Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
Indra Birawaputra,S.T.,M.T
NIP.19791215200812 1 003
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, pembangunan infrastruktur dan konstruksi telah
menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi perkembangan suatu negara.
Pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan perekonomian suatu negara
dengan membuka lapangan pekerjaan baru, mempermudah distribusi barang dan
jasa, serta menunjang berbagai sektor lainnya. Salah satu hal yang paling penting
dalam pembangunan infrastruktur dan konstruksi adalah pelaksanaan proyek yang
efektif dan efisien (Darmawan & Ari Rizky, 2019).
Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan
membutuhkan manajemen yang baik agar dapat berjalan dengan lancar. Pada
umumnya, proyek konstruksi melibatkan banyak pihak seperti pemilik proyek,
konsultan, kontraktor, dan subkontraktor. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem
manajemen proyek yang baik dan terorganisir dengan baik guna memastikan
keberhasilan pelaksanaan proyek.
Dalam pelaksanaan proyek, terdapat banyak aspek yang perlu diperhatikan,
antara lain aspek waktu, biaya, dan kualitas. Setiap proyek memiliki karakteristik
yang berbeda-beda dan membutuhkan pendekatan yang berbeda pula dalam hal
manajemen. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan menyeluruh sangatlah
penting untuk memastikan proyek dapat diselesaikan sesuai dengan target yang
telah ditentukan.
Pertumbuhan perkotaan dan pembangunan infrastruktur yang pesat sering kali
menyebabkan peningkatan kebisingan di kawasan perumahan dan komersial.
Proyek-proyek pembangunan seperti konstruksi jalan, gedung-gedung, pabrik, atau
transportasi dapat berkontribusi pada tingkat kebisingan yang lebih tinggi.
sumber kebisingan yang terkait dengan proyek-proyek konstruksi, seperti
mesin konstruksi, alat berat, generator, truk pengangkut, atau fasilitas industri.
Aktivitas-aktivitas ini dapat menghasilkan tingkat kebisingan yang signifikan dan
berpotensi mengganggu masyarakat sekitarnya.
1
Kebisingan yang dihasilkan oleh proyek konstruksi dapat mengganggu
kenyamanan hidup dan kesehatan penduduk sekitar, seperti gangguan tidur,
kelelahan, stres, dan gangguan pendengaran. Selain itu, kebisingan juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja penduduk sekitar yang bekerja di rumah atau di
tempat lain yang dekat dengan proyek konstruksi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi tingkat kebisingan pada proyek
konstruksi di kawasan Perumahan untuk mengetahui sejauh mana dampak
kebisingan yang dihasilkan dan menentukan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif tersebut. Evaluasi tingkat kebisingan pada proyek
konstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kebisingan dan
mengacu pada Peraturan yang berkaitan dengan kebisingan pada proyek konstruksi
di kawasan perumahan antara lain adalah Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Suara, dan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PermenLHK) No. 48 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Kebisingan bagi Kawasan Perumahan, Permukiman, dan
Kegiatan Lainnya. Selain itu, setiap daerah juga dapat memiliki peraturan daerah
(Perda) atau peraturan kepala daerah (Perkada) yang lebih spesifik terkait
pengendalian kebisingan. Peraturan-peraturan tersebut bertujuan untuk melindungi
kesehatan dan kenyamanan masyarakat dengan mengatur standar baku mutu
kebisingan yang diperbolehkan, tata cara pengukuran, serta langkah-langkah
pengendalian kebisingan yang harus diikuti oleh proyek konstruksi di kawasan
perumahan.
Penelitian tentang evaluasi tingkat kebisingan pada proyek konstruksi di
kawasan Perumahan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengambil
keputusan, misalnya pihak pengembang, pemerintah, atau masyarakat sekitar untuk
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap dampak negatif
kebisingan pada proyek konstruksi. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan
masukan bagi industri konstruksi untuk memperhatikan faktor lingkungan dalam
aktivitas mereka agar lebih ramah lingkungan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh proyek konstruksi di
kawasan perumahan?
2. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
kebisingan pada proyek konstruksi di kawasan perumahan?
3. Apakah peraturan atau regulasi yang berlaku terkait tingkat kebisingan pada
proyek konstruksi di kawasan perumahan, dan bagaimana
implementasinya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengukur dan menganalisis tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh proyek
konstruksi di kawasan perumahan.
2. Membuat inventarisasi upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat kebisingan pada proyek konstruksi di kawasan perumahan.
3. Mengevaluasi implementasi peraturan atau regulasi terkait tingkat
kebisingan pada proyek konstruksi di kawasan perumahan dan
mengidentifikasi kendala atau keberhasilan dalam implementasinya.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam kajian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya fokus pada evaluasi tingkat kebisingan yang dihasilkan
oleh proyek konstruksi di kawasan perumahan tertentu.
2. Penelitian ini hanya membahas dampak kebisingan terhadap kesehatan dan
kenyamanan penghuni perumahan di sekitar proyek konstruksi.
3. Penelitian ini hanya memperhitungkan faktor-faktor tertentu yang
berkontribusi pada kebisingan, seperti jenis konstruksi, waktu dan durasi
konstruksi, serta jarak antara proyek konstruksi dan perumahan.
4. Penelitian ini tidak membahas solusi atau rekomendasi yang tepat untuk
mengurangi kebisingan di proyek konstruksi
3
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi yang penting bagi pihak-pihak terkait, seperti pengembang
perumahan, kontraktor, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat mengenai
tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh proyek konstruksi di kawasan perumahan.
2. Memberikan rekomendasi dan solusi bagi pihak-pihak terkait dalam
mengatasi masalah kebisingan yang dihasilkan oleh proyek konstruksi di
kawasan perumahan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan
kesehatan masyarakat sekitar.
3. Sebagai acuan dan sumber referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk
melakukan penelitian serupa di masa depan, serta dapat memperluas
wawasan dan pemahaman mengenai masalah kebisingan pada proyek
konstruksi di kawasan perumahan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan
selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di
samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian
serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti
mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang
hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah
terpublikasikan atau belum terpublikasikan. Berikut merupakan penelitian
terdahulu yang masih terkait dengan tema yang penulis kaji.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Atma Noor Fitria, Wahyuni Susilowati,
dan Jonathan Saputra (2022) dalam penelitiannya yang berjudul "Kajian Pengaruh
Kebisingan Proyek Konstruksi Terhadap Kenyamanan Warga Permukiman
Sekitar". Jenis penelitian ini adalah penelitian yang mengkaji tentang dampak
kebisingan dari Proyek "X" yang berlokasi dekat dengan kawasan permukiman.
Kebisingan di definisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan serta kenyamanan lingkungan.
5
dan menyimpulkan bahwa kebisingan proyek memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap kenyamanan warga sekitar.
Keempat, Nasar Buntu Laulit, Wendy Winata, Erwin, Steven, Hendri Vinchen
“Penerapan Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3): Studi
Kasus Di Toko Aneka Karya Kusen Batam.” Penelitian ini bertujuan untuk
sosialisasi manajemen risiko bisnis terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
6
kepada pemilik dan pekerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara ke
Toko Aneka Karya Kusen di Kota Batam. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
penerapan alat keamanan K3 sangat penting untuk meminimalisir risiko kecelakaan
kerja. Informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman
terhadap pentingnya K3 di UMKM dan perusahaan tempat bekerja. Keselamatan
dan kesehatan kerja harus menjadi prioritas utama di atas hal-hal lainnya.
Keenam, Nasar Buntu Laulit, Wendy Winata, Erwin, Steven, Hendri Vinchen.
