Anda di halaman 1dari 10

KONSELING INDIVIDUAL DENGAN TEKNIK THOUGHT STOPPING

UNTUK MENGATASI PERILAKU MEMINUM MINUMAN KERAS


PADA REMAJA
(STUDI KASUS SISWA SMPN 03 BATAUGA)

M. Fahri
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Muhammadiyah Buton
Email :

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran siswa yang


memiliki perilaku meminum minuman keras, dampak yang ditimbulkan dari
perilaku meminum minuman keras serta penanganan konseling individual dengan
teknik thought stopping terhadap perilaku meminum minuman keras. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subjek
dari penelitian ini satu orang siswa IX SMP Negeri 03 Batauga. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu obervasi dan wawancara, dengan tahapan
studi kasus yaitu identitas kasus, identifikasi masalah, diagnosis, prognosis dan
pelaksanaan treatment. Hasil dari penelitian ini adalah (1) perilaku meminum
minuman keras yang dialami oleh siswa berdampak negatif dan mengganggu
aktivitas. (2) penyebab siswa meminum minuman keras karena adanya pengaruh
dari lingkungan sekitar dan pelariannya ketika sedang ada masalahnya. (3)
layanan konseling individual dengan teknik thought stopping berperan dalam
mengurangi perilaku meminum minuman keras pada siswa. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian layanan konseling individual teknik
thought stopping dapat mengurangi perilaku meminum minuman keras pada
remaja.
Kata kunci : Dampak Menimum Minuman Keras, Thought stopping, Remaja

PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan di sekolah mengajarkan siswa atau peserta didik
dalam memahami tata tertib yang harus di patuhi atau di tanamkan dalam diri
siswa serta di dalam pendidikan juga mengajarkan dalam memahami tindakan
tindakan serta perilaku-perilaku yang baik dan benar agar terhindar dari hal hal
yang dapat merugikan dan dapat memilah suatu perilaku yang baik dan tidak
baik, yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Meskipun di sekolah
telah mengajarkan hal hal tersebut dan juga sosial media yang telah banyak
memberikan pemahaman melalui konten-konten edukasi terkait perilaku-perilaku
menyimpang masih saja ada siswa yang melakukan prilaku prilaku yang
merugikan bagi dirinya seperti meminum minuman keras (MIRAS).
Minuman keras (miras) adalah seluruh jenis minuman yang mengandung zat
adiktif (alkohol). Alkohol adalah obat psikoaktif yang paling banyak digunakan.
Alkohol sebagai zat adiktif yang selektif terutama bagi otak, sehingga dapat
menyebabkan perubahan perilaku, mood, kognisi, persepsi dan kesadaran
seseorang, serta dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan saat
