Buku Ilmiah Sitti Mariam
Buku Ilmiah Sitti Mariam
Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan
yang lebih terang.
Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung lancarnya buku ajar
ini mulai dari proses penulisan hingga proses cetak, yaitu orang tua kami, rekan-rekan kami, penerbit,
dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Adapun, buku ajar kami yang berjudul PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PADA
MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR ini telah selesai kami buat secara semaksimal dan sebaik
mungkin agar menjadi manfaat bagi pembaca yang membutuhkan informasi dan pengetahuan
mengenai bagaimana model pembelajaran pada matema
2
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................4
BAB I..............................................................................................................5
KONSEP.........................................................................................................5
A. Konsep Model Pembelajaran.............................................................5
B. Konsep Strategi Pembelajaran..........................................................7
C. KONSEP METODE PEMBELAJARAN............................................10
D. KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN...................................12
BAB II...........................................................................................................15
RAGAM MODEL PEMBELAJARAN............................................................15
A. MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...............................15
1. Pengertian model pembelajaran PBL..........................................15
2. Langkah-langkah model pembelajaran PBL................................16
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran PBL.................16
4. Penerapan model Problem Basic Learning (PBL).......................17
B. MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)19
1. Pengertian model pembelajaran PJBL........................................19
2. Langkah-langkah model pembelajaran PJBL..............................21
3. Kelebihan dan kelemahan PJBL..................................................21
4. Penerapan project based learning (PJBL)...................................23
C. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING.....................24
1. Pengertian model pembelajaran discovery learning...................24
2. Langkah-Langkah Operasional Model Pembelajaran Discovery Learning 25
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran discovery learning 26
4. Penerapan Model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran 30
D. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING...........................31
1. Pengertian Model pembelajaran inquiry learning........................31
2. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry learning..............31
3. Kelebihan dan kelemahan modek pembelajaran inquiry learning32
4. Penerapan model pembelajaran inquiry learning dalam pembelajaran 33
3
E. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING...........................35
1. Pengertian problem solving.........................................................35
2. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving.............35
3. Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran problem solving36
4. Penerapan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran 37
F. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING..........................38
1. Pengertian model pembelajaran problem solving.......................38
2. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving.............39
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Posing41
4. Penerapan model pembelajaran problem possing......................42
Bab III...........................................................................................................44
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik........................................44
A. Pengertian........................................................................................44
C. Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik48
D. Kelebihan Dan Kelemahan Ppendekatan Pembelajaran Matematika Realistik 49
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51
4
BAB I
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) model
pembelajaran (2) pendekatan pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) strategi pembelajaran.
A. Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan.Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan berbagai prinsip atau
teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori yang lain yang
mendukung.
Menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk dari pembelajaran yang tergambar
dari awal hingga akhir
Joyce & Weil mempelajari model- model berdasarkan teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan Pola Umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharpkan. Joyce & Weil
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru memilih model pembelajaran
yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
5
B. Strategi pembelajaran
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan
rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll (1992)
dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai
tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980)
mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick
& Carey (1996) berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur
kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi
pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan
digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan
digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah,
lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan. Gerlach & Ely (1980)
juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa
siswa akan betul-betul mencapai tujuan pembelajaran. Kata metode dan teknik sering
digunakan secara bergantian.
6
C. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran.
Tiap pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik tertentu, dan berbeda antara
satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap pendekatan. Pendekatan
pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas
dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang
dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Menurut Sagala (2012: 71) Pendekatan
konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir
abstrak.Konsep memiliki banyak arti tetapi dalam kegiatan belajar mengajar, konsep adalah
akibat dan suatu hasil belajar, misal suatu saat seseorang belajar mengenal kesimpulan
benda-benda dengan jalan membedakan satu sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh
adalah memasukan suatu benda kedalam suatu kelompok tertentu dan mengemukakan
beberapa contoh dan kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan
yang kedua inilah yang memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa
sebagai suatu anggota kelompok. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses (Afrial, 2012). Pendekatan ini
dilatar belakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-Romantis” dan teori
kognitif gestal. Naturalisme-romantis menekankan kepada aktifitas siswa. Dan teori kognitif
gestal menekankan pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.
7
D. Metode pembelajaran
Uno & Mohamad (2012: 7) mengemukakan pendapatnya yaitu “Metode pembelajaran
didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Metode pembelajaran dapat dianggap
sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk
melakukan kegiatan pembelajaran. Setiap materi pembelajaran tidak dapat menggunakan
metode pembelajaran yang sama, oleh karena itu sebelum mengajar seorang guru harus
memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.
Adapun prinsip dalam memilih metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Bachtiar Rifva’i
(dalam Mira Seplitasari: 2013) yaitu:
1. Asas maju kelanjutan (continous progress) yang artinya memberi
kemungkinan pada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
2. Penekanan pada belajar sendiri, artinya anak-anak diberikan kesempatan
untuk mempelajari dan mencari bahan pelajaran lebih banyak lagi daripada yang
diberikan oleh guru.
3. Bekerja secara team, dimana anak mengerejakan sesuatu pekerjaan yang
memungkinkan anak bekerja sama.
4. Multi disipliner, artinya memungkinkan anak-anak untuk mempelajari sesuatu
meninjau dari berbagai sudut. Misalnya masalah rambut gonderong dapat dilihat dari
sudut kesehatan dan pandangan orang. Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan menurut
keperluan dan keadaan.
Metode pembelajaran banyak macamnya antara lain metode ceramah, metode tanya
jawab, metode kelompok, metode sosiodrama, metode diskusi, metode problem solving
dan masih banyak lagi. Sedangkan dalam alam penelitian ini, penulis menggunakan
metode pembelajaran guided note taking dan complette sentence.
8
BAB II
RAGAM MODEL /PENDEKATAN PEMBELAJARAN
9
3. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)
a. Kelebihan model PBL
Menurut Sanjaya (2007:218) kelebihan Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai
berikut:
a) Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok
b) Dengan Problem Based Learning (PBL) akan terjadi pembelajaran bermakna.
Siswa belajar memecahkan suatu masalah maka siswa akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan;
c) membuat siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas;
d) pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang meraka
lakukan, juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
belajar maupun proses belajar.
b. Kelemahan model (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang juga memiliki
beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2007:219), kelemahan Problem Based Learning
(PBL) adalah sebagai berikut:
a) jika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan,maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba;
b) perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan
pembelajaran;
c) pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) membutuhkan waktu
yang lama
d) tidak semua mata pelajaran matematika dapat diterapkan model ini.
10
4. Penerapan model Problem Basic Learning (PBL) pada pembelajaran
11
penyelidikan.
Mengembangkan Guru memantau Kelompok melakukan
dan menyajikan diskusi dan diskusi untuk
hasil karya membimbing menghasilkan solusi
pembuatan pemecahan masalah
laporan sehingga dan hasilnya
karya setiap dipresentasikan/disajikan
kelompok siap dalam bentuk karya
untuk
dipresentasikan
Menganalisis dan Guru membimbing Setiap kelompok
mengevaluasi presentasi dan melakukan presentasi,
proses pemecahan mendorong kelompok yang lain
masalah kelompok memberikan apresiasi.
memberikan Kegiatan dilanjutkan
penghargaan serta dengan merangkum/
masukan kepada membuat kesimpulan
kelompok lainnya. sesuai dengan masukan
Guru bersama yang diperoleh dari
peserta didik kelompok lainnya.
menyimpulkan
materi
17
f) Sesudah peserta didik menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
D. Model pembelajaran inquiry learning
1. Pengertian Model pembelajaran inquiry learning
Hamdayama (2014) model pembelajaran inkuiri adalah cara di dalam aktivitas
pendidikan agar semakin mengetahui serta mendapatkan alas an dari ide pemikiran
siswa sendiri. Jadi siswa harus berusaha sendiri tanpa ikut campur dari orang lain
“Menurut pengertian dari Ambarjaya (2012) mengenai model pembelajaran inkuiri
adalah hubungan aktivitas pendidikan dalam cara tanggap serta sistematis agar
mengetahui maupun mendapatkan balasan dari suatu masalah yang dimiliknyai. Jadi
siswa harus memiliki cara berpikir yang reseptif. Menurut irfan sugianto (2020) model
pembelajaran inkuiri adalah rangkaian dari suatu pengkajian yang melibatkkan seluruh
siswa agar berfikir secara teliti, analogis dan sistematis sehingga bisa memecahkan
masalah yang dihadapinnya. Jadi siswa harus aktif pada saat pembelajaran
berlangsung.
2. Langkah-langkah model pembelajaran inquiry learning
Berdasarkan pendapat dari Ngalimun (2012), menyatakan bahwa ada beberapa
langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri antara lain:
a) Memperoleh dan mengartikan persoalan, siswa bisa memberikan solusi atas
persoalannya. Siswa bisa memahami persoalan yang dihadapi
b) Menguraikan Hipotesis, Siswa bisa memiliki tentang jawaban sementara.