“Penerapan Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3): Studi
Kasus Di Toko Aneka Karya Kusen Batam”. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Indonesia berkontribusi sebesar 61.97 persen terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) negara. Namun, masih banyak pemilik dan pekerja UMKM
yang belum menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan baik.
Kurangnya perhatian dan informasi terkait K3 menyebabkan risiko kecelakaan dan
7
ketidaknyamanan dalam bekerja meningkat. Oleh karena itu, tim penulis
melakukan sosialisasi manajemen risiko bisnis K3 kepada UMKM melalui metode
observasi dan wawancara di Toko Aneka Karya Kusen di Kota Batam. Penelitian
ini juga menemukan bahwa penerapan alat keamanan K3 sangat penting untuk
meminimalkan risiko kecelakaan kerja. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang penting tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
bagi pembaca, terutama UMKM atau perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan
demikian, keselamatan dan kesehatan kerja menjadi prioritas utama di atas hal
lainnya.
8
BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah suara atau bunyi yang dianggap mengganggu atau tidak
diinginkan oleh pendengar. Kebisingan dapat berasal dari sumber-sumber seperti
lalu lintas, industri, konstruksi, alat musik, mesin rumah tangga, dan lain
sebagainya. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan manusia,
terutama jika terjadi dalam jangka waktu yang lama dan dalam intensitas yang
tinggi. Dampak kesehatan dari kebisingan dapat berupa gangguan pendengaran,
gangguan tidur, gangguan konsentrasi, peningkatan tekanan darah, dan masalah
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, pengendalian kebisingan sangat penting untuk
menjaga kesehatan dan kenyamanan masyarakat. (Cahyani, 2019)
9
Namun, standar kebisingan dapat berbeda-beda tergantung pada negara atau
wilayahnya, sehingga perlu untuk selalu memperhatikan peraturan dan aturan yang
berlaku di daerah tersebut.
Selain standar kebisingan yang ditetapkan oleh pemerintah, ada juga standar
kebisingan yang ditetapkan oleh organisasi internasional, seperti World Health
Organization (WHO) dan International Organization for Standardization (ISO).
Standar kebisingan dari WHO dan ISO biasanya digunakan sebagai acuan oleh
negara-negara yang belum memiliki standar kebisingan yang jelas.
WHO mengeluarkan rekomendasi bahwa paparan kebisingan pada lingkungan
hunian sebaiknya tidak melebihi 55 dB pada siang hari dan 40 dB pada malam hari.
Sedangkan ISO 1996-1:2016 mengatur standar kebisingan pada lingkungan hunian,
perkantoran, dan industri dengan kisaran baku mutu antara 30-75 dB tergantung
pada jenis kegiatan dan waktu pengukuran.
Namun, perlu diingat bahwa standar kebisingan hanyalah sebagai acuan atau
pedoman saja, dan tidak selalu dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Beberapa faktor seperti kondisi lingkungan, kepekaan individu terhadap
kebisingan, dan faktor subjektif lainnya dapat mempengaruhi persepsi dan dampak
kebisingan pada masyarakat. Oleh karena itu, selain memperhatikan standar
kebisingan yang berlaku, perlu juga untuk melakukan evaluasi dan pengukuran
kebisingan secara menyeluruh untuk menentukan dampak kebisingan terhadap
lingkungan dan masyarakat.
10
2. Frekuensi kebisingan: Frekuensi kebisingan yang berbeda-beda dapat
memiliki dampak yang berbeda pula pada manusia. Misalnya, kebisingan
dengan frekuensi rendah cenderung lebih sulit diatasi oleh manusia
dibandingkan dengan kebisingan dengan frekuensi tinggi.
11
4.3 Teori Kebisingan
Teori kebisingan berkaitan dengan studi mengenai sifat-sifat suara yang
mengganggu, seperti intensitas, frekuensi, dan durasi, serta dampaknya terhadap
manusia dan lingkungan. Kebisingan dapat dihasilkan dari berbagai sumber, seperti
kendaraan, industri, proyek konstruksi, alat musik, dan lain-lain. (Asmanto, dan
Arsandrie, 2020).