digunakan (Miradj, 2020). Dampak lain dari mengkonsumsi minuman keras
adalah pada kehidupan sosial seperti ketidakmampuan bersosialisasi dengan yang
bukan pemakai, sering bersengketa dengan orang lain, ketidakmampuan fungsi
sosial (bekerja atau bersekolah), pekerjaan berantakan, dropout sekolah dan nilai
rapot jelek berpacaran atau berganti ganti pasangan, serta prilaku menentang
bahaya seperti balap liar (Rori, 2015). Saat ini banyak remaja yang mengatakan
bahwa dengan mabuk, rasa percaya diri mereka berubah dari pemalu menjadi
pemberani, mereka percaya bahwa semua masalah bisa diselesaikan dengan
minum, minum dapat merugikan teman (Fernanda & Ediana, 2020). Selain itu,
penyalahgunaan alkohol juga menimbulkan berupa kenakalan, perkelahian,
maraknya geng remaja, perilaku asusila dan kekerasan yang umum terjadi di
kalangan remaja (Lumangkun et al., 2020). Penyalahgunaan alkohol dalam hal ini
miras dilatarbelakangi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu pertama, remaja merasa gagal dalam mencapai kekonsistensian dalam
kehidupannya. Kedua, remaja tidak mampu membedakan dan memahami tingkah
laku yang akan membawa ke hal-hal negatif, namun bagi mereka yang memahami
tidak dapat mengatur kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan hal yang
sepantasnya.
Minuman keras dapat digolongkan menjadi tiga golongan (Wresniwiro,
dalam nuru l2017), yaitu :
a. Minuman keras golongan A Minuman keras dengan dengan kadar
ethanol (C2h5OH) dari 1% sampai dengan 5%
b. Minuman keras golongan B Minuman keras dengan kadar ethanol lebih
dari 5% sampai dengan 20%
c. Minuman keras golongan C Minuman keras dengan kadar ethanol lebih
dari 20% sampai dengan 55%
Akibat penyalahgunaan minuman keras yang mengandung alkohol yaitu
gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan jiwa, dan gangguan kesehatan
sosial/perkerjaan. Ada beberapa Faktor penyebab kecenderungan minum miras
menurut (Wayne Perry, Dalam Hermianto 2019). Pemakai cenderung merasa
bahwa status sosial dan energinya meningkat, pemakainya biasanya percaya
bahawa klaim itu benar adanya. Sering kali, perasaan lega, ringan, yang di berikan
oleh penggunaan obat (alkohol) itu benar-benar meningkatkan performa kerja dan
menghasilkan eufhoria (perasaan senang dan bahagia). Menurut (Twiford)
Perilaku meminum minuman keras seperti perilaku pada umumnya, dibentuk pada
aspek aspek perilaku sebagai berikut:
a. Frekuensi minuman yaitu seberapa sering perilaku peminum minuman
keras yang muncul.
b. Durasi atau lamanya berlangsung yaitu seberapa lama subyek dalam
menggunakan minuman keras.
c. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa kuat subyek dalam
menggunakan minuman keras.

