasi yang lain yang dapat
dapat menyebabkan sindroma timbul adalah hipotensi ortostatik,
Sheehan sebagai akibat nekrosis anemia, dan syok hipovolemik
pada hipofisis bagian anterior (Evensen A.,2017).

12
11. PROGNOSIS bidan dua kali, tidak teratur ,
Prognosis perdarahan postpartum dan tidak pernah melakukan
bergantung pada ketepatan dan USG.
kecepatan penatalaksanaan yang f. Pasien tampak lemah,
diberikan. Menurut data WHO konjungtiva anemis, Tanda vital
sebanyak 27,1% kematian ibu :
hamil diseluruh dunia disebabkan • TD 80/40 mmHg
oleh perdarahan, dan kebanyakan • Suhu 36,5°C
adalah perdarahan post partum • Nadi 130x/menit
(Evensen A.,2017). • RR 28x/menit
g. Pemeriksaan Obstetri
DISKUSI
didapatkan Tinggi Fundus
1. Tentukan problem pasien
Uterus tidak teraba, kontraksi
tersebut!
(-), perdarahan (+).
a. Pasien datang ke Rumah Sakit
h. Pemeriksaan inspekulo
dengan keluhan keluar darah
didapatkan massa pada liang
dari jalan lahir setelah
vagina, fluksus (+), darah
melahirkan anak kedua sejak 8
inaktif.
jam sebelum masuk rumah
i. Hasil pemeriksaan laboratorium
sakit.
hematologi didapatkan Hb: 4,1
b. Pasien melahirkan di dukun
g/dl, leukosit: 25.500/mm3,
beranak.
Hmt 12%.
c. Kelahiran tidak diikuti plasenta.
2. Tentukan diagnosis klinis, topis
d. Saat proses persalinan dukun
dan etiologis pada pasien tersebut
beranak memaksa untuk
(kedokteran)
melahirkan plasenta dari rahim.
• Diagnosis klinis :
Plasenta terlepas tetapi diikuti
Perdarahan post partum
dengan keluarnya darah dari alat
• Diagnosis Topis :
kelamin yang terus menerus dan
Uterus
berwarna merah segar.
e. Selama kehamilan pasien hanya • Diagonosis etiologi :
Inveriso uteri
melakukan antenatal care di

13
Hal ini dibuktikan dengan : menentukan derajat perubahan
hemodinamik. Nilai tingkat
Klinis yang muncul yaitu
kesadaran, nadi, tekanan darah,
ada perdarahan keluar dari jalan
saturasi oksigen harus dimonitor.
lahir setelah melahirkan, ada
Saat memasang jalur infus dengan
riwayat melahirkan plasenta
abocath 14G-16G, harus segera
dengan paksa, pemeriksaan
diambil spesimen darah untuk
obstetri didapatkan Tinggi Fundus
memeriksa hemoglobin, profil
Uterus tidak teraba, kontraksi (-
pembekuan darah, elektrolit,
),perdarahan (+) dan Pemeriksaan
penentuan golongan darah, serta
inspekulo didapatkan massa pada
crossmatch. (RIMOT = Resusitasi,
liang vagina, fluor (-), fluksus (+),
Infus 2 jalur, Monitoring keadaan
darah inaktif.
umum, nadi dan tekanan darah,
3. Bagaimanakah tata laksana Oksigen, dan Team approach).
untuk setiap problem yang Diberikan cairan kristaloid dan
dialami pasien! koloid secara cepat sambil
a. Tatalaksana perdarahan dan syok menunggu hasil crossmatch. Pada
yang dialami pasien tersebut : perdarahan masif perlu diberikan
Penatalaksanaan dilakukan dengan transfusi darah, bahkan juga
prinsip “HAEMOSTASIS”, yaitu: diperlukan pemberian fresh frozen
• Ask for HELP plasma (FFP) untuk menggantikan
Segera meminta pertolongan faktor pembekuan yang turut
atau dirujuk ke rumah sakit bila hilang.
persalinan di bidan/PKM. • Oxytocin infusion/
Kehadiran ahli obstetri, bidan, prostaglandins – IV/ per rectal/
ahli anestesi, dan hematologis IM/ intramyometrial
menjadi sangat penting. Pemberian oksitosin ditunda
• Assess (vital parameter, blood dan usaha reposisi uterus
loss) and Resuscitate melalui vagina harus segera
Penting sekali segera menilai dilakukan. Para peneliti
jumlah darah yang keluar menganjurkan dilakukan