Teori kebisingan membahas mengenai efek fisik, psikologis, dan sosial dari
kebisingan pada manusia. Efek fisik dapat berupa gangguan pendengaran,
gangguan keseimbangan, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, dan risiko
penyakit jantung. Efek psikologis dapat berupa stres, kelelahan, kegelisahan, dan
depresi. Sedangkan efek sosial dapat berupa pengurangan kualitas hidup, gangguan
konsentrasi, dan pengurangan produktivitas.
Teori kebisingan juga mencakup berbagai standar dan peraturan yang
digunakan untuk mengukur dan mengendalikan kebisingan, seperti baku mutu
kebisingan dan alat pengukur kebisingan. Standar ini digunakan untuk melindungi
kesehatan dan kenyamanan masyarakat dari dampak kebisingan yang berlebihan.
Kebisingan merupakan salah satu jenis polusi lingkungan yang mempunyai
dampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan manusia. Untuk mengatasi
dampak tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dan pengukuran tingkat
kebisingan pada suatu lingkungan.
Beberapa teori yang dapat menjadi landasan dalam penelitian kebisingan antara
lain:
12
3. Teori Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan: Kebisingan dapat
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, seperti gangguan
pendengaran, stres, gangguan tidur, dan masalah psikologis lainnya.
13
kebisingan, memperbaiki tata letak dan desain bangunan, dan memperbaiki tata
kelola kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebisingan Solomo dalam (Lidwina,
2007).
14
Selain itu, aspek sosial dan psikologis juga menjadi perhatian dalam teori
lingkungan binaan. Hal ini meliputi analisis interaksi manusia dengan lingkungan
sekitarnya, termasuk faktor-faktor psikologis seperti persepsi, emosi, dan perilaku
manusia dalam lingkungan tersebut.
1. Karakteristik suara: Hal ini meliputi frekuensi, intensitas, dan durasi suara.
Frekuensi suara akan mempengaruhi bagaimana suara terdengar, sedangkan
intensitas dan durasi suara berkaitan dengan seberapa keras suara dan
berapa lama suara tersebut terdengar.
15
sebagainya, yang masing-masing memiliki karakteristik dan kegunaannya
sendiri.
16
kebisingan pada lingkungan kerja atau lingkungan sekitar. Evaluasi risiko
kebisingan bertujuan untuk menentukan apakah paparan kebisingan pada suatu
lingkungan dapat menyebabkan dampak kesehatan atau gangguan lain pada
manusia, serta untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk
mengurangi risiko tersebut.
Evaluasi risiko kebisingan dilakukan dengan mengukur tingkat kebisingan
pada lingkungan yang dipilih, kemudian membandingkan hasil pengukuran dengan
standar kebisingan yang telah ditetapkan. Jika hasil pengukuran melebihi standar
kebisingan, maka dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan tindakan yang perlu
diambil.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi risiko kebisingan
antara lain intensitas suara, durasi paparan, jarak antara sumber kebisingan dengan
manusia, dan kondisi lingkungan sekitar. Evaluasi risiko kebisingan juga dapat
melibatkan survei lapangan untuk mengidentifikasi sumber kebisingan dan
memperkirakan jumlah orang yang terpapar kebisingan.
Tujuan akhir dari evaluasi risiko kebisingan adalah untuk mengendalikan
paparan kebisingan dan mengurangi risiko yang terkait dengan kebisingan pada
lingkungan kerja atau lingkungan sekitar. Tindakan yang dapat diambil untuk
mengendalikan risiko kebisingan antara lain penggunaan alat pelindung telinga,
perubahan desain atau proses kerja, pengaturan jarak antara sumber kebisingan
dengan manusia, dan penerapan tindakan pencegahan lainnya.