Konseling Individual dengan Teknik Thought Stopping untuk Mengatasi


Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras
Surya memberikan pengertian konseling bahwa konseling menekankan pada
pembentukan konsep diri serta kepercayaan diri untuk memperbaiki tingkah laku.
Kemudian menurut Sukardi (2000) konseling adalah bantuan secara tatap muka
antara konselor dengan konseli menggunakan usaha yang unik dan manusiawi
yang dilakukan dalam suasana keahlian dan di dasarkan pada norma-norma yang
berlaku agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam
memperbaiki tingkah laku untuk saat ini dan saat yang akan datang. Aini dan Neti
memaparkan bahwa layanan konseling individual ialah layanan tatap muka antara
konselor dan yang dilakukan untuk membahas masalah pribadi secara
mendalam, luas dan spesifik, dan menyeluruh (Munasti, 2019). Prayitno
menyatakan Layanan konseling individu adalah layanan konseling yang
diselenggarakan oleh seorang pembimbing atau koselor terhadap seorang atau
konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi atau komseli (Shanty &
Christiana, 2013). Berdasarkan pemaparan pengertian konseling individual di atas,
maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, konseling individual merupakan layanan
tatap muka yang diberikan oleh konselor kepada konseli guna untuk mencapai
kemandirian konseli dalam pengentasan permasalahan atau kesulitan yang
dialaminya. Prayitno menjelaskan dalam bukunya berjudul Layanan Konseling
Perorangan bahwa terdapat 2 tujuan konseling individual diantaranya:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan konseling individual ialah pengentasan atau
penyelesaian masalah peserta didik. Dengan demikian, fungsi pengentasan
masalah sangat penting dalam layanan ini.
b. Tujuan khusus layanan konseling individual ialah:
1) Konseli dapat memahami seluk beluk permasalahan yang dialamainya
secara mendalam dan komprehensif, serta positif dan dinamis.
2) Dikembangkannya persepsi dan sikap serta keinginan demi
terselesaikannya secara spesifik masalah yang sedang dialami konseli.
3) Pengembangan dan pemeliharaan potensi konseli dan berbagai unsur
positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman
dan penegentasan masalah peserta didik dapat tercapai.
4) Mencegah menjalarnya masalah yang sekarang sedang dialami oleh
konseli dan diharapkan masalah-masalah baru yang mungkin timbul
dapat dicegah.
5) Menangani permasalahan yang bersifat advokasi.
Menurut Bakker (Ady Mahfud Rizal 2018). teknik Thought Stopping
merujuk pada sekelompok prosedur yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang agar seseorang bisa memblokir secara kognitif serangkaian
tanggapan yang diterima. Penghentian Pikiran (Thought Stopping) merupakan
salah satu contoh dari tehnik psikoterapeutik kognitif-behavior yang dapat
digunakan untuk membantu konseli mengubah proses berpikir. Mengubah proses
berpikir merupakan hal penting bagi seorang konselor mempertahankan perasaan
konseli dapat berpengaruh kuat dengan pola dan proses berpikir. Menurut
Cormier & Sherlyn (dalam Aliyah 2015) thought stopping adalah suatu teknik
yang dapat digunakan untuk mengontrol pikiran yang tidak produktif atau pikiran
pada dirinya sendiri dan gambaran negatif. Teknik ini diambil dari teori Behavior,
dimana teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Kemudian
teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik.
Menurut David et.al (2011) ada tiga keberhasilan dalam tehnik ini yaitu
perintah “berhenti” berfungsi sebagai hukuman, sehingga mengurangi
kemungkinan pikiran tersebut akan muncul kembali. Selain itu perintah “berhenti”
bertindak sebagai pengalih perhatian dan tidak selaras dengan pikiran yang tidak
diinginkan. Terakhir perintah “berhenti” dapat diikuti oleh substitusi pikiran untuk
memastikan bahwa pikiran yang tidak di inginkan tidak akan kembali. Menurut
Bakker (Ady Mahfud Rizal 2018). Konsep Tentang Teknik Thought Stopping
bukan hal yang baru akan tetapi sudah dikenal sejak jaman Yunani kuno. Stuart
dan Laraia menjelaskan thought stopping sebagai suatu proses menghentikan
pikiran yang mengganggu.Thought Stopping merupakan salah satu contoh dari
Teknik psikoterapi CBT (Cognitif Behavior Therapy) yang digunakan untuk
membantu konseli mengubah proses berfikir. Kebiasaan berfikir dapat
membentuk perubahan perilaku. Penggunaan Teknik ini dimaksudkan karena
pikiran yang negatif dapat menyebabkan adanya perilaku yang negatif sehingga
perlu adanya penghentian pikiran negatif untuk menghindari akibat yang negatif
dari pikiran buruk tersebut. Menurut Bakker (Ady Mahfud Rizal 2018) Thought
stopping memiliki empat langkah dalam penanganan konseli diantaranya:
1. Konseli dan konselor harus memutuskan bersama, pikiran-pikiran atau
masalah yang akan diselesaikan.
2. Konseli menutup mata dan membayangkan masalah yang akan diselesaikan.
3. Pikiran yang dibayangkan disertai dengan keinginan “berhenti”. Dalam hal
ini konseli diajak berfikir bahwa apa saja yang dirubah dari pemikiran konseli
tersebut. Kemudian konseli meneriakkan kata berhenti disaat memikirkan
fikiran yang ingin dirubah.
4. Dalam Thought Stopping mengganti pemikiran yang negatif yang berulang-
ulang sehingga menjadi kebiasaan dengan menggantinya dengan pikiran
positif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif (Deskriptif research).