14
dahulu reposisi uterus secara perdarahan masif masih tetap
manual, sebelum dilakukan terjadi, segera evakuasi pasien
usaha untuk melepaskan ke ruang operasi.
plasenta dan reposisi secara • Establish Aetiology, Ensure
operatif. Jika plasenta Availability of Blood, Ecbolics
dilepaskan sebelum reposisi (Oxytocin, Ergometrin or
uterus, risiko penderita untuk Syntometrine bolus IV/ IM
kehilangan darah dan syok akan Sementara resusitasi sedang
sangat tinggi. Setelah reposisi, berlangsung, dilakukan upaya
biasanya plasenta akan dengan menentukan etiologi 4T pada
mudah terlepas. PPS. Nilai kontraksi uterus,
Dapat dilakukan pemberian mencari apakah ada robekan
oksitosin 40 unit dalam 500 cc dari jalan lahir, apakah
normal salin dengan kecepatan terdapat inversio uteri, adanya
125 cc/jam. Hindari kelebihan retensio plasenta, dan apakah
cairan karena dapat ada gangguan pembekuan
menyebabkan edema pulmoner darah.
hingga edema otak yang pada b. Tatalaksana pada inversio uteri :
akhimya dapat menyebabkan Terdapat beberapa tehnik non-
kejang karena hiponatremia. bedah untuk reposisi inversio
Pemberian ergometrin sebagai uteri, antara lain: manuver
lini kedua dari oksitosin dapat Johnson, manuver Henderson dan
diberikan secara intramuskuler Alles, penggunaan tokolitik, dan
atau intravena. Dosis awal 0,2 reposisi dengan tekanan
mg (secara perlahan), dosis hidrostatik.
lanjutan 0,2 mg setelah 15 • Manuver Johnson atau
menit bila masih diperlukan. reposisi manual menjadi sangat
Pemberian dapat diulang setiap populer untuk reposisi inversio
2-4 jam bila masih diperlukan. uteri secara manual. Prinsip
Dosis maksimal adalah 1 mg manuver ini adalah uterus
atau 5 dosis per hari. Bila didorong ke dalam cavum

15
abdomen hingga di atas serviks dengan ring forseps,
umbilikus agar terjadi reposisi. kemudian fundus uterus
Diperkirakan bahwa aktivitas didorong ke arah atas atau
pasif dari ligamentum uterus anterior.15 Manuver ini
akan mereposisi uterus. Manuver dilakukan bila dengan cara
ini dilakukan dengan manual, reposisi belum berhasil.
memasukkan seluruh tangan • Penggunaan Tokolitik
hingga dua per tiga lengan berperan untuk merelaksasikan
bawah ke dalam vagina. Bagian uterus, sebelum reposisi manual
uterus yang keluar terakhir, harus maupun sebelum penggunaan
terlebih dulu dimasukkan. tekanan hidrostatik. Beberapa
Dengan memegang fundus uteri tokolitik yang sering dipakai
dengan telapak tangan dan adalah: Nitroglycerin Dosis awal
ujungujung jari diletakkan pada 150-200 mcg IV, selanjutnya bila
utero-servikal junction, fundus relaksasi uterus belum cukup,
uteri didorong hingga di atas dapat ditambahkan 100-150mcg
umbilikus. Diperlukan tekanan IV selang beberapa menit hingga
jari- jari secara konstan selama tercapai efek yang diinginkan
beberapa menit (minimal 5 atau hingga tercapai dosis
menit). Hal ini akan maksimal 500 mcg, Terbutaline
menegangkan ligamentum Dosis yang digunakan adalah
uterus, dan akibatnya cincin 0,125- 0,25mg terbutaline
servikalis akan relaks dan intravena (IV) atau subkutan
melebar, sehingga (SC), Magnesium Sulfat
mempermudah pergerakan (MgSO4) Dosis yang digunakan
fundus melalui cincin tersebut. adalah 2-6 gram bolus MgSO4
Sehingga inversio uteri IV dalam 5-20 menit, Amyl
terkoreksi. Nitrate diberikan dengan
• Manuver henderson dan membuka ampul dan dihirup
alles Manuver ini dilakukan melalui pernapasan, Ritrodine
dengan cara memegang cincin Dosis yang direkomendasikan

