Analisis Nilai Tambah Buah Kopi Arabika
Analisis Nilai Tambah Buah Kopi Arabika
SKRIPSI
OLEH:
Fitri Andani Simarmata, lahir di Berastagi pada tanggal 14 Februari 1997. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putri dari Bapak James Simarmata
1. Tahun 2001 masuk TK Swasta Letjen Jamin Ginting lulus tahun 2003.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
skripsi ini dengan baik.Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Nilai Tambah
Buah Kopi Arabika”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar
Utara.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
kepada :
dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya,
juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai
2. Kepada Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku ketua komisi
5. Kepada Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi
8. Kepada sahabat saya Bania Ahmad Ridho Lubis, Mila Rahmi, Cyntia Dwi
Permata, Pinta Uba Munthe, Dita Aprillya Wulandari, Siti Sundari Sipayung,
Indah Riana LG, Jennica Destiani yang telah banyak direpotkan, memberikan
begitu berharga dan segala yang ada di kurun waktu tersebut tumbuh bersama
10. Kepada Bapak Rencana Sitepu selaku Kepala Desa Naman dan Bapak Kenedi
11. Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan
dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.Penulis berharap semoga skripsi ini
Medan,Agustus2019
Penulis
ABSTRAK ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran Judul
1. Karateristik Pengolah Kopi
2. Biaya Bahan Baku Buah Kopi menjadi Kopi Biji
Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Pengolahan Kopi
3.
Biji
4. Jumlah HOK Pada Usaha Pengolahan Kopi Biji
5. Bahan Penunjang Pengolahan Kopi Biji
6. Penyusutan Peralatan
7. Output yang Dihasilkan
8. Biaya Bahan Baku Kopi Biji menjadi Kopi Bubuk
9. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Pengolahan Kopi
Bubuk
10. Jumlah HOK dalam Usaha Pengolahan Kopi Bubuk
11. Bahan Penunjang Pengolahan Kopi Bubuk
12. Penyusutan Peralatan
13. Penerimaan dan Pendapatan Hasil Produksi Kopi Biji dan
Kopi Bubuk
karena seperti Kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat
serta Kopi Arabica mempunyai karateristik cita rasa yang unik dan ekselen
(Afriliana, 2018).
Sekitar 90% hasil produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan kopi
kopi rakyat diantaranya faktor kebiasaan petani, faktor ekonomi, dan faktor
salah satu penyebab produksi kopi hasil perkebunan rakyat belum banyak di
ekspor. Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genus Coffea
(Panggabean, 2011).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu kopi harus diikuti dengan penyebaran
informasi teknologi budidaya dan cara pengolahan yang benar sehingga petani
petani bukan hanya menghasilkan kopi yang bermutu baik, tetapi juga
2008).
Dari tabel 1.1 dilihat bahwa perkembangan produksi tanaman perkebunan rakyat
di Kabupaten Karo, khusus nya kopi mengalami kenaikan pada tahun terakhir.
Dimana pada tahun 2013 produksi kopi mencapai 4.766,62 ton dan mengalami
kenaikan di tahun 2014 menjadi sebesar 6.429,64 ton dan mengalami penurunan
di tahun 2015 menjadi sebesar 5.785,86 ton dan mengalami kenaikan di tahun
2016 sebesar 7.485,85 ton dan mengalami kenaikan di tahun 2017 sebesar
8.777,02 ton.
Bagi petani, kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat, tetapi juga
memiliki arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun yang lalu, kopi
salah satu faktor tidak langsung penyebab rendahnya harga jual kopi dan
kurangnya penyuluhan (edukasi) dalam pemeliharaan tanaman kopi yang baik dan
menjadi salah satu penyebab produksi kopi hasil perkebunan rakyat belum banyak
meningkatkan nilai tambah dari kopi tersebut. Ada berbagai cara untuk mengolah
biji kopi agar memunculkan rasa spesifik dari setiap kopi. Rasa spesifik yang
dihasilkan kopi berbeda tidak hanya berdasarkan cara pengolahan biji kopi, juga
daerah dari mana kopi tersebut berasal. Ketidaktahuan petani dalam pengolahan
kopi agar memiliki nilai tambah tinggi mengakibatkan harga jual kopi yang
Harga kopi di daerah penelitian yang dijual oleh petani langsung yaitu berupa
buah kopi Arabika (buah merah) seharga Rp.9000 per kg. Untuk kopi biji yang
sudah mengalami proses pengolahan dijual dengan harga Rp.100.000 per kg.
pengemasan dijual dengan harga sebesar Rp.250.000 per kg. Oleh karena itu
peneliti ingin melihat berapa besar nilai tambah yang dihasil dari tiap tiap proses
pengolahan mulai dari buah kopi yang diolah menjadi kopi biji dan kopi biji yang
di daerah penelitian?
di daerah penelitian.
1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi kelompok tani, maupun petani
olahan kopi.