Dengan desain penelitian studi kasus (Case Study), yaitu penelitian terhadap suatu
gejala atau satu kelompok tertentu yang khas dan unik, dan dijadikan suatu fokus
penelitian, secara cermat dan hati-hati membahas dan memecahkannya. Peneliti
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam penelitian ini, sehingga
penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran permasalahan HR yang mengonsumsi minuman keras
Dalam mengkonsumsi minuman keras HR biasa melakukanya pada saat
malam hari hal ini dilakukan sampai tengah malam dan membuat HR tidur larut
malam karena mengkonsumsi minuman keras. Permasalahn yang terjadi akibat
minum minuman keras HR menjadi kesulitan dalam bangun pagi untuk pergi
kesekolah. Ditambah efek samping minuman keras yang dikonsumsi HR pada
saat malam hari berupa rasa ngantuk dan sakit kepala membuat HR tidak dapat
mengikuti pelajaran disekolah dengan tepat waktu dan bahkan tak jarang HR tidak
masuk sekolah walaupun HR sedang menjalankan ujian penaikan kelas di sekolah.
Bukan hanya itu apa bila HR dapat kesekolah HR menjadi siswa yang kurang
produktif dari siswa-siwa HR sering mengantuk di kelas dan sering merasakan
sakit kepala hal ini diakibatkan oleh efek samping dari minuman keras. Dampak
mengkonsumsi minuman keras, dapat diketahui dari wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti yaitu, HR mengkonsumsi minuman keras karena awalnya
merasa penasaran dan ingin tau bagaimna rasanya meminum minuman keras. Dan
dari rasa penasaran itu yang menjadi pendorong HR untuk meminum minuman
keras. Karena perilaku ini dilakukan secara terus menerus sehingga membuat HR
merasa kecanduan dan percaya bahwa minuman keras dapat mengghilangkan
beban pikiran ketika ada masalah dan dapat menghilangkan rasa capek serta dapat
memberikan efek senang dan happy. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maula dan Yuniastuti (2017) bahwa ingin coba-coba menjadi
salah satu faktor pengaruh remaja mengkonsumsi minuman keras. Remaja haus
dengan rasa ingin tahu dan mencari pengalaman baru, sehingga meminum
minuma keras yang tampak asing membuat remaja ingin mengetahui rasa dari
meminum minuman keras.
Rasa penasaran yang di rasakan oleh HR untuk mengkonsumsi minuman
keras karena melihat dari faktor lingkungan yang dimana lingkungan sekitar HR
juga banyak pemuda yang mengkonsumsi minuman keras. Sehingga timbullah
rasa penasaran dari dalam diri HR. Salah satu faktor yang menyebabkan HR
mengkonumsi minuma keras karena lingkungan dan pergaulan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan asoleh Utomo, dkk (2017) bahwa pergaulan
merupakan faktor yang mempengaruhi remaja mengkonsumsi minuman keras.
HR mengkonsumsi minuman keras karena adanya pengaruh dari lingkungan
sekitar tempat kerjanya. Teman-teman kerjanya yang kebanyakan mengkonsumsi
minuman keras menjadikan HR penasaran dan ingin mencobanya serta adanya
ajakan yang di terima oleh HR membuat rasa penasaran itu bertambah. Adanya
pengaruh yang dirasakan oleh HR setelah mengkonsumsi minuman keras yaitu
prasaan mabuk dan ngeflay, rasa kenikmatan serta kesenangan yang membuat
konseli santai. Hal ini sejalan dengan penelitian Damayantie dan Riadi (dalam
Maula & Yuniastuti, 2017) yang mengungkapkan bahwa faktor remaja
mengkonsumsi minuman keras adalah kenikmatan serta kesenangan yang disaat
mengkonsumsi minuman keras. HR tetap mengkonsi minuman keras karena efek
kesenangan yang didapatkan setelah mengkonsumsi minuman keras. Dengan
mengkonsumsi minuman keras membuat HR senang dan rileks serta dapat
meringankan beban pikirannya, dan juga mampu untuk melupakan permasalahan
yang sedang dialaminya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maula dan
Yuniastuti (2017) bahwa remaja mengkonsumsi minuman keras sebagai salah satu
cara lari dari permasalahan yang di alaminya. HR menjadikan minuman keras
sebagai penghilang rasa lelah yang dialaminya atau HR menjadikan minuman
sebagai alternatif pelarian penghilang rasa strees agar merasa lebih senang dan
bahagia. Hal ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh (Wayne
perry,dalam Hermianto 2019) pemakai cenderung merasa bahwa status sosial dan
energinya meningkat, pemakainya biasanya percaya bahwa klaim itu benar
adanya. Sering sekali perasaan lega ringan yang diberikan oleh penggunaan obat
(alkohol) itu benar-benar meningkat performa kerja dan menghasilkan eufhoria
(prasaan senang dan bahagia). Perasaan senang, legah serta merasa staminanya
kembali setelah meminum minuman keras membuat HR kecanduan dan nyaman
dengan kegiatanya meminum minuman keras sehingga kegiatan meminum
minuman keras dilakukan secara berulang-ulang.

