Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH BERBASIS MUTU

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Teori dan Praktik Kepemimpinan

Dosen Pengampu: Drs. Wahyudi, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Qorina Alfada Nur Astuti (2003036039)


2. Fitria Hamlatul Barroh (2003036042)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Model Kepemimpinan Kepala Sekolah
berbasis Mutu.

Kami selaku penulis berterima kasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam
pembuatan makalah ini. Terutama kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam berproses. Dengan hormat kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Drs. Wahyudi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori dan Praktik
Kepemimpinan ini. Dan tak lupa bagi teman-teman yang selalu memberikan kami dorongan
semangat.

Makalah ini telah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang sudah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyaknya kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat membantu pembaca memahami materi
yang telah dipaparkan.

Dengan kerendahan hati, kami meminta maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Semarang, 3 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2

A. Pengertian Kepemimpinan Berbasis Mutu ................................................................ 2


B. Model-model Kepemimpinan Mutu .......................................................................... 3
C. Karakteristik Kepemimpinan Mutu........................................................................... 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10

Kesimpulan ..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin masa yang akan datang bukan saja individu yang memang terlahir sebagai
pemimpin, tetapi bisa dibentuk. Kepemimpinan terjadi bila seseorang mempengaruhi
pengikutnya untuk menerima permintaannya tanpa tampak adanya penggunaan kekuatan.
Melalui kemampuan mempengaruhi, seorang pemimpin membentuk dan menggunakan
kekuatan serta otoritas yang diterima dari pengikutnya. Luthans (2005:546)
mengungkapkan pengalaman Barry Posner yang mengatakan di masa lalu dunia bisnis
percaya bahwa seorang pemimpin itu kualitas pribadinya matang, bawaannya tenang, dan
berwibawa. Tetapi seorang pemimpin itu sesungguhnya manusia juga yang membutuhkan
sentuhan, empati, dan mereka perlu berada di tengah-tengah bawahannya, karena mereka
bagian dari apa yang terjadi, bukan terpisah dari apa yang terjadi.
Meskipun ada ketidaksesuaian dalam berbagai pendekatan tradisional terhadap teori
dan praktik kepemimpinan, namun sejarah menunjukkan perbedaan antara keberhasilan
dan kegagalan baik dalam bisnis maupun organisasi lainnya, semuanya berhubungan
dengan kepemimpinan. Sebagian besar karyawan percaya bahwa pemimpinlah yang
mengarahkan budaya dan menciptakan situasi yang dapat membuat karyawan bahagia,
berhasil, dan sejahtera. Kepemimpinan dalam organisasi adalah suatu proses yang misteri
tetapi vital. Itulah sebabnya studi mengenai kepemimpinan tetap saja menarik perhatian
para ahli untuk dipelajari dan diteliti terus-menerus serta memberi nasihat yang agak hati
hati mengenai akibat dari kepemimpinan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kepemimpinan Berbasis Mutu?
2. Bagaimana Model-model Kepemimpinan Mutu?
3. Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan Mutu?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Kepemimpinan Berbasis Mutu
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Model-model Kepemimpinan Mutu
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan Mutu

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Berbasis Mutu


Menurut Nawawi (2004) kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan atau
kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatankegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Hal ini dipertegas
dengan pendapat Robbins (2008) yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok dan mengarahkannya untuk mencapai
tujuan tertentu.
Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang
dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang lain
yang memimpinnya. 1 Slamet (2002) tugas pimpinan tidak hanya memberi perintah, tetapi
mendorong dan memfasilitasi perbaikan mutu pekerjaan yang dilakukan oleh anggota atau
bawahan. Upaya suatu organisasi untuk meningkatkan mutu kinerjanya memerlukan
adanya kepemimpinan yang selalu memotivasi anggota-anggota lain dari organisasi itu
untuk selalu memperbaiki mutu kerjanya. Rangkuman definisi kepemimpinan dari
berbagai pendapat tersebut adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan/mendorong/mempengaruhi/ menggerakkan bawahannya atau orang lain
agar bersedia melakukan/ berkontribusi atas sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan dengan fokus utama mutu, disebut kepemimpinan mutu. Usman (2013)
mengatakan bahwa kepemimpinan mutu adalah kepemimpinan dengan mengharapkan
sesuatu dengan sempurna dan terbaik. Sedangkan menurut Gaspert (2005), kepemimpinan
mutu pada dasarnya sebuah proses dampak peningkatan kualitas dengan pemimpin yang
mencoba mempengaruhi bawahannya untuk melaksanakan hal yang dianggap penting oleh
pemimpin. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan mutu akan berusaha untuk
meningkatkan kinerja setiap individu dan sumber daya organisasi lainnya, seperti alat atau
mesin, dana, dan prosedur kerja agar produktivitas dapat meningkat. Ketika produktivitas
kerja meningkat, dapat menciptakan kebanggaan bagi semua personal.
Menurut Nanang dan Mohammad (2007), dalam menjalankan fungsi kepemimpinan
mutu, pemimpin pendidikan harus dapat membantu menciptakan suasana sosial yang baik,
sehingga tercipta semacam persaudaraan kerja sama dengan rasa bebas, seperti: (1)