Kopi (Coffea sp)merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Asia Selatan,
termasuk Family Rubiaceae dengan tinggi mencapai 5m. Panjang daun sekitar 5-
10 cm, lebar 5 cm, berwarna hijau kemudian kuningan lalu hitam bila sudah di
sangria. Biasanya buah kopi terdiri dari 2 buah biji dan kopi siap dipetik saat
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Didunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetap yang paling sering
Kopi Arabika
Kopi Arabica berasal dari Etiopia dan Abessinia.Kopi ini merupakan jenis
pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling
banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19.Setelah abad ke-19, dominasi kopi
Arabica menurun karena kopi ini sangan peka terhadap penyakit HV, terutama
secara berturut turut, tetapi sesekali mendapat hujan kiriman (hujan yang
d. Rata rata produksi sedang tetapi mempunyai kualitas, cita rasa, dan harga
Kopi Robusta
Kopi robusta berasal dari Kongo.Kopi ini masuk ke Indonesia pada tahun 1990.
Beberapa jenis yang termasuk kopi robusta antara lain Quillou, Uganda dan
Chanephora. Oleh karena mempunyai sifat unggul, kopi ini sangat cepat
berkembang. Beberapa sifat penting kopi robusta antara lain sebagai berikut:
b. Tumbuh baik pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi masih toleran pada
d. Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi arabika, tetapi lebih tinggi
Kopi Liberika
Kopi Liberika berasal dari Angola, kemudian masuk ke Indonesia pada tahun
antara lain Ardoniana dan Durvei. Meskipun sudah cukup lama masuk ke
Indonesia , tetap hingga kini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah dan
rendemen nya rendah. Beberapa sifat kopi Liberika antara lain sebagai berikut:
a. Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan
1. Sortasi
Sortasi atau pemilihan biji kopi dimaksudkan untuk memisahkan biji yang masak
dan bernas serta seragam dari buah yang cacat/pecah, kurang seragam dan
terserang hama serta penyakit. Sortasi juga dimaksudkan untuk pembersihan dari
ranting, daun atau kerikil dan lainnya. Buah kopi masak hasil panen disortasi
secara teliti untuk memisahkan buah superior (masak, bernas dan seragam) dari
buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang, dan terserang hama penyakit).
Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang karena benda-
benda tersebut dapat merusak mesin pengupas. Buah merah terpilih (superior)
diolah dengan metode pengolahan secara basah atau semi basah supaya diperoleh
biji kopi HS (Haulk Snauk) kering dengan tampilan yang bagus, sedang buah
Saat ini sudah tersedia alat atau mesin untuk sortasi yang dapat dimanfaatkan
untuk pekerjaan ini.Selain itu, kopi merah yang dapat disebut kopi superior
dipisahkan, dan biasanya diolah secara basah atau semi-basah untuk nantinya
Sebelum dikupas, biji kopi sebaiknya dipisahkan berdasarkan ukuran biji agar
pengupas.Mesin pengupas kopi saat ini sudah tersedia dan mudah diperoleh
dipasaran.
Proses pengolahan basah atau semi-basah diawali dengan pengupasan kulit buah
dengan mesin pengupas (pulper) tipe silinder untuk kemudian menghasilkan kopi
HS, yaitu biji kopi yang masih terbungkus kulit tanduk. Pengupasan kulit buah
sering disebut “buble plate” dan terbuat dari bahan logam lunak jenis tembaga.
Silinder digerakkan oleh sebuah motor bakar atau sebuah motor diesel, mesin
pengupas tipe kecil dengan kapasitas 200-300 kg buah kopi per jam digerakkan
dengan motor bensin 5 PK. Alat ini juga bisa dioperasikan secara manual (tanpa
bantuan mesin), namun kapasitasnya turun menjadi hanya 80-100 kg buah kopi
per jam. Mesin ini dapat digunakan oleh petani secara individu atau kelompok
petani yang beranggota 5-10 anggota.Untuk kelompok tani yang agak besar
dengan kapasitas 1000 kg per jam, yang bisa digerakkan dengan enjin 8-9 PK.
silinder bersama dengan buah yang akan di kupas. Penggunaan air diatur sehemat
mungkin, disuaikan dengan ketersediaan air dan mutu hasil. Jika mengikuti proses
pengolahan basah secara penuh, konsumsi air bisa mencapai 7-9 m³ per ton buah
dari 3 m³ per ton buah. Lapisan air juga berfungsi untuk mengurangi tekanan
geseran silinder terhadap buah kopi sehingga kulit tanduknya tidak pecah.
dilakukan dengan cara perendaman biji ke dalam air atau secara kering dengan
tertutup selama 12 sampai 36 jam, tahapan ini dapat dilakukan pencucian dengan
Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, dan
tidak banyak dipraktekkan untuk pengolahan kopi robusta, terutama untuk kebun
rakyat. Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa
di lapisan kulit tanduk pada biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi
arabika, fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan mendorong
alami dan dibantu oleh oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan
secara basah (merendam biji dalam genangan air) dan secara kering (tanpa
rendaman air).
4. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang masih
menempel pada kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan
secara manual di dalam bak atau ember, sedang kapasitas besar perlu di bantu
silinder horisontal segi enam yang diputar.Mesin ini dirancang untuk kapasitas
kecil dan konsumsi air yang terbatas.Biji kopi HS sebanyak 50-70 kg dimasukkan
air.Silinder di tutup rapat dan diputar dengan motor bakar (5 PK) selama 2-3
menit.Motor dimatikan, tutup silinder dibuka dan air yang telah kotor dibuang.