2. Peran Layanan Konseling Individual melalui Teknik Thought Stopping


untuk Mengurangi Perilaku Meminum Minuman Keras Siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diuraikan


pembahasan mengenai layanan konseling individual dengan menggunakan teknik
thought stopping untuk mengurangi perilaku meminum minuman keras pada
siswa. Sebelum dilakukanya pemberian layanan konseling individual dengan
menggunakan teknik thought stopping pada siswa yang berinisial HR tersebut
sering mengkonsumsi minuman keras pada malam hari hingga tengah malam. Hal
ini menjadikan HR sering terlambat datang sekolah dan juga bahkan sering tidak
masuk sekolah. Aktivitas ini dilakukan HR secara berulang-ulang hingga HR
merasa terbiasa dan kecanduan. HR sering mengkonsumsi minuman keras
bersama teman-teman kerjanya setelah pulang bekerja. Namun terkadang juga HR
mengkonsumsi minuman keras sendirian.
Perilaku ini dilakukan HR karena HR merasa percaya bahwa minuman
keras dapat menghilangkan rasa capek setelah bekerja dan minuman keras juga
menghilangkan beban pikiran yang dialaminya. HR menjadikan minuman keras
sebagai alternatif pelarian masalah yang dialaminya. Adapun penanganan yang
dilakukan untuk mengurangi perilaku HR dalam mengkonsumsi minuman keras
adalah dengan memberikan layanan konseling individual dengan menggunakan
teknik thought stopping. Menurut Bakker (Ady Mahfud Rizal 2018). Teknik
Thought Stopping merujuk pada sekelompok prosedur yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan seseorang agar seseorang dapat menghentikan secara
kongnitif serangkain tanggapan yang diterima. Penghentian pikiran (Thought
Stopping) merupakan salah satu contoh teknik psikoterapeutik kongnitif-behavior
yang dapat digunakan untuk membantu HR mengubah cara berpikir. Mengubah
cara berpikir adalah hal penting bagi konselor mempertahankan prasaan konseli
agar dapat berpengaruh kuat dengan pola dan proses berpikir HR. Sedangkan
menurut Cormier & Sherlyn (dalam Aliyah 2015) Thought Stopping merupakan
suatu teknik yang dapat digunakan untuk mengontrol pikiran HR yang tidak
produktif atau pikiran pada dirinya sendiri dan gambaran negatif. Dari urain diatas
peneliti menggunakan teknik ini agar HR dapat mengontrol pikiran negatifnya dan
memberhentikan pikiran negatifnya yaitu meminum minuman keras dengan
tujuan dapat menghilangkan masalah yang dialaminya tersebut kemudian diganti
dengan pikiran yang positif. Yaitu berhenti mengkonsumsi minuman keras.
Pelaksaan layanan ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan yang
dimana pertemuan pertema ialah diisi dengan membangun hubungan yang baik
dan menjelaskan tata cara konseling individual serta membahas permasalahan HR
kemudian menyimpulkanya secara bersama dan terakhir masuk pada tahap transisi
yaitu menanyakan kesiapan HR untuk mengikuti pelaksanaan konseling
individual dengan menggunakan teknik thought stopping sebanyak empat kali.
