Anda di halaman 1dari 76

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH KOPI ARABIKA

(Kasus :Kelompok Tani Maka Jaya di Desa Naman Kecamatan


Naman Teran Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH:

FITRI ANDANI SIMARMATA


150304042
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

FITRI ANDANI SIMARMATA (150304042/AGRIBISNIS) dengan judul


ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH KOPI ARABIKA.Penelitian ini
dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai Anggota Komisi
Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana cara pengolahan buah


Kopi Arabica dan menganalisis besar nilai tambah yang dihasilkan dari
pengolahan Kopi Arabica. Metode yang digunakan analisis deskriptif danmetode
hayami.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolah di Kelompok Tani Maka
Jaya Desa Naman didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yang berusia >30 tahun,
pendidikan terakhir SMA, jumlah tanggungan rata rata >2 orang dan memiliki
pendapatan antara Rp 3.000.000 - 7.000.000.Pengolahan buah kopi menjadi kopi
biji memiliki beberapa tahapan yakni, sortasi, pengkupasan Cherry red,
pencucian, penjemuran dan pengkupasan kulit tanduk. Pengolahan kopi biji
menjadi kopi bubuk memiliki beberapa tahapan yakni, peroastingan,
penyimpanan, penghalusan kopi sangrai dan pengemasan. Nilai tambah yang
dihasilkan dari pengolahan buah kopi menjadi kopi biji adalah sebesar 52% (nilai
tambah tergolong tinggi), dan besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan
kopi biji menjadi kopi bubuk adalah sebesar 69% (nilai tambah tergolong tinggi).

Kata Kunci: Pengolahan, Nilai Tambah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

FITRI ANDANI SIMARMATA (150304042/AGRIBUSINESS) with the


title ANALYSIS VALUE ADDED FRUIT COFFEE ARABICA. This
research was guided by Mr. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc as the
Chairman of the Advisor Commission and Mr. Ir. Thomson Sebayang,
MT as a member of the Advisers Commission.
This research aims to describe how to process Arabica coffee fruit
and analyze the added value of Arabica coffee processing. Methods
used are descriptive analysis and method Hayami. The results
showed that the processors in the farmer group then Jaya Desa
Naman is dominated by the gender of male > 30 years old, the last
education SMA, the average amount of dependents > 2 people and has
an income between Rp 3 million- 7 million. The processing of coffee
fruit into bean coffee has several stages namely, sorting, the typings of
Cherry red, washing, drying and cuteness of horns. The processing of
coffee beans into ground coffee has several stages namely,
Peroastingan, storage, smoothing of roasted coffee and packaging.
The added value produced from coffee fruit processing to seed coffee
is 52% (added value is high), and the large added value produced
from the processing of coffee beans into ground coffee is 69% (added
value is relatively high).

Keywords: processing, value Added

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Fitri Andani Simarmata, lahir di Berastagi pada tanggal 14 Februari 1997. Penulis

merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putri dari Bapak James Simarmata

dan Ibu Cipta Sembiring.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 masuk TK Swasta Letjen Jamin Ginting lulus tahun 2003.

2. Tahun 2004 masuk SD SwastaLetjen Jamin Ginting lulus tahun 2009.

3. Tahun 2010 masuk SMP N 1 Berastagi lulus tahun 2012.

4. Tahun 2013masuk SMA N 1 Berastagi lulus tahun 2015.

5. Tahun 2015 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Simpang Gambus

Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara dari

bulan Juli 2018 - Agustus 2018.

7. Melaksanakan Penelitian di Desa Naman Kecamatan Naman Teran Kabupaten

Karo pada Bulan Juni 2019.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Nilai Tambah

Buah Kopi Arabika”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar

Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan

kepada :

1. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda James Simarmata dan

IbundaCipta Sembiring beserta Abang dan Adik – adik saya Julvery

Simarmata, Hendra Aryanta F Simarmata, dan Indri Yanti Simarmatayang

selalu memberikan semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta

dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya,

juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai

pada proses akhir pendidikan sarjana ini.

2. Kepada Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku ketua komisi

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing

penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah,

serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga

dalam penyelesaikan skirpsi ini. Kebijaksanaan, ketegasan dan ketepatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sikap Bapak menjadi panutan bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan

rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya.

3. Kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku anggota komisi

pembimbing yang dengan kesediaan waktu dalam membimbing, memberikan

motivasi, memberikan pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis

selama penulisan skripsi ini. Kesabaran dan keikhlasan Bapak menjadi

panutan bagi penulis.

4. Kepada BapakProf.Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS dan Ibu Ir.Iskandarini, MM,

Ph.D selakuDosen Pengujiyang telah memberi kritik dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir.M.Jufri,MSi selaku

Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang

memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi

Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis

selama masa perkuliahan.

7. Kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi

Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan

perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

8. Kepada sahabat saya Bania Ahmad Ridho Lubis, Mila Rahmi, Cyntia Dwi

Permata, Pinta Uba Munthe, Dita Aprillya Wulandari, Siti Sundari Sipayung,

Indah Riana LG, Jennica Destiani yang telah banyak direpotkan, memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


motivasi, meluangkan waktu dan pemikiran kepada penulis selama masa

perkuliahan sampai penulisan skripsi.

9. Kepada teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2015, yang telah

banyak membantu dan menjadi penyemangat penulis selama masa

perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. Sepenggal waktu bersama mereka

begitu berharga dan segala yang ada di kurun waktu tersebut tumbuh bersama

diri penulis dan membekas di dalam hati.

10. Kepada Bapak Rencana Sitepu selaku Kepala Desa Naman dan Bapak Kenedi

Sembiring selaku Sekertaris Desa Naman yang telah memberikan izin

melaksanakan penelitian skripsi saya sehingga skripsi dapat berguna bagi

seluruh pihak yang berkaitan dalam skripsi ini.

11. Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan

untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta

kepada semua pihak yang terlibat yang telah mendukung.

Namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan,Agustus2019

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LANDASAN TEORI, KERANGKA


PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka............................................................................ 5
2.1.1. Jenis Jenis Kopi ................................................................ 6
2.1.2. Pengolahan Kopi Biji ........................................................ 9
2.1.3. Pengolahan Kopi Bubuk .................................................... 16
2.2.Landasan Teori ............................................................................... 22
2.2.1 Nilai Tambah ..................................................................... 22
2.3. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 23
2.4. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27
2.5. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Penentuan Daerah ............................................................. 29
3.2. Metode Pengambilan Sampel ....................................................... 29
3.3. Metode Pengumpulan Data............................................................ 29
3.4. Metode Analisis Data .................................................................... 30
3.5. Definisi dan Batasan Operasional .................................................. 31
3.5.1 Definisi .............................................................................. 31
3.5.2 Batasan Operasional .......................................................... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK


SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah penelitian ........................................................... 33
4.1.1 Keadaan penduduk ............................................................. 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1.2 Sarana dan Prasarana ......................................................... 34
4.2 Karateristik Sampel Usaha Pengolahan Kopi ................................ 35
4.2.1 Umur ................................................................................... 35
4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................ 36
4.2.3 Jumlah Tanggungan ........................................................... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Cara Pengolahan Buah Kopi Menjadi Kopi Biji Arabika ............. 38
5.2. Cara Pengolahan Kopi Biji Menjadi Kopi Bubuk Arabika ........... 41
5.3 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kopi Biji .............................. 43
5.3.1 Input Bahan Baku Buah Kopi ............................................ 44
5.3.2 Upah Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Biji ........................ 44
5.3.3 Biaya Sumbangan Input Lain Pengolahan Kopi Biji ......... 46
5.3.4 Hasil Produksi Kopi Biji .................................................... 48
5.3.5 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Biji.................................. 48
5.3 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk .......................... 51
5.3.1 Input Bahan Baku Kopi Biji .............................................. 51
5.3.2 Upah Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Bubuk .................... 52
5.3.3 Biaya Sumbangan Input Lain Pengolahan Kopi Bubuk .... 53
5.3.4 Harga Output, Penerimaan dan Pendapatan ...................... 56
5.3.5 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk ............................. 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan .................................................................................... 60
6.2. Saran .............................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1.1 Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat 2
(Ton) Kabupaten Karo 2013 – 2017
2.1 Varietas Kopi Arabika dan Sifatnya 7
2.2 Varietas Kopi Robusta dan Sifatnya 8
3.1 Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 30
4.1 Penduduk Menurut Kelompok Jenis Pekerjaan Tahun 2018 34
4.2 Sarana dan Prasarana Tahun 2018 34
4.3 Umur Pengolah Kopi Anggota Kelompok Tani Maka Jaya 36
4.4 Tingkat Pendidikan Pengolah Kopi Anggota Kelompok 36
Tani Maka Jaya
4.5 Jumlah Tanggungan Pengolah Kopi Anggota Kelompok 37
Tani Maka Jaya
5.1 Persentase Penyusutan Buah Kopi Menjadi Kopi Biji 40
5.2 Persentase Penyusutan Kopi Biji Menjadi Kopi Bubuk 43
5.3 Jumlah dan Biaya Bahan Baku Buah Kopi dalam 44
Pengolahan Kopi Biji
5.4 Penggunaan Input Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi 45
Biji
5.5 Biaya Bahan Penunjang (1 x Proses Produksi) 46
5.6 Biaya Penyusutan Peralatan 47
5.7 Hasil Produksi Kopi Biji 48
5.8 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Biji 49
5.9 Jumlah dan Biaya Bahan Baku Kopi Biji dalam 52
Pengolahan Kopi Bubuk
5.10 Penggunaan Input Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi 53
Bubuk
5.11 Biaya Bahan Penunjang (1 x Proses Produksi) 54
5.12 Biaya Penyusutan Peralatan 55
5.13 Pendapatan dan Penerimaan Kopi Biji dan Kopi Bubuk 56
5.14 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Buah Kopi 27
5.1 Sortasi Buah Kopi 38
5.2 Pengkupasan Buah Kopi 38
5.3 Penjemuran 39
5.4 Pengkupasan Kulit Tanduk 40
5.5 Penyimpanan Kopi Sangrai 41
5.6 Penghalusan Kopi S 41
5.7 Pengemasan 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul
1. Karateristik Pengolah Kopi
2. Biaya Bahan Baku Buah Kopi menjadi Kopi Biji
Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Pengolahan Kopi
3.
Biji
4. Jumlah HOK Pada Usaha Pengolahan Kopi Biji
5. Bahan Penunjang Pengolahan Kopi Biji
6. Penyusutan Peralatan
7. Output yang Dihasilkan
8. Biaya Bahan Baku Kopi Biji menjadi Kopi Bubuk
9. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Pengolahan Kopi
Bubuk
10. Jumlah HOK dalam Usaha Pengolahan Kopi Bubuk
11. Bahan Penunjang Pengolahan Kopi Bubuk
12. Penyusutan Peralatan
13. Penerimaan dan Pendapatan Hasil Produksi Kopi Biji dan
Kopi Bubuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang

dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi

di pasaran dunia.Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat

karena seperti Kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat

serta Kopi Arabica mempunyai karateristik cita rasa yang unik dan ekselen

(Afriliana, 2018).

Sekitar 90% hasil produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan kopi

rakyat.Beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan hasil produksi perkebunan

kopi rakyat diantaranya faktor kebiasaan petani, faktor ekonomi, dan faktor

keamanan lingkungan. Belum adanya pemetaan sentra penghasil kopi yang

menggambarkan karakteristik dari masing – masing daerah dan kurangnya

penyuluhan (edukasi) dalam mengatasi hama penyakit tanaman kopi menjadi

salah satu penyebab produksi kopi hasil perkebunan rakyat belum banyak di

ekspor. Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea

(Panggabean, 2011).

Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu kopi harus diikuti dengan penyebaran

informasi teknologi budidaya dan cara pengolahan yang benar sehingga petani

bisa memahami dan menerapkannya. Dengan menerapkan teknologi tersebut,

petani bukan hanya menghasilkan kopi yang bermutu baik, tetapi juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mendapatkan produksi dan pendapatan yang lebih tinggi(Najiyati dan Danarti,

2008).

Tabel 1.1 Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat (Ton)


Kabupaten Karo 2013 - 2017
Jenis Tahun
No
Tanaman 2013 2014 2015 2016 2017
1 Cengkeh 87,83 86,86 77,98 78,03 76,71
2 Kemiri 1.266,74 1.279,0s0 1.489,00 1.759,00 1.790,85
3 Kopi 4.766,62 6.429,64 5.785,86 7.485.85 8.777,02
4 Kelapa 963,23 890,00 756,70 751,15 794,73
5 Kulit Manis 18,09 12,14 11,39 11,39 10,28
6 Tembakau 260,05 310,23 164,49 153,58 275,71
7 Tebu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Vanili 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Kapulaga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Lada 0,00 0,23 0,23 0,00 0,00
11 Coklat 2.834,72 3.050,37 3.211,59 3.215,86 3.310,83
12 Kelapa Sawit 3.289,25 3.985,20 4269,03 4.311,79 5.233,27
13 Pinang 15,43 18,80 21,35 21,35 21,35
14 Jahe 0,00 0,00 0,00 89,70 0,00
15 Aren 299,19 221,64 221,53 246,62 249,02
16 Karet 64,90 64,90 72,60 72,60 72,60
Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo 2018

Dari tabel 1.1 dilihat bahwa perkembangan produksi tanaman perkebunan rakyat

di Kabupaten Karo, khusus nya kopi mengalami kenaikan pada tahun terakhir.

Dimana pada tahun 2013 produksi kopi mencapai 4.766,62 ton dan mengalami

kenaikan di tahun 2014 menjadi sebesar 6.429,64 ton dan mengalami penurunan

di tahun 2015 menjadi sebesar 5.785,86 ton dan mengalami kenaikan di tahun

2016 sebesar 7.485,85 ton dan mengalami kenaikan di tahun 2017 sebesar

8.777,02 ton.

Bagi petani, kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat, tetapi juga

memiliki arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun yang lalu, kopi

telah menjadi sumber pendapatan bagi para petani.Namun kurangnya asosiasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


petani kopi atau forum bersama komunitas kelompok tani di Indonesia menjadi

salah satu faktor tidak langsung penyebab rendahnya harga jual kopi dan

kurangnya penyuluhan (edukasi) dalam pemeliharaan tanaman kopi yang baik dan

menjadi salah satu penyebab produksi kopi hasil perkebunan rakyat belum banyak

di ekspor (Panggabean, 2011).

Selain permasalahan dalam produktivitas, petani kopi juga menghadapi

permasalahan dalam pengolahan pascapanen. Petani sering kali tidak tahu

bagaimana cara mengolah kopi yang berkualitas, sehingga tidak dapat

meningkatkan nilai tambah dari kopi tersebut. Ada berbagai cara untuk mengolah

biji kopi agar memunculkan rasa spesifik dari setiap kopi. Rasa spesifik yang

dihasilkan kopi berbeda tidak hanya berdasarkan cara pengolahan biji kopi, juga

daerah dari mana kopi tersebut berasal. Ketidaktahuan petani dalam pengolahan

kopi agar memiliki nilai tambah tinggi mengakibatkan harga jual kopi yang

diterima petani rendah.

Harga kopi di daerah penelitian yang dijual oleh petani langsung yaitu berupa

buah kopi Arabika (buah merah) seharga Rp.9000 per kg. Untuk kopi biji yang

sudah mengalami proses pengolahan dijual dengan harga Rp.100.000 per kg.

Sedangkan kopi bubuk yang sudah mengalami proses pengolahan dan

pengemasan dijual dengan harga sebesar Rp.250.000 per kg. Oleh karena itu

peneliti ingin melihat berapa besar nilai tambah yang dihasil dari tiap tiap proses

pengolahan mulai dari buah kopi yang diolah menjadi kopi biji dan kopi biji yang

diolah menjadi kopi bubuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana cara pengolahan Kopi Arabica di daerah penelitian?

2. Berapa besarnilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan Kopi Arabica

di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana cara pengolahan buah Kopi Arabica

di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis besarnilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan

Kopi Arabica di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi kelompok tani, maupun petani

kopi dan pihak-pihak yang terkait dalam usaha pengembangan produk

olahan kopi.

2. Sebagai bahan pemasukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

menetapkan kebijakan dan pengembangan produk olahan komoditi kopi.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi kepada peneliti selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kopi (Coffea sp)merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Asia Selatan,

termasuk Family Rubiaceae dengan tinggi mencapai 5m. Panjang daun sekitar 5-

10 cm, lebar 5 cm, berwarna hijau kemudian kuningan lalu hitam bila sudah di

sangria. Biasanya buah kopi terdiri dari 2 buah biji dan kopi siap dipetik saat

berumur 7 sampai 9 bulan (Siregar, 2016).

Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai

berikut: Kigdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies :Coffea sp.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.1 Jenis Jenis Kopi

Didunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetap yang paling sering

dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta dan Liberika.

Kopi Arabika

Kopi Arabica berasal dari Etiopia dan Abessinia.Kopi ini merupakan jenis

pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling

banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19.Setelah abad ke-19, dominasi kopi

Arabica menurun karena kopi ini sangan peka terhadap penyakit HV, terutama

didataran rendah. Beberapa sifat penting kopi Arabica sebagai berikut:

a. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl dengan

suhu sekitar 16-200C.

b. Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun

secara berturut turut, tetapi sesekali mendapat hujan kiriman (hujan yang

turun dimusim kemarau).

c. Umumnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam

didataran rendah atau kurang dari 500 m dpl.

d. Rata rata produksi sedang tetapi mempunyai kualitas, cita rasa, dan harga

relative lebih tinggi dibandingkan kopi lainnya.

e. Umumnya berbuah sekali dalam setahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1 Varietas Kopi Arabika dan Sifatnya
Varietas Sifat
Abesinia Bentuk pohon lebih kekar, bisa ditanam didataran rendah, dan
lebih resisten terhadap penyakit HV
Pasumah Bentuk pohon lebih kekar, agak resisten terhadap penyakit HV
Marago Type Ukuran buah lebih besar dan kualitas lebih baik
Congensis Biji berukuran sangat kecil, kurang produktif, tetapi resisten
terhadap penyakit HV

Kopi Robusta

Kopi robusta berasal dari Kongo.Kopi ini masuk ke Indonesia pada tahun 1990.

Beberapa jenis yang termasuk kopi robusta antara lain Quillou, Uganda dan

Chanephora. Oleh karena mempunyai sifat unggul, kopi ini sangat cepat

berkembang. Beberapa sifat penting kopi robusta antara lain sebagai berikut:

a. Resisten terhadap penyakit HV

b. Tumbuh baik pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi masih toleran pada

ketinggian kurang dari 400 m dpl dengan suhu sekitar 21-240C

c. Menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3-4 bulan berturut

turut dengan 3-4 kali hujan kiriman

d. Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi arabika, tetapi lebih tinggi

dibandingkan kopi liberika

e. Rendemen sekitar 22%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.2 Varietas Kopi Robusta dan Sifatnya
Jenis Sifat

Quillou 1. Pohon tegap, cabang primer panjang dengan arah


pertumbuhan mendatar, dan ujung agak melengkung ke
bawah
2. Daun agak sempit dan panjang dengan permukaan berombak
3. Buah matang berwarna merah jernih dan bergaris
Uganda 1. Cabang primer lemah dengan bagian ujung agak melengkung
keatas seperti membentuk huruf S dan tahan lama
2. Daun kecil dan sempit, helaian nya agak menutup dan
permukaan daun berombak
3. Buah mudah rontok dan terserang hama bubuk
Canephora 1. Pohon banyak mengeluarkan cabang reproduksi
2. Daun sempit dengan permukaan berombak dan daun muda
berwarna coklat kemerahan
3. Mudah terserang HV

Kopi Liberika

Kopi Liberika berasal dari Angola, kemudian masuk ke Indonesia pada tahun

1965. Beberapa varietas kopi Liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia

antara lain Ardoniana dan Durvei. Meskipun sudah cukup lama masuk ke

Indonesia , tetap hingga kini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah dan

rendemen nya rendah. Beberapa sifat kopi Liberika antara lain sebagai berikut:

a. Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan

kopi arabika dan robusta

b. Cabang primer lebih tahan lama

c. Agak peka terhadap penyakit HV

d. Kualitas buah relative rendah

e. Berbuah sepanjang tahun

f. Ukuran buah tidak merata

g. Tumbuh baik didataran rendah (Najiyati dan Danarti, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.2 Pengolahan Kopi Biji

Pengolahan kopi biji meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Sortasi

Sortasi atau pemilihan biji kopi dimaksudkan untuk memisahkan biji yang masak

dan bernas serta seragam dari buah yang cacat/pecah, kurang seragam dan

terserang hama serta penyakit. Sortasi juga dimaksudkan untuk pembersihan dari

ranting, daun atau kerikil dan lainnya. Buah kopi masak hasil panen disortasi

secara teliti untuk memisahkan buah superior (masak, bernas dan seragam) dari

buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang, dan terserang hama penyakit).

Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang karena benda-

benda tersebut dapat merusak mesin pengupas. Buah merah terpilih (superior)

diolah dengan metode pengolahan secara basah atau semi basah supaya diperoleh

biji kopi HS (Haulk Snauk) kering dengan tampilan yang bagus, sedang buah

campuran hijau-kuning-merah diolah dengan cara pengolahan kering.

Saat ini sudah tersedia alat atau mesin untuk sortasi yang dapat dimanfaatkan

untuk pekerjaan ini.Selain itu, kopi merah yang dapat disebut kopi superior

dipisahkan, dan biasanya diolah secara basah atau semi-basah untuk nantinya

mendapatkan kopi HS kering dengan tampilan yang bagus (Syakir, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Pengupasan Kulit Kopi.

Sebelum dikupas, biji kopi sebaiknya dipisahkan berdasarkan ukuran biji agar

menghasilkan pengupasan yang baik jika dilakukan dengan mesin

pengupas.Mesin pengupas kopi saat ini sudah tersedia dan mudah diperoleh

dipasaran.

Proses pengolahan basah atau semi-basah diawali dengan pengupasan kulit buah

dengan mesin pengupas (pulper) tipe silinder untuk kemudian menghasilkan kopi

HS, yaitu biji kopi yang masih terbungkus kulit tanduk. Pengupasan kulit buah

berlangsung di antara permukaan silinder yamg berputar (rotor) dan permukaan

pisau yang diam (stator).Silinder mempunyai profil permukaan bertonjolan atau

sering disebut “buble plate” dan terbuat dari bahan logam lunak jenis tembaga.

Silinder digerakkan oleh sebuah motor bakar atau sebuah motor diesel, mesin

pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200-300 kg buah kopi per jam digerakkan

dengan motor bensin 5 PK. Alat ini juga bisa dioperasikan secara manual (tanpa

bantuan mesin), namun kapasitasnya turun menjadi hanya 80-100 kg buah kopi

per jam. Mesin ini dapat digunakan oleh petani secara individu atau kelompok

petani yang beranggota 5-10 anggota.Untuk kelompok tani yang agak besar

dengan anggota lebih dari 25 orang sebaiknya menggunakan mesin pengupas

dengan kapasitas 1000 kg per jam, yang bisa digerakkan dengan enjin 8-9 PK.