Proses ini diulang 2 sampai 3 kali tergantung pada kebutuhan atau mutu biji kopi
yang diinginkan. Kebutuhan air pencuci berkisar antara 2-3 m³ per ton biji.Mesin
pencuci kontinyu mempunyai kapasitas yang lebih besar, yaitu 1.000 kg biji kopi
HS per jam.Kebutuhan air pencuci berkisar antara 5-6 m³ per ton biji kopi
HS.Mesin pencuci ini terdiri atas silinder berlubang horisontal dan sirip pencuci
berputar pada poros silinder.Biji kopi dimasukkan ke dalam corong silinder secara
kontinyu disertai dengan semprotan aliran air ke dalam silinder. Sirip pencuci
yang diputar dengan motor bakar mengangkat massa biji kopi ke permukaan
silinder. Sambil bergerak, sisa-sisa lendir pada permukaan kulit tanduk akan
terlepas dan tercuci oleh aliran air. Kotoran-kotoran akan menerobos lewat
lubang-lubang yang tersedia pada dinding silinder, sedang massa biji kopi yang
sudah bersih terdorong oleh sirip pencuci ke arah ujung pengeluaran silinder
(Syakir, 2010).
5. Pengeringan kopi
Pengeringan biji kopi dilakukan dengan suhu antara 45 – 500 C sampai tercapai
kadar air biji maksimal sekitar 12,5%. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat
diawali suhu yang agak tinggi (sekitar 900 C) dalam waktu singkat (sekitar 20-24
Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji kopi
HS yang semula 60-65% sampai menjadi 12%. Pada kadar air ini, biji kopi HS
relatif aman untuk dikemas dalam karung dan disimpan di gudang pada kondisi
mekanis dan kombinasi keduanya. Buah kopi arabika mutu rendah (inferior) hasil
sortasi di kebun sebaiknya diolah secara kering.Cara ini juga banyak dipraktekkan
petani untuk mengolah kopi jenis robusta. Tahapan proses ini relatif pendek
dibanding proses semi basah. Jika cuaca memungkinkan dan fasilitas memenuhi
beberapa sentra penghasil kopi kondisi yang demikian sering tidak dapat dipenuhi.
Oleh karena itu, proses pengeringan bisa dilakukan dengan dua tahap, yaitu
penjemuran untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20-25 % dan kemudian
pengeringan dapat lebih dijamin (siang dan malam) sehingga buah atau biji kopi
dapat langsung dikeringkan dari kadar air awal 60-65% sampai kadar air 12%
proses ini membutuhkan peralatan mekanis yang relatif rumit, proses investasi
yang relatif cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. Kapasitas
pengeringan mekanis dipilih antara 1,50 sampai 4 ton biji HS basah tergantung
berkisar antara 3-4 liter per jam.Konsumsi kayu bakar untuk pengering berbahan
bakar kayu antara 15-20 kg per jam tergantung pada kadar air kayu bakarnya.
Penggunaan kayu bakar dapat meningkat 2 kali lebih besar, jika kadar airnya di
atas 30%. Untuk itu, kayu bakar sebaiknya dikering-anginkan selama 2-3 minggu
Selain minyak asal fosil, bahan bakar nabati seperti minyak jarak maupun minyak
nabati lainnya juga dapat digunakan dengan hasil yang sama baiknya, melalui
Pengeringan dengan cara kombinasi merupakan salah satu alternatif yang tepat
biji basah di lantai semen sampai kadar airnya mencapai 20-22% dan kedua
pengeringan akhir (final drying) biji kopi di dalam pengering mekanis pada suhu
50- 60ºC selama 8-12 jam sampai kadar airnya 12%. Alternatif lain adalah dengan
pemanfaatan teknologi perangkap panas matahari (solar colector). Saat ini telah
dikembangkan model pengering biji kopi dengan tenaga surya yang mempunyai
adalah kolektor tenaga surya yang di pasang sekaligus sebagai atap gedung
sehingga biaya investasi gedung dan biaya energi menjadi lebih murah.
Pengukuran kadar biji. Penentuan kadar biji kopi merupakan salah satu tolak ukur
proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya pengeringan
yang murah.
