Anda di halaman 1dari 7

Abdurrahman bin ‘Auf ulasnyalagi: “Dengan ini aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi

saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan
perlengkapannya, ku persembahkan di jalan Allah ‘azza wajalla…..!” Dan
Pada suatu hari, kota Madinah sedang aman dan tenteram,terlihat dibagikannyalah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk
debu tebal yang mengepul ke udara, datang dari tempatketinggian di pinggir Madinah dan sekitarnya sebagai perbuatan baik yang maha besar ….
kota; debu itu semakin tinggi bergumpal-gumpai hingga hampir menutup Peristiwa yang satu ini saja, melukiskan gambaran yang sempurna tentang
ufuk pandangan mata. Anginyang bertiup menyebabkan gumpalan debu kehidupan shahabat Rasulullah, Abdurahman bin ‘Auf. Dialah saudagar yang
kuning dari butiran-butiran sahara yang lunak, terbawa menghampiri pintu- berhasil. Keberhasilan yang paling besar dan lebih sempurna! Dia pulalah
pintu kota, dan berhembus dengan kuatnya di jalan-jalan rayanya. Orang orang yang kaya raya. Kekayaan yang paling banyak dan melimpah ruah …!
banyak menyangkanya ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan Dialah seorang Mu’min yang bijaksana yang tak sudi kehilangan bagian
pasir. Tetapi kemudian dari balik tirai debu itu segera mereka dengar suara keuntungan dunianya oleh kawna keuntungan Agamanya, dan tidak suka
hiruk pikuk, yang memberi tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala
panjang. surga. Maka dialah r.a. yang membaktikan harta kekayaannya dengan
kedermawanan dan pemberian yang tidakterkira, dengan hati yang puas dan
Tidak lama kemudian, sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan rela … !
muatannya memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukkannya. Orang
banyak saling memanggil dan menghimbau menyaksikan keramaian ini serta Kapan dan bagaimana masuknya orang besar ini ke dalam Islam? Ia
turut bergembira dan bersukacita dengan datangnya harta dan rizqi yang masuk Islam sejak fajar menyingsing…. Ia telah memasukinya di saat-saat
dibawa kafilah itu ……Ummul Mu’minin Aisyah r.a. demi mendengar suara permulaan da’wah, yakni sebelum Rasulullah saw. memasuki rumah Arqam
hiruk pikuk itu ia bertanya: “Apakah yang telah terjadi di kota Madinah…..?” dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan dengan para shahabatnya
Mendapat jawaban, bahwa kafilah Abdurrahman bin ‘Auf barn datang dari orang-orang Mu’min … Dia adalah salah seorang dari delapan orang yang
Svam membawa barang-barang dagangannya . .. Kata Ummul Mu’minin lagi: dahulu masuk Islam.. . . Abu, Bakar datang kepadanya menyampaikan Islam,
— “Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?” “Benar, ya begitu juga kepada Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin
Ummal Mu’minin … karena ada 700 kendaraan…… !” Ummul Mu’minin Ubedillah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Makatak ada persoalan yang tertutup
menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari melayangkan pandangnya jauh bagi mereka, dan tak ada keragu-raguan yang menjadi penghalang, bahkan
menembus, seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat mereka segera pergi bersama Abu Bakar Shiddiq menemui RasuIullah saw.
atau ucapan yang pernah didengarnya. Kemudian katanya: “Ingat, aku pernah menyatakan bai’at dan memikul bendera Islam….
mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Kulihat Abdurrahman bin’Auf masuk
surga dengan perlahan-lahan!” Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga dengan Dan semenjak keislamannya sampai berpulang menemui Tuhannya
perlahan-lahan… ? Kenapa ia tidak memasukinya dengan melompat atau dalam umur tujuhpuluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang
berlari kencang bersama angkatan pertama para shahabat Rasul.. ? Sebagian sebagai Seorang Mu’min yang besar. Hal ini menyebabkan Nabi saw.
shahabat menyampaikan ceritera Aisyah kepadanya, maka ia pun teringat memasukkannya dalam sepuluh orang Yang telah diberi kabar gembira
pernah mendengar Nabi saw. Hadits ini lebih dari satu kali dan dengan sebagai ahli surga. Dan Umar r.a. mengangkatnya pula sebagai anggota
susunan kata yangberbeda-beda. kelompok musyawarah yang berenam yang merupakan calon khalifah yang
akan dipilih sebagai penggantinya, seraya katanya: “Rasulullah wafat dalam
Dan sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskannya,ditujukannya keadaan ridla kepada mereka!” Segeralah Abdurrahman masuk Islam
langkah-langkahnya ke rumah Aisyah lain berkata kepadanya: “Anda telah menyebabkannya menceritakan nasib malang berupa penganiayaan dan
mengingatkanku suatu Hadits yang tak pernah kulupakannya….”. Kemudian penindasan dari Quraisy …. Dan sewaktu Nabi saw., memerintahkan para
shahabatnya hijrah ke Nabsyi, Ibnu ‘Auf ikut berhijrah kemudian kembali
lagi ke Mekah, lalu hijrah untuk kedua kalinya ke Habsyi dan kemudian dan harts anda ! Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga….!
hijrah ke Madinah . . . ikut bertempur di perang Badar, Uhud dan Abdurrahman pergi ke pasar, dan berjual belilah di sana…….ia pun beroleh
peperangan-peperangan lainnya. keuntungan …!