16
adalah 0,15mg ritrodine IVdan (AKI) dan Angka Kematian Bayi
General anesthesi (AKB) adalah dengan cara
• Reposisi dengan tekanan meningkatkan pertolongan persalinan
hidrostatik, Prosedur dilakukan yang dilakukan oleh tenaga medis
di kamar operasi dalam posisi terlatih yang disediakan oleh fasilitas
litotomi maupun reverse pelayanan kesehatan. Di samping itu,
trendelenburg. Cairan saline dibutuhkan partisipasi serta
hangat dialirkan ke dalam kesadaran ibu terhadap pentingnya
introitus vagina (2 hingga 10 pemeriksaan kehamilan di fasilitas
liter), dari posisi yang 100-200 pelayanan kesehatan oleh tenaga
cm lebih tinggi dari vagina kesehatan. Sehingga peran tenaga
kemudian introitus vulva ditutup kesehatan disini adalah pada edukasi
oleh tangan dokter atau dan promosi kesehatan kepada ibu
dihubungkan dengan mangkuk maupun calon ibu mengenai
vakum silastik untuk menahan kehamilan.
cairan di vagina dan menciptakan d. Bagaimanakah kolaborasi dokter
tekanan hidrostatik.Tekanan ini dan keperawatan dalam tata
akan mendorong fundus yang laksana pasien tersebut ?
terinversi kembali ke posisi a. Peran dokter dalam tim
anatomis. Tekanan interdisipliner
dipertahankan selama 30 menit. Dokter memiliki peran utama
• Penggunaan repositor dalam mendiagnosis,mengobati
• Penanganan inversio uteri dan mencegah penyakit. Pada
melalui pembedahan situasi ini dokter menggunakan
(Huntington, Spinelli, B-Lynch, modalitas pengobatan seperti
Haultain, Kustner, Laparoskopi) pemberian obat dan
c. Tatalaksana problem pasien pembedahan. Kolaborasi
melahirkan di dukun beranak, tidak menyatakan bahwa anggota tim
rutin melakukan ANC : kesehatan harus bekerja dengan
Salah satu solusi efektif dalam kompak dalam mencapai tujuan.
menurunkan Angka Kematian Ibu Elemen penting untuk mencapai