yang berlebihan (menghasilkan biji kopi dengan kadar air jauh di bawah 12%)
berat. Sebaliknya jika terlalu singkat, maka kadar air kopi belum mencapai titik
keseimbangan (12%) sehingga biji kopi menjadi rentan terhadap serangan jamur
6. Penggilingan kopi
Biji kopi kering atau kopi HS kering digiling dengan mesin huller untuk
mendapatkan biji kopi pasar atau kopi beras.Penggilingan kopi diperlukan untuk
memperoleh kopi bubuk dan meningkatkan luas permukaan kopi. Pada kondisi
ini, citarasa kopi akan lebih mudah larut pada saat dimasak dan disajikan, dengan
demikian seluruh citarasa kopi terlarut ke dalam air seduan kopi yang akan
hasil panen yang telah disortasi dalam kondisi yang aman sebelum dipasarkan ke
konsumen. Beberapa faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air,
kelembaban relatif udara dan kebersihan gudang. Serangan jamur dan hama pada
biji kopi selama penggudangan merupakan penyebab penurunan mutu kopi yang
serius. Jamur merupakan cacat mutu yang tidak dapat diterima oleh konsumen
karena menyangkut rasa dan kesehatan termasuk beberapa jenis jamur penghasil
okhratoksin. Udara yang lembab pada gudang di daerah tropis merupakan pemicu
utama pertumbuhan jamur pada biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang
kurang baik menyebabkan hama gudang seperti serangga dan tikus akan cepat
ini, kadar air keseimbangan biji kopi adalah 12 % jika kelembaban relatif udara
meningkat di atas nilai tersebut, maka biji kopi akan mudah menyerap uap air dari
Oleh karena itu, gudang penyimpanan kopi di daerah tropis sebaiknya dilengkapi
dengan sistem penerangan, sistem perkondisian udara dan alat pengatur sirkulasi
sebagai sumber panas, kolektor surya sekaligus berfungsi sebagai atap bangunan
Pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh petani, pengecer, industri dan
pabrik.Pembuatan kopi bubuk oleh petani dilakukan secara tradisional dengan alat
alat sederhana.Hasilnya pun biasanya hanya dikonsumsi sendiri atau dijual bila
ada pesanan.Pembuatan kopi bubuk oleh pedagang sudah agak meningkat dengan
mesin mesin yang cukup baik, tetapi masih dalam jumlah yang terbatas.Namun
lebih kecil.Pembuatan kopi bubuk oleh pabrik biasanya dilakukan secara modern
dengan skla acukup besar. Hasilnya dikemas dalam bungkus rapi dengan
dipasarkan keberbagai daerah yang lebih luas. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi
kedalam dua tahapan yaitu tahap perendangan dan tahap penggilingan (Najiyati
Perendangan atau penyangraian adalah proses pemanasan kopi beras pada suhu
mengalami dua proses yaitu penguapa air pada suhu 1000C dan pirolisis pada suhu
180-2250C. Pada tahap pirolisis kopi mengalami perubahan kimia antara lain
pengarangan serat kasar, terbentuknya senyawa volatile, penguapan zat zat asam
Pada proses perendangan, kopi juga mengalami perubahan warna. Bila kopi sudah
tertutup biasanya dilakukan oleh pabrik atau industri pembuatan kopi bubuk untuk
menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan terasa agak asam akibat tertahan nya air
dan beberapa jenis asam yang mudah menguap. Namun aromanya akan lebih
tajam karena senyawa kimia yang beraroma khas kopi tidak banyak menguap.
Sselain itu, kopi akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti
bau bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran yang tidak sempurna (Najiyati
2. Penggilingan
Penggilingan adalah proses pemecahan butir butir biji kopi yang telah disangrai
bubuk kopi berpengaruh terhadap rasa dan aroma kopi.Secara umum semakin
kecil ukuran nya maka rasa dan aromanya semakin baik.Hal ini dikarenakan
sebagian besar bahan yang terdapat didalam kopi dapat larut dalam air ketika
diseduh.
alat penumbuk yang disebut lumping dan alu. Lumpung terbuat dari kayu atau
batu sedangkan alu terbuat dari kayu. Setelah ditumbuk hingga halus, bubuk kopi
disaring dengan ayakan paling besar 75 mesh. Bubuk kopi yang tidak lolos
pengatur ukuran paertikel kopi sehingga secara otomatis bubuk kopi yang keluar
berukuran seperti yang diingkan dan tidak perlu disaring lagi (Najiyati dan
Danarti, 2008).
3. Penyimpanan
mutu kopi berkurang, seperti berubahnya warna kopi tercium bau yang berbeda,
timbulnya kutu, serta rasa dan aroma kopi menjadi buruk (Panggabean, 2011).
Kopi yang sudah direndang dan digiling mudah sekali mengalami perubahan,
misalnya perubahan aroma, kadar air, dan ketengikan. Kopi bubuk yang disimpan
ditempat yang terbuka akan kehilangan aroma dan berbau tengik setelah 2-3
minggu. Kehilangan aroma ini disebabkan oleh menguapnya zat caffeol yang
kopi rendang yang belum digiling mempunyai daya simpan 2-3 kali kopi yang
telah digiling.Kopi yang sudah digiling sebaiknya segera disimpan dan dipak
dengan lapisan kedap udara.Dipabrik cukup modern, biasanya kopi bubuk dipak
dalam kemasan atau kaleng hampa udara sehingga kopi tahan disimpan (Najiyati
pengolahan menjadi kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka
nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik
kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah faktor yang sangat menunjang dan proses produksi suatu
industri. Persediaan bahan baku yaitu persediaan dari barangbarang berlanjut yang
digunakan dalam proses produksi. Bahan baku industri ini diperlukan oleh suatu
barang jadi.
2. Tenaga Kerja
3. Modal
Modal adalah barang atau uang yang dipakai untuk menghasilkan suatu
bahanbahan yang dapat dipakai utuk menghasilkan produk sedangkan uang adalah
alat tukar yang digunakan untuk memperoleh sesuatu yang dibutuhkan seperti
membeli mesin atau alat-alat keperluan produksi dan membayar upah tenaga
kerja.