17
3.8 Pengertian Metode Pengkuran
18
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Bagan Alir Penelitian
19
baku kebisingan yang berbeda-beda tergantung pada kebijakan dan regulasi yang
berlaku di negara tersebut.
Acuan yang dipakai dalam standar baku kebisingan adalah keputusan Menteri
lingkungan hidup (No 48 Tahun 1996) tentang: Baku Tingkat Kebisingan yang
pasal 1 dalam keputusan ini dimaksud dengan
1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;
2. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam
satuan Desibel disingkat dB;
3. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan
sehinggatidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan;
4. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
5. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup;
4.3 Metode Pengukuran
Dalam pengukuran tabel standar baku tingkat yang dijadikan acuan dasar
kebisingan yang masih bisa diterima.
Tabel 4.1 Standar Kebisingan
20
Dengan tahapan pengukuran sebagai berikut:
Pengukuran tingkatan kebisingan dapat diilakukan dengan dua cara:
1. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi db(A)
Selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap
5 (lima) detik.
2. Cara langsung
Dengan sebuah integrating sound meter yang mempunyai fasilitas pengukuran
LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran
selama 10 (sepuluh) menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada
siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 10 jam (Ls) pada waktu
06.00-22.00 dan aktifitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00-
06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan paling
sedikit 4 waktu pengkuran pada siang hari dan malam hari dan pada malam
hari paling sedikit 3 waktu pengkuran, sebagai contoh:
- L1 diambil pada jam 7.00 mewakli jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan
Sinambung
Setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah
(fluktuatif selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari
kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.
21
Satuannya adalah dB (A).
- LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
- LS = Leq selama siang hari
- LM = Leq selama malam hari
- LSM = Leq selama siang dan malam hari.
Metode Perhitungan
(dari contoh)
LS dihitung sebagai berikut :
LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.1001L5) dB (A)
LM dihitung sebagai berikut :
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.1001L5) dB (A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan
maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan.
LSM dihitung dari rumus :
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.1001L5) dB (A)
Metode Evaluasi
Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan yang
ditetapkan dengan toleransi +3 dB(A)
22
karakteristik demografis responden. Kuesioner tersebut kemudian diberikan kepada
responden yang dipilih secara acak atau melalui teknik pemilihan sampel yang
sesuai.
Setelah distribusi kuesioner, responden diminta untuk mengisi dan
mengembalikan kuesioner dengan cara yang telah ditentukan. Penting untuk
memberikan instruksi yang jelas kepada responden mengenai cara mengisi
kuesioner dan batas waktu pengembalian. Jika diperlukan, tindakan follow-up dapat
dilakukan untuk meningkatkan tingkat respons.
Setelah kuesioner dikumpulkan, data yang terkumpul akan diolah dan
dianalisis. Data dapat dianalisis menggunakan metode statistik untuk menghasilkan
informasi yang relevan terkait kebisingan di kawasan perumahan, seperti frekuensi
kebisingan, persepsi masyarakat, dan dampak yang dirasakan. Analisis data
tersebut dapat dilakukan menggunakan software statistik seperti SPSS atau Excel.
Metode pengumpulan data kuesioner tentang kebisingan memungkinkan
peneliti untuk memperoleh data dari sejumlah responden dalam jumlah yang lebih
besar secara efisien. Namun, perlu diperhatikan validitas dan reliabilitas kuesioner
agar hasil penelitian lebih akurat. Selain itu, menjaga kerahasiaan dan anonimitas
responden juga penting dalam menjaga integritas penelitian.
23
lokasi yang relevan. Data pengukuran ini memberikan informasi objektif
tentang tingkat kebisingan di tempat tersebut.
24
Dalam penggunaan data sekunder, penting untuk memverifikasi keandalan
dan validitas data tersebut serta memastikan bahwa data tersebut sesuai dengan
kebutuhan penelitian atau studi yang sedang dilakukan. Data sekunder dapat
digunakan sebagai sumber informasi tambahan untuk melengkapi data primer atau
sebagai dasar perbandingan dalam analisis dan interpretasi hasil penelitian tentang
kebisingan.
