Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PENERAPAN RENCANA MUTU KONTRAK (RMK)

DALAM RANGKA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN


MUTU (SMM)
(Studi Kasus : Paket Ruas Jalan Nasional Wilayah II Sumatera
Barat)

Andi Martalata1, Purnawan2, Benny Hidayat3


1
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: martalataandi@yahoo.co.id
2
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: purnawan@gmail.com
3
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang.
Email: bennyhidayat.unand@gmail.com

ABSTRACT
Implementation of contract quality plan (RMK) is one way to ensure the quality of work
based on standard and it can to meet the community or consumers needs. RMK must be
made by the supplier or service company for each work performed. The objective of the
research to identify the suitability of RMK documents based on standards and evaluate
that application by contractors in Satuan kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
Province of West Sumatera. Then done interview and observation with contractor
personnel in some work packages and it to understand the obstacle in RMK
implementation. By using gap analysis obtained results of incomplete in the contractor
RMK document are the organizational structure of work, cash flow schedule and plan for
methods of verification, validation, monitoring, evaluation, inspection and testing required
along with the acceptance criteria. Whereas in its implementation, the largest difference
(gap) or the smallest percentage is implementation of master record/proof list, master list
of documents and quality objectives. In the making of RMK and that implementation by
the contractor also has several obstacle that need improvement.

Keywords : RMK, Quality, Contractor, National road, Gap analysis

ABSTRAK
Penerapan rencana mutu kontrak (RMK) adalah salah satu upaya untuk menjamin mutu
pekerjaan sesuai dengan standar sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atau
konsumen. RMK harus dibuat oleh penyedia barang/jasa untuk setiap pekerjaan yang
dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesesesuaian dokumen
RMK terhadap standar dan mengevaluasi penerapannya oleh kontraktor pada Satuan kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sumatera Barat. Maka dilakukan
wawancara dan observasi terhadap personil kontraktor pada beberapa paket pekerjaan,
sekaligus untuk mengetahui kendala dalam penerapan RMK. Dengan menggunakan
analisa kesenjangan diperoleh hasil berupa kekurangan yang umum terdapat dalam
dokumen RMK kontraktor yaitu struktur organisasi kegiatan, jadwal arus kas dan rencana
terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian yang
diperlukan serta kriteria penerimaan. Sedangkan dalam penerapannya, selisih (gap) yang
paling besar atau persentase penerapan paling kecil adalah penerapan daftar induk
Martalata, A, Purnawan, P and Hidayat, B (2017) Kajian Penerapan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Dalam Rangka Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) . In: Hidayat, B and Purnawan, P (Eds.)
Prosiding 4th Andalas Civil Engineering (ACE) Conference 2017, 9 November 2017, Universitas Andalas,
Padang. Jurusan Teknik Sipil Unand, 55-64
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

rekaman/bukti kerja, daftar induk dokumen dan sasaran mutu. Pada pembuatan dan
penerapan RMK kontraktor juga memiliki beberapa kendala yang perlu dilakukan
perbaikan.

Kata Kunci : RMK, Mutu, Kontraktor, Jalan nasional, Analisa kesenjangan

1. PENDAHULUAN

Dalam dunia konstruksi khususnya jalan terdapat berbagai macam permasalahan yang
kompleks dan perlu ditangani secara detail. Salah satunya bagaimana menghasilkan
konstruksi jalan harus sesuai standar mutu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat atau
konsumen. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan standar
sistem manajemen mutu (SMM) yang diakui secara nasional dan internasional. Dalam
hal ini diperlukan peran pemerintah dalam bentuk kebijakan khusus untuk mengatur
penerapan sistem manajemen mutu (SMM) (Asa, dkk, 2009).

Untuk itu Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Sumatera Barat (Satker
PJN II Sumbar), yang merupakan bagian integral dari Direktorat Jenderal Bina Marga,
perlu menyiapkan kerangka SMM sesuai tujuan yang ingin dicapai, yaitu produk atau
jasa yang bermutu untuk memuaskan masyarakat atau konsumen. Salah satu upayanya
adalah menyiapkan kerangka untuk pembuatan dan penerapan dokumen rencana mutu
kontrak (RMK) yang harus dibuat oleh kontraktor pada setiap proyek yang dikerjakan.
Dalam pembuatan dan penerapan RMK tersebut mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.04/PRT/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM)
Departemen Pekerjaan Umum dan Standar Prosedur Pelaksanaan (SOP) Rencana Mutu
Kontrak (RMK) No. DJBM/SMM/14.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana penerapan sistem
manajemen mutu pada proyek jalan nasional Wilayah II Provinsi Sumatera Barat.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kesesuaian dokumen RMK yang dibuat oleh Kontraktor dengan
standar pada Satker PJN II Sumbar;
2. Mengevaluasi bagaimana penerapan dokumen RMK oleh Kontraktor pada Satker
PJN II Sumbar.