Kemudian peneliti masuk pada tahap inti yaitu teknik thought stopping berupa
pemebrian intruksi kepada HR untuk mengubah pikiran negatif konseli yaitu
mengkonsumsi minuman keras sehingga tidak memperhatikan kewajibanya
sebagai siswa dan tidak memperdulikan dampak-dampak dari minuman keras
yang dimana HR hanya memikirkan kesenagannya saja lalu HR harus mengubah
pikiranya tersebut dengan menggantikanya dengan pikiran yang jauh lebih positif
bagi dirinya yaitu berhenti meminum minuman keras dan berhenti berpikir
minuman keras adalah obat pelarian rasa stress, pelarian ketika ada masalah,
sebagai tempat mencari kesenagan dan sebagai penghilang rasa lelah. Hal ini
dilakukan dengan cara HR diminta untuk memecamkan matanya dan fokus tanpa
memikirkan apa-apa kemudian membayangkan dampak-dampak minuman keras
yang dialaminya dan akan dialaminya jika HR terus mengkonsumsi minuman
keras atau tidak merubah prilakunya tersebut.
Pada pemberian instruksi ini dilakukan selama dua kali pertemuan yaitu
pertemuan kedua dan ketiga kemudian ditutup pada pertemuan keempat yaitu
pada pertemuan keempat ini peneliti mengevaluasi ada dan tidaknya perubahan
yang dialami oleh HR dan melihat perkembangan HR setelah dilakukanya
konseling individual dengan menggunakan teknik thought stopping. Setelah
pemberian treatment terlihat adanya perubahan pada HR adapun perubahan yang
terlihat yaitu HR sudah berani melakukan penolakan pada dirinya sendiri terkait
keinginannya mengkonsumsi minuman keras HR juga sudah berani menolak
ajakan oleh temanya untuk mengkonsumsi minuman keras. HR juga sudah mulai
mengurangi kebiasaannya dalam tidur tengah malam. HR juga sudah mulai
mengontrol dirinya dalam mengkonsumsi minuman keras serta HR sudah tidak
menjadikan minuman keras sebagai obat penghilang rasa capek setelah bekerja
dan juga sudah tidak menjadikan minuman keras sebagai tempat pelarian ketika
mendapatkan masalah. Dalam hal ini konseling individual yang dilakukan peneliti
dapat membantu HR mengurangi perilakunya mengkonsumsi minuman keras.
Pelaksanaan konseling individual yang dialakukan oleh peneliti pada HR
memiliki perubahan sesuai dengan tujuan dari konseling individual menurut
Sukardi dan Kusmawati (2008), konseling individual adalah layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan HR mendapatkan layanan langsung secara
tatap muka dengan konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi yang dideritanya. Oleh karena itu dari urain diatas peneliti
menyimpulkan bahwa layanan konseling individual dengan menggunakan teknik
thought stopping dianggap dapat membantu siswa merubah perilaku negatif dan
pikiran negatifnya dalam mengkonsumsi minuman keras. Pada layanan ini peneliti
menyimpulkan bahwa layanan konseling individual dengan teknik thought
stopping mampu membantu HR keluar dari masalahnya dan menyelesaikan
masalahnya.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada permasalahan dampak