4. Manajemen
jasa dalam jumlah dan waktu yang telah ditetapkan dan direncanakan.
5. Teknologi
produk sehingga dapat meningkatkan mutu produk, bisa unggul dalam bersaing
nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena
produksi. Nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk
proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya
terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata
Dimana:
K = Kapasitas Produksi
H = Harga output
L= Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses
Untuk menghitung nilai tambah suatu bahan baku yang diolah menjadi produk
berbentuk lain maka dasar perhitungannya dalah sebagai berikut : bila kebutuhan
bahan baku tiap kali produksi diberi simbol a; dengan harga per kilogramnya
adalah h = c/a. Harga output per kilogram diberi simbol d; biaya input total selain
bahan baku yang dibutuhkan tiap kilogram bahan baku yang diolah adalah e;
maka nilai produknya adalah f = h x d. dari ketentuan tersebut bisa dihutung nilai
Kedelai Menjadi Susu Kedelai Pada Skala Industri Rumah Tangga di Kota
per hari atau satu kali produksi dengan rasio nilai tambah sebesar 37.8%
industri tahu untuk setiap kilogram kedelai adalah Rp 3.120,- dan untuk
Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf dan Tepung
tepung mocaf sebesar 0,06 juta/ minggu, 0,26 juta/ bulan, 3,1 juta/ tahun
menjadi tepung tapioka sebesar 58,57 juta/ minggu, 234,3 juta/ bulan,
2811,6 juta/ tahun. Sedangkan Nilai tambah yang diperoleh dari usaha
pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sebesar Rp.1.506,2/ kg, lebih
diterima adalah sebesar Rp.4.340.625 per lima kali proses produksi selama
nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik singkong di
matang sebesar sebesar 1,68. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan
Rp.50.558,25 nilai tambah per bahan baku sebesar Rp.979,55 /kg dan nilai
10. Penelitian lain yang juga menjadi rujukan adalah Henni Febri Yanti (2013)
pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah
tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu
Nilai Tambah
Keteangan:
: Menyatakan Proses/Perlakuan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Buah Kopi Arabika
Naman Teran Kabupaten Karo dengan pertimbangan Desa Naman ini memiliki
kelompok tani yang melakukan pengolahan kopi arabika dengan brand tersendiri
yaitu Nastra Coffee.Nastra Coffee juga pernah terpilih menjadi peserta Investival
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Non Probability Sampling
sampel dengan menggunakan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti dalam
Populasi adalah anggota kelompok tani yang ada di Kelompok Tani Maka Jaya
yaitu sebanyak 18 orang.14 orang berperan sebagai penghasil bahan baku dan 4
penelitian ini adalah berjumlah 4 orang yang mengolah buah kopi menjadi kopi
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.Dari data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diperoleh
yang diperoleh dari pihak ketiga seperti Badan Pusat Statistika dan berbagai
kulit tanduk serta untuk mendeskripsikan cara pengolahan kopi bubuk mulai dari
menganalisis berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan
kopi Arabika dalam menghasilkan kopi biji dan kopi bubuk dengan menggunakan
2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam %).
3.5.1 Defenisi
1. Pengolahan Kopi adalah proses pengolahan buah kopi menjadi biji kopi
2. Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai yang didapatkan dari
3. Produk Olahan adalah suatu produk atau hasil olahan dengan melalui
proses pengolahan.
Kabupaten Karo.
Karo, Sumatera Utara. Desa Naman memiliki luas wilayah sebesar 3,85Km2 .
Jarak tempuh dari Desa Naman ke ibukota Kecamatan Naman Teran adalah
sekitar 1 Km.
1804 jiwa dengan kepadatan penduduk 469 km2. Jumlah penduduk laki laki Desa
Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo berjumlah 877 jiwa dan
perempuan berjumlah 927 jiwa dengan rasio jenis kelamin 95. Jumlah rumah
Mata pencaharian penduduk Desa Naman terdiri dari beberapa jenis yaitu petani,
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lainnya.Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
mata pencaharian penduduk DesaNaman dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1 menunjukan bahwa penduduk Desa Naman sebagian besar bermata
prasarana yang tersedia di desa tersebut. Desa Naman memiliki berbagai sarana
dan prasarana seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
sebanyak 2 unit yang terdiri dari 1 Sekolah Dasar, 1Sekolah Menengah Pertama
BPU dan 1 puskesmas. Sarana ibadah di Desa Namansebanyak 4 unit, terdiri dari
Pengolah kopi merupakan anggota kelompok tani Maka Jaya mengolah buah kopi
Arabika menjadi kopi biji dan kopi bubuk. Hasil olahan dipacking dengan
coffee shop di Berastagi dan Kabanjahe. Karateristik pengusaha kopi dalam hal
4.2.1 Umur
Adapun umur pengolah kopi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat
hasil produksi dan pendapatan usaha. Keadaan umur pengolah kopi di daerah
Dari Tabel 4.3 diketahui keadaan umur pengolah kopi anggota kelompok tani
Maka Jaya berada dalam rentang usia yang produktif. Umur yang paling tinggi
Jaya adalah SMA dan S1. Tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.4
Dari Tabel 4.4 tentang tingkat pendidikan dapat dilihat secara umum pendidikan
(S1).Tingkat pendidikan ini sudah menunjukkan bahwa tingkat adopsi relatif baik.