1
Sutikno dan Sobri, Pemimpin Dan Gaya Pemimpin (Lombok: Holistica, 2014).

2
membantu kelompok mengatur diri mereka sendiri; (2) Membantu kelompok dalam
menetapkan prosedur kerja; dan (3) bertanggung jawab untuk membuat keputusan dengan
tim. Kepemimpinan mutu terwujud dengan adanya usaha dan komitmen pimpinan untuk
membangun organisasi yang bermutu dan dukungan aktif dari semua karyawan yang
terlibat dalam kegiatan ini untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Arcaro (2006)
menyatakan bahwa pemimpin mutu adalah seseorang yang mengukur keberhasilan
individu dalam suatu organisasi. Ciri seorang pemimpin mutu pendidikan adalah mampu
menggambarkan visi organisasi kepada staf sekolah yang ada, dan memotivasi karyawan
untuk mengambil apa yang mereka butuhkan untuk mencapai visi tersebut. Jarome S.
Arcaro (2006) mengembangkan konsep kepemimpinan mutu mengacu pada konsep
tanggung jawab bersama antara pimpinan dengan bawahannya dan pemberdayaan personil
yang telibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Arcaro (2006) lebih lanjut berpendapat bahwa setiap orang adalah pemimpin dalam
piramida kualitas kepemimpinan ini. Oleh karena itu, ia bertanggung jawab atas masalah
mutu. Pemimpin mutu yang mencerahkan dan mendorong karyawannya untuk mencapai
tujuan utama organisasi. Dalam piramida kepemimpinan mutu, dewan sekolah, pengawas
dan administrator harus menyediakan staf dan guru dengan sumber daya yang diperlukan
untuk mendukung keberhasilan mereka. Dengan konsep kepemimpinan mutu ini, berarti
kekuatan mutlak yang telah ditetapkan dan dipegang oleh dewan sekolah, pengawas dan
pengurus dalam pengelolaan lembaga tidak dapat dipertahankan lagi dalam melaksanakan
visi pendidikan bermutu. Namun, ini tidak berarti bahwa dewan sekolah, pengawas, dan
administrator tidak memiliki kewenangan untuk membuat keputusan di bawah
kewenangan mereka berdasarkan undang-undang yang berlaku dan mencerminkan
perhatian, pendapat, sikap, dan kepentingan semua karyawan dan pelanggan mereka.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mutu merupakan aspek penting dan menjadi
sadar akan pendidikan yang bermutu. Tanpa pemimpin yang bermutu maka proses
perbaikan mutu tidak bisa dicapai, karena peningkatan kualitas membutuhkan komitmen
kepemimpinan dalam mutudan upaya mempengaruhi staf agar dapat bekerja dengan baik
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. 2

2
Indah Wahyuni and others, ‘Pengaruh Gaya Kepemimpinan Mutu Dan Distributif Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui 8 Standar Nasional Pendididkan (Snp)’, Jurnal Pendidikan Teknik
Sipil, 2.2 (2020), hal. 159–74.

3
B. Model-model Kepemimpinan Mutu
Kemampuan seseorang dalam menyelenggarakan berbagai fungsi manajerial
merupakan bukti paling nyata dari efektivitasnya sebagai seorang pemimpin sehingga
banyak gaya kepemimpinan yang digunakan untuk mengidentifikasi tipe-tipe
kepemimpinan.
Menurut Praseyo (2006: 28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam
proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang
mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itu,
menurut Flippo (1987: 394), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola
tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan
individu untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut University of lowa Studies, yang dikutip
Robbins dan Coulter (2002: 406), ada empat gaya kepemimpinan, sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator/Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan pada diri pemimpin secara penuh. Di sini pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan, memberitahukan sasaran apa saja yang ingin
dicapai dan cara mencapai sasaran tersebut, baik sasaran utama maupun sasaran
minornya. Ia juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya
dan pemberi jalan keluar apabila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain,
anggota tidak perlu memikirkan apa pun, cukup melaksanakan apa yang diputuskan
pemimpin. Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi
rendah, tetapi komitmennya tinggi.
Kepemimpinan diktator atau bisa disebut kepemimpinan otokratis/otoriter
adalah suatu kepemimpinan di mana seorang pemimpin bertindak sebagai diktator.
Pemimpin adalah penguasa dan semua kendali ada di tangan pemimpin. Seorang
diktator jelas tidak menyukai rapat, apalagi musyawarah karena ia tidak menghenda
perbedaan dan suka dengan memaksakan kehendaknya.
a. Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter:
1) Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
2) Keputusan dan kebijakan dibuat oleh pemimpin
3) Komunikasi berlangsung satu arah
4) Pengawasan dilakukan secara ketat
5) Prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan bawahan untuk memberikan
kesempatan