25
4.5 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian kebisingan adalah faktor-faktor yang diamati atau diukur dalam
suatu penelitian yang berhubungan dengan kebisingan. Variabel-variabel tersebut
mencakup aspek-aspek yang terkait dengan kebisingan, seperti tingkat kebisingan,
dampak kesehatan yang disebabkan oleh kebisingan, persepsi masyarakat terhadap
kebisingan, faktor-faktor penanggulangan kebisingan, dan sebagainya.
Kode
No Faktor yang diamati atau diukur dari dampak kebisingan
variabel
Pengetahuan untuk
1 X1.1
mengurangi kebisingan
Langkah-langkah
2 X1.2
pengurangan kebisingan
Pentingnya pengendalian
3 Faktor pengetahuan pekerja X1.3
kebisingan pada proyek
pengurangan kebisingan
Pengetahuan tentang
4 (X1) X1.4
pengendalian kebisingan
Efektivitas langkah-langkah
5 X1.5
pengendalian kebisingan
Saran atau rekomendasi
6 X1.6
tambahan
Pengetahuan tentang
7 peraturan atau regulasi X2.1
terkait kebisingan
Jenis peraturan atau regulasi
8 Faktor pengetahuan peratuan X2.2
terkait kebisingan
atau regulasi pekerja
Pengetahuan tentang batasan
(X2)
9 atau standar tingkat X2.3
kebisingan
Batasan atau standar tingkat
10 X2.4
kebisingan
26
Implementasi peraturan atau
11 X2.5
regulasi
Pengalaman terkait
12 X2.6
pelanggaran peraturan
Saran atau rekomendasi
13 untuk meningkatkan X2.7
implementasi
faktor-faktor pengetahuan yang mempengarui tindakan pekerja dan kontraktor
dalam keputusan untuk mengurangi kebisingan
1. Pengujian Validitas
Suatu instrumen (daftar pertanyaan) dalam kuesioner dikatakan
valid apabila pertanyaan tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Data penelitian yang sudah dikumpulkan
tidak akan berguna bila mana alat pengukur yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian tersebut tidak memiliki validitas yang tinggi.
Agar data yang diperoleh mencapai derajat akurasi yang signifikan, maka
validitas dan reliabilitasnya perlu diuji terlebih dahulu sebelum digunakan
(Hendra et all, 2013).
27
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi
yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan
menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam
menentukan layak atau tidaknya suatu item yang digunakan, biasanya
digunakan uji signifikansi valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor
total. Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan
secara parsial antara faktor-faktor pemilihan supplier material konstruksi di
Kota Manokwari, dengan melihat nilai koefisien korelasi. Rumus korelasi
yang digunakan adalah sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
𝑟𝑥𝑦 (4.1)
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
x = Nilai variabel X
y = Nilai variabel Y
Interval Tingkat
Koefisien Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,00 Sangat kuat
Sumber : Sugiono (2011 : 183)
28
2. Pengujian Reliabilitas
∑
𝑟 1 (4.2)
Keterangan :
𝑟 = Koefisien realibilitas
𝑆 = Mean kuadrat kesalahan
𝑆 = Varians total
∑ ∑
=
29
Tabel 4.3 Tabel Kriteria Reliabilitas
Tingkat
Nilai
Hubungan
𝑟 0,20 Sangat rendah
0,20 𝑟 0,40 Rendah
0,40 𝑟 0,70 Sedang
0,70 𝑟 0,90 Tinggi
0,90 𝑟 1,00 Sangat kuat
Sumber : Sugiono (2011)
30
Tabel 4.4 Taksiran Derajat Hubungan Uji Korelasi
Tingkat
Nilai Koefisien
Hubungan
0,00 - 0,20 Sangat Lemah
0,21 - 0,40 Lemah
0,40 - 0,70 Kuat