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh
tanggungan pengolah kopi anggota kelompok tani Maka Jaya dapat dilihat pada
Tabel 4.5
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah tanggungan anggota pengolah
kopi kelompok Tani Maka Jaya di Desa Naman Kecamatan Naman Teran
Untuk menghasilkan kopi biji, pengolahan buah kopi Arabika dilakukan berbagai
cara dan tahapan yaitu sortasi, pengkupasan Cherry red, pencucian, penjemuran
dan pengkupasan kulit tanduk. Tahapan pengolahan kopi biji arabika yaitu:
1. Sortasi
kerja.
pulper lalu digiling maka buah kopi tersebut akan terpisah dari kulitnya dan akan
menghasilkan gabah kopi yang masih berlendir. Kapasitas mesin pulper kopi sekali
giling adalah 10kg.Kegiatan ini dilakukan di rumah ketua Kelompok Tani dengan
menggunakan mesin pulper dengan 2 orang tenaga kerja. Rataan bahan baku yang
3. Pencucian
Pada tahap ini, kopi yang sudah dikupas maka akan segera dicuci bersih sampai
lendir kopi tersebut hilang. Pencucian dilakukan dengan menggunakan ember besar
dengan air secukupnya.Kapasitas 1 ember untuk satu kali cuci adalah 50 kg.Setelah
kopi dicuci bersih maka kopi tersebut ditiriskan dengan menggunakan alat tiris
kerja.
4. Penjemuran
Tabel 5.1 Persentase Penyusutan Buah Kopi Menjadi Kopi Biji (1Kg bahan
baku)
Penyusutan Buah
Proses Pengolahan Kopi Biji Persentase Penyusutan
Kopi (Kg)
Sortasi 1 kg 100%
Pengkupasan Cherry Red 0,6 kg 40%
Pencucian 0,5 kg 50%
Penjemuran 0,4 kg 60%
Pengkupasan Kulit Tanduk 0,2 kg 80%
Dapat dilihat dari tabel 5.1 diatas untuk 1 kg buah kopi yang diolah dari kegiatan
Pencucian
Pengolahan biji kopi Arabika menjadi kopi bubuk Arabika diolah dengan berbagai
cara dan tahapan yaitu peroastingan, penyimpanan, penghalusan kopi sangrai dan
1. Peroastingan
Peroastingan merupakan suatu proses yang penting pada pembuatan kopi bubuk.
Peroastingan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai dibawah 4%
dan bertujuan untuk membentuk aroma cita rasa khas kopi. Peroastingan
2. Penyimpanan
pengolah.
4. Pengemasan
Dapat dilihat dari tabel 5.2 diatas untuk 1 kg kopi biji yang diolah dari kegiatan
Bahan Baku
Kopi Biji Peroastingan
Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan
buah kopi menjadi kopi biji (kopi tanduk). Jenis kopi yang diolah adalah kopi
yang diperoleh dari pengolahan buah kopi menjadi kopi biji adalah Metode
Hayami. Analisis Nilai tambah berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah
yang diperoleh dari proses pengolahan buah kopi menjadi kopi biji. Komponen
utama perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input, penggunaan
suatu usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan kopi biji
adalah buah kopi (Cherry red). Bahan baku diperoleh dari petani kopi lain nya
Tabel 5.3 Jumlah dan Biaya Bahan Baku Buah Kopi Dalam Pengolahan
Kopi Biji Satu Kali Produksi
Biaya Bahan
Sampel Bahan Baku (Kg) Total Biaya (Rp)
Baku/Kg (Rp)
1 500 9000 4.500.000
2 300 9000 2.700.000
3 400 9000 3.600.000
4 300 9000 2.700.000
Total 1500 36000 13.500.000
Rataan 375 9000 3.375.000
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 2
Dari tabel 5.3 diatas bahwa bahan baku buah kopi (Cherry Red)untuk setiap
sampelpaling sedikit adalah 300 kg dan paling banyak adalah 500 kg. Dengan
total keseluruhan bahan bakuCherry Red adalah 1500 kg dengan rataan 375 kg.
Kebutuhan biaya dalam pembelian bahan baku buah kopi (Cherry Red) paling
sedikit adalah Rp.2.700.000 dan paling tinggi adalah Rp.4.500.000. Dengan rata
Tenaga kerja terbagi atas dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) tdan
tenaga kerja luar keluarga (TKLK).Dalam pengolahan kopi biji, tenaga kerja
merupakan salah satu aspek penting untuk memproduksi buah kopi (Cherry Red)
menjadi kopi biji. Dalam proses pengolahan nya memiliki banyak kegiatan seperti
Variabel pria :1
Variabel mesin :3
Tabel 5.4 Penggunaan Input Tenaga Kerja dalam Pengolahan Kopi Biji
Tenaga Kerja
Produksi Upah HOK
Pengolahan Kopi Total
Sampel Buah Tenaga Pengolahan
Biji Upah
Kopi (Kg) Kerja/org Kopi Biji
TKDK TKLK
1 500 2 4 50.000 300.000 7.06
2 300 2 2 50.000 200.000 4.3
3 400 2 3 50.000 250.000 5.47
4 300 2 2 50.000 200.000 4.3
Total 1500 8 11 200.000 950.000 21.14
Rataan 375 2 2,75 50.000 237.500 5.28
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 4
Dapat dilihat pada Tabel 5.4 diatas bahwa total Tenaga Kerja Dalam Keluarga
berjumlah 11 orang dengan rataan 2 orang. Total upah tebaga kerja sebsar
Kerja pengolahan Cherry Red menjadi Kopi Biji untuk 1 kali produksi yaitu 5,28
bagian yakni biaya bahan penunjang dan biaya penyusutan alat.Biaya bahan
dan air.Biaya penyusutan peralatan adalah tampi, ember, saringan dan selang air.