Pengupasan buah kopi umumnya dilakukan dengan penyemprotan air ke dalam

silinder bersama dengan buah yang akan di kupas. Penggunaan air diatur sehemat

mungkin, disuaikan dengan ketersediaan air dan mutu hasil. Jika mengikuti proses

pengolahan basah secara penuh, konsumsi air bisa mencapai 7-9 m³ per ton buah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kopi yang diolah. Untuk proses semi-basah, konsumsi air sebaiknya tidak lebih

dari 3 m³ per ton buah. Lapisan air juga berfungsi untuk mengurangi tekanan

geseran silinder terhadap buah kopi sehingga kulit tanduknya tidak pecah.

3. Fermentasi biji kopi

Fermentasi diperlukan untuk menyingkirkan lapisan lendir pada kulit tanduk

kopi.Fermentasi dilakukan biasanya pada pengolahan kopi arabika, untuk

mengurangi rasa pahit dan mempertahankan citarasa kopi. Fermentasi dapat

dilakukan dengan cara perendaman biji ke dalam air atau secara kering dengan

memasukkan biji kopi ke dalam kantong plastik dan menyimpannya secara

tertutup selama 12 sampai 36 jam, tahapan ini dapat dilakukan pencucian dengan

air untuk menghilangkan sisa lendir setelah fermentasi.

Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, dan

tidak banyak dipraktekkan untuk pengolahan kopi robusta, terutama untuk kebun

rakyat. Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa

di lapisan kulit tanduk pada biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi

arabika, fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan mendorong

terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhannya.Prinsip fermentasi adalah

alami dan dibantu oleh oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan

secara basah (merendam biji dalam genangan air) dan secara kering (tanpa

rendaman air).

4. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang masih

menempel pada kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan

secara manual di dalam bak atau ember, sedang kapasitas besar perlu di bantu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan mesin. Mesin pencuci tipe batch mempunyai wadah pencucian berbentuk

silinder horisontal segi enam yang diputar.Mesin ini dirancang untuk kapasitas

kecil dan konsumsi air yang terbatas.Biji kopi HS sebanyak 50-70 kg dimasukkan

ke dalam silinder berbentuk corong dan kemudian direndam dengan sejumlah

air.Silinder di tutup rapat dan diputar dengan motor bakar (5 PK) selama 2-3

menit.Motor dimatikan, tutup silinder dibuka dan air yang telah kotor dibuang.

Proses ini diulang 2 sampai 3 kali tergantung pada kebutuhan atau mutu biji kopi

yang diinginkan. Kebutuhan air pencuci berkisar antara 2-3 m³ per ton biji.Mesin

pencuci kontinyu mempunyai kapasitas yang lebih besar, yaitu 1.000 kg biji kopi

HS per jam.Kebutuhan air pencuci berkisar antara 5-6 m³ per ton biji kopi

HS.Mesin pencuci ini terdiri atas silinder berlubang horisontal dan sirip pencuci

berputar pada poros silinder.Biji kopi dimasukkan ke dalam corong silinder secara

kontinyu disertai dengan semprotan aliran air ke dalam silinder. Sirip pencuci

yang diputar dengan motor bakar mengangkat massa biji kopi ke permukaan

silinder. Sambil bergerak, sisa-sisa lendir pada permukaan kulit tanduk akan

terlepas dan tercuci oleh aliran air. Kotoran-kotoran akan menerobos lewat

lubang-lubang yang tersedia pada dinding silinder, sedang massa biji kopi yang

sudah bersih terdorong oleh sirip pencuci ke arah ujung pengeluaran silinder

(Syakir, 2010).

5. Pengeringan kopi

Pengeringan biji kopi dilakukan dengan suhu antara 45 – 500 C sampai tercapai

kadar air biji maksimal sekitar 12,5%. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat

merusak citarasa, terutama pada kopi arabika.Pengeringan kopi robusta bisa

diawali suhu yang agak tinggi (sekitar 900 C) dalam waktu singkat (sekitar 20-24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jam). Pengeringan dapat juga dilakukan dua tahap, dengan pengeringan awal

melalui penjemuran sampai kadar air sekitar 20 % dan selanjutnya dilakukan

pengeringan mekanis sampai kadar air 12,5 %.

Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji kopi

HS yang semula 60-65% sampai menjadi 12%. Pada kadar air ini, biji kopi HS

relatif aman untuk dikemas dalam karung dan disimpan di gudang pada kondisi

lingkungan tropis. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran,

mekanis dan kombinasi keduanya. Buah kopi arabika mutu rendah (inferior) hasil

sortasi di kebun sebaiknya diolah secara kering.Cara ini juga banyak dipraktekkan

petani untuk mengolah kopi jenis robusta. Tahapan proses ini relatif pendek

dibanding proses semi basah. Jika cuaca memungkinkan dan fasilitas memenuhi

syarat, penjemuran merupakan cara pengeringan kopi yang sangat

menguntungkan, baik secara teknis, ekonomis maupun mutu hasil. Namun, di

beberapa sentra penghasil kopi kondisi yang demikian sering tidak dapat dipenuhi.

Oleh karena itu, proses pengeringan bisa dilakukan dengan dua tahap, yaitu

penjemuran untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20-25 % dan kemudian

dilanjutkan dengan pengering mekanis. Kontinuitas sumber panas untuk proses

pengeringan dapat lebih dijamin (siang dan malam) sehingga buah atau biji kopi

dapat langsung dikeringkan dari kadar air awal 60-65% sampai kadar air 12%

dalam waktu yang lebih terkontrol.

Proses pengeringan mekanis sebaiknya dilakukan secara berkelompok karena

proses ini membutuhkan peralatan mekanis yang relatif rumit, proses investasi

yang relatif cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. Kapasitas

pengeringan mekanis dipilih antara 1,50 sampai 4 ton biji HS basah tergantung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada kondisi kelompok tani. Konsumsi minyak tanah untuk pengering mekanis

berkisar antara 3-4 liter per jam.Konsumsi kayu bakar untuk pengering berbahan

bakar kayu antara 15-20 kg per jam tergantung pada kadar air kayu bakarnya.

Penggunaan kayu bakar dapat meningkat 2 kali lebih besar, jika kadar airnya di

atas 30%. Untuk itu, kayu bakar sebaiknya dikering-anginkan selama 2-3 minggu

sampai kadar air mencapai 20-22%. Tungku dan perangkat penunjangnya

(pemindah panas), sebagai sumber panas, harus dioperasikan secara optimal.

Selain minyak asal fosil, bahan bakar nabati seperti minyak jarak maupun minyak

nabati lainnya juga dapat digunakan dengan hasil yang sama baiknya, melalui

pemanfaatan kompor tekan sebagai sumber pemanasnya

Pengeringan dengan cara kombinasi merupakan salah satu alternatif yang tepat

untuk memperbaiki mutu dan sekaligus menekan biaya produksi. Proses

pengeringan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengeringan awal (predrying)

biji basah di lantai semen sampai kadar airnya mencapai 20-22% dan kedua

pengeringan akhir (final drying) biji kopi di dalam pengering mekanis pada suhu

50- 60ºC selama 8-12 jam sampai kadar airnya 12%. Alternatif lain adalah dengan

pemanfaatan teknologi perangkap panas matahari (solar colector). Saat ini telah

dikembangkan model pengering biji kopi dengan tenaga surya yang mempunyai

kapasitas pengolahan 5 ton biji kopi HS basah.Sebagai sumber panas utama

adalah kolektor tenaga surya yang di pasang sekaligus sebagai atap gedung

sehingga biaya investasi gedung dan biaya energi menjadi lebih murah.

Pengukuran kadar biji. Penentuan kadar biji kopi merupakan salah satu tolak ukur

proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya pengeringan

yang murah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Akhir dari proses pengeringan harus ditentukan secara akurat. Pengembangan

yang berlebihan (menghasilkan biji kopi dengan kadar air jauh di bawah 12%)

merupakan pemborosan bahan bakar dan merugikan karena terjadi kehilangan

berat. Sebaliknya jika terlalu singkat, maka kadar air kopi belum mencapai titik

keseimbangan (12%) sehingga biji kopi menjadi rentan terhadap serangan jamur

pada saat disimpan atau diangkut ke tempat konsumen.

6. Penggilingan kopi

Biji kopi kering atau kopi HS kering digiling dengan mesin huller untuk

mendapatkan biji kopi pasar atau kopi beras.Penggilingan kopi diperlukan untuk

memperoleh kopi bubuk dan meningkatkan luas permukaan kopi. Pada kondisi

ini, citarasa kopi akan lebih mudah larut pada saat dimasak dan disajikan, dengan

demikian seluruh citarasa kopi terlarut ke dalam air seduan kopi yang akan

dihidangkan. Penggilingan kopi seyogyanya hanya dilakukan terhadap kopi HS

yang sudah kering.Penggudangan.Penggudangan bertujuan untuk menyimpan

hasil panen yang telah disortasi dalam kondisi yang aman sebelum dipasarkan ke

konsumen. Beberapa faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air,

kelembaban relatif udara dan kebersihan gudang. Serangan jamur dan hama pada

biji kopi selama penggudangan merupakan penyebab penurunan mutu kopi yang

serius. Jamur merupakan cacat mutu yang tidak dapat diterima oleh konsumen

karena menyangkut rasa dan kesehatan termasuk beberapa jenis jamur penghasil

okhratoksin. Udara yang lembab pada gudang di daerah tropis merupakan pemicu

utama pertumbuhan jamur pada biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang

kurang baik menyebabkan hama gudang seperti serangga dan tikus akan cepat

berkembang. Kelembaban (RH) ruangan gudang sebaiknya dikontrol pada nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang aman untuk penyimpanan biji kopi kering, yaitu sekitar 70 %. Pada kondisi

ini, kadar air keseimbangan biji kopi adalah 12 % jika kelembaban relatif udara

meningkat di atas nilai tersebut, maka biji kopi akan mudah menyerap uap air dari

udara lembab sekelilingnya sehingga kadar air meningkat.

Oleh karena itu, gudang penyimpanan kopi di daerah tropis sebaiknya dilengkapi

dengan sistem penerangan, sistem perkondisian udara dan alat pengatur sirkulasi

udara yang cukup.Untuk daerah tropis seperti Indonesia, pengkondisian udara

gudang dapat dilakukan dengan menggunakan kolektor tenaga surya.Selain

sebagai sumber panas, kolektor surya sekaligus berfungsi sebagai atap bangunan

gudang (Syakir, 2010).

2.1.3 Pengolahan Kopi Bubuk

Pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh petani, pengecer, industri dan

pabrik.Pembuatan kopi bubuk oleh petani dilakukan secara tradisional dengan alat

alat sederhana.Hasilnya pun biasanya hanya dikonsumsi sendiri atau dijual bila

ada pesanan.Pembuatan kopi bubuk oleh pedagang sudah agak meningkat dengan

mesin mesin yang cukup baik, tetapi masih dalam jumlah yang terbatas.Namun

hasilnya hanya dipasarkan sendiri atau dipasarkan kepedagang pengecer yang

lebih kecil.Pembuatan kopi bubuk oleh pabrik biasanya dilakukan secara modern

dengan skla acukup besar. Hasilnya dikemas dalam bungkus rapi dengan

menggunakan kertas alumunium foil agar kualitasnya terjamin, serta dapat

dipasarkan keberbagai daerah yang lebih luas. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi

kedalam dua tahapan yaitu tahap perendangan dan tahap penggilingan (Najiyati

dan Danarti, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Penyangraian

Perendangan atau penyangraian adalah proses pemanasan kopi beras pada suhu

200-2250C. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kopi rending yang berwarna

cokelat kayu manis-kehitaman. Dalam proses perendangan ini biji kopi

mengalami dua proses yaitu penguapa air pada suhu 1000C dan pirolisis pada suhu

180-2250C. Pada tahap pirolisis kopi mengalami perubahan kimia antara lain

pengarangan serat kasar, terbentuknya senyawa volatile, penguapan zat zat asam

dan terbentuknya zat beraroma khas kopi.