4
6) Lebih banyak kritik daripada pujian
7) Pimpinan menuntut kesetiaan dan prestasi sempurna, tanggung jawab
keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan
b. Kelebihan gaya kepemimpinan diktator
1) Keputusan dapat diambil secara cepat
2) Mudah dilakukan pengawasan
c. Kelemahan gaya kepemimpinan diktator:
1) Keberhasilan yang dicapai disebabkan ketakutan bawahan terhadap atasannya
dan bukan atas dasar keyakinan bersama
2) Disiplin yang terwujud selalu dibayang-bayangi dengan ketakutan akan
hukuman yang keras, bahkan pemecatan
3) Setiap perbedaan di antara anggota kelompok diartikan sebagai kelicikan,
pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi
yang telah diberikan
4) Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi sehingga tidak diberikan
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya
5) Pengawasan hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah
diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya;
6) Pemimpin melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan, dan meneliti orang-
orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian mengancam
orang-orang tersebut dengan hukuman, dipecat, dan sebagainya. Sebaliknya,
orang-orang yang berlaku taat dan menye- nangkan pribadinya dijadikan anak
emas dan diberi penghargaan
7) Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan
kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada
pengawasan langsung.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003: 61), kepemimpinan autokratis adalah gaya
kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai
keputusan dan pengembangan strukturnya sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi. Robbins dan Coulter (2002: 460) menyatakan gaya
kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan
kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte cara tugas harus diselesaikan, membuat
keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan.

5
Lebih lanjut, Sukanto (1987: 1996-198) menyebutkan ciri-ciri gaya
kepemimpinan autokratis:
a. semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin;
b. teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu sehingga
langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas;
c. pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerja sama setiap anggota.
Menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997: 304), ciri-ciri gaya
kepemimpinan autokratis:
a. pemimpin kurang memerhatikan kebutuhan bawahan;
b. komunikasi hanya satu arah, yaitu ke bawah saja;
c. pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja
setiap anggota;
d. pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif, kecuali jika
menunjukkan keahliannya.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis/Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.
Di bawah kepemimpinan demokratis, bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat
bekerja sama, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai,
2006: 61).
Menurut Robbins dan Coulter (2002: 460), gaya kepemimpinan demokratis
mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikut- sertakan karyawan dalam
pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan
dalam menentukan metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang
umpan balik sebagai kesempatan untuk melatih karyawan. Selanjutnya, Jerris (1999:
203) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan
untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis,
mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi
motivator bagi karyawan dalam bekerja.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987: 196-198):
a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin

6
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok
dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk- petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua
atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian
tugas ditentukan oleh kelompok.

Lebih lanjut, ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan


Reksohadiprodjo, 1997: 304):

a. Lebih memerhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi


b. Menekankan dua hal, yaitu bawahan dan tugas
c. Pemimpin adalah objektif atau factminded dalam pujian dan kecamannya dan
mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa
melakukan banyak pekerjaan.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara
keseluruhan memberikan kebebasan pada karyawan atau kelompok dalam pembuatan
keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya
paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002: 460).
Menurut Sukanto (1987: 196-198), ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas
adalah:
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi
minimal dari pemimpin;
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat
setiap anggota selalu siap apabila dia akan memberikan informasi pada saat
ditanya;
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas;
d. Kadang-kadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
Ciri-ciri lain dari gaya kepemimpinan kendali bebas menurut Handoko dan
Reksohadiprodjo (1997: 304), yaitu:
a. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri;
b. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum;
c. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam
segala hal yang mereka angg cocok.

7
Dari beberapa macam gaya kepemimpinan tersebut, gays pemimpin demokratis
merupakan gaya kepemimpinan yang lebih efektif karena dengan cara demokratis,
semua pihak lebih bisa bekerja sama saling bertukar pendapat. Adapun pengambilan
keputusan akhir setelah saling mengeluarkan pendapatnya tetap ada di tangan
pimpinan. Dengan demikian, pimpinan dan bawahan akan bersosialisasi sehingga
tidak ada rasa kecanggungan dan kegiatan atau pekerjaan pun akan terasa santai dan
nyaman walaupun harus tetap serius.3