2. STUDI PUSTAKA

Pengertian mutu menurut Nugroho, dkk (2012) dibedakan secara konvensional dan
secara strategis. Secara konvensional mutu diartikan sebagai suatu kondisi yang
mempunyai hubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dalam
rangka memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan. Sedangkan secara
strategis mutu merupakan segala sesuatu yang bisa memenuhi keinginan atau kebutuhan
pengguna jasa, jika tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa tersebut maka harus
dilakukan proses ulang. Gespersz (2008) mendefenisikan sistem manajemen mutu
(SMM) adalah suatu kumpulan prosedur yang terdokumentasi dengan praktek-praktek
standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari suatu

56
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu.
Kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh
pelanggan dan organisasi.

Menurut Menteri Pekerjaan Umum (2009), Mutu adalah Gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam pemenuhan
persyaratan yang ditentukan atau yang tersirat. Sedangkan Sistem manajemen mutu
(SMM) adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
dalam hal mutu, atau suatu sistem manajemen organisasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan non-konstruksi di setiap Unit
Kerja, Unit Pelaksana Kegiatan dan Penyedia Jasa dalam pencapaian mutu.

Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan dokumen sistem manajemen mutu (SMM)
yang disusun oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka
menjamin mutu sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pekerjaan, yang isinya terdiri
dari (Menteri Pekerjaan Umum, 2009) :
1. Informasi Kegiatan 10. Jadwal Arus Kas
2. Sasaran Mutu 11. Rencana terhadap metoda verifikasi,
3. Struktur Organisasi Kegiatan validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi
4. Tugas, tanggung jawab dan wewenang dan pengujian yang diperlukan beserta
5. Bagan alir pelaksanaan kegiatan kriteria penerimaannya.
6. Jadwal pelaksanaan kegiatan 12. Daftar Kriteria Penerimaan
7. Jadwal Peralatan 13. Daftar induk dokumen
8. Jadwal Material 14. Daftar Induk Rekaman/ Bukti Kerja
9. Jadwal Personil

3. METODOLOGI

3.1 Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan berupa studi pustaka dan studi penelitian-penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Literatur berupa buku-
buku, jurnal, disertasi dan tesis dari penelitian sebelumnya serta peraturan atau standar
tentang penerapan RMK dalam rangka penerapan SMM.

3.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa dokumen RMK dan dokumen kontrak, pada paket
pekerjaan yang ditinjau di ruas jalan nasional Satker PJN II Sumbar, kemudian
dilakukan pemeriksaan dan identifikasi kesesuaian dokumen RMK dengan standar
dengan mengggunakan form gap analysis checklist.

Selanjutnya melakukan wawancara langsung dengan Narasumber yaitu personil


kontraktor dan pihak owner/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang memiliki
kompetensi dengan penelitian yang dilakukan. Narasumber dalam wawancara ini
ditentukan dengan teknik nonprobability sampling berupa purposive sampling, dimana
terdapat pihak-pihak terlibat langsung dalam sebuah kegiatan (Mahzura, 2015).

57
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Wawancara dilakukan sekaligus untuk memperoleh kendala dalam RMK. Lalu


melakukan observasi dengan cara mengamati langsung penerapan komponen-komponen
RMK oleh kontraktor.

Identifikasi dokumen, wawancara dan observasi dilakukan yaitu terhadap paket


pekerjaan di wilayah Padang, Solok, Dharmasraya dan pesisir selatan, masing-masing
satu paket pekerjaan, dengan jumlah paket yang ditinjau adalah empat paket yang
dikerjakan oleh empat kontraktor/perusahaan yang berbeda (Perusahaan A, B, C dan D).
Wawancara dan observasi tersebut akan dinilai dengan cara penskoran terhadap
penerapan setiap sub komponen RMK, ditunjukan pada Gambar 1.

Dokumen RMK

Tidak
Apakah Ada Apakah
Tidak dipahami Ada Isi dokumen, dipahami Tidak
Skor 3 ada atau tidak? Skor 1
dan dan
diterapkan? diterapkan?