Pada proses perendangan, kopi juga mengalami perubahan warna. Bila kopi sudah

berwarna kehitaman dan mudah pecah maka penyangraian segera

dihentikan.Selanjutnya kopi segera diangkat dan didinginkan.

Perendangan bisa dilakukan secara terbuka dan tertutup. Perendangan secara

tertutup biasanya dilakukan oleh pabrik atau industri pembuatan kopi bubuk untuk

mempercepat proses perendangan. Perendangan secara tertutup akan

menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan terasa agak asam akibat tertahan nya air

dan beberapa jenis asam yang mudah menguap. Namun aromanya akan lebih

tajam karena senyawa kimia yang beraroma khas kopi tidak banyak menguap.

Sselain itu, kopi akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti

bau bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran yang tidak sempurna (Najiyati

dan Danarti, 2008).

2. Penggilingan

Penggilingan adalah proses pemecahan butir butir biji kopi yang telah disangrai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk mendapatkan kopi bubuk berukuran maksimum 75 mesh. Ukuran butir butir

bubuk kopi berpengaruh terhadap rasa dan aroma kopi.Secara umum semakin

kecil ukuran nya maka rasa dan aromanya semakin baik.Hal ini dikarenakan

sebagian besar bahan yang terdapat didalam kopi dapat larut dalam air ketika

diseduh.

Penggilingan tradisional dilakukan dengan cara menumbuk kopi menggunakan

alat penumbuk yang disebut lumping dan alu. Lumpung terbuat dari kayu atau

batu sedangkan alu terbuat dari kayu. Setelah ditumbuk hingga halus, bubuk kopi

disaring dengan ayakan paling besar 75 mesh. Bubuk kopi yang tidak lolos

ayakan dikumpulkan dan ditumbuk lagi.Penggilingan oleh industri kecil atau

pabrik menggunakan mesin giling.Mesin ini biasanya sudah dilengkapi alat

pengatur ukuran paertikel kopi sehingga secara otomatis bubuk kopi yang keluar

berukuran seperti yang diingkan dan tidak perlu disaring lagi (Najiyati dan

Danarti, 2008).

3. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan salah satu factor untuk mencegah pertumbuhan dan

perkembangan jamur pada biji kopi.Penyimpanan yang salah dapat menyebabkan

mutu kopi berkurang, seperti berubahnya warna kopi tercium bau yang berbeda,

timbulnya kutu, serta rasa dan aroma kopi menjadi buruk (Panggabean, 2011).

Kopi yang sudah direndang dan digiling mudah sekali mengalami perubahan,

misalnya perubahan aroma, kadar air, dan ketengikan. Kopi bubuk yang disimpan

ditempat yang terbuka akan kehilangan aroma dan berbau tengik setelah 2-3

minggu. Kehilangan aroma ini disebabkan oleh menguapnya zat caffeol yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


beraroma khas kopi.Sementara ketengikan disebabkan oleh reaksi antara lemak

yang terdapat dalam kopi dengan oksigen diudara.

Untuk menghindari penurunan mutu kopi yang telah direndang selama

penyimpangan, sebaiknya kopi disimpan sebelum digiling.Hal ini dikarenakan

kopi rendang yang belum digiling mempunyai daya simpan 2-3 kali kopi yang

telah digiling.Kopi yang sudah digiling sebaiknya segera disimpan dan dipak

dengan lapisan kedap udara.Dipabrik cukup modern, biasanya kopi bubuk dipak

dalam kemasan atau kaleng hampa udara sehingga kopi tahan disimpan (Najiyati

dan Danarti, 2008).

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis

setelah komponen produksi pertanian.Banyak pula dijumpai petani yang tidak

melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai hal.Padahal

disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena dapat

meningkatkan nilai tambah. Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi

penting karena pertimbangan diantaranya sebagai berikut:

a. Meningkatkan nilai tambah

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh

produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang

diproses.Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas

pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan

mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain).Bagi pengusaha, kegiatan

pengolahan menjadi kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka

nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik

pasar domestik maupun pasar luar negeri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Meningkatkan kualitas hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas.Dengan

kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan

keinginan konsumen menjadi terpenuhi.Perbedaan kualitas bukan saja

menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi

harga barang itu sendiri.

c. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang

diserap.Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga

kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.

d. Meningkatkan keterampilan produsen

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan

keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh

hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.

e. Meningkatkan pendapatan produsen

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total

penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya

petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan hasil

penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi, 2003).

Faktor-faktor yang mendukung pengembangan pengelolaan hasil pertanian yaitu:

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah faktor yang sangat menunjang dan proses produksi suatu

industri. Persediaan bahan baku yaitu persediaan dari barangbarang berlanjut yang

digunakan dalam proses produksi. Bahan baku industri ini diperlukan oleh suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


industri untuk di olah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi

barang jadi.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam pengembangan industri pengelolaan hasil pertanian harus

diperhatikan baik dalam ketersediaannya maupun kualitas dan ketrampilan kerja.

3. Modal

Modal adalah barang atau uang yang dipakai untuk menghasilkan suatu

produk.Barang dapat berupa produksi yang digunakan, bangunan pabrik dan

bahanbahan yang dapat dipakai utuk menghasilkan produk sedangkan uang adalah

alat tukar yang digunakan untuk memperoleh sesuatu yang dibutuhkan seperti

membeli mesin atau alat-alat keperluan produksi dan membayar upah tenaga

kerja.

4. Manajemen

Peranan manajemen dalam pelaksanaan sistem produksi yaitu agar dapat

dicapainya tujuan yang diharapkan perusahaan untuk menghasilkan barang dan

jasa dalam jumlah dan waktu yang telah ditetapkan dan direncanakan.

5. Teknologi

Teknologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ketrampilan di

bidang industri. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat maka

teknologi sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan di dalam menghasilkan suatu

produk sehingga dapat meningkatkan mutu produk, bisa unggul dalam bersaing

dengan produk-produk sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2 Landasan Teori

2.2.1 Nilai Tambah

Menurut hayami et al (1987) dalam buku Pemasaran Pertanian Sudiyono (2004) )

nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu

produksi. Nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk

pengelolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.Besarnya nilai tambah karena

proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya

terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata

lain nilai tambah menggambarkan imbalanbagi tenaga kerja, modal dan

manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut:

Nilai Tambah = f (K,B,T,U,H,h,L)

Dimana:

K = Kapasitas Produksi

B = Bahan baku yang digunakan

T = Tenaga kerja yang digunakan

U = Upah tenaga kerja

H = Harga output

h = harga bahan baku

L= Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses

perlakuan untuk menambah nilai) (Sudiyono, 2004).

Untuk menghitung nilai tambah suatu bahan baku yang diolah menjadi produk

berbentuk lain maka dasar perhitungannya dalah sebagai berikut : bila kebutuhan

bahan baku tiap kali produksi diberi simbol a; dengan harga per kilogramnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


adalah b; output tiap kali produksi adalah c; maka faktor konversi yang berlaku

adalah h = c/a. Harga output per kilogram diberi simbol d; biaya input total selain

bahan baku yang dibutuhkan tiap kilogram bahan baku yang diolah adalah e;

maka nilai produknya adalah f = h x d. dari ketentuan tersebut bisa dihutung nilai

tambah yang diperoleh pengrajin adalah sebesar Rp.( f – e – b ) per kilogram

bahan baku (Budhisatyarini, 2008).

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Aminah (2014) yang berjudul tentang “Analisis Nilai Tambah Pengolahan

Kedelai Menjadi Susu Kedelai Pada Skala Industri Rumah Tangga di Kota

Medan”. Metode analisis yang digunakan untuk analisis nilai tambah

adalah metode Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah

yang diperoleh dari pengolahan kopi bubuk arabika adalah Rp.17.744,7/kg

per hari atau satu kali produksi dengan rasio nilai tambah sebesar 37.8%

dalam satu kali produksi.

2. Rahmawati (2009), Kajian Nilai Tambah Produk Agribisnis Kedelai pada

Usaha Aneka Tahu Maju Lestari di Kecamatan Landasan Ulin, Kota

Banjarbaru. Hasil penelitian menunjukkan nilai tambah yang diperoleh

selama setahun sebesar Rp 267.308.150 . Untuk nilai tambah per kg

kedelai diperoleh sebesar 1302 /kg.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Evan Triputra (2011), yang dilakukan di

Kabupaten Deli Serdang, menyatakan bahwa nilai tambah pengolahan

kedelai menjadi tempe lebih tinggi dibandingkan pengolahan kedelai

menjadi tahu. Dimana nilai tambah pengolahan kedelai menjadi tempe

yang diperoleh adalah Rp 8.103,1,- dengan rasio nilai tambahnya 53,79%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sedangkan nilai tambah pengolahan kedelai menjadi tahu adalah Rp

7.833,71,- dengan rasio nilai tambah sebesar 50,56%.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Roza Yulida (2011) di Kecamatan Dayun

Kabupaten Siak, menyatakan bahwa nilai tambah yang diperoleh oleh

industri tahu untuk setiap kilogram kedelai adalah Rp 3.120,- dan untuk

tempe sebesar Rp 3.325,-.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sandra Siagian (2012) Tentang Masalah

dan Prospek Pengolahan Kedelai, menyatakan bahwa nilai tambah yang

dihasilkan pada industri pengolahan susu kedelai lebih tinggi

dibandingkan dengan industri pengolahan tahu dan tempe.

6. Yanti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan

Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf dan Tepung

Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai”. Dalam penelitian ini diperoleh

hasil penelitian: Besar pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi

tepung mocaf sebesar 0,06 juta/ minggu, 0,26 juta/ bulan, 3,1 juta/ tahun

lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu

menjadi tepung tapioka sebesar 58,57 juta/ minggu, 234,3 juta/ bulan,

2811,6 juta/ tahun. Sedangkan Nilai tambah yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sebesar Rp.1.506,2/ kg, lebih

tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari usaha

pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf sebesar Rp.570/ kg.

7. Zulkifli (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan

dan Nilai Tambah pada Agroindustri Keripik Ubi di Kecamatan Tanah

Luas Kabupaten Aceh Utara”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


agroindustri pengolahan keripik ubi kayu memberikan keuntungan yang

diterima adalah sebesar Rp.4.340.625 per lima kali proses produksi selama

satu bulan. Nilai tambah yang dinikmati pengusaha dari agroindustri

sebesar Rp.5.495,00 per kilogram bahan baku yang dimanfaatkan. Nilai

tambah ini merupakan keuntungan yang didapatkan oleh agroindustri

keripik Ubi kayu dalam 1 kilogram penggunaan bahan baku.

8. Valentina (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai

Tambah Ubi Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten

Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur)”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan, efisiensi, dan besarnya

nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik singkong di

Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

keuntungan yang diterima pada kripik singkong ½ jadi sebesar

Rp.10.375,61. Sedangkan pada keripik singkong matang sebesar

Rp.1.610.418,99. Efisiensi usaha pengolahan kripik singkong ½ jadi

adalah sebesar 1,11. Sedangkan pada usaha pengolahan keripik singkong

matang sebesar sebesar 1,68. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan

keripik singkong pada KUB Wanita Tani Makmur di Kabupaten

Karanganyar efisien. Pengolahan dari kripik singkong ½ jadi memberikan

nilai tambah bruto sebesar Rp.52.043,74 nilai tambah netto sebesar

Rp.50.558,25 nilai tambah per bahan baku sebesar Rp.979,55 /kg dan nilai

tambah per tenaga kerja sebesar Rp.3.097,84 /JKO. Sedangkan pengolahan

keripik singkong matang memberikan nilai tambah bruto sebesar

Rp.1.690.750,00 nilai tambah netto sebesar Rp.1.686.461,45 nilai tambah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


per bahan baku sebesar Rp.7.773,56 /kg dan nilai tambah per tenaga kerja

sebesar Rp.37.572,22 /JKO.

9. Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan adalah Maya Agustina Tanjung

(2009) dengan judul Analisis Value Added Usaha Pengalengan Ikan

Cunang Renang (Muarenesox Talabon) di Kota Tanjung Balai Dengan

hasil penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata penerimaan yang diperoleh

pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah

tinggi yaitu adalah sebesar Rp 421.666.667,- Per Bulan. Rata-rata

pendapatan penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan

Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi adalah sebesar Rp

156,346,816 ,- Per Bulan. Rata-rata nilai tambah (value added) yang

diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah

penelitian adalah Nilai nilai tambah Per Tahun adalah Rp 568.209.167,-.

10. Penelitian lain yang juga menjadi rujukan adalah Henni Febri Yanti (2013)

Dengan Judul Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu

Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang

Bedagai (Studi Kasus : Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan

Kecamatan Sei Rampah) Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa

pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah

dibandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung

tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu

menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingkan nilai tambah yang

diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioca.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4 Kerangka Pemikiran

Buah Kopi Pengolahan Kopi Biji:


(Kopi Gelondongan) 1. Sortasi
2. Pengkupasan
Cherry Red
3. Pencucian
4. Penjemuran
Pengolahan Kopi Kopi Tanduk 5. Pengkupasan
Bubuk: (Kopi Biji) Kulit Tanduk
1. Peroastingan
2. Penyimpanan
3. Penghalusan Kopi
Sangrai
4. Pengemasan Kopi Bubuk

Nilai Tambah

Keteangan:
: Menyatakan Proses/Perlakuan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Buah Kopi Arabika

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut adalah:

1. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kopi arabika

didaerah penelitian relative tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah

Daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Naman Kecamatan

Naman Teran Kabupaten Karo dengan pertimbangan Desa Naman ini memiliki

kelompok tani yang melakukan pengolahan kopi arabika dengan brand tersendiri

yaitu Nastra Coffee.Nastra Coffee juga pernah terpilih menjadi peserta Investival

Kopi Karo di Berastagi 2018 yang lalu.

3.2 Metode Penentuan Sample

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Non Probability Sampling

dengan menggunakan metode Purposive Samplingyaitu tehnik pengambilan

sampel dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti dalam

memilih sampel (Moehar, 2002).

Populasi adalah anggota kelompok tani yang ada di Kelompok Tani Maka Jaya

yaitu sebanyak 18 orang.14 orang berperan sebagai penghasil bahan baku dan 4

orang berperan sebagai pengolah di kelompok tani tersebut. Maka sampel

penelitian ini adalah berjumlah 4 orang yang mengolah buah kopi menjadi kopi

bubuk dan kopi biji.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder.Dari data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diperoleh

dari sumber informasi atau dari sampel dengan menggunakan instrument

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap

yang diperoleh dari pihak ketiga seperti Badan Pusat Statistika dan berbagai

instansi lain yang terkait.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) digunakan metode deskriptif, yaitu

mendeskripsikan cara pengolahan kopi biji Arabika mulai dari kegiatan

penyortiran, pengkupasan cherry red, pencucian, penjemuran dan pengkupasan

kulit tanduk serta untuk mendeskripsikan cara pengolahan kopi bubuk mulai dari

kegiatan peroastingan, penyimpanan, penghalusan kopi sangrai dan pengemasan.

Untuk identifikasi masalah (2) digunakan metode Hayami , yaitu untuk

menganalisis berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan

kopi Arabika dalam menghasilkan kopi biji dan kopi bubuk dengan menggunakan

berbagai input. Adapun prosedur perhitungan nilai tambah dengan menggunakan

metode Hayamidisajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1 Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami


Keluaran (Output) masukan (input) dan harga
1 Output/produk total (kg/proses produksi) A
2 Input bahan baku (kg/proses produksi) B
3 Input tenaga kerja (Hok/proses produksi) C
4 Faktor Konversi (kg output/kg bahan baku) D = A/B
5 Koefisien tenaga kerja (Hok/kg bahan baku) E = C/B
6 Harga output (Rp/kg) F
7 Upah rata rata tenaga kerja ( Rp/proses produksi) G
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku (Rp/kg) H
9 Sumbangan input lain (Rp/kg) I
10 Nilai output (Rp/kg) J=DxF
11 Nilai tambah (Rp/kg) K = J-H-I
 Rasio nilai tambah (%) L% = K/J x 100 %
12 Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M=ExG
 Bagian tenaga kerja (%) N% = M/K x 100%
13 Keuntungan (Rp/kg) O= K-M

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Bagian keuntungan (%) P%= O/J x 100%
Balas jasa untuk faktor produksi
14 Marjin (Rp/kg) Q = J-H
 Pendapatn tenaga kerja (%) R%= M/Q x 100%
 Sumbangan input lain (%) S%=I/Q x 100%
 Keuntungan (%) T%=O/Q x 100%
Sumber: Sudiyono, 2004

Dari hasil perhitungan tersebut akan diperoleh keterangan sebagai berikut:

1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah).

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam %).

3. Imbalan bagi modal dan manajemen (keuntungan yang diterima perusahaan)

dalam rupiah (Sudiyono, 2004).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa

defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi

1. Pengolahan Kopi adalah proses pengolahan buah kopi menjadi biji kopi

hingga menjadi bubuk kopi Arabika melalui beberapa proses pengolahan

mulai dari pencucian, penggilingan/pengupasan, fermentasi, penjemuran,

perendangan, peroastingan dan penyimpanan.

2. Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai yang didapatkan dari

nilai input dan nilai output.

3. Produk Olahan adalah suatu produk atau hasil olahan dengan melalui

proses pengolahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Naman Kecamatan Naman Teran

Kabupaten Karo.

2. Sampel dalam Penelitian ini adalah seluruh Anggota Kelompok Tani

Maka Jaya Di Desa Naman Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

3. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK
SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten

Karo, Sumatera Utara. Desa Naman memiliki luas wilayah sebesar 3,85Km2 .

Jarak tempuh dari Desa Naman ke ibukota Kecamatan Naman Teran adalah

sekitar 1 Km.

Desa Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Sukatepu

Sebelah Selatan : Desa Sukanalu

Sebelah Timur : Desa Ndeskati

Sebelah Barat : Desa Gung Pinto

Masyarakat di Desa Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani kopi Arabika.

4.1.1 Keadaan Penduduk

1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk Desa Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo berjumlah

1804 jiwa dengan kepadatan penduduk 469 km2. Jumlah penduduk laki laki Desa

Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo berjumlah 877 jiwa dan

perempuan berjumlah 927 jiwa dengan rasio jenis kelamin 95. Jumlah rumah

tangga 530 rumah tangga dengan rataan 3,86.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Penduduk Menurut Kelompok Jenis Pekerjaan

Mata pencaharian penduduk Desa Naman terdiri dari beberapa jenis yaitu petani,

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lainnya.Untuk mengetahui lebih jelas mengenai

mata pencaharian penduduk DesaNaman dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Penduduk Menurut Kelompok Jenis Pekerjaan Tahun 2018


No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Petani 663 96,1%
2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 27 3,9%
3 Lainnya - -
Total 690 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2018

Tabel 4.1 menunjukan bahwa penduduk Desa Naman sebagian besar bermata

pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 663jiwa dengan persentase 96,1 %.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)

berjumlah 27 jiwa dengan persentase 3,9%.

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu desa dipengaruhi oleh sarana dan

prasarana yang tersedia di desa tersebut. Desa Naman memiliki berbagai sarana

dan prasarana seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Tahun 2018


No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1. Sarana Pendidikan
- Sekolah Dasar (SD) 1
- Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1
- Sekolah Menengah Atas -
2. Sarana Kesehatan
- Posyandu 1
- Poskesdes 1
- BPU 2
- Puskesmas 1
3. Sarana Ibadah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Mesjid 1
- Gereja Protestan 2
- Gereja Katholik 1
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Tahun 2018

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa di Desa Naman memiliki sarana pendidikan

sebanyak 2 unit yang terdiri dari 1 Sekolah Dasar, 1Sekolah Menengah Pertama

(SMP).Sarana kesehatan sebanyak 5 unit sarana yaitu 1 posyandu, 1 poskesdes, 2

BPU dan 1 puskesmas. Sarana ibadah di Desa Namansebanyak 4 unit, terdiri dari

1 mesjid, 2 gereja protestan dan 1 gereja katholik.

4.2 Karateristik Sampel Usaha Pengolahan Kopi

Pengolah kopi merupakan anggota kelompok tani Maka Jaya mengolah buah kopi

Arabika menjadi kopi biji dan kopi bubuk. Hasil olahan dipacking dengan

menggunakan brand nama tersendiri yaitu Nastra Coffee yang dipasarkan ke

coffee shop di Berastagi dan Kabanjahe. Karateristik pengusaha kopi dalam hal

ini meliputi umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan.

4.2.1 Umur

Adapun umur pengolah kopi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat

dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha pengolahan.Variasi

umur memberikan perbedaan terhadap kemampuan dan keinginan

kerjanya.Dengan demikian variabel umur dapat memberikan pengaruh terhadap

hasil produksi dan pendapatan usaha. Keadaan umur pengolah kopi di daerah

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.3 Umur Pengolah Kopi Anggota Kelompok Tani Maka Jaya
Pengolah Kelompok Umur ( Tahun)
1 31
2 53
3 45
4 27
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 1

Dari Tabel 4.3 diketahui keadaan umur pengolah kopi anggota kelompok tani

Maka Jaya berada dalam rentang usia yang produktif. Umur yang paling tinggi

adalah 53 tahun, umur termuda adalah 27 tahun.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dari pengolah erat kaitannya dengan kemampuannya dalam

mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan optimasi dalam kegiatan

usahanya.Adapun tingkat pendidikan pengolah kopianggota kelompok tani Maka

Jaya adalah SMA dan S1. Tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Pengolah KopiAnggota Kelompok Tani Maka


Jaya

Pengolah Sampel Tingkat Pendidikan


1 SMA
2 SMA
3 SMA
4 S1
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 1

Dari Tabel 4.4 tentang tingkat pendidikan dapat dilihat secara umum pendidikan

masih tergolong menengah, namun adajuga yang telah berpendidikan tinggi

(S1).Tingkat pendidikan ini sudah menunjukkan bahwa tingkat adopsi relatif baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.3 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh

anggota pengolah kopidari hasil pendapatan usaha pengolahan kopi. Jumlah

tanggungan pengolah kopi anggota kelompok tani Maka Jaya dapat dilihat pada

Tabel 4.5

Tabel 4.5Jumlah Tanggungan Pengolah Kopi Anggota Kelompok Tani Maka


Jaya
Pengolah Sampel Jumlah Tanggungan
1 3
2 5
3 4
4 -
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 1

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah tanggungan anggota pengolah

kopi kelompok Tani Maka Jaya di Desa Naman Kecamatan Naman Teran

Kabupaten Karo perorangnya adalah 3 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Cara Pengolahan Buah Kopi menjadi Kopi Biji Arabika

Untuk menghasilkan kopi biji, pengolahan buah kopi Arabika dilakukan berbagai

cara dan tahapan yaitu sortasi, pengkupasan Cherry red, pencucian, penjemuran

dan pengkupasan kulit tanduk. Tahapan pengolahan kopi biji arabika yaitu:

1. Sortasi

Sortasi adalah pemilihan/pemisahan buah kopi

yang bagus dengan kopi yang tidak bagus.Kopi

yang layak olah adalah kopi yang sudah

bewarna merah dan tidak busuk didalam

buahnya. Kegiatan sortasi dilakukan setelah

pengolah membeli bahan baku dengan rataan

375 kg buah kopi. Kegiatan sortasi dilakukan di


Gambar 5.1 Sortasi Buah Kopi
belakang rumah pengolah dengan 3 tenaga

kerja.