keempat sampel adalah sebesar Rp.775.000 untuk satu kali produksi. Biaya bahan
penunjang per kg nya untuk 1500 kg buah kopi adalah sebesar Rp.516,6. Biaya
sebesar Rp.1.927.166untuk satu kali produksi. Biaya penyusutan alat per kg nya
untuk 1500kg buah kopi adalah Rp.1.284. Jadi jumlah biaya sumbangan input lain
Output yang dihasilkan berupa kopi biji yang mana setengah dari output diolah
menjadi kopi bubuk dan setengah nya lagi dipasarkan ke Coffee shop di Berastagi,
sampel adalah sebesar 300kg dimana 150kg kopi biji dijual dan 150kg nya lagi
diolah menjadi kopi bubuk. Output yang telah diperoleh memiliki nilai konversi
sebesar 0,2. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg buah
Untuk melihat berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan
buah kopi Arabika dalam menghasilkan kopi biji maka digunakan metode
Dari tabel 5.6 diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengolahan Cherry Red
menjadi kopi biji menggunakan bahan baku sebanyak 375 kg dapat menghasilkan
Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg buah kopi dapat
Adapun harga rata-rata bahan baku usaha pengolahan kopi biji di daerah
1.800,6/kg bahan baku. Harga output kopi biji adalahRp. 112.500/kg dan nilai
output adalah Rp. 22.500/kg.Dapat diketahui bahwa nilai tambah yang di peroleh
dari usaha pengolahan buah kopi menjadi kopi biji arabika adalah sebesar Rp.
11.699,4/kg yang diperoleh dari nilai output dikurang harga input bahan baku dan
sumbangan input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 52% yang artinya 52%
dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan
buah kopi menjadi kopi biji. Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil
kali antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja yaitu sebesar
Rp.630/kg dengan bagian tenaga kerja sebesar 5,38%. Keuntungan yang diperoleh
dari usaha pengolahan buah kopi menjadi kopi biji adalah sebesar Rp.11.069,4/kg,
Dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa margin yang
diperoleh dari nilai output dikurangi dengan harga input bahan baku adalah
sebesar Rp. 13.500/kg, dengan persentase pendapatan tenaga kerja sebesar 4,7%,
sumbangan input lain sebesar Rp13,3% dan keuntungan pengolah sebesar 82%.
Dari hasil penelitian diperoleh besarnya nilai tambah pada usaha pengolahan kopi
biji Arabika adalah Rp.11.699,4/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 52%
hipotesis 2dapatditerima.
Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan
kopi biji menjadi kopi bubuk.Jenis kopi yang diolah adalah kopi Arabica.Adapun
metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh
dari pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk adalah Metode Hayami. Analisis
Nilai tambah berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah yang diperoleh
dari proses pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk. Komponen utama
perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output, input, penggunaan Tenaga
suatu usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan kopi
bubuk adalah kopi biji. Bahan baku didapatkan dari biaya pengolahan kopi biji
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya sumbangan input lain dan biaya
penyusutan peralatan).
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa total bahan baku kopi bubuk adalah
150 kg dengan rataan 37,5 kg. Total kebutuhan biaya bahan baku yang dibutuhkan
Rp.18.598.
Tenaga kerja terbagi atas dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) tdan
tenaga kerja luar keluarga (TKLK).Dalam pengolahan kopi bubuk, tenaga kerja
merupakan salah satu aspek penting untuk memproduksi kopi biji menjadi kopi
Variabel pria :1
Variabel mesin :3
pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk untuk 1 kali produksi yaitu 1,87 HKO
bagian yakni biaya bahan penunjang dan biaya penyusutan peralatan.Biaya bahan
penunjang adalah ongkos roasting, kertas kemasan 500gr 300gr 200gr, kertas
label, listrik. Biaya penyusutan peralatan adalah toples kaca, sendok, mesin
Biaya bahan penunjang per kg nya untuk 150kg kopi biji adalah sebesar
Rp.31.833. Biaya penyusutan peralatan ini disebutkan didalam tabel 5.10 berikut
ini.