17
kolaborasi interdisiplin yang bergantung pada penatalaksanaan
efektif meliputi kerjasama, yang diberikan. Jika tatalaksana
asertifitas, tanggung jawab, yang diberikan cepat dan tepat
komunikasi, kewenangan dan maka tentu saja prognosis pada
koordinasi. penderita dengan perdarahan akan
b. Komunikasi yang disampaikan baik pula. Namun apabila
dokter tatalaksana yang diberikan tidak
Dokter memiliki harapan adekuat, maka mortalitas akan
untuk berkolaborasi dan bisa meningkat.
bekerja sama dengan perawat
KESIMPULAN
dalam menangani pasien dengan
Pasien ini didiagnosis dengan
cara dapat membantu dokter
perdarahan post partum yang disebabkan
dalam mengawasi dan observasi
karena inversio uteri. Inversio uteri adalah
kondisi pasien. Dokter dan
keadaan dimana fundus uteri terbalik
perawat bekerja sama dalam
sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam
melakukan pemeriksaan secara
kavum uteri dimana pada kasus ini
menyeluruh kepada pasien, baik
disebabkan oleh kesalahan tata laksana
pemeriksaan fisik maupun
pada persalinan kala tiga akibat
penunjang untuk menegakkan
dilakukannya traksi tali pusat eksesif dan
diagnosis dan menyingkirkan
tekanan fundus uteri sebelum separasi
differential diagnostic serta
plasenta. Tatalaksana utama pada kasus ini
berkolaborasi dalam
adalah mengatasi syok karena perdarahan
perencanaan dan penentuan
dan dilanjutkan dengan reposisi uterus.
penatalaksanaan pada pasien,
Dimana tatalaksana perdarahan tersebut
memonitoring dan
harus dilakukan secara berurutan dan
mengevaluasi keberhasilan
simultan sehingga kerjasama yang baik
pengobatan.
antara Dokter dan Perawat sangat
e. Bagaimanakan prognosis pasien
dibutuhkan dalam memberikan pelayanan
tersebut?
kepada pasien.
Prognosis pada penderita
perdarahan postpartum sangat

18
DAFTAR PUSTAKA Universitas Muhamadiyah
Tangerang. Vol 4 No 2.
Dartiwen, S.ST., M.Kes dan Yati
Nurhayati, S.ST., M. K. 2019. Prawirohardjo S. 2014. “Ilmu
Asuhan Kebidanan pada Kebidanan”. 4th ed. Jakarta:
Kehamilan. Yogyakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Penerbit Andi. Prawirohardjo.

Evensen A, Anderson JM, Fontaine Pradhan M, Barwa J, Baraw R.2016.


“Uterine inversio after an
P. 2017. “Postpartum
Hemorrhage: Prevention and unskilled delivery – still a
Treatment”. Am Fam concern for maternal
Physican. 95(7) : 42-51 mortality: A case report and
discussion of the related
Imron, Asih & Indrasari. 2016. Buku medico-legal issues”. Med Sci
Ajar: Asuhan Kebidanan Law.
Patologi dalam Kehamilan.
Persalinan. Nifas. dan Puspitasari R, Hastuti URB, Murti B.
2017. “Faktor risiko
Gangguan Reproduksi.
Penerbit Trans Info Media. perdarahan postpartum
Yogyakarta. diKabupaten Bondowoso Jawa
Timur”. J Matern Child
Kementerian Kesehatan Republik Heal.2:177–87.
Indonesia.2016. “Profil
Kesehatan Indonesia”. Jakarta: Rodiani, S. 2017. ‘Post Partum P2A0
Kementerian Kesehatan with Hemorrhagic Post Partum
Republik Indonesia. Et Causa Inversio Uteri with
Hemorrhagic Shock and
Leconte I, Thierry C, Bongiorno A, Severe Anemia’,
Luyckx M, Fellah L. 2016. AgromedUnila, 4(1), p. 6.
Nonpuerperal uterine inversio.
J Belgian Soc Setiawan, Setia & Puspitasari, Dewi.
2017. “P4 A0 Perdarahan
Radiol.100(1):47.
Pasca Persalinan ec Inversio
Mishra S. Chronic Uterine Inversion Uteri dan Syok Hipovolemik
Following Mid-Trimester dengan Histerektomi”. J
Abortion. J Obstet Gynaecol Medula Unila. Vol 7 No 2.
India. 2018 Aug;68(4):320-
322. [PMC free article] Simanjuntak, L. 2020. ‘Perdarahan
Postpartum (Perdarahan
[PubMed]
Paskasalin)’, Jurnal Visi
Musa, Siti. 2019. Insiden Dan Faktor Eksakta, 1(1), pp. 1–10.
Risiko Perdarahan Postpartum doi:10.51622/eksakta.v1i1.51.
Pada Persalinan Pervaginam:
Studi Literatur. Jurnal JKFT: Thakur M, Thakur A.2019. “Uterine
inversio”. StatPearls.

19

Anda mungkin juga menyukai