C. Karakteristik Kepemimpinan Mutu


Seorang kepala sekolah yang melaksanakan kepemimpinan mutu akan berbeda
kinerjanya dengan melaksanakan kepemimpinan dengan pola-popa tradisional yang
kurang memperhatikan kebutuhan pelanggan. Kepala sekolah yang melaksanakan
kepemimpinan mutu akan selalu berusaha bekerja guna memuaskan para pelanggannya,
melalui upaya peningkatan kinerja personil, memberdayakan sumber daya organisasi dan
perbaikan berkesinambungan. Ross4 mengindentifikasi karakteristik kepemimpinan mutu,
antara lain:
1. Visible, Committed, dan Knowledgeable, kepemimpinan yang fokus pada kualitas
dan mengembangkan hubungan yang baik dengan karyawan, pelanggan dan
pemasok.
2. Semangat misionaris, yaitu mempromosikan aspek kualitas di luar organisasi.
3. Target yang agresif, yaitu perbaikan yang bersifat inkremental (berkembang sedikit
demi sedikit secara teratur).
4. Strong driver, yaitu tujuan ditetapkan dengan jelas.
5. Komunikasi nilai-nilai, melakukan perubahan budaya kearah budaya yang lebih
berkualitas.
6. Organisasi, struktur organisasi yang dimiliki adalah struktur mendatar yang
memungkinkan adanya wewenang yang lebih besar bagi tingkat yang lebih rendah
7. Kontak dengan pelanggan

Kebersamaan kerjasama dan kualitas kerja masing-masing kepemimpinan akan


melahirkan lembaga pendidikan yang bermutu tinggi. Peter dan Austin5

3
A. Hamdan Dimyati, Model Kepemimpinan Dan Pengambilan Keputusan (Bandung: Pustaka Setia, 2014).
4
Endang Herawan, ‘Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan’,
PEDAGOGIA Jurnal Ilmu Pendidikan, 12.2 (2016), hal. 51
5
Amir Udin, ‘Kepemimpinan Pendidikan Mutu’, PAKAR Pendidikan, 12.1 (2020), hal. 1–12

8
mengembangkan beberapa nilai yang dibutuhkan kepemimpinan pendidikan untuk
melahirkan lembaga pendidikan bermutu tinggi, yaitu:

a. Visi dan simbol-simbol; pemimpin pendidikan perlu mengkomunikasikan nilai-


nilai institusi kepada para staf, pelajar, dan komunitas yang lebih luas.
b. MBWA (Management by Walking About); suatu penerapan gaya
kepemimpinan yang lebih menekankan pada pelaksanaan/praktik. Gaya
kepemimpinan ini sangat dibutuhkan bagi sebuah institusi.
c. Fokus pada pelajar; artinya institusi perlu memiliki fokus yang jelas terhadap
pelanggan utamanya, yaitu pelajar atau siswa.
d. Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan; pemimpin
pendidikan perlu melakukan inovasi di antara stafstafnya dan bersiap
mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut.
e. Menciptakan rasa kekeluargaan; pemimpin perlu menciptakan rasa
kekeluargaan di antara pelajar, orang tua, guru, dan staf.
f. Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme; sifat-sifat ini
merupakan mutu personal yang esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga
pendidikan.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kepemimpinan mutu merupakan aspek penting dan menjadi sadar akan pendidikan
yang bermutu. Tanpa pemimpin yang bermutu maka proses perbaikan mutu tidak bisa dicapai,
karena peningkatan kualitas membutuhkan komitmen kepemimpinan dalam mutudan upaya
mempengaruhi staf agar dapat bekerja dengan baik dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada sehingga dapat memberikan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan.

Menurut University of lowa Studies, yang dikutip Robbins dan Coulter, ada empat gaya
kepemimpinan yaitu: 1) gaya kepemimpinan otoriter/dictator, 2) gaya kepemimpinan
autoraktis, 3) gaya kepemimpinan demokratis/parsitipatif, 4) gaya kepemimpinan laissez-faire
(kendali bebas).

Karakteristik kepemimpinan mutu, antara lain: 1) Visible, Committed, dan


Knowledgeable. 2) Semangat misionaris. 3) Target yang agresif. 4) Strong driver. 5)
Komunikasi nilai-nilai. 6) Organisasi, 7) Kontak dengan pelanggan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, A. Hamdan, Model Kepemimpinan Dan Pengambilan Keputusan (Bandung: Pustaka


Setia, 2014)

Herawan, Endang, ‘Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan’, PEDAGOGIA Jurnal Ilmu Pendidikan, 12.2 (2016), 51

Sobri, Sutikno dan, Pemimpin Dan Gaya Pemimpin (Lombok: Holistica, 2014)

Udin, Amir, ‘Kepemimpinan Pendidikan Mutu’, PAKAR Pendidikan, 12.1 (2020), 1–12

Wahyuni, Indah, Muhammad Nuruzzaman, Husaini Usman, and Darmono Darmono,


‘Pengaruh Gaya Kepemimpinan Mutu Dan Distributif Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui 8 Standar Nasional Pendididkan (Snp)’, Jurnal
Pendidikan Teknik Sipil, 2.2 (2020), 159–74

11

Anda mungkin juga menyukai