Ya Ya

Diterapkan Diterapkan
dengan baik dengan baik
Skor 4 atau belum atau belum Skor 2
Belum Belum
konsisten? konsisten?
konsisten Konsisten

Baik Baik
Skor 5 Skor 4

Gambar 1. Bagan alir penentuan skor penelitian


Keterangan:
- Skor 1 : Jika perusahaan tidak memahami dan tidak menerapkan komponen
rencana mutu kontrak (RMK).
- Skor 2 : Jika perusahaan memahami pentingnya hal tersebut namun tidak
melakukannya dengan konsisten.
- Skor 3 : Jika perusahaan memiliki dokumen tetapi tidak dipahami dan belum
diterapkan.
- Skor 4 : Jika perusahaan melakukan hal tetapi tidak konsisten, atau perusahaan
tidak memiliki dokumen tetapi sudah dilakukan dengan baik.
- Skor 5 : Jika perusahaan melakukan aktivitas dengan baik (dilakukan secara
konsisten).

58
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

3.3 Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan Gap analysis tools untuk melakukan perbandingan


antara kondisi aktual pada pelaksanaan proyek dengan kondisi yang ideal berdasarkan
standar acuan, yaitu dokumen RMK atau selisih antara nilai kondisi yang sedang terjadi
dengan kondisi yang ideal berdasarkan standar acuan. Nilai perbandingan atau selisih
(gap) tersebut akan diplotkan dalam bentuk bar chart, sehingga memudahkan untuk
dilihat komponen yang perlu diperbaiki. Pada penelitian ini juga dapat dilihat nilai
persentase penerapan RMK berdasarkan Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Penilaian penerapan RMK

No Persentase Uraian
1 100% Pembuatan dan penerapan RMK sudah dijalankan dengan baik.
2 91%-99% Pembuatan dan penerapan RMK sudah dijalankan namun terdapat
pembuatan atau penerapan belum konsisten.
3 76%-90% Beberapa sub komponen RMK belum dijalankan dengan baik namun
persyaratan lain sudah dilakukan.
4 51%-75% Banyak sub komponen RMK yang belum dibuat dan dijalankan dengan
baik.
5 0%-50% Penerapan sangat buruk. Perusahaan perlu memahami dan meninjau
ulang pembuatan dan penerapan dokumen RMK karena masih jauh dari
persyaratan.
Sumber : Prakasa, dkk (2015)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen RMK yang dibuat oleh kontraktor
dengan menggunakan form gap analysis checklist untuk setiap paket pekerjaan yang
ditinjau pada Satker PJN Wilayah II Sumbar, diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Perusahaan A
Komponen-komponen yang kurang dalam RMK yang dibuat oleh Perusahaan A adalah
sebagai berikut:
1. Sasaran Mutu 8. Rencana terhadap metoda verifikasi,
2. Struktur Organisasi Kegiatan validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi
3. Jadwal pelaksanaan kegiatan dan pengujian yang diperlukan beserta
4. Jadwal Peralatan kriteria penerimaannya.
5. Jadwal Material 9. Daftar Kriteria Penerimaan
6. Jadwal Personil 10. Daftar induk dokumen
7. Jadwal Arus Kas 11. Daftar Induk Rekaman/ Bukti Kerja
b. Perusahaan B
Komponen-komponen yang kurang dalam RMK yang dibuat oleh Perusahaan B adalah
sebagai berikut:

59
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

1. Sasaran Mutu 5. Rencana terhadap metoda verifikasi,


2. Struktur Organisasi Kegiatan validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi
3. Jadwal Personil dan pengujian yang diperlukan beserta
4. Jadwal Arus Kas kriteria penerimaannya.
6. Daftar Kriteria Penerimaan
7. Daftar induk dokumen

c. Perusahaan C
Komponen-komponen yang kurang dalam RMK yang dibuat oleh Perusahaan C adalah
sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi Kegiatan
2. Rencana terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan
pengujian yang diperlukan beserta kriteria penerimaannya.

d. Perusahaan D
Kekurangan komponen-komponen yang ada dalam RMK yang dibuat oleh Perusahaan
D adalah sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi Kegiatan 3. Rencana terhadap metoda verifikasi,
2. Jadwal Arus Kas validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi
dan pengujian yang diperlukan beserta
kriteria penerimaannya.
4. Daftar induk dokumen

4.2 Pembuatan Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Dari hasil pemeriksaan dokumen RMK, wawancara dan observasi yang dilakukan
terhadap kontraktor dengan menggunakan gap analysis tools untuk setiap paket
pekerjaan yang ditinjau pada Satker PJN Wilayah II Sumbar, dapat dilihat pada Gambar
2.

100.00%
90.00%
80.00%
Persentase penerapan

70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PT. A 100.00 64.00% 70.22% 80.00% 84.44% 66.67% 73.33% 75.56% 75.56% 76.00% 65.33% 71.11% 62.67% 56.67%
PT. B 100.00 73.33% 76.00% 81.33% 89.56% 95.33% 92.89% 92.00% 66.67% 78.67% 80.00% 79.11% 84.33% 88.67%
PT. C 100.00 91.33% 94.44% 88.00% 92.00% 96.67% 95.11% 97.78% 96.89% 93.33% 88.33% 93.78% 87.33% 83.67%
PT. D 100.00 92.00% 90.44% 92.00% 83.78% 95.67% 97.78% 97.78% 96.89% 86.67% 87.33% 97.33% 93.67% 87.00%

Gambar 2. Hasil Gap Analysis Tools Penerapan RMK oleh Kontraktor

60
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pelaksanaan RMK oleh Kontraktor di paket
pekerjaan yang ditinjau pada Satker PJN Wilayah II Sumbar, semua komponen terdapat
selisih (gap) dengan standar penerapannya, kecuali komponen informasi kegiatan. Nilai
gap paling besar atau nilai persentase penerapan paling kecil oleh semua kontraktor
yang ditinjau adalah penerapan daftar induk rekaman/bukti kerja, daftar induk dokumen
dan sasaran mutu. Namun, pada dasarnya semua komponen yang masih mempunyai
selisih (gap) dengan standar perlu dilakukan perbaikan, baik dalam pembuatan maupun
penerapannya.

4.3 Kendala Penerapan Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Dari hasil wawancara diketahui kendala yang menghambat dalam pembuatan dan
penerapan RMK oleh kontraktor, sebagai berikut :

- Belum sepenuhnya mengetahui tentang pembuatan komponen-komponen RMK


sesuai dengan proyek yang sedang dikerjakan.

- Personil masih ada yang belum benar-benar paham tentang mutu proyek dan
belum ada evaluasi mendalam tentang penerapan mutu di lapangan.

- Jika ada aturan atau spesifikasi terbaru terkadang personil tidak mengetahui
karena belum disosialisasikan, dan masih terdapat perbedaan persepsi dalam
pemahaman spesifikasi teknis.

- Kekurangan sumber daya seperti personil, peralatan dan material karena banyak
paket pekerjaan dan item kegiatan yang harus dikerjakan/diawasi dalam waktu
bersamaan.

- Proses pelaksanaan pekerjaan yang terhalang karena pengaruh cuaca yang sering
hujan, gangguan dari masyarakat, lahan yang belum bebas, gangguan
jaringan/utilitas yang berada di bawah tanah, kerusakan alat, lokasi proyek yang
jauh, kondisi medan yang susah dan bencana alam, longsor.

- Terdapat material dan hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan speksifikasi dan
mutu yang diharapkan.

- Masih belum bisa membedakan jenis pekerjaan yang akan dilakukan, antara
rutin kondisi atau rutin biasa karena konsep pekerjaan long segment.

- Kurang koordinasi pihak-pihak manajemen dalam pelaksanaan pekerjaan


personil.

- Terlalu banyak step-step pekerjaan yang harus di lewati, sehingga terkadang


tidak bisa dilakukan, karena kondisi lapangan.

61
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

- Belum ada personil untuk mengkoordinir penerapan RMK khususnya dalam


pengarsipan dan mengatur daftar induk rekaman/bukti kerja.

4.4 Usulan Perbaikan Penerapan Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Kekurangan yang diperoleh dari hasil gap analysis tools terhadap pembuatan dan
penerapan rencana mutu kontrak (RMK) serta kendala yang terjadi maka dapat
diberikan usulan perbaikan yang diperlukan untuk mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan yang terjadi, sebagai berikut:

- Mengadakan pelatihan atau workshop tentang pembuatan dan penerapan rencana


mutu kontrak (RMK) dan semua wakil dari kontraktor harus ikut serta.

- Mengadakan pelatihan atau workshop tentang mutu pekerjaan proyek,


didalamnya terdapat jenis-jenis pengujian mutu, peralatan, bahan dan metode
yang digunakan agar seluruh personil mengetahui dan memahami tentang mutu
dengan baik.

- Sosialisasi oleh pihak pemerintah atau instansi yang berwenang jika ada
keluaran aturan atau spesifikasi terbaru.

- Penambahan sumber daya personil, peralatan dan material pada pekerjaan sesuai
kebutuhan.

- Kontraktor harus bekerja sesuai dengan kemampuannya. Jika memiliki banyak


paket dan sudah sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki, maka sumber
dayanya juga harus banyak, antara lain personil, alat, dan material.

- Semua kegiatan kontraktor harus terencana dengan baik dan di dalamnya


memperhitungkan pengaruh cuaca yang sering hujan, gangguan dari masyarakat,
lahan yang belum bebas, gangguan jaringan/utilitas yang berada di bawah tanah,
kerusakan alat, lokasi proyek yang jauh, kondisi medan yang susah dan bencana
alam, longsor. Jika ada masalah didalam pelaksanaan maka harus diselesaikan
dengan aturan dan dilakukan secara bersama.

- Perlu diadakan sosialisasi kepada kontraktor tentang pekerjaan long segment.

- Perlu ditekankan lagi pada semua personil bahwa koordinasi yang baik sangat
dibutuhkan dalam sebuah kegiatan.

- Semua step pada bagan alir kegiatan harus dikerjakan, karena berhubungan
dengan mutu pekerjaan. Maka perlu semua unsur dalam sebuah kegiatan harus
saling mngingatkan untuk penerapan urutan yang ada pada bagan alir.

62
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

- Kontraktor menyediakan personil khusus untuk mengerjakan dan mengatur


daftar induk rekaman/bukti kerja agar semua pengarsipan teratur dan tertata rapi,
sewaktu-waktu mudah untuk diakses.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rencana mutu kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor di Satker PJN II
Sumbar pada paket pekerjaan yang ditinjau masih terdapat kekurangan baik
dalam pembuatan maupun dalam penerapan semua komponen RMK, kecuali
komponen informasi kegiatan.

2. Dalam pembuatan, kekurangan umum yang terdapat dalam dokumen RMK


adalah struktur organisasi kegiatan, jadwal arus kas dan rencana terhadap
metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian yang
diperlukan beserta kriteria penerimaan.

3. Dalam penerapan, selisih (gap) yang paling besar atau persentase penerapan
paling kecil oleh kontraktor adalah penerapan daftar induk rekaman/bukti kerja,
daftar induk dokumen dan sasaran mutu.

6. DAFTAR PUSTAKA

Asa, M.F., Abidin, I.S., dan Latief, Y. 2009. Faktor-faktor kritis dalam Sistem
Manajemen Mutu (SMM) untuk Optimasi Profitabilitas dan Daya Saing
Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia. Jurnal Teknik Sipil ITB, vol. 15, no. 3,
hal. 99-106. http://www.ftsl.itb.ac.id/?page_id=419 (diakses pada tanggal 3
November 2016).
Direktur Jenderal Bina Marga. 2012. Standar Prosedur Pelaksanaan (SOP) Rencana
Mutu Kontrak (RMK) No. DJBM/SMM/14. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Marga.
Gespersz, V. 2008. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Mahzura, F. 2015. Kajian penerapan pavement management system (PMS) pada jalan
nasional di Provinsi Sumatera Barat. Tesis Magister. Padang : Universitas
Andalas
Menteri Pekerjaan Umum. 2009. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

63
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Nugroho., M.S., Bisri, M. dan Anwar, M.R.,. 2012. Kajian Terhadap Implementasi
Manajemen Mutu Pada Pengelolaan Proyek Perumahan. Jurnal Rekayasa Sipil,
Vol. 6, No. 2, hal. 134-143. http://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/
view/214 (diakses pada tanggal 3 November 2016).
Prakasa, A.T., Setyanto, N.W. dan Kusuma, T.W.N. 2015. Analisis Penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Menggunakan Gap Analysis Tools (Studi
Kasus PT. Sahabat Rubber Industries, Malang). Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Sistem Industri, vol. 3 no. 1. https//journal.uii.ac.idindex. phpSnatiarticleview
File21792005 (diakses pada tanggal 25 Juli 2017).

64

Anda mungkin juga menyukai