Keberuntungannya dalam perniagaan sampai suatu batas yang Kehidupan Abdurrahman bin ‘Auf di Madinah baik semasa
membangkitkan dirinya pribadi ketakjuban dan keheranan, hingga katanya: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam maupun sesudah wafatnya terus
“Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya meningkat · · · Barang apa Saja yang ia pegang dan dijadikannya pokok
kutemukan di bawahnya emas dan perak……!” perniagaan pasti menguntungkannya. Seluruh usahanya ini ditujukan untuk
mencapai ridla Allah semata, sebagai bekal di alam baqa kelak…..!. Yang
Perniagaan bagi Abdurrahman bin ‘Auf r.a. bukan berarti rakus dan menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkat karena ia selalu
loba .. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan ria! Malah bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan
itu adalah suatu amal dan tugas kewajibanyang keberhasilannya akan haram bahkan yang syubhat Seterusnya yang menambah kejayaan dan
menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban di jalan-Nya … · Dan diperolehnya berkat, karena labanya bukan untuk Abdurrahman sendiri . · ·
Abdurrahman bin ‘Auf seorang yang berwatak dinamis, kesenangannya tapi di dalamnya terdapat bagian Allah yang ia penuhi dengan setepat-
dalam amal yang mulia di mana juga adanya ….Apabila ia tidak sedang tepatnya, pula digunakannya untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan
shalat di mesjid, dan tidak sedang berjihad dalam mempertahankan Agama serta membiayai sanak saudaranya, serta menyediakan perlengkapan yang
tentulah ia sedang mengurus perniagaannya yang berkembang pesat, kafilah- diperlukan tentara Islam …… Bila jumlah modal niaga dan harta kekayaan
kafilahnya membawa ke Madinah dari Mesir dan Syria barang-barang yang lainnya ditambah keuntungannya yang diperolehnya, maka jumlah
muatan yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh jazirah Arab berupa pakaian kekayaan Abdurrahman bin ‘Auf itu dapat dikira-kirakan apabila kita
dan makanan ….. Dan watak dinamisnya ini terlihat sangat menonjol, ketika memperhatikan nilai dan jumlah yang dibelanjakannya pada jalan Allah
Kaum Muslimin hijrah ke Madinah ….Telah menjadi kebiasaan Rasul pada Rabbul’alamin!
waktu itu untuk mempersaudarakan dua orang shahabat, salah seorang dari Pada suatu hati ia mendengar Rasulullah saw. bersabda:
muhajirin warga Mekah dan yang lain dari Anshar penduduk Madinah. “Wahai ibnu ‘Auf! anda termasuh golongan orang kaya dan anda akan masuk
surga secara perlahan-lahan ….! Pinjamknnlah kekayaan itu kepada Allah,
Persaudaraan ini mencapai kesempurnaannya dengan cara yang pasti Allah mempermudah langkah anda….!”
harmonis yang mempesonakan hati. Orang-orang Anshar penduduk Madinah
membagi dua seluruh kekayaan miliknya dengan saudaranya orang muhajirin Semenjak ia mendengar nasihat Rasulullah ini dan ia menyedia kan
.. , sampai-sampai soal rumahtangga. Apabila ia beristeri dua orang bagi AIlah pinjaman yang balk, maka Allah pun memberi ganjaran
diceraikannya yang seorang untuk memperisteri saudaranya ……! Ketika itu kepadanya dengan berlipat ganda. Di suatu hari ia menjual tanah seharga 40
Rasul yang mulia mempersaudarakan antara Abdurrahman bin ‘Auf dengan ribu dinar, kemudian uang itu dibagi-bagikannya semua untuk keluarganya
Sa’ad bin Rabi’…. Dan marilah kita dengarkan shahabat yang mulia Anas bin dari Bani Zuhrah, untuk para isteri Nabi dan untuk kaum fakir miskin.
Malik r.a. meriwayatkan kepada kita apa yang terjadi: Diserahkannya pada suatu hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan
” … dan berkatalah Sa’ad kepada Abdurrahman: “Saudaraku, aku adalah balatentara islam …dan di hari yang lain seribu limaratus kendaraan.
penduduk Madinah yang kaya raya, silakan pilih separoh hartaku dan Menjelang wafatnya ia berwasiat lima puluh ribu dinar untuk jalan Allah, lain
ambillah! Dan aku mempunyai dua orang isteri, coba perhatikan yang lebih diwasiatkannya pula bagi setiap orang yang ikut perang Badar dan masih
menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat hidup, masing-masing empat ratus dinar, hingga Utsman bin Affan r.a. yang
memperisterinya……! terbilang kaya juga mengambil bagiannya dari wasiat itu, serta katanya:
Jawab Abdurrahman bin ‘Auf: “Moga-moga Allah memberkati anda, isteri “Harta Abdurrahman bin ‘Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu
membawa selamat dan berkat”. Ibnu ‘Auf adalah seorang pemimpin yang
mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh pelayannya, niscaya ia tak akan sanggup membedakannya dari antara
hartanya …. Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan mereka!” Tetapi bila orang asing itu mengenal satu segi saja dari perjuangan
mengumpulkannya dan tidak pula dengan menyimpannya ….Bahkan ia ibnu ‘Auf dan jasa-jasanya, misalnya diketahuinya bahwa di badannya
mengumpulkannya secara santai dan dari jalan yang halal ….Kemudian ia terdapat duapuluh bekas luka di perang Uhud, dan bahwa salah satu dari
tidak menikmati sendirian …. tapi ikut menikmatinya bersama keluarga dan bekas luka ini meninggalkan cacad pincang yang tidak sembuhsembuh pada
kaum kerabatnya serta saudara·saudaranya dan masyarakat seluruhnya. Dan salah satu kaki nya……sebagaimana pula beberapa gigi seri rontok di perang
karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, pernah dikatakan orang: Uhud, yang menyebabkan kecadelan yang jelas pada ucapan dan
“Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin ‘Auf pada pembicaraannya …. Di waktu itulah orang baru akan menyadari bahwa
hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka . . Sepertiga lagi laki·laki yang berperawakan tinggi dengan air muka berseri dan kulit halus,
dipergunakannya untuk membayar hutang-hutang mereka. Dan sepertiga pincang serta cadel, sebagai tanda jasa dari perang Uhud, itulah orang yang
sisanya diberikan dan dibagi-bagikannya kepada mereka”. Harta kekayaan ini bernama Abdurrahman bin ‘Auf … ! Semoga Allah ridla kepadanya dan ia
tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya, selama pun ridla kepada Allah … !
tidak memungkinkannya untuk membela Agama dan membantu kawan-
kawannya. Adapun untuk lainnya, ia selalu takut dan ragu. Sudah menjadi kebiasaan pada tabi’at manusia bahwa harta kekayaan
mengundang kekuasaan … artinya bahwa orang-orang kaya selalu gandrung
Pada suatu hari dihidangkan kepadanya makanan untuk berbuka, untuk memiliki pengaruh guna melindungi kekayaan mereka dan melipat
karena waktu itu ia sedang shaum …. Sewaktu pandangannya jatuh pada gandakannya, dan untuk memuaskan nafsu, sombong, membanggakan dan
hidangan tersebut, timbul selera makannya, tetapi iapun menangis sambil mementingkan diri sendiri, yakni sifat-sifat yang biasa dibangkitkan oleh
mengeluh: “Mushab bin Umeir telah gugur sebagai syahid, ia seorang yang kekayaan… ! Tetapi bila kita melihat Abdurrahman bin ‘Auf dengan
jauh lebih baik daripadaku, ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika kekayaannya yang melimpah ini, kita akan menemukan manusia ajaib yang
ditutupkan ke kepalanya maka kelihatan kakinya, dan jika ditutupkan kedua sanggup menguasai tabi’at kemanusiaan dalam bidang ini dan melangkahinya
kakinya terbuka kepalanya! Demikian pula Hamzah yang jauh lebih baik ke puncak ketinggian yang unik … ! Peristiwa ini terjadi sewaktu Umar bin
daripadaku, ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya Khatthab hendak berpisah dengan ruhnya yang suci dan ia memilih enam
terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia orang tokoh dari para shahabat Rasulullah saw. sebagai formatur agar mereka
seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak- memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah yang baru….
banyaknya. Sungguh kami khawatir kalau-kalau telah didahdukan pahala Jari-jari tangan sama-sama menunjuk dan mengisyaratkan Ibnu ‘Auf ….
kebaikan kami…!” Bahkan sebagian shahabat telah menegaskan bahwa dialah orang yang lebih
berhak dengan khalifah di antara yang enam itu, maka ujamya: “Demi Allah,
Pada suatu peristiwa lain sebagian shahabatnya berkumpul daripada aku menerima jabatan tersebut, lebih balk ambil pisau lain taruh ke
bersamanya menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama sesudah makanan atas leherku, kemudian kalian tusukkan sampai tembus ke sebelah. ..!”
diletakkan di hadapan mereka, ia pun menangis; karena itu mereka bertanya:
“Apa sebabnya anda menangis wahai Abu Muhammad … ?” Ujarnya: Demikianlah, baru saja kelompok Enam formatur itu mengadakan
“Rasulullah saw. telah wafat dan tak pernah beliau berikut ahli rumahnya pertemuan untuk memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi
sampai kenyang makan roti gandum, apa harapan kita apabila dipanjangkan khalifah yang akan menggantikan al-Faruk, Umar bin Khatthab maka kepada
usia tetapi tidak menambah kebaikan bagi kita … ?” Begitulah ia, kawan-kawannya yang lima dinyatakannya bahwa ia telah melepaskan
kekayaannya yang melimpah-limpah, sedikitpun tidak membangkitkan haknya yang dilimpahkan Umar kepadanya sebagai salah seorang dari enam
kesombongan dan takabur dalam dirinya …. ! Sampai-sampai dikatakan orang calon yang akan dipilih menjadi khalifah. Dan adalah kewajiban
orang tentang dirinya: “Seandainya seorang asing yang belum pernah mereka untuk melakukan pemilihan itu terbatas diantara mereka yang berlima
mengenalnya, kebetulan melihatnya sedang duduk-duduk bersama pelayan- saja …. Sikap zuhudnya terhadap jabatan pangkat ini dengan cepat telah
menempatkan dirinya sebagai hakim di antara lima orang tokoh terkemuka mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka; mereka tidak usah merasa takut
itu. Mereka menerima dengan senang hati agar Abdurrahman bin ‘Auf dan tidak pula berdukacita … !”(Q·S. 2 al-Baqarah: 262
menetapkan pilihan khalifah itu terhadap salah seorang di antara mereka yang
berlima, sementara Imam Ali mengatakan: “Aku pernah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, bahwa anda adalah orang yang dipercaya oleh
penduduk langit, dan dipercaya pula oleh penduduk bumi … !”
Oleh Ibnu ‘Auf dipilihlah Utsman bin Affan untuk jabatan khalifah dan yang
lain pun menyetujui pilihannya.
Abu Dzar Al Ghifari
Nah, inilah hakikat seorang laki-laki yang kaya raya dalam Islam! Sosoknya tak dapat dilepaskan sebagai tokoh yang paling giat menerapkan
prinsip egaliter, kesetaraan dalam hal membelanjakan harta di jalan Allah.
Apakah sudah anda perhatikan bagaimana Islam telah mengangkat dirinya
Ditentangnya semua orang yang cenderung memupuk harta untuk kepentingan
jauh di atas kekayaan dengan segala godaan dan penyesatannya itu, dan pribadi, termasuk sahabat-sahabatnya sendiri. Dukungannya kepada semangat
bagaimana ia menempa kepribadiannya dengan sebaik-baiknya? Dan pada solidaritas sosial, kepedulian kalangan berpunya kepada kaum miskin, bukan hanya
tahun ketigapuluh dua Hijrah, tubuhnya berpisah dengan ruhnya …. Ummul dalam ucapan. Seluruh sikap hidupnya ia tunjukkan kepada upaya penumbuhan
Mu’minin Aisyah ingin memberinya kemuliaan khusus yang tidak semangat tersebut. Sikap wara’ dan zuhud selalu jadi perilaku hidupnya. Sikapnya
diberikannya kepada orang lain,maka diusulkannya kepadanya sewaktu ia inilah yang dipuji Rasulullah SAW. Saat Rasul akan berpulang, Abu Dzar
masih terbaring diranjang menuju kematian, agar ia bersedia dikuburkan di dipanggilnya. Sambil memeluk Abu Dzar, Nabi berkata “Abu Dzar akan tetap sama
pekarangan rumahnya berdekatan dengan Rasulullah, Abu Bakar dan sepanjang hidupnya. Dia tidak akan berubah walaupun aku meninggal nanti.”
Umar…. Akan tetapi ia memang seorang Muslim yang telah dididik Islam Ucapan Nabi ternyata benar. Hingga akhir hayatnya kemudian, Abu Dzar tetap
dengan sebaik-baiknya, ia merasa malu diangkat dirinya pada kedudukan dalam kesederhanaan dan sangat saleh. Jundub bin Junadah bin Sakan atau lebih
tersebut … ! Pula dahulu ia telah membuat janji dan ikrar yang kuat dengan dikenal dengan nama Abu Dzar al-Ghifari atau Abizar al-Ghifari. Abu Dzar al–
Ghifari merupakan salah satu dari Assabiqunal Awwalun. Al–Ghifari merupakan
Utsman bin Madh’un, yakni bila salah seorang di antara mereka meninggal
julukan bagi Abu Dzar karena ia berasal dari daerah Ghifar. Ghifar merupakan salah
sesudah yang lain maka hendaklah ia dikuburkan di dekat shahabatnya itu satu nama kabilah yang gemar melakukan perjalanan yang jaraknya sangat jauh dan
… ! Selagi ruhnya bersiap-siap memulai perjalanannya yang baru, air tiada tandingannya baik dalam jarak tempuh maupun keberaniannya.Ia memeluk
matanya meleleh sedang lidahnya bergerak-gerak mengucapkan kata-kata: Islam dengan sukarela, Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk
“Sesungguhnya aku khawatir dipisahkan dari shahabat-shahabatku karena menyatakan keislamannya.
kekayaanku yang melimpah ruah … !” Tetapi sakinah dari Allah·segera
menyelimutinya, lain satu senyuman tipis menghiasi wajahnya disebabkan Setelah menyatakan keislamannya, ia berkeliling Mekkah untuk
sukacita yang memberi cahaya serta kebahagiaan yang menenteramkan meneriakkan bahwa ia seorang Muslim, hingga ia dipukuli oleh suku
jiwa… Ia memasang telinganya untuk menangkap sesuatu ….seolah-olah ada Quraisy. Atas bantuan dari Abbas bin Abdul Muthalib, ia dibebaskan dari
suara yang lernbut merdu yang datang mendekat …. Ia sedang suku Quraisy, setelah suku Quraisy mengetahui bahwa orang yang dipukuli
mengenangkan kebenaran sabda Rasulullah saw.yang pernah beliau ucapkan: berasal dari suku Ghifar. Ia mengikuti hampir seluruh pertempuran-
“Abdurrahman bin ‘Auf dalam surga!”, lagi pula ia sedang mengingat-ingat pertempuran selama Nabi Muhammad hidup. Dia dikenal sangat setia kepada
janji Allah dalam kitab-Nya: Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini dalam satu
perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan
“Orang-orang yang membelanjakan hartanya dijalan Alloh kemudian mereka kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya
tidak mengiringi apa yang telah mereka nafqahkan itu dengan membangkit- memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang
bangkit pemberiannnya dan tidak pula kata-kata yang menyakitkan, niscaya sangat menyayat. Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun
Rasulullah heran kantong airnya masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia kembali. Aku bertanya padanya, ‘Ada kabar apa yang kau bawa?’, Dia
tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap mengkritik penguasa semena- berkata, ‘Demi Allah, aku melihat seorang pria mengajak pada hal-hal yang
mena ini mengatakan, “Di perjalanan saya temukan mata air. Saya minum air baik dan melarang hal-hal yang buruk’, Aku berkata padanya, ‘Kamu tidak
itu sedikit dan saya merasakan nikmat. Setelah itu, saya bersumpah tak akan memuaskan keingin-tahuanku dengan keterangan yang hanya sedikit itu’ .
minum air itu lagi sebelum Nabi SAW meminumnya.” Dengan rasa haru, Aku mengambil kantung air dan tongkat lalu pergi menuju Mekkah. Aku tak
Rasulullah berujar, “Engkau datang sendirian, engkau hidup sendirian, dan tahu siapa dan seperti apa nabi itu, dan akupun tak mau menanyakan hal itu
engkau akan meninggal dalam kesendirian. Tapi serombongan orang dari Irak pada siapapun. Aku terus minum air zam-zam dan terus berdiam diri di
yang saleh kelak akan mengurus pemakamanmu.” Abu Dzar Al-Ghifary, sekitar Kabah. Lalu Ali lewat di depanku, dia bertanya, ‘Sepertinya anda
sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam. orang asing disini? ‘Aku jawab ‘Ya’. Dia mengajakku kerumahnya, aku lalu
mengikutinya. Dia tidak menanyakan apapun padaku, Akupun tidak
Tidak diketahui pasti kapan Abu Dzar lahir. Sejarah hanya mencatat, mengatakan apa-apa padanya. Besok paginya aku pergi lagi ke Kabah untuk
ia lahir dan tinggal dekat jalur kafilah Mekkah, Syria. Bersama ibu dan menanyakan sang nabi pada orang-orang di sana, tapi tak seorangpun
saudara lelakinya, Anis Al-Ghifar, Abu Dzar hijrah ke Nejed Atas, Arab mengatakan sesuatu tentangnya. Ali kembali lewat di hadapanku dan
Saudi. Ini merupakan hijrah pertama Abu Dzar dalam mencari kebenaran. Di bertanya, ‘Adakah seseorang yang belum juga menemukan tempat
Nejed Atas, Abu Dzar tak lama tinggal. Mendengar datangnya agama Islam, tinggalnya?’, Aku bilang,’Tidak’. Dia berkata, ‘Kemari mendekatlah
Abu Dzar pun berpikir tentang agama baru ini. Saat itu, ajaran Nabi padaku’. Dia bertanya, ‘Anda punya urusan apa disini? Apa yang membuat
Muhammad ini telah mulai mengguncangkan kota Mekkah dan anda datang ke kota ini?’. Aku bilang padanya, ‘Jika kamu bisa menjaga
membangkitkan gelombang kemarahan di seluruh Jazirah Arab. Abu Dzar rahasiaku, maka aku akan mengatakannya ‘, Dia menjawab, ‘Akan aku
yang telah lama merindukan kebenaran, langsung tertarik kepada Rasulullah, lakukan’. Aku berkata padanya, ‘Kami mendengar bahwa ada seseorang di
dan ingin bertemu dengan Nabi SAW. Ia pergi ke Mekkah, dan sekali-sekali kota ini mengaku sebagai seorang nabi…aku mengutus seorang saudaraku
mengunjungi Kabah. Sebulan lebih lamanya ia mempelajari dengan seksama untuk bicara dengannya dan waktu dia kembali, dia membawa kabar yang
perbuatan dan ajaran Nabi. Waktu itu masyarakat kota Mekkah dalam tidak memuaskan. Jadi aku berpikir untuk bertemu dengannya secara
suasana saling bermusuhan. Demikian halnya dengan Kabah yang masih langsung’. Ali berkata, ‘Tercapailah sudah tujuanmu, Aku mau menemui dia
dipenuhi berhala dan sering dikunjungi para penyembah berhala dari suku sekarang, jadi ikutlah denganku dan kemanapun aku masuk, masuklah
Quraisy, sehingga menjadi tempat pertemuan yang populer. Nabi juga datang setelahku. Jika aku menjumpai seseorang yang mungkin akan
ke sana untuk shalat. Seperti yang diharapkan sejak lama, Abu Dzar menyusahkanmu, aku akan berdiri di dekat tembok berpura-pura
berkesempatan bertemu dengan Nabi. Dan pada saat itulah ia memeluk memperbaiki sepatuku (sebagai tanda peringatan) dan anda harus segera
agama Islam, dan kemudian menjadi salah seorang pejuang paling gigih dan pergi’.
berani.
Kemudian Ali berjalan dan aku mengikutinya sampai dia masuk ke
Kisah masuk Islamnya Abu Dzar suatu tempat dan aku masuk dengannya menemui sang nabi yang padanya
aku berkata, ‘Terangkanlah hakikat Islam itu padaku’. Waktu dia
menjelaskannya, aku langsung menyatakan masuk Islam seketika itu juga.
Diceritakan oleh (Abu Jamra): Ibn Abbas ra. berkata pada kami:
Nabi bersabda,’Wahai Abu Dzar, simpanlah perkataanmu itu sebagai
Maukah kalian aku ceritakan kisah tentang masuk Islamnya Abu Dzar? Kami
rahasiamu dan kembalilah ke daerah asalmu dan apabila kamu mendengar
menjawab: “Ya” Abu Dzar berkata, “Aku adalah seorang pria dari kabilah
kabar kemenangan kami, kembalilah temuilah kami’. Aku berkata, ‘Demi Dia
Ghifar, Kami mendengar bahwa ada seseorang mengaku nabi di Mekkah.
Yang telah mengutus engkau dalam kebenaran, aku akan mengumumkan
Aku bilang pada seorang saudaraku, ‘Pergilah temui orang itu, bicaralah
keIslamanku secara terang-terangan di hadapan mereka (kaum musyrikin)’.
dengannya lalu kabarkanlah beritanya padaku’. Dia pergi menjumpainya dan
Abu Dzar pergi ke Kabah di mana banyak orang-orang Quraisy berkumpul,
lalu berseru, ‘Hey, Kalian orang-orang Quraisy! Aku bersaksi (Ashadu a lâ Allah, beritahukan mereka bahwa hukuman yang sangat mengerikan akan
ilâha ill-Allah wa ashadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu) Tiada mereka terima. Pada hari itu, kening, samping dan punggung mereka akan
Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad itu hamba dan rasul Allah!’. dicap dengan emas dan perak yang dibakar sampai merah, panasnya sangat
Mendengar hal itu Orang-orang Quraisy itu berteriak, ‘Tangkap Sâbi itu tinggi, dan tertulis: Inilah apa yang telah engkau kumpulkan untuk
(Muslim itu)! Mereka bangkit lalu memukuliku sampai hampir mati. Al- keuntunganmu. Sekarang rasakan hasil yang telah engkau himpun.” Atas
Abbas melihatku lalu menabrakkan badannya ke badanku untuk dasar pemahamannya inilah, Abu Dzar menentang keras ide menumpuk harta
melindungiku. Lalu dia menghadapi mereka dan berkata, ‘Ada apa dengan kekayaan dan menganggapnya sebagai bertentangan dengan semangat Islam.
kalian ini! Apakah kalian mau membunuh seorang dari kabilah Ghifar?, Soal ini, sedikit pun Abu Dzar tak mau kompromi dengan kapitalisme di
padahal selama ini kalian berdagang dan berkomunikasi melewati daerah kalangan kaum Muslimin di Syria yang diperintah Muawiyah, saat itu.
kekuasaan mereka?!’. Mereka lalu meninggalkanku… Besok paginya aku Menurutnya, sebagaimana dikutip dalam buku Tokoh-tokoh Islam yang
kembali ke Kabah dan berseru sama persis seperti yang aku lakukan kemarin, Diabadikan Alquran, merupakan kewajiban Muslim sejati menyalurkan
mereka kembali berteriak, ‘Tangkap Sâbi itu (Muslim itu)!’. Lalu aku kelebihan hartanya kepada saudara-saudaranya yang miskin. Untuk
dipukuli (sampai hampir mati) sama seperti kemarin, dan kembali Al Abbas memperkuat pendapatnya itu, Abu Dzar mengutip peristiwa masa Nabi:
menemukan diriku dan menabrakkan badannya ke badanku untuk “Suatu hari, ketika Nabi Besar sedang berjalan bersama-sama Abu Dzar,
melindungiku, dan dia berkata pada mereka sama seperti yang dia lakukan terlihat pegunungan Ohad. Nabi berkata kepada Abu Dzar, ‘Jika aku
kemarin. mempunyai emas seberat pegunungan yang jauh itu, aku tidak perlu
melihatnya dan memilikinya kecuali bila diharuskan membayar utang-
Menjadi Sahabat Nabi Saw utangku. Sisanya akan aku bagi-bagikan kepada hamba Allah.”

Mendapat kepercayaan Nabi SAW, Abu Dzar ditugaskan Pelayan Dhuafa dan Pelurus Penguasa
mengajarkan Islam di kalangan sukunya. Meskipun tak sedikit rintangan yang
dihadapinya, misi Abu Dzar tergolong sukses. Bukan hanya ibu dan saudara- Semasa hidupnya, Abu Dzar Al-Ghifary sangat dikenal sebagai
saudaranya, hampir seluruh sukunya yang suka merampok berhasil penyayang kaum dhuafa. Kepedulian terhadap golongan fakir ini bahkan
diIslamkan. Itu pula yang mencatatkan dirinya sebagai salah seorang penyiar menjadi sikap hidup dan kepribadian Abu Dzar. Prinsip hidup sederhana dan
Islam fase pertama dan terkemuka. Rasulullah sendiri sangat menghargainya. peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di, di Syria. ia menyaksikan
Ketika dia meninggalkan Madinah untuk terjun dalam “Perang pakaian gubernur Muawiyah hidup bermewah-mewah. Ia malahan memusatkan
compang-camping”, dia diangkat sebagai imam dan administrator kota itu. kekuasaannya dengan bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan
Saat akan meninggal dunia, Nabi memanggil Abu Dzar. Sambil memeluknya, dengan itu mereka telah menumpuk harta secara besar-besaran. Ajaran
Rasulullah berkata: “Abudzar akan tetap sama sepanjang hidupnya.” Ucapan egaliter Abu Dzar membangkitkan massa melawan penguasa dan kaum
Nabi ternyata benar, Abudzar tetap dalam kesederhanaan dan sangat saleh. borjuis itu. Keteguhan prinsipnya itu membuat Abu Dzar sebagai ‘duri dalam
Seumur hidupnya ia mencela sikap hidup kaum kapitalis, terutama pada masa daging’ bagi penguasa setempat. Ketika Muawiyah membangun istana
khalifah ketiga, Usman bin Affan, ketika kaum Quraisy hidup dalam hijaunya, Al-Khizra, Abu Dzar salah satu ahlus shuffah (sahabat Nabi SAW
gelimangan harta. Bagi Abu Dzar, masalah prinsip adalah masalah yang tak yang tinggal di serambi Masjid Nabawi) ini mengkritik khalifah, “Kalau
bisa ditawar-tawar. Itu sebabnya, hartawan yang dermawan ini gigih Anda membangun istana ini dari uang negara, berarti Anda telah
mempertahankan prinsip egaliter Islam. Penafsirannya mengenai “Ayat menyalahgunakan uang negara. Kalau Anda membangunnya dengan uang
Kanz” (tentang pemusatan kekayaan), dalam surat At-Taubah, menimbulkan Anda sendiri, berarti Anda melakukan ‘israf’ (pemborosan).” Muawiyah
pertentangan pada masa pemerintahan Usman, khalifah ketiga. “Mereka yang hanya terpesona dan tidak menjawab peringatan itu. Muawiyah berusaha
suka sekali menumpuk emas dan perak dan tidak memanfaatkannya di jalan keras agar Abu Dzar tidak meneruskan ajarannya. Tapi penganjur
egaliterisme itu tetap pada prinsipnya. Muawiyah kemudian mengatur sebuah ucapannya membuatnya berperan dalam dakwah Islam. Menurutnya,
diskusi antara Abu Dzar dan ahli-ahli agama. Sayang, pendapat para ahli itu kebenaran yang tidak diucapkan bukanlah suatu kebenaran sehingga ia tidak
tidak mempengaruhinya. Muawiyah melarang rakyat berhubungan atau segan menegur segala jenis kemungkaran yang dilihatnya dengan mata
mendengarkan pengajaran salah satu sahabat yang ikut dalam penaklukan kepalanya sendiri. Abu Dzar sangat memegang teguh apa yang telah
Mesir, pada masa khalifah Umar bin Khattab ini. Kendati demikian, rakyat Rasulullah wasiatkan padanya tentang cara menentang penguasa yang
tetap berduyun-duyun meminta nasihatnya. Akhirnya Muawiyah mengadu menumpuk harta untuk kepentingan pribadinya. Ia sangat ingat bahwa
kepada khalifah Usman. Ia mengatakan bahwa Abu Dzar mengajarkan Rasulullah melarangnya untuk menggunakan pedang untuk mengatasi hal
kebencian kelas di Syria, hal yang dianggapnya dapat membawa akibat yang semacam itu. Oleh karena itulah, ia menggunakan lisannya yang lebih tajam
serius. Khalifah segera memanggil Abu Dzar. Memenuhi panggilan Khalifah, dari pedang untuk mengingatkan para penguasa yang menumpuk harta untuk
Abu Dzar mendapat sambutan hangat di Madinah. Namun, ia pun tak kerasan kepentingannya pribadi. Abu Dzar Al-Ghifari juga merupakan seorang
tinggal di kota Nabi tersebut karena orang-orang kaya di kota itu pun tak sahabat Nabi SAW yang terkenal dengan perbendaharaan ilmu
menyukai seruannya utnuk pemerataan kekayaan. Akhirnya Utsman meminta pengetahuannya dan keshalehannya. Sayyidina Ali ra berkata mengenai Abu
Abu Dzar meninggalkan Madinah dan tinggal di Rabza, sebuah kampung Dzar : “Abu Dzar ialah penyimpan jenis-jenis ilmu pengetahuan yang tidak
kecil di jalur jalan kafilah Irak Madinah. dapat diperoleh dari orang lain.”

Pada saat Abu Dzar mengalami sakaratul maut, istrinya menangis dan
iapun menanyakan mengapa ia menangis. Istrinya menjawab bahwa ia sedih
karena tidak tahu bagaimana akan mengkafaninya karena tak ada 1 kainpun
yang tersisa. Abu Dzar pun menceritakan kisahnya bersama Rasulullah,
beliau bersabda : “Pastilah ada salah seorang di antara kalian yang akan
meninggal di padang pasir liar, yang akan disaksikan nanti oleh serombongan
Anggota Kelompok :
orang–orang beriman…!”. Orang yang dimaksud Rasulullah itu benarlah Abu
Dzar karena kemudian ada serombongan orang beriman yang lewat padang 1. Rohan Pranata
pasir yang berada di Rabadzah itu yaitu Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin 2. Erick Prabowo
Mas’ud menangis ketika melihat Abu Dzar telah meninggal dunia dan ia
membenarkan ucapan Rasulullah pada saat perang Tabuk tentang Abu Dzar :
3.
“Anda berjalan sebatang kara…Mati sebatang kara….Dan dibangkitkan nanti 4.
sebatang kara…!” Rasulullah mengucapkan ini karena pada saat perjalanan
menuju medan perang, Abu Dzar dan keledainya tertinggal dengan
rombongan lainnya karena kelelahan dari keledainya. Akhirnya, Abu Dzar
pun turun dari keledai itu dan membawa seluruh barang bawaannya di
punggungnya untuk bergegas menyusul Rasulullah yang sudah berada jauh di
depannya. Ketika Rasulullah melihat Abu Dzar yang berjalan dengan
terburu–buru membawa banyak barang di punggungnya, Rasulullah pun
tersenyum bahagia karena sungguh ia melihat seorang yang begitu kuat
keinginannya untuk berjuang di jalan Allah tanpa ragu dan keengganan
sedikitpun karena Rasulullah melihat kegembiraan di wajah Abu Dzar saat ia
berlari bergegas menyusul Rasulullah. Watak Abu Dzar yang sangat keras
dan sangat menjunjung yang haq dan memberantas yang batil melalui

Anda mungkin juga menyukai