0,71 - 0,90 Sangat Kuat
0,91 – 0,99 Kuat Sekali
1,00 Sempurna
Sumber : Sugiono (2011)
Pengujian Metode
Korelasi dengan SPSS
31
BAB V
JADWAL PENELITIAN
5.1 Pengertian
Jadwal kegiatan penelitian adalah serangkaian daftar table yang menunjukan tahapan secara lengkap dari persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan dengan memberikan keterangan waktu di dalamnya. Sehingga hal ini merupakan bagian daripada
rancangan penyelesaian yang bersifat sistematis
Bulan
Jumlah
No kegiatan Bulan I Bulan II
Hari
I II III IV I II III IV
1 Pengumpulan Data 14
2 Analisis Data 14
3 Penulisan Laporan 14
4 Penyusunan Presentasi 7
5 Revisi Laporan Dan Persntasi 7
Finalisasi Laporan Dan
6 Presentasi 3
7 Presntasi Hasil Penelitian 1
Evaluasi Dan Penyerahan
8 Laporan 1
32
DAFTAR PUSTAKA
Winata, W., Laulit, N. B., Erwin, E., Steven, S., & Vinchen, H. (2023).
PENERAPAN Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3): Studi
Kasus Di Toko Aneka Karya Kusen Batam. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(01),
100-106.
Asmanto, P. S. P., & Arsandrie, Y. (2020). Dampak Pembangunan Proyek
Hotel Acacia Solo terhadap Kenyamanan Akustik Lingkungan Permukiman.
Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur 2020.
Cahyani, A. A. (2019). Pengaruh Kebisingan Lingkungan Kerja Terhadap
Produktivitas Kinerja Karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo.
Tri Astuti Jatiningrum. Penilaian Resiko Kebisingan Berdasarkan Analisa
Noise Mapping dan Dose Di Unit Produksi Hot Strip Mill P.T. Krakatau Steel
Cilegon-Banten. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
Laulit, N. B., Winata, W., Erwin, E., Steven, S., & Vinchen, H. (2023).
Penerapan Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Studi Kasus
di Toko Aneka Karya Kusen Batam. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(01), 100-106.
Atma Noor Fitria, Wahyuni Susilowati, dan Jonathan Saputra (2022) dalam
penelitiannya yang berjudul "Kajian Pengaruh Kebisingan Proyek Konstruksi
Terhadap Kenyamanan Warga Permukiman Sekitar".
Anggun Tri Kurniawatik, Khaerunnisa, Tasya Melek (2021) Information and
“Communications Technology (ICT) Pada Masyarakat Pedesaan Di Era
Globalisasi”.
RAHMI, WINA. "Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Pada Sekretariat Daerah Kota Payakumbuh." (2021).
Herukalpiko, Diah Kenanga, Apriatni Endang Prihatini, and Widayanto
Widayanto. "Pengaruh Kebijakan Harga, Atmosfer Toko Dan Pelayanan Toko
Terhadap Perilaku Impulse Buying Konsumen Robinson Department Store
Semarang." Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 3.1 (2014): 132-140.
lidwina, 2007. “Pengaru KEBISINGAN terdapat kecemasan pada keryawan di
bagian procecc plant P.T. antam Tbk. UBPE Pongkor.
33
Ramdan, Iwan M. "Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap
Perasaan Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur." The Indonesian
Journal of Public Health 4.1 (2007).
Keputusan Menteri lingkungan hidup (1996). Nomor 48 - kajian kepmen
lingkungan hidup. Diakses dari [file:///C:/Users/ACER/Downloads/213-
Article%20Text-756-1-10-20180413.pdf]
Darmawan, Ari Rizky. Analisis Dan Pengendalian Kebisingan Di Ruang
Departemen Spare Part Dan Las Pt. Sunrise Abadi. Diss. Fakultas Teknik Unpas,
2019.
34
LAMPIRAN
35