Siswa bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru
c) Memberikan informasi, siswa bisa memiliki informasi apapun dari orang lain.
Siswa bisa meningkatkan daya ingat untuk berpikir
d) Memeriksa dugaan sementara, siswa memiliki daya ingat yang kuat. Siswa
bisa memahami materi yang telah disampaikan oleh guru
e) \Mengambil ringkasan, siswa memiliki kesimpulan untuk meringkas semua
bacaan yang diambil. Siswa bisa meringkas dengan baik.
3. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inquiry learning
1) Kelebihan
Tanggapan dari Hamruni (2012), menyatakan bahwa ada beberapa keunggulan
model pembeajaran inkuiri, antara lain:
18
a) Bisa mengayomi keinginan seorang murid yang mempuyai keahlian di
atas semua, maka seorang murid yang mempuyai keahlian belajar baik, tidak
akan terhalang melalui murid yang rendah dari pembelajaran. Siswa bisa
memiliki kemampuan yang kuat untuk sekolah.
b) Melalui pertumbuhan intelektal belajar masa kini yang dijadikan
belajar merupakan cara perbedaan perilaku melalui pengetahuan.
c) Memperoleh peluang untuk peserta didik agar belajar tepat pada
keyakinan belajarnya. Siswa bisa percaya diri atas kemampuannya.
d) Mempertegas untuk menumbuhkan aspek keaktifan, kehadiran dan
keterampilan yang sama, maka pembelajaran rencana ini akan bertambah
bermanfaat. Siswa bisa merencanakan hal tersebut dengan baik dan benar.
2) Kelemahan
Menurut pendapat dari Mulyasa dalam Susanti (2014) ada 2 kelemahan dari
model pembelajaran inkuiri antara lain:
a)Rumit dari merencanakan pendidikan disebabkan oleh terhambatnya
melalui kebiasaan peserta didik dalam pembelajaran. Siswa harus bisa
memiliki kemampuan untuk semangat belajar.
b)Susah mengendalikan aktivitas serta tercapainnya dari peserta didik.
Siswa harus bisa memiliki kemampuan untuk belajar secara aktif
4. Penerapan model pembelajaran inquiry learning dalam pembelajaran
a. Orientasi, adalah tindakan selama membimbing situasi atau keadaan
pendidikan yang selalu respon. Guru mengontrol supaya peserta didik bisa
melakukan sistem pendidikan dengan aturan yang berlaku.
b. Merumuskan Masalah, cara memperoleh peserta didik melalui permasalahan
yang berhubungan dengan tebak-tebakan. Permasalahan yang diberikan
merupakan permasalahan yang merangsang peserta didik agar berkerja untuk
memberikan solusi terhadap persoalan serta peserta didik diarahkan agar
menghasilkan balasan yang benar
c. Meringkas Hipotesis, jawaban sementara pada suatu persoalan yang masih
diselidiki. Siswa bisa memiliki daya ingat yang kuat.
d. Menghimpun Data, kegiatan memilah penjelasan yang diperlukan agar
memeriksa hipotesis yang diusulkan. Siswa bisa menghimpun data dengan benar.
19
e. Memeriksa Hipotesis, cara memutuskan jawaban yang sudah cocok melalui
data serta penjelasan yang didapat berlandaskan untuk menggabungkan data,
f. Meringkas Kesimpulan, cara menjelaskan kembali yang didapatkan
berlandaskan dari memeriksa hipotesis. Siswa bisa memeriksakan kembali
dengan benar.
E. Model Problem Solving
1. Pengertian problem solving
Triatnata, Asri, dan Suadnyana (2014 : 3) mengemukakan bahwa model pembelajaran
problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat pola pikir
siswa berkembang, keaktifan siswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan
permasalahan atau persoalan yang dihadapi dengan tepat. Melalui proses pemecahan
masalah pada tahapan problem solving dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengalami dan membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Rahayu (2016 :
31) metode pemecahan masalah (problem solving) berbentuk penjelasan tentang
masalah, kejadian, peristiwa atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari
alternatif pemecahannya. Berdasarkan pendapat tersebut didapat kesimpulan bahwa
model pembelajaran problem solving adalah salah satu model pembelajaran yang dapat
dikembangkannya pola berpikir siswa dengan cara diselesaikannya suatu persoalan
atau masalah, kejadian atau dalam situasi tertentu.
2. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving
Terdapat 5 langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Solving (Widyawati, 2015 : 4) sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah kemampuan yang
diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
b. Menelaah masalah. Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan
adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
c. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis. Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data
dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
d. Pembuktian hipotesis. Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang
diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
e. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
3. Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran problem solving
20
1. Kelebihan
Kelebihan model pembelajaran Problem Solving, yaitu sebagai berikut:
a) Mendidik siswa untuk berpikir sistematis
b) Mampu mencari jalan keluar terhadap situasi yang dihadapi
c) Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek
d) Mendidik siswa percaya diri
e) Berpikir dan bertindak kreatif
2. Kelemahan
Kelemahan dari model pembelajaran Problem Solving, yaitu:
a) Memerlukan waktu yang cukup banyak
b) Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbeda-beda ada yang
sempurna dalam memecahkan masalah tetapi ada juga yang kurang dalam
memecahkan masalah.
4. Penerapan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
Dalam menerapkan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran
matematika yaitu guru harus memperhatikan karakteristik siswa kemudian guru
memberikan langkah-langkah dalam proses penerapan model problem solving misalnya
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada setiap individu tentang
masalah yang akan diajukan, agar setiap individu dapat memahami tentang
penyelesaian seperti apa yang akan diharapkan lalu Pengungkapan pendapat
(Brainstorming) diharapkan setiap individu dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat
tentang berbagai macam bagaimana cara menyelesaikan masalah matematika.
Kemudian Evaluasi dan Pemilihan (Evaluation and Selection) setiap individu dibagi
dalam berbagai kelompok untuk mendiskusikan pendapat-pendapat atau cara-cara yang
cocok untuk masalah tersebut setelah itu Implementasi (Implememtation) setiap
kelompok maupun individu harus mampu menentukan cara mana yang akan diambil
untuk menyelesaikan masalah tersebut, kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
26
(materi yang diajarkan) dengan dan atau dalam kehidupan sehari-hari. Semua kajian tersebut
akan secara independen dikonstruksi dan dikembangkan oleh siswa. Selain itu, penyelesaian
masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa lainnya.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa PMR efektif dalam meningkatkan
kemampuan matematis siswa (Ahmad & Asmaidah, 2017; Alamiah & Afriansyah, 2017; Lisnani,
2019; Muhtadi & Sukirwan, 2017).
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto (2007) adalah
sebagai berikut:
1. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan untuk
memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
2. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model matematika melalui
pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya.
3. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka
temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya).
4. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang
telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.
5. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang memang
ada hubungannya.
6. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasilhasil dari
pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit.
7. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil yang siap
pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning
by doing (belajar dengan mengerjakan).
27
2. Dunia abstak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan
tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa. Di sini model dapat berupa keadaan atau
situasi nyata dalam kehidupan siswa, seperti ceritacerita lokal atau bangunan-bangunan
yang ada di tempat tinggal siswa. Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari
bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.
3. Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri dalam proses
mematematikakan dunia mereka. Artinya, siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan
oleh guru.
4. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun
antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran
matematika. Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain, bertanya
dan menanggapi pertanyaan, serta mengevaluasi pekerjaan mereka Hubungan di antara
bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia
nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian
masalah.
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik Uraian di atas jelas menggambarkan
langkah-langkah pembelajaran matematika realistik. Secara umum langkah-langkah
pembelajaran matematika realistik dapat dijelaskan sebagai berikut (lihat Zulkardi, 2002):
1. Persiapan Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh
siswa dalam menyelesaikannya.
2. Pembukaan Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang
dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa diminta untuk
memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.
3. Proses pembelajaran Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara
kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di
depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan
terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas
dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik
serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
28
4. Penutup Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas,
siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa
harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Nurfitriyanti, Maya. Dkk. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif. 6(2). 149-160.
Punaji Setyosari. (Juli 2006). Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Makalah Disampaikan Dalam Pelatihan Dosen-Dosen PGSD FIP UNY Di Malang.
Sugianto, Irfan. Dkk. 2020.Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Kemandirian Belajar Siswa Di Rumah. Jurnal Informasi Penelitian. 1 (3). 159-169.
Suryanto. 2007. ”Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. Majalah PMRI.
5(1). 8 – 10.
Tyas, Retnaning. 2017. Kesulitan Penerapan Problem Based Learning Dalam
Pembelajaran Matematika. Tecnoscienza. 2(1). 42-51.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Zainal, F.N. 2020. Problem Based Learning Pada Pembelajaran Matematika Di
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu. 6(3).
31