Harga
Produks Jlh Harga Umur Penyusutan
Peralatan Satuan Jual
i (Kg) Unit Beli (Rp) Ekonomis Alat
(Rp)
1 50 Toples Toples 6 145.000 40.000 3
Kaca 210.000
Sendok sendok 3 35.000 10.000 2 37.500
Mesin unit 1 1.000.000 600.000 2
Grinder 200.000
Timbangan unit 1 125.000 50.000 2 37.500
2 30 Toples toples 4 130.000 50.000 2
Kaca 160.000
Sendok sendok 2 35.000 10.000 3 16.666
Mesin unit 1 750.000 300.000 3
Grinder 150.000
Timbangan unit 1 85.000 40.000 2 22.500
3 40 Toples toples 5 100.000 40.000 2
Kaca 150.000
Sendok sendok 2 35.000 10.000 3 16.667
Mesin unit 1 950.000 400.000 2
Grinder 275.000
Timbangan unit 1 150.000 80.000 3 23.333
4 30 Toples toples 4 150.000 40.000 3
Kaca 146.667
Sendok sendok 2 35.000 10.000 2 25.000
Mesin unit 1 735.000 300.000 3
Grinder 145.000
Timbangan unit 1 125.000 50.000 1 75.000
Total 1.690.833
Biaya penyusutan peralatan per Kg (Rp) 11.272
Sumber: Data Olahan Primer Lampiran 12
Dan tabel 5.12 dapat dilihat total biaya penyusutan alat dalam pengolahan kopi
Jadi jumlah biaya sumbangan input lain adalah biaya bahan penunjang ditambah
Output yang telah diperoleh memiliki nilai konversi sebesar 0,8. Nilai konversi ini
kopi bubuk Arabika. Hasil output yang diproleh dengan rata rata 30kg. Output
dalam hal ini adalah kopi bubuk yang dijual dengan harga rata rata 250.000/kg.
Penerimaan didapat dari jumlah output yang dihasilkan dikalikan dengan harga
jual output yang sudah ditetapkan.Pendapatan didapat dari selisih dari penerimaan
Tabel 5.13 Penerimaan dan Pendapatan Kopi Biji dan Kopi Bubuk Arabika
Untuk melihat berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan
kopi biji Arabika dalam menghasilkan kopi bubuk maka digunakan metode
Dari tabel 5.12 diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengolahan kopi biji menjadi
kopi bubuk menggunakan bahan baku sebanyak 37,5 kg dapat menghasilkan total
Adapun harga input bahan baku usaha pengolahan kopi bubuk di daerah penelitian
bahan baku. Harga output kopi bubuk adalahRp. 250.000/kg dan nilai output
peroleh dari usaha pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk arabika adalah
sebesar Rp.138.297/kg yang diperoleh dari nilai output dikurang harga input
bahan baku dan sumbangan input lain, dengan rasio nilai tambah sebesar 69%
yang artinya 69% dari nilai output merupakan nilai tambah yang diperoleh dari
proses pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk. Pendapatan tenaga kerja yang
diperoleh dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga
kerja yaitu sebesar Rp.2.358/kg dengan bagian tenaga kerja sebesar 1,7%.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengolahan kopi biji menjadi kopi bubuk
Dari tabel analisis nilai tambah Metode Hayami dapat dilihat bahwa margin yang
diperoleh dari nilai output dikurangi dengan harga input bahan baku adalah
1,3%, sumbangan input lain sebesar 23,7% dan keuntungan pengolah sebesar
75%.
Dari hasil penelitian diperoleh besarnya nilai tambah pada usaha pengolahan kopi
bubuk Arabika adalah Rp.138.297/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 69%
hipotesis 2dapatditerima.
6.1. Kesimpulan
1. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah kopi Arabika menjadi
kopi biji Arabika pada Kelompok Tani Maka Jaya tergolong tinggi dengan
pengolahan kopi biji Arabika menjadi kopi bubuk Arabika pada Kelompok
Tani Maka Jaya tergolong tinggi dengan rasio nilai tambah sebesar 69%
>50%. Dilihat dari kedua hasil nilai tambah yang diperoleh, nilai tambah
pengolahan kopi bubuk lebih tinggi dari pada nilai tambah pengolahan kopi
biji.
2. Harga kopi di daerah penelitian yang dijual oleh petani langsung yaitu berupa
buah kopi Arabika (buah merah) seharga Rp.9000 per kg. Untuk kopi biji
yang sudah mengalami proses pengolahan dijual dengan harga Rp.100.000 per
kg. Sedangkan kopi bubuk yang sudah mengalami proses pengolahan dan
6.2. Saran
Kepada pengolah khususnya Anggota Kelompok Tani Maka Jaya diharapkan agar
hanya berhenti di pengolahan kopi biji saja dan terus berupaya dalam memperluas
dapat memberikan bantuan seperti memberikan peralatan atau mesin yang akan
digunakan dalam usaha, memberikan kredit modal usaha dan pelatihan terkait
pemasaran produk kopi bubuk Arabika, agar dapat diketahui strategi yang dapat
Badan Pusat Statistik. Kabupaten Karo. 2018. Kecamatan Naman Teran Dalam
Angka 2018: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan dan Budidaya Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Siregar A. 2016. Atraktan Kopi Ramah Lingkungan. Penerbit Inteligensia Media.
Malang.
Sri N dan Danarti. 2008. Budidaya dan Penanganan Pascapanen Kopi. Penebar
Swadaya. Jakarta.