2. Pengkupasan Cherry red

Buah kopi (cherry red) yang sudah disortasi

maka akan dilakukan pengkupasan. Pada

tahapan proses ini dapat dilakukan dengan

menggunakan mesin pengkupas atau pun secara

manual. Mesin pengkupas yang digunakan

adalah pulper. Pengkupasan buah kopi dengan


Gambar 5.2Pengkupasan Buah Kopi
menggunakan mesin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disebut pulping. Proses pulping yaitu dengan memasukkan buah kopi kedalam

pulper lalu digiling maka buah kopi tersebut akan terpisah dari kulitnya dan akan

menghasilkan gabah kopi yang masih berlendir. Kapasitas mesin pulper kopi sekali

giling adalah 10kg.Kegiatan ini dilakukan di rumah ketua Kelompok Tani dengan

menggunakan mesin pulper dengan 2 orang tenaga kerja. Rataan bahan baku yang

dipulping adalah 375 kg.

3. Pencucian

Pada tahap ini, kopi yang sudah dikupas maka akan segera dicuci bersih sampai

lendir kopi tersebut hilang. Pencucian dilakukan dengan menggunakan ember besar

dengan air secukupnya.Kapasitas 1 ember untuk satu kali cuci adalah 50 kg.Setelah

kopi dicuci bersih maka kopi tersebut ditiriskan dengan menggunakan alat tiris

yaitu saringan.Pencucian dilakukan di belakang rumah pengolah dengan 2 tenaga

kerja.

4. Penjemuran

Setelah kopi ditiriskan dengan saringan, maka

kopi akan segera dijemur dibawah sinar

matahari dengan menggunakan tampi.Kapasitas

tampi untuk penjemuran kopi adalah 3kg.

Penjemuran kopi pada semi wash ini

berlangsung selama 2 minggu atau 14 hari.

Dalam proses pengeringan dilakukan proses

pengadukan kopi selama 3 atau 4 jam sekali

selama seminggu agar kopi yang dijemur tidak


Gambar 5.3 Penjemuran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


belang. Penjemuran dilakukan dibelakang

rumah pengolah dengan 2 tenaga kerja.

5. Pengkupasan Kulit Tanduk

Pada tahap ini, dilakukan pengkupasan kulit

tanduk dengan menggunakan alat huller.Proses

ini disebut hulling.Kapasitas mesin hulling

untuk sekali giling adalah 5kg. Proses hulling ini

akan menghasilkan kopi biji (green bean)

dengan kadar air 12 – 13%. Pengupasan kulit

Gambar 5.4Pengkupasan Kulit tanduk dilakukan di rumah kelompok tani


tanduk
dengan 2 tenaga kerja.

Tabel 5.1 Persentase Penyusutan Buah Kopi Menjadi Kopi Biji (1Kg bahan

baku)

Penyusutan Buah
Proses Pengolahan Kopi Biji Persentase Penyusutan
Kopi (Kg)
Sortasi 1 kg 100%
Pengkupasan Cherry Red 0,6 kg 40%
Pencucian 0,5 kg 50%
Penjemuran 0,4 kg 60%
Pengkupasan Kulit Tanduk 0,2 kg 80%

Dapat dilihat dari tabel 5.1 diatas untuk 1 kg buah kopi yang diolah dari kegiatan

sortasi, pengkupasan Cherry Red, pencucian, penjemuran dan pengkupasan kulit

tanduk mengalami penyusutan sebesar 80% (0,2 kg).

Pencucian

1kg 0,6 kg 0,5 kg 0,4 kg 0,2 kg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2 Cara Pengolahan Kopi Biji menjadi Kopi Bubuk Arabika

Pengolahan biji kopi Arabika menjadi kopi bubuk Arabika diolah dengan berbagai

cara dan tahapan yaitu peroastingan, penyimpanan, penghalusan kopi sangrai dan

pengemasan. Tahapan pengolahan kopi bubuk arabika yaitu:

1. Peroastingan

Peroastingan merupakan suatu proses yang penting pada pembuatan kopi bubuk.

Peroastingan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai dibawah 4%

dan bertujuan untuk membentuk aroma cita rasa khas kopi. Peroastingan

dilakukan dengan menggunakan mesin roasting.Peroastingan dilakukan di

Kabanjahe Pak RM Kopi dengan membayar jasa roasting Rp.25.000/kg.

2. Penyimpanan

Setelah kopi di roasting, kopi sangrai

didinginkan selama ± 15 menit.Lalu kopi

sangrai di masukkan kedalam tempat

penyimpanan berupa toples kaca.Kapasitas satu

toples kaca untuk menyimpan kopi bubuk

adalah 10kg.Penyimpanan dilakukan oleh 2


Gambar 5.5Penyimpanan Kopi tenaga kerja di rumah pengolah.
Sangrai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.Penghalusan Kopi Sangrai

Proses penghalusan kopi sangrai dilakukan

dengan alat penghalus kopi yaitu grinder.

Proses penghalusan nya juga dapat diatur pada

alat penghalus untuk ukuran partikel kopi

bubuk yang diinginkan dengan menghaluskan

kopi sangrai 2 atau 3 kali. Kapasitas

penghalusan kopi sangrai untuk sekali proses

adalah 0,5 kg dengan 1 tenaga kerja.


Gambar 5.6 Penghalusan Kopi
Sangrai Penghalusan kopi sangrai dilakukan di rumah

pengolah.

4. Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk mempertahankan

aroma dan citarasa kopi bubuk yang akan

didistribusikan. Pada pengemasan

menggunakan kemasan berupa kertas bungkus/

kertas kemasanyang sudah siap pakai dan

kertas label brand Nastra Coffee. Mesin sealer

berguna menutup kertas kemasan kopi

agar udara tidak masuk kedalam bungkus kopi

tersebut. Kapasitas kertas kemas berbagai

macam yaitu 200gr, 300gr dan 500gr.


Gambar 5.7Pengemasan
Pengemasan dilakukan di rumah ketua

kelompok tani dengan 2 tenaga kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.2 Persentase Penyusutan Kopi Biji Menjadi Kopi Bubuk (1Kg bahan
baku)

Proses Pengolahan Kopi Penyusutan Kopi


Persentase Penyusutan
Bubuk Biji(Kg)
Bahan Baku kopi Biji 1 kg 100%
Peroastingan 0,9 kg 10%
Penyimpanan 0,9 kg -
Penghalusan Kopi Sangrai 0,8 kg 20%
Pengkemasan 0,8 kg -

Dapat dilihat dari tabel 5.2 diatas untuk 1 kg kopi biji yang diolah dari kegiatan

peroastingan, penyimpanan, penghalusan kopi sangrai, dan pengkemasan

mengalami penyusutan sebesar 20% (0,8 kg).

Bahan Baku
Kopi Biji Peroastingan

1 kg 0,9 kg 0,9 kg 0,8 kg 0,8 kg

5.3Analisis Nilai Tambah Pengolahan Buah Kopi menjadi Kopi Biji

Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan

buah kopi menjadi kopi biji (kopi tanduk). Jenis kopi yang diolah adalah kopi

Arabica.Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah

yang diperoleh dari pengolahan buah kopi menjadi kopi biji adalah Metode

Hayami. Analisis Nilai tambah berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah

yang diperoleh dari proses pengolahan buah kopi menjadi kopi biji. Komponen

utama perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input, penggunaan

tenaga kerja, sumbangan input lain dan modal investasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.3.1 Input Bahan Baku Buah Kopi

Kegiatan penyediaan bahan baku merupakan kegiatan penting dalam produksi

suatu usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan kopi biji

adalah buah kopi (Cherry red). Bahan baku diperoleh dari petani kopi lain nya

yang ada di Kelompok Tani Maka Jaya.

Tabel 5.3 Jumlah dan Biaya Bahan Baku Buah Kopi Dalam Pengolahan
Kopi Biji Satu Kali Produksi

Biaya Bahan
Sampel Bahan Baku (Kg) Total Biaya (Rp)
Baku/Kg (Rp)
1 500 9000 4.500.000
2 300 9000 2.700.000
3 400 9000 3.600.000
4 300 9000 2.700.000
Total 1500 36000 13.500.000
Rataan 375 9000 3.375.000
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 2
Dari tabel 5.3 diatas bahwa bahan baku buah kopi (Cherry Red)untuk setiap

sampelpaling sedikit adalah 300 kg dan paling banyak adalah 500 kg. Dengan

total keseluruhan bahan bakuCherry Red adalah 1500 kg dengan rataan 375 kg.

Kebutuhan biaya dalam pembelian bahan baku buah kopi (Cherry Red) paling

sedikit adalah Rp.2.700.000 dan paling tinggi adalah Rp.4.500.000. Dengan rata

rata biaya bahan baku sebesarRp.3.375.000.

5.3.2 Upah Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Biji

Tenaga kerja terbagi atas dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) tdan

tenaga kerja luar keluarga (TKLK).Dalam pengolahan kopi biji, tenaga kerja

merupakan salah satu aspek penting untuk memproduksi buah kopi (Cherry Red)

menjadi kopi biji. Dalam proses pengolahan nya memiliki banyak kegiatan seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sortasi, pengkupasan, pencucian, penjemuran dan pengkupasan kulit tanduk yang

dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja.

Cara menghitung HOK adalah :

HOK = ∑ Tenaga Kerja x Hari Kerja x Jam Kerja per Hari


8
Keterangan:

Variabel pria :1

Variabel wanita : 0,07

Variabel mesin :3

Hasil perhitungan penggunaan tenaga kerja diperlihatkan pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Penggunaan Input Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi Biji
Tenaga Kerja
Produksi Upah HOK
Pengolahan Kopi Total
Sampel Buah Tenaga Pengolahan
Biji Upah
Kopi (Kg) Kerja/org Kopi Biji
TKDK TKLK
1 500 2 4 50.000 300.000 7.06
2 300 2 2 50.000 200.000 4.3
3 400 2 3 50.000 250.000 5.47
4 300 2 2 50.000 200.000 4.3
Total 1500 8 11 200.000 950.000 21.14
Rataan 375 2 2,75 50.000 237.500 5.28
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 4
Dapat dilihat pada Tabel 5.4 diatas bahwa total Tenaga Kerja Dalam Keluarga

berjumlah 8 orang dengan rataan 2 orang.Total Tenaga Kerja Luar Keluarga

berjumlah 11 orang dengan rataan 2 orang. Total upah tebaga kerja sebsar

Rp.950.000 dengan rataan sebesar Rp.237.500. Rata-rata penggunaan Tenaga

Kerja pengolahan Cherry Red menjadi Kopi Biji untuk 1 kali produksi yaitu 5,28

HKO dengan total keseluruhan yaitu 21,14.

5.3.3 Biaya Sumbangan Input Lain Pengolahan Kopi Biji


Sumbangan Input Lain dalam pengolahan kopi biji, dalam hal ini terdiri dari 2

bagian yakni biaya bahan penunjang dan biaya penyusutan alat.Biaya bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penunjang adalah tali, plastic, goni, minyak mesin huller, ongkos mesin pullper

dan air.Biaya penyusutan peralatan adalah tampi, ember, saringan dan selang air.