perilaku meminum minuman keras pada siswa di SMPN 03 Batauga, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Permasalahan perilaku meminum minuman keras yang dialami oleh siswa
memberikan dampak negatif bagi siswa tersebut yaitu konseli sering tidak
masuk sekolah, terlambat datang dan suka mengantuk ketika di dalam kelas
pada saat pembelajaran berlangsung hal ini dikarenakan kebiasaan HR
dalam mengkonsumsi minuman keras pada malam hari setelah pulang
bekerja.
2. Deskipsi penyebab siswa kecanduan minuman keras karena adanya
pengaruh dari lingkungan sekitar sehingga menimbulkan rasa penasaran
dari dalam diri subyek sehingga membuat subyek berkeinginan untuk
mencoba mengkonsumsi minuman keras. Selain itu HR mengkonsumsi
minuman keras sebagai pelariannya ketika ada masalah
Layanan konseling individual dengan teknik thought stopping berperan
dalam mengurangi prilaku meminum minuman keras pada siswa. Sehingga
memberikan perubahan yang signifikan setelah pemberian treatment. Setelah
pemberian treatment dilakukan subjek telah mampu memberikan penolakan
kepada dirinya untuk berhenti mengkonsumsi minuman keras dan juga subjek
sudah berani dan mau menolak ajakan temanya yang mengajaknya mengkonsumsi
minuman keras
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto A.,2021. Analisis Dampak Kecanduan Minuman Keras Pada Mahasiswa
Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 1(3)
Arifah N., 2017. "Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan
Pemahaman Bahaya Minuman Keras".Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Magelang: Magelang.
Aliyah, (2015). Penerapan Terapi Multimodal Dengan Teknik Thought Stopping
dan Desensitisasi untuk Meningkatkan Harga Diri yang Rendah pada Siswa
kelas VIII-E SMPN 4 Pasuruan. Jurnal BK UNESA, 5 (3).
Ady Mahfud Rizal. (2018) Penerapan Teknik Thougt Stopping Untuk Mengatasi
Remaja Pecandu Minuman Keras (Studi kasus Seorang Remaja Di Desa
Penganten Kabupaten Bojonegoro).
Firdaus, A. (2021). al-Shifa : Jurnal Bimbingan Konseling Islam , Volume 2 No
1 , 2021 Open Access URL : http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alshifa
Program Bimbingan Untuk Mengatasi Penyelewengan Perilaku Sosial Dan
Kriminal Remaja Abstrak : al-Shifa : Jurnal Bimbingan Konseling Islam ,
Volume 2 No 1 , 2021 Open Access URL :
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alshifa.
Hermianto., Ripli M. 2019. Pengaruh Konseling Behavior Teknik Asertif
Dalam Mencegah Kecenderungan Minuman Miras Pada Siswa Kelas VII
MTs Tirtanadi. Jurnal konseling Konseling Pendidikan. Vol. 3(1).
Imam Gunawan (2017). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta:
Bumi Askara.
Keras, M. (2017). Pengaruh bimbingan kelompok terhadap peningkatan
pemahaman bahaya minuman keras.
Maula, L., & Yuniastuti, A. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Penyalahgunaan dan Adiksi Alkohol pada Remaja di Kabupaten Pati. Public
Health Perspective Journal, 2 (2), 168-174. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/phpj/article/view/13587
Marzuki Abubakar. (2013) Metodologi Penelitian Sistematika Proposal. Banda
Aceh
Musli. (2020). " Analisi Dan Penanganan Kecanduan Menghirup Lem Fox ".
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Buton . Baubau.
Moment, P. (n.d.). Perilaku Minum-Minuman Keras Pada Remaja Oleh : Lukito
Dwi Harmiyanto Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.
Pratiwi M.,Urva Gellysa. 2022. Edukasi Dampak Minuman Keras di Kalangan
Remaja. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat. Vol. 2(1).
Sumara D., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Kenakalan remaja dan
penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM, 4(2), 129–389.
Solina S., Arisdiani, T., & Widyastuti, Y. P. (2018). Hubungan Peran Orang Tua
Dengan Perilaku Konsumsi Minuman Alkohol Pada Remaja Laki-Laki.
Jurnal Keperawatan, 6(1), 36–45.
Utomo, B., Saidah, Q., & Chabibah, N. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi
Remaja Dalam Mengkonsumsi Miras Di Wilayah Wiyung - Surabaya.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN
PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1, 46-50. Retrieved from
http://103.38.103.27/lppm/index.php/publikasi_stikes_majapahit/article/
view/2
Wijayanto D.,A. 2019. "Gambaran Presespsi Remaja Terhadap Konsusmsi
Minuman Keras Di SMP Bulu Temanggung". Skipsi, Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Ngudi Waluyo Ungaran. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai