Uts Akuntansi Pemerintah
Uts Akuntansi Pemerintah
1. Jelaskan tentang sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia dan jelaskan pula
peran akuntansi pemerintah di Indonesia.
Sistem pemerintahan di Indonesia
Sistem pemerintahan di Indonesia adalah sistem pemerintahan republik dengan
bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang didasarkan pada konstitusi
Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintahan Indonesia bersifat
demokratis dengan pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih melalui pemilihan
umum. Presiden merupakan kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden
memiliki kekuasaan untuk membentuk kabinet, mengatur pemerintahan, dan
menjalankan kebijakan-kebijakan negara.
Kekuasaan legislatif dipegang oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). MPR adalah lembaga tertinggi dalam sistem
politik Indonesia dan bertanggung jawab atas perubahan konstitusi. DPR adalah
lembaga yang mewakili rakyat dan memiliki kekuasaan membuat undang-undang.
Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah
Agung (MA). MK bertanggung jawab untuk menafsirkan undang-undang dasar dan
mengadili perselisihan yang berkaitan dengan konstitusi. MA merupakan lembaga
pengadilan tertinggi yang memutuskan perkara-perkara yang diajukan
kepadanya.
Selain tiga kekuasaan utama tersebut, Indonesia memiliki lembaga-lembaga
pemerintahan lainnya seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengawasi
keuangan negara, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melawan korupsi, dan
Komisi Yudisial (KY) yang mengawasi perilaku hakim.
Sistem pemerintahan Indonesia juga mengakui otonomi daerah, di mana
pemerintahan daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengelola urusan
di daerahnya sendiri sesuai dengan prinsip desentralisasi. Otonomi daerah ini
terwujud dalam bentuk pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota.
2.
a. Jelaskan siklus penyusunan APBN
Siklus penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah
serangkaian tahapan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menyusun
anggaran negara setiap tahun fiskal. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:
a. Perencanaan Awal: Pemerintah menetapkan kerangka kebijakan
ekonomi dan sosial serta sasaran dan prioritas pembangunan sebagai
dasar penyusunan APBN.
b. Perencanaan Lanjutan: Pemerintah melakukan analisis dan perumusan
kebijakan yang lebih rinci, termasuk identifikasi sumber pendapatan,
proyeksi pengeluaran, dan perhitungan defisit atau surplus anggaran.
c. Penyusunan Rancangan APBN: Pemerintah menyusun rancangan APBN
dengan alokasi dana untuk sektor pemerintahan dan program prioritas.
Kementerian Keuangan dan lembaga terkait terlibat dalam penyusunan
ini.
d. Pembahasan dan Persetujuan: Rancangan APBN dibahas oleh DPR,
dievaluasi, dan jika perlu, mengalami perubahan. APBN disetujui dan
disahkan melalui Undang-Undang APBN oleh DPR.
e. Pelaksanaan APBN: APBN mulai diterapkan pada tahun anggaran yang
bersangkutan. Pemerintah melaksanakan pengeluaran dan pendapatan
sesuai alokasi yang ditetapkan. Kementerian, lembaga, dan pemerintah
daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan kegiatan
sesuai alokasi anggaran.
f. Evaluasi dan Pemantauan: Pemerintah melakukan evaluasi dan
pemantauan terhadap pelaksanaan APBN, termasuk pencapaian target
anggaran, efektivitas penggunaan dana, dan dampak kebijakan yang
diimplementasikan. Evaluasi ini digunakan sebagai dasar perbaikan dan
perencanaan anggaran di masa mendatang.
Siklus penyusunan APBN ini bertujuan untuk mencapai pengelolaan
keuangan negara yang efektif, transparan, dan akuntabel. Dengan melalui
tahapan yang terstruktur, pemerintah dapat memastikan alokasi dana yang
tepat, mendukung pembangunan nasional, serta memenuhi kebutuhan
masyarakat secara adil dan berkelanjutan.
b. Jelaskan siklus penyusunan APBD
Siklus penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di
Indonesia melibatkan beberapa tahapan penting setiap tahunnya. Berikut
adalah rangkuman tahapan dalam siklus penyusunan APBD:
1) Perencanaan Awal: Penyusunan perencanaan awal berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan arah kebijakan
nasional.
2) Penyusunan Rancangan Awal: Pemerintah daerah menyusun rancangan awal
APBD yang mencakup rencana pendapatan dan rencana belanja.
3) Konsultasi Publik: Rancangan awal APBD diumumkan dan dilakukan
konsultasi publik untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari
masyarakat.
4) Penyusunan Rancangan Akhir: Pemerintah daerah menyusun rancangan akhir
APBD dengan mempertimbangkan masukan dari konsultasi publik dan saran
dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
5) Pembahasan dan Persetujuan: Rancangan akhir APBD dibahas dan disetujui
dalam rapat antara pemerintah daerah dan DPRD. DPRD memiliki
wewenang untuk mengusulkan perubahan dan menyetujui APBD.
6) Pelaksanaan APBD: Pemerintah daerah melaksanakan anggaran sesuai
dengan alokasi yang telah ditetapkan. Ini melibatkan pelaksanaan
kegiatan, pemantauan penggunaan dana, dan pelaporan kinerja.
7) Evaluasi dan Audit: Pada akhir tahun anggaran, dilakukan evaluasi
terhadap pencapaian target dan kinerja APBD. Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) juga melakukan audit terhadap pengelolaan keuangan dan laporan
keuangan pemerintah daerah.
Dengan mengikuti siklus penyusunan APBD ini, diharapkan pengelolaan
keuangan pemerintah daerah menjadi lebih terencana, akuntabel, dan
transparan, serta dapat memenuhi kebutuhan dan prioritas masyarakat
setempat.
c. Berikan analisis anda permasalahan apa saja yang sering terjadi dalam
penyusunan anggaran dan bagaimakah mengatasi permasalahan anggaran
tersebut.
Dalam penyusunan anggaran, beberapa permasalahan yang sering terjadi
antara lain:
1) Ketidaktepatan Proyeksi Pendapatan: Salah satu permasalahan umum
adalah ketidaktepatan proyeksi pendapatan. Pendapatan yang
direncanakan seringkali tidak sesuai dengan yang tercapai, baik karena
faktor eksternal seperti fluktuasi ekonomi, perubahan kebijakan, atau faktor
internal seperti kurangnya analisis yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara pendapatan dan belanja yang direncanakan.
2) Prioritas yang Tidak Jelas: Penyusunan anggaran seringkali menghadapi
masalah dalam menetapkan prioritas yang jelas. Prioritas yang tidak jelas
dapat mengakibatkan alokasi anggaran yang tidak efisien dan tidak
mendukung tujuan pembangunan yang lebih luas. Ketidakjelasan ini bisa
disebabkan oleh kepentingan politik yang mendominasi proses pengambilan
keputusan atau kurangnya koordinasi dan komunikasi antara pihak-pihak
terkait.
3) Kurangnya Partisipasi Publik: Partisipasi publik yang minim dalam proses
penyusunan anggaran dapat menghasilkan anggaran yang tidak responsif
terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ketidaktransparanan dalam
pengambilan keputusan dan kurangnya mekanisme yang memfasilitasi
partisipasi publik dapat mengurangi akuntabilitas dan meningkatkan potensi
penyalahgunaan anggaran.
4) Pengeluaran yang Tidak Efektif: Salah satu permasalahan penting adalah
pengeluaran yang tidak efektif atau tidak tepat sasaran. Banyak anggaran
yang dihabiskan untuk kegiatan yang tidak memberikan hasil yang
diharapkan atau tidak sejalan dengan prioritas pembangunan. Kurangnya
pemantauan dan evaluasi kinerja anggaran serta lemahnya mekanisme
pengendalian dapat menyebabkan pemborosan dan penyalahgunaan
dana publik.
1) Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran dilakukan dengan menetapkan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran
yang telah ditetapkan harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, keterukuran,
kelayakan, dan kepatutan.
2) Permintaan Barang atau Jasa
Untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, pemerintah daerah
membuat permintaan barang atau jasa. Permintaan ini harus memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan, seperti melalui proses seleksi, memiliki Surat Perintah Kerja
(SPK), dan lain-lain.
3) Penerimaan Barang atau Jasa
Setelah barang atau jasa diterima, pemerintah daerah melakukan verifikasi atas
kebenaran dan kesesuaian dengan pesanan. Jika sudah sesuai, penerimaan barang
atau jasa dicatat dalam buku register barang atau jasa.
4) Pencairan Dana
Setelah penerimaan barang atau jasa, pemerintah daerah melakukan pencairan
dana. Pencarian dana ini dilakukan setelah terdapat bukti-bukti yang memadai,
seperti faktur atau surat pengantar. Pencarian dana ini juga memerlukan pengajuan
SPJ (Surat Pertanggungjawaban) kepada atasan langsung.
5) Pengajuan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
Setiap penggunaan anggaran harus diikuti dengan pengajuan SPJ, yang berisi
informasi tentang jenis dan jumlah barang atau jasa yang diterima, beserta dengan
bukti-bukti pendukung.
6) Pemeriksaan dan Persetujuan SPJ
Setelah SPJ diajukan, SPJ tersebut akan diperiksa oleh pejabat yang berwenang.
Jika SPJ telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka SPJ akan disetujui dan
anggaran akan dicatat dalam buku besar.
7) Pelaporan Keuangan
Setiap akhir tahun anggaran, pemerintah daerah wajib menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan arus kas, dan
laporan kegiatan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diperiksa dan
dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dan masyarakat.
8) Pengawasan dan Pemeriksaan
Seluruh proses penatausahaan belanja di pemerintah daerah harus diawasi dan
diperiksa oleh tim pengawasan dan pemeriksaan internal yang independen.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa proses penatausahaan belanja berjalan
sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
c. Berikan analisis anda permasalahan apa saja yang sering terjadi dalam
penatausahaan keuangn pemerintah daerah dan bagaimanakah mengatasi
permasalah tersebut.
Investasi dalam pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah saat ini
tentu memiliki dampak positif terhadap kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional.
Namun, hal tersebut juga harus dievaluasi secara kritis agar tidak menimbulkan dampak
negatif yang berkepanjangan. Berikut adalah evaluasi dan saran saya mengenai
beberapa investasi infrastruktur yang dilakukan pemerintah saat ini:
A) Jalan Tol
Jalan tol merupakan salah satu infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan konektivitas dan mobilitas masyarakat serta mempermudah distribusi
barang dan jasa. Meskipun demikian, pembangunan jalan tol yang dilakukan
sebaiknya tidak hanya dilakukan di daerah-daerah perkotaan, tetapi juga di
daerah-daerah yang terpinggirkan atau terabaikan. Selain itu, penting juga untuk
memperhatikan penggunaan teknologi dan desain yang ramah lingkungan dalam
pembangunan jalan tol.
B) Bandara
Investasi dalam pembangunan bandara yang dilakukan pemerintah saat ini, seperti
pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Bandara Internasional
Kertajati, merupakan upaya untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah dan
mempermudah akses transportasi udara. Namun, penting juga untuk memperhatikan
dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan, serta memastikan bahwa
pembangunan bandara tidak merugikan masyarakat setempat.
C) Kereta Cepat
Investasi dalam kereta cepat atau high-speed train adalah salah satu infrastruktur
transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan dalam mobilitas
antar kota. Meskipun demikian, pembangunan kereta cepat harus dipertimbangkan
secara matang terkait kelayakan finansial, teknis, dan sosial. Selain itu, perlu
dilakukan studi kelayakan yang lebih mendalam untuk memastikan keberhasilan
proyek kereta cepat tersebut.
D) Pelabuhan
Pembangunan pelabuhan yang dilakukan pemerintah saat ini, seperti pembangunan
Pelabuhan Patimban dan Pelabuhan Kuala Tanjung, merupakan upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan efisiensi dalam distribusi barang dan jasa. Namun,
perlu dilakukan penanganan yang tepat terkait dampak lingkungan dan sosial yang
ditimbulkan, serta memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan dalam
operasional pelabuhan tersebut.
E) Ibu Kota Negara Baru (IKN)
Pembangunan Ibu Kota Negara Baru (IKN) di Kalimantan Timur merupakan langkah
yang ambisius dalam meningkatkan tata kelola pemerintahan dan mempercepat
pembangunan nasional. Namun, penting untuk memperhatikan dampak sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan IKN tersebut. Selain
itu, perlu dilakukan perencanaan dan pengelolaan yang tepat agar pembangunan
IKN tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Berikut adalah beberapa saran inovasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka membangun smart government di Indonesia:
• Pengembangan Teknologi AI
Pemerintah dapat memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial
intelligence) untuk mengembangkan sistem pengambilan keputusan dan analisis
data yang lebih canggih dan efektif. Dengan menggunakan teknologi AI,
pemerintah dapat meningkatkan efisiensi dalam pengambilan keputusan dan
pelayanan publik.