Tabel 5.5 Biaya Bahan Penunjang (1 kali Proses Produksi)


Harga Total
Produksi Jumlah
Sampel Peralatan Satuan per Biaya
(Kg) Unit
unit Alat (Rp)
1 500 Tali gulung 1 3500 3.500
Plastik meter 5 2500 12.500
Goni karung 10 2000 20.000
Minyak Mesin Huller liter 8 8000 64.000
Ongkos Mesin karung 10 15.000 150.000
Pullper/krg
2 300 Plastik meter 3 2500 7.500
Goni karung 6 2000 12.000
Minyak Mesin Huller liter 5 8000 40.000
Ongkos Mesin karung 6 15.000 90.000
Pullper/krg
Air 5.000
3 400 Tali gulung 1 3500 3.500
Plastik meter 4 2500 10.000
Goni karung 8 2000 16.000
Minyak Mesin Huller liter 7 8000 56.000
Ongkos Mesin karung 8 15.000 120.000
Pullper/krg
Air 7.000
4 300 Tali Gulung 1 3000 3.000
Plastik meter 3 2500 7.500
Goni karung 6 2000 12.000
Minyak Mesin Huller liter 5 8000 40.000
Ongkos Mesin karung 6 15.000 90.000
Pullper/krg
Air 5.500
Total Biaya 775.000
Biaya bahan penunjang per Kg (Rp) 516,6
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 5
Dapat dilihat dari tabel 5.5 diatas bahwa total biaya bahan penunjang untuk

keempat sampel adalah sebesar Rp.775.000 untuk satu kali produksi. Biaya bahan

penunjang per kg nya untuk 1500 kg buah kopi adalah sebesar Rp.516,6. Biaya

penyusutan peralatan ini disebutkan didalam tabel 5.6 berikut ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.6Biaya Penyusutan Peralatan
Umur Biaya
Produksi Jlh Harga Harga
Sampel Peralatan Ekonomis Penyusutan
(Kg) Unit Beli Jual
(Tahun) Alat
1 500 Tampi 50 25.000 6.000 2 475.000
Ember 7 40.000 10.000 3 70.000
Saringan 3 50.000 15.000 2 52.500
2 300 Tampi 30 25.000 5.000 2 300.000
Ember 4 40.000 10.000 2 60.000
Saringan 1 50.000 15.000 3 11.666
3 400 Tampi 40 25.000 6.000 2 380.000
Ember 5 50.000 8.000 3 70.000
Saringan 2 50.000 15.000 1 70.000
Selang Air 10 m 86.000 30.000 2 28.000
4 300 Tampi 30 25.000 6.000 2 285.000
Ember 6 40.000 10.000 2 90.000
Saringan 2 50.000 15.000 2 35.000
Total 1.927.166
Biaya penyusutan alat per Kg (Rp) 1.284
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 6
Dapat dilihat dari tabel 5.6 diatas bahwa total biaya penyusutan alat adalah

sebesar Rp.1.927.166untuk satu kali produksi. Biaya penyusutan alat per kg nya

untuk 1500kg buah kopi adalah Rp.1.284. Jadi jumlah biaya sumbangan input lain

adalah biaya bahan penunjang ditambah dengan biaya penyusutan peralatan.

Maka sumbangan input lain adalah Rp.1.800,6.

5.3.4 Hasil Produksi Kopi Biji

Output yang dihasilkan berupa kopi biji yang mana setengah dari output diolah

menjadi kopi bubuk dan setengah nya lagi dipasarkan ke Coffee shop di Berastagi,

Kabanjahe dan kedai kopi di desa Naman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.7 Hasil Produksi Kopi Biji

Output yang Diolah


Output yang Output yang Dijual
Sampel Menjadi
Dihasilkan (Kg) (Kg)
Kopi Bubuk (Kg)
1 100 50 50
2 60 30 30
3 80 40 40
4 60 30 30
Total 300 150 150
Rataan 75 37,5 37,5
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 7
Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat total output yang dihasilkan untuk keempat

sampel adalah sebesar 300kg dimana 150kg kopi biji dijual dan 150kg nya lagi

diolah menjadi kopi bubuk. Output yang telah diperoleh memiliki nilai konversi

sebesar 0,2. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg buah

kopi dapat menghasilkan 0,2 kg kopi biji Arabika.

5.3.5 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Biji

Untuk melihat berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan

buah kopi Arabika dalam menghasilkan kopi biji maka digunakan metode

Hayami. Adapun prosedur perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode

Hayamidisajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.8 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Biji

Variabel Ket Nilai


Keluaran (output) masukan (input) dan
harga
1. Output/produk total (Kg/proses produksi) A 75
2. Input bahan baku (Kg/proses produksi) B 375
3. Input tenaga kerja (HOK/proses produksi) C 5.28
4. Faktor konversi (Kg output/Kg bahan baku) D = A/B 0,2
5. Koefisien tenaga kerja (HOK/Kg bahan baku) E = C/B 0,014
6. Harga output (Rp/Kg) F 112.500
7. Upah rata – rata tenaga kerja (Rp/HOK) G 44.938
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga input bahan baku (Rp/Kg) H 9000
9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) I 1.800,6
10. Nilai output (Rp/Kg) J = DxF 22.500
11. Nilai tambah (Rp/Kg) K=J–H–I 11.699,4
- Rasio nilai tambah (%) L% = K/J x 52%
100
12. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) M = ExG 630
- Bagian tenaga kerja (%) N% = M/K x 5,38%
100%
13. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M 11.069,4
- Tingkat keuntungan (%) P% = O/J x 49%
100%
Balas jasa untuk faktor produksi
14. Marjin (Rp/Kg) Q=J–H 13.500
- Pendapatan tenaga kerja (%) R% = M/Q x 4,7%
100%
- Sumbangan input lain (%) S% = I/Q x 13,3%
100%
- Keuntungan pengolah (%) T% = O/Q x 82%
100%
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 2,3,4,5,6,7

Output, Input, Harga

Dari tabel 5.6 diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengolahan Cherry Red

menjadi kopi biji menggunakan bahan baku sebanyak 375 kg dapat menghasilkan

total output sebanyak 75 kg sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 0,2.

Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg buah kopi dapat

menghasilkan 0,2 kg kopi biji Arabika. Dalam proses pengolahan tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menggunakan tenaga kerja sebanyak 5,28HOK . Sehingga koefisien tenaga kerja

yang digunakan untuk memproduksi 1 kg kopi biji adalah 0,014 HOK.

Pendapatan dan Keuntungan

Adapun harga rata-rata bahan baku usaha pengolahan kopi biji di daerah

penelitian adalah Rp.9000/kg, sedangkan sumbangan input lain adalah Rp.

1.800,6/kg bahan baku. Harga output kopi biji adalahRp. 112.500/kg dan nilai

output adalah Rp. 22.500/kg.Dapat diketahui bahwa nilai tambah yang di peroleh

dari usaha pengolahan buah kopi menjadi kopi biji arabika adalah sebesar Rp.

11.699,4/kg yang diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan

sumbangan input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 52% yang artinya 52%

dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan

buah kopi menjadi kopi biji. Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil

kali antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar

Rp.630/kg dengan bagian tenaga kerja sebesar 5,38%. Keuntungan yang diperoleh

dari usaha pengolahan buah kopi menjadi kopi biji adalah sebesar Rp.11.069,4/kg,

dengan bagian keuntungan sebesar 49%.

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

Dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa margin yang

diperoleh dari nilai output dikurangi dengan harga input bahan baku adalah

sebesar Rp. 13.500/kg, dengan persentase pendapatan tenaga kerja sebesar 4,7%,

sumbangan input lain sebesar Rp13,3% dan keuntungan pengolah sebesar 82%.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya nilai tambah pada usaha pengolahan kopi

biji Arabika adalah Rp.11.699,4/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 52%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(>50%).Jika nilai tambah >50% maka nilai tambah dinyatakan tinggi, maka

hipotesis 2dapatditerima.

5.4Analisis Nilai Tambah PengolahanKopi Biji menjadi Kopi Bubuk

Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan

kopi biji menjadi kopi bubuk.Jenis kopi yang diolah adalah kopi Arabica.Adapun

metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh

dari pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk adalah Metode Hayami. Analisis

Nilai tambah berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah yang diperoleh

dari proses pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk. Komponen utama

perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input, penggunaan Tenaga

Kerja dan sumbangan input lain.

5.4.1 Input Bahan Baku Kopi Biji

Kegiatan penyediaan bahan baku merupakan kegiatan penting dalam produksi

suatu usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan kopi

bubuk adalah kopi biji. Bahan baku didapatkan dari biaya pengolahan kopi biji

(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya sumbangan input lain dan biaya

penyusutan peralatan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel5.9 Jumlah dan Biaya Bahan Baku Kopi Biji Dalam Pengolahan Kopi
Bubuk Satu Kali Produksi
Bahan Biaya Proses Pengolahan Kopi Biji
Total Biaya
Baku Biaya Biaya Biaya
Sampel Bahan
Green Bean Tenaga Sumbangan Penyusutan
Baku
(Kg) Kerja Input Lain Peralatan
1 50 150.000 125.000 597.500 872.500
2 30 100.000 77.250 371.666 548.916
3 40 125.000 106.250 548.000 779.250
4 30 100.000 79.000 410.000 589.000
Total 150 475.000 387.500 1.927.166 2.789.666
Biaya bahan baku per kg 18.598
Sumber:Data Olahan Primer Lampiran 8

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa total bahan baku kopi bubuk adalah

150 kg dengan rataan 37,5 kg. Total kebutuhan biaya bahan baku yang dibutuhkan

adalah sebesar Rp.2.789.666dengan biaya bahan baku per kg adalah sebesar

Rp.18.598.

5.4.2 Input Tenaga Kerja Pengolahan Kopi Bubuk

Tenaga kerja terbagi atas dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) tdan

tenaga kerja luar keluarga (TKLK).Dalam pengolahan kopi bubuk, tenaga kerja

merupakan salah satu aspek penting untuk memproduksi kopi biji menjadi kopi

bubuk. Dalam proses pengolahan nya memiliki banyak kegiatan seperti

peroastingan, penyimpanan, penghalusan dan pengemasan yang dikerjakan oleh

beberapa tenaga kerja.

Cara menghitung HOK adalah :

HOK = ∑ Tenaga Kerja x Hari Kerja x Jam Kerja per Hari


8
Keterangan:

Variabel pria :1

Variabel wanita : 0,07

Variabel mesin :3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil perhitungan penggunaan tenaga kerja diperlihatkan pada tabel 5.10

Tabel 5.10Penggunaan Input Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi Bubuk

Tenaga Kerja HOK


Produksi Upah
Pengolahan Kopi Total Pengolahan
Sampel Kopi Biji Tenaga
Bubuk Upah Kopi
(Kg) Kerja/org
TKDK TKLK Bubuk
1 50 2 1 40.000 120.000 3.41
2 30 2 - 40.000 80.000 1.13
3 40 2 - 40.000 80.000 1.8
4 30 2 - 40.000 80.000 1.13
Total 150 8 1 160.000 360.000 7.48
Rataan 37,5 2 0,25 40.000 90.000 1.87
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 10
Dapat dilihat pada Tabel 5.10 diatas bahwa rata-rata penggunaan Tenaga Kerja

pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk untuk 1 kali produksi yaitu 1,87 HKO

dengan total keseluruhan yaitu 7,48.

5.4.3 Biaya Sumbangan Input Lain Pengolahan Kopi Bubuk


Sumbangan Input Lain dalam pengolahan kopi bubuk dalam hal ini terdiri dari 2

bagian yakni biaya bahan penunjang dan biaya penyusutan peralatan.Biaya bahan

penunjang adalah ongkos roasting, kertas kemasan 500gr 300gr 200gr, kertas

label, listrik. Biaya penyusutan peralatan adalah toples kaca, sendok, mesin

grinder dan timbangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.11Biaya Bahan Penunjang 1 kali Proses Produksi
Harga Total
Produksi Jlh
Sampel Peralatan Satuan per Unit Biaya
(Kg) Unit
(Rp) Alat (Rp)
1 50 Ongkos Roasting kg 50 25.000 1.250.000
Kertas Kemasan 500 gr bungkus 60 3.000 180.000
Kertas Kemasan 300 gr bungkus 20 1.800 36.000
Kertas Kemasan 200 gr bungkus 20 1.200 24.000
Kertas Label potong 100 1.000 100.000
Listrik 3.000 3.000
2 30 Ongkos Roasting kg 30 25.000 750.000
Kertas Kemasan 500 gr bungkus 40 3.000 120.000
Kertas Kemasan 200 gr bungkus 20 1.200 24.000
Kertas Label potong 60 1.000 60.000
Listrik 1.000 1.000
3 40 Ongkos Roasting kg 40 25.000 1.000.000
Kertas Kemasan 500 gr bungkus 40 3.000 120.000
Kertas Kemasan 300 gr bungkus 20 1.800 36.000
Kertas Kemasan 200 gr bungkus 30 1.200 36.000
Kertas Label potong 90 1.000 90.000
Listrik 2.000 2.000
4 30 Ongkos Roasting kg 30 25.000 750.000
Kertas Kemasan 500 gr bungkus 48 3.000 144.000
Kertas Label potong 48 1.000 48.000
Listrik 1.000 1.000
Total 4.775.000
Biaya Bahan Penunjang per Kg (Rp) 31.833
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 11
Dapat dilihat dari tabel 5.11 diatas bahwa total biaya bahan penunjang dalam

pengolahan kopi bubuk adalah sebesar Rp.4.775.000untuk satu kali produksi.

Biaya bahan penunjang per kg nya untuk 150kg kopi biji adalah sebesar

Rp.31.833. Biaya penyusutan peralatan ini disebutkan didalam tabel 5.10 berikut

ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.12Biaya Penyusutan Peralatan

Harga
Produks Jlh Harga Umur Penyusutan
Peralatan Satuan Jual
i (Kg) Unit Beli (Rp) Ekonomis Alat
(Rp)
1 50 Toples Toples 6 145.000 40.000 3
Kaca 210.000
Sendok sendok 3 35.000 10.000 2 37.500
Mesin unit 1 1.000.000 600.000 2
Grinder 200.000
Timbangan unit 1 125.000 50.000 2 37.500
2 30 Toples toples 4 130.000 50.000 2
Kaca 160.000
Sendok sendok 2 35.000 10.000 3 16.666
Mesin unit 1 750.000 300.000 3
Grinder 150.000
Timbangan unit 1 85.000 40.000 2 22.500
3 40 Toples toples 5 100.000 40.000 2
Kaca 150.000
Sendok sendok 2 35.000 10.000 3 16.667
Mesin unit 1 950.000 400.000 2
Grinder 275.000
Timbangan unit 1 150.000 80.000 3 23.333
4 30 Toples toples 4 150.000 40.000 3
Kaca 146.667
Sendok sendok 2 35.000 10.000 2 25.000
Mesin unit 1 735.000 300.000 3
Grinder 145.000
Timbangan unit 1 125.000 50.000 1 75.000
Total 1.690.833
Biaya penyusutan peralatan per Kg (Rp) 11.272
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 12
Dan tabel 5.12 dapat dilihat total biaya penyusutan alat dalam pengolahan kopi

bubuk adalah sebesar Rp.1.690.833. Biaya penyusutan peralatan per kg untuk

kopi biji 150 kg adalah Rp.11.272.

Jadi jumlah biaya sumbangan input lain adalah biaya bahan penunjang ditambah

denganbiaya penyusutan peralatan. Maka sumbangan input lain adalah Rp.43.105.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.4.4 Harga Output, Penerimaan dan Pendapatan Kopi Biji dan Kopi Bubuk
Arabika

Output yang telah diperoleh memiliki nilai konversi sebesar 0,8. Nilai konversi ini

menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg kopi biji dapat menghasilkan 0,8 kg

kopi bubuk Arabika. Hasil output yang diproleh dengan rata rata 30kg. Output

dalam hal ini adalah kopi bubuk yang dijual dengan harga rata rata 250.000/kg.

Penerimaan didapat dari jumlah output yang dihasilkan dikalikan dengan harga

jual output yang sudah ditetapkan.Pendapatan didapat dari selisih dari penerimaan

yang didapatkan dan total biaya yang dikeluarkan.

Tabel 5.13 Penerimaan dan Pendapatan Kopi Biji dan Kopi Bubuk Arabika

Penerimaan Penerimaan Biaya Pengolahan


Pendapatan
Sampel Kopi Biji Kopi Bubuk Kopi Biji dan Kopi
(Rp)
(Rp) (Rp) Bubuk (Rp)
1 6.000.000 10.100.000 8.419.250 7.680.750
2 3.300.000 6.000.000 5.173.415 4.126.585
3 4.400.000 8.100.000 6.992.250 5.507.750
4 3.300.000 6.000.000 5.409.167 3.890.833
Total 21.205.918
Rataan 5.301.479
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 13
Dari tabel 5.13 diatas dapat dilihat total keseluruhan pendapatan sebesar

Rp.21.205.918 dengan rataan Rp.5.301.479.

5.4.5 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk

Untuk melihat berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan

kopi biji Arabika dalam menghasilkan kopi bubuk maka digunakan metode

Hayami. Adapun prosedur perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode

Hayamidisajikan dalam bentuk tabel 5.14 sebagai berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 5.14 Nilai Tambah Pengolahan Kopi Bubuk

Variabel Ket Nilai


Keluaran (output) masukan (input) dan
harga
1. Output/produk total (Kg/proses produksi) A 30
2. Input bahan baku (Kg/proses produksi) B 37,5
3. Input tenaga kerja (HOK/proses produksi) C 1.87
4. Faktor konversi (Kg output/Kg bahan baku) D = A/B 0,8
5. Koefisien tenaga kerja (HOK/Kg bahan baku) E = C/B 0,049
6. Harga output (Rp/Kg) F 250.000
7. Upah rata – rata tenaga kerja (Rp/HOK) G 48.128
Pendapatan dan Keuntungan
15. Harga input bahan baku (Rp/Kg) H 18.598
16. Sumbangan input lain (Rp/Kg) I 43.105
17. Nilai output (Rp/Kg) J = DxF 200.000
18. Nilai tambah (Rp/Kg) K=J–H–I 138.297
- Rasio nilai tambah (%) L% = K/J x 69%
100
19. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) M = ExG 2.358
- Bagian tenaga kerja (%) N% = M/K x 1,7%
100%
20. Keuntungan (Rp/Kg) O=K–M 135.939
- Tingkat keuntungan (%) P% = O/J x 68%
100%
Balas jasa untuk faktor produksi
21. Marjin (Rp/Kg) Q=J–H 181.402
- Pendapatan tenaga kerja (%) R% = M/Q x 1,3%
100%
- Sumbangan input lain (%) S% = I/Q x 23,7%
100%
- Keuntungan pengolah (%) T% = O/Q x 75%
100%
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 8,9,10,11,12

Output, Input, Harga

Dari tabel 5.12 diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengolahan kopi biji menjadi

kopi bubuk menggunakan bahan baku sebanyak 37,5 kg dapat menghasilkan total

output sebanyak 30 kg sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 0,8. Nilai

konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg kopi biji dapat

menghasilkan 0,8 kg kopi bubuk Arabika. Dalam proses pengolahan tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menggunakan tenaga kerja sebanyak 1,87HOK . Sehingga koefisien tenaga kerja

yang digunakan untuk memproduksi 1 kg kopi bubuk adalah 0,049 HOK.

Pendapatan dan Keuntungan

Adapun harga input bahan baku usaha pengolahan kopi bubuk di daerah penelitian

adalah Rp.18.598/kg, sedangkan sumbangan input lain adalah Rp.43.105/kg

bahan baku. Harga output kopi bubuk adalahRp. 250.000/kg dan nilai output

adalah Rp. 200.000/kg.Dapat diketahui bahwa nilai tambah yang di

peroleh dari usaha pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk arabika adalah

sebesar Rp.138.297/kg yang diperoleh dari nilai output dikurang harga input

bahan baku dan sumbangan input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 69%

yang artinya 69% dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari

proses pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk. Pendapatan tenaga kerja yang

diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga

kerja yaitu sebesar Rp.2.358/kg dengan bagian tenaga kerja sebesar 1,7%.

Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk

adalah sebesar Rp.135.939/kg, dengan bagian keuntungan sebesar 68%.

Balas Jasa Untuk Faktor Produksi

Dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa margin yang

diperoleh dari nilai output dikurangi dengan harga input bahan baku adalah

sebesar Rp. 181.402/kg, dengan persentase pendapatan tenaga kerja sebesar

1,3%, sumbangan input lain sebesar 23,7% dan keuntungan pengolah sebesar

75%.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya nilai tambah pada usaha pengolahan kopi

bubuk Arabika adalah Rp.138.297/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 69%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(>50%).Jika nilai tambah >50% maka nilai tambah dinyatakan tinggi, maka

hipotesis 2dapatditerima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah kopi Arabika menjadi

kopi biji Arabika pada Kelompok Tani Maka Jaya tergolong tinggi dengan

rasio nilai tambah sebesar 52%>50%.Nilai tambah yang dihasilkan dari

pengolahan kopi biji Arabika menjadi kopi bubuk Arabika pada Kelompok

Tani Maka Jaya tergolong tinggi dengan rasio nilai tambah sebesar 69%

>50%. Dilihat dari kedua hasil nilai tambah yang diperoleh, nilai tambah

pengolahan kopi bubuk lebih tinggi dari pada nilai tambah pengolahan kopi

biji.

2. Harga kopi di daerah penelitian yang dijual oleh petani langsung yaitu berupa

buah kopi Arabika (buah merah) seharga Rp.9000 per kg. Untuk kopi biji

yang sudah mengalami proses pengolahan dijual dengan harga Rp.100.000 per

kg. Sedangkan kopi bubuk yang sudah mengalami proses pengolahan dan

pengemasan dijual dengan harga sebesar Rp.250.000 per kg.

6.2. Saran

1. Kepada Pengolah Kopi Arabika

Kepada pengolah khususnya Anggota Kelompok Tani Maka Jaya diharapkan agar

terus mengembangkan usahanya dibidang pengolahan kopi bubuk Arabika jangan

hanya berhenti di pengolahan kopi biji saja dan terus berupaya dalam memperluas

jangkauan pemasaran produk serta lebih mengefisienkan biaya produksi untuk

meningkatkan nilai tambah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Kepada Pemerintah

Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kebijakan harga dan diharapkan

dapat memberikan bantuan seperti memberikan peralatan atau mesin yang akan

digunakan dalam usaha, memberikan kredit modal usaha dan pelatihan terkait

usaha pengolahan kopi Arabika.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut mengenai strategi

pemasaran produk kopi bubuk Arabika, agar dapat diketahui strategi yang dapat

diterapkan untuk memperluas jangkauan pemasaran produk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Afriliana A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Penerbit Deepublish.


Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2018. KecamatanKabanjahe Dalam Angka


2018: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Karo. 2018. Kecamatan Naman Teran Dalam
Angka 2018: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo

Budhisatyarini, T. 2008. Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian


Dan Pedesaan : Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Petani; Nilai Tambah Diversifikasi Hasil Usahatani
Bawang Merah Menjadi Bawang Goreng. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian : Bogor.

Edy P. 2011.Buku Pintar Kopi. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Hayami Y., Thosinori, M., dan Masdjidin S. 1987.Agricultural Marketing and


Processing in Upland Java: A Prospectif From A Sunda Village. Bogor.

Moehar D. 2002.Metode Penelitian Sosial Ekonomi Dilengkapi Beberapa Alat


Analisa Dan Penuntun Penggunaan. Jakarta.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan dan Budidaya Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Siregar A. 2016. Atraktan Kopi Ramah Lingkungan. Penerbit Inteligensia Media.
Malang.

Soekartawi.2003. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grapindo


Persada.

Sri N dan Danarti. 2008. Budidaya dan Penanganan Pascapanen Kopi. Penebar
Swadaya. Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sudiyono A. 2004. Pemasaran pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang.

Syakir M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen KOPI.Pusat Penelitian dan


Pengembangan Perkebunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai