Anda di halaman 1dari 48

KEBAHASAAN

BAHASA INDONESIA DAN TEKNIK PENULISAN LAPORAN MAGANG


PROGRAM STUDI SETARA D1
KEBAHASAAN

 Ejaan
 Tanda baca
 Kalimat
EJAAN
Bahasa Indonesia

 Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah


jang satoe, tanah Indonesia.
 Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang
satoe, bangsa Indonesia.
 Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.

(28 Oktober 1928)

Tapi, apakah ejaan di atas masih digunakan pada penulisan kalimat


di masa sekarang?
Ejaan

 Ejaan: pelafalan, pengucapan, penyuaraan, atau penyebutan


suatu huruf atau kata
 Ejaan yang berlaku di masa sekarang mengacu pada kaidah Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
 Perubahan Ejaan

(1901-1947) (1947-1972) (1972-sekarang)


• Ejaan van Ophuysen • Ejaan Republik (Ejaan • Ejaan yang Disempurnakan
Soewandi) (EYD)
• Tahun 2015-2022 sempat
berganti nama menjadi PUEBI
Prinsip-prinsip yang Mendasari Perubahan
Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Prinsip yang digunakan para ahli bahasa dalam melakukan perubahan ejaan:
 Prinsip kehematan (efisiensi)
 Efisiensi dalam penulisan, dan kesamaan penulisan dengan pengucapan
 Contoh: “edjaan tempo doeloe” menjadi “ejaan tempo dulu”
 Prinsip keluwesan
 Adaptasi terhadap perkembangan zaman
 Contoh: “achirnya” menjadi “akhirnya”
 Prinsip kepraktisan
 Menghilangkan tanda diakritik
 Contoh: “menjanji” menjadi “meñañi”, kemudian menjadi “menyanyi”
Tanda Diakritik

Tanda diakritik: tanda baca tambahan pada huruf yang sedikit


banyak mengubah nilai fonetis huruf tersebut

Tanda diakritik dalam Bahasa Indonesia:


 Penggunaan koma ain dan tanda trema:
 Jum’at (ejaan lama) mejadi Jumat (EYD)
 ma’moer (ejaan lama) menjadi makmur (EYD)
 Tanda diakritik masih digunakan pada enulisan nama, tempat atau
istilah asing
 Nama orang (contoh: Salvador Dalí, Molière)
 Nama tempat (contoh: Göttingen, Córdoba)
 Istilah asing yang harus ditulis persis agar tidak salah diartikan
Hiperkorek Ejaan

 Sejak diberlakukannya sistem ejaan Bahasa Indonesia yang


disempurnakan pada tahun 1972, semua huruf dalam abjad Latin
secara resmi sudah menjadi huruf Bahasa Indonesia
 Kesalahan yang sering terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
tindakan hiperkorek (koreksi/ perbaikan yang terlalu berlebihan)
 Contoh:
 pernapasan (betul), sering dieja sebagai pernafasan (salah)
 pasca (betul) --dalam ejaan lama ditulis “pastja”-- sering dieja dan
dilafalkan paska (salah).
Penulisan Kata Berimbuhan
Kalau kita menaati sistem EYD, dalam penulisan kata berimbuhan
sering terjadi penggantian huruf.
Contoh:
 menaati (betul), bukan mentaati
 menerjemahkan (betul), bukan menterjemahkan
 mencolok (betul), bukan menyolok
 mengubah (betul), bukan merubah atau merobah
 pengecualian untuk
 mengkaji (berbeda makna dengan mengaji)
 penerapan (bukan penterapan)
 dikelola (bukan dilola)
Masalah yang Sering Dijumpai dalam Kasus
Penggunaan Huruf atau Istilah Serapan

1. Berhati-hatilah dalam memakai huruf f dan v, adakalanya


dipertukarkan atau diganti dengan huruf p

 negative - negatif (betul), bukan negatip

 active - aktif, activity - aktivitas, keaktifan (betul), bukan aktip,


aktiv, aktifitas, aktipitas, keaktivan, keaktipan

 productive - produktif, productivity - produktivitas

 provinsi (betul), bukan propinsi


Masalah yang Sering Dijumpai dalam Kasus
Penggunaan Huruf atau Istilah Serapan

2. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal adanya konsonan rangkap

 classification - klasifikasi (betul), bukan klassifikasi

 efektif (betul), bukan effektif

 masa (betul, menunjukkan waktu), dan massa (betul,


menunjukkan besaran fisika)
Masalah yang Sering Dijumpai dalam Kasus
Penggunaan Huruf atau Istilah Serapan

3. Huruf y sekarang adalah pengganti huruf j (ejaan lama), jadi tidak


dapat dipakai sebagai huruf i lagi

 hipokotil (betul), bukan hypokotil

 analyse - analisis (betul), bukan analisa, analisya, atau analysa

4. Huruf x hanya dipakai di awal kata, di tempat lain diganti ks

 xilem (betul), bukan silem atau ksilem

 taksonomi (betul), bukan taxonomi

 kompleks (betul), bukan complex atau komplek


Masalah yang Sering Dijumpai dalam Kasus
Penggunaan Huruf atau Istilah Serapan

5. Huruf h pada gugus gh, kh, rh dihilangkan, sedangkan huruf ph


menjadi f dan ch menjadi k

 sorgum (betul), bukan sorghum

 chromatography - kromatografi (betul), bukan khromatoghrafi

 ritme (betul), bukan rhitme atau rhitma

 metode (betul), bukan methode atau metoda

 morfologi (betul), bukan morphologi atau morpologi


Beberapa Kata yang Sering Ditulis Salah

 kualitas, bukan kwalitas  varietas, bukan varitas

 jadwal, bukan jadual  bir, bukan bier

 sintesis, bukan sintesa  automatis, bukan otomatis

 ameba, bukan amuba  mikrob, bukan mikroba atau


mikrobe sebab
 projektor, bukan proyektor
dibakukannya aerob
 atmosfer, bukan atmosfir atau
 standar dan standardisasi,
atmosfera
bukan standarisasi
Kata Berakhiran -ika

 Nama ilmu

 statistika, bukan statistik

 sistematika, bukan sistematik atau sistimatik

 Bukan ilmu

 kosmetik, bukan kosmetika

 antibiotik, bukan antibiotika

 tropik, bukan tropika atau tropis (karena dibakukannya


Samudera Pasifik)
Istilah Serapan

Dalam Bahasa Indonesia, satu bentuk kata dapat berfungsi sebagai:

 kata benda (botani—botany)

 kata keterangan (botani—botanic)

 kata tambahan (botani—botanical/botanically).


Istilah Serapan

 genetika

 departement of genetic—jurusan genetika

 plant genetic resources—sumber daya genetika tumbuhan dan


bukan sumber daya genetis tumbuhan

 genetical evidence—bukti genetika, bukan bukti genetis atau


bukti genetik

 biological process - proses biologi (lebih baik lagi: proses hayati),


bukan proses biologis atau proses biologik

 enteropathogenic Escherichia coli - Escherichia coli enteropatogen


TANDA BACA

Tanda titik Tanda pisah

Tanda titik terangkat Tanda kurung

Tanda koma Tanda kurung siku

Tanda titik koma Tanda petik

Tanda titik dua Tanda petik tunggal

Tanda tanya Tanda elipsis

Tanda seru Tanda garis miring

Tanda hubung Tanda ampersan


1. Tanda Titik ( . )

Tanda titik selalu dipakai:


 pada akhir kalimat
 pada singkatan tertentu (J.S. Badudu, gb., hlm., S.Si.)
 di belakang angka dan huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar (8.0, 8.1, 8.1.1, 8.1.2)
 sebagai pemisah angka jam dan menit yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu (pukul 13.30, 2.30.15 jam)
 sebagai pemisah bilangan angka ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah (210.848 sel)
1. Tanda Titik ( . )

Tanda titik tidak dipakai


 di belakang angka atau huruf terakhir dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar (8.1, 8.1.1, 8.1.2),
 untuk menyatakan pecahan persepuluhan
 untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah (tahun 1995, halaman 2345, NIP 130367078)
 pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi dan tabel
 Tabel 1. Data pengukuran pH sampel air
2. Tanda Titik Terangkat ( . )

Dalam beberapa bidang ilmu, digunakan titik terangkat, yaitu ketika :

1. Menulis gugus air dalam senyawa kimia (CuSO4.5H2O)

2. Menunjukkan perkalian, misal k x g x (a+2) dapat dicetak sebagai kg (a+2) atau k . g . (a+2)

3. Menyingkatkan ikatan kimia pengganti tanda ikatan baku (R—CH3 dapat ditulis R.
CH3)

4. Memberikan petunjuk cara pemenggalan kata dalam kamus (per. bu. nga. an, sin. tas. an)

5. Menunjukkan ekspresi genetika (AA. BB. AB.)

6. Mengganti tanda elipsis dalam matematika, untuk meluruskannya dengan tanda


pengoperasian (xl, x2... x3,)
3. Tanda Koma ( , )

Tanda koma dipakai:


 Untuk menyatakan pecahan persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka (seperempat ditulis dengan 0,25; Rp 25,50)
 Untuk memisahkan unsur-unsur dalam suatu deret (nitrogen, fosforus, kalium)
 Untuk memisahkan unsur-unsur sintaksis dalam kalimat
 Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka
(Winarno, F.G. 2004. HACCP dan Penerapannya Dalam Industri Pangan. Mbrio Press.
Bogor.)
 Di antara nama, alamat serta bagian-bagiannya; tempat dan tanggal; nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
 Direktur Politeknik AKA Bogor, Kampus Politeknik AKA Bogor, Jalan Pangeran
Sogiri No 283 Tanah Baru, Bogor 16154
 Bogor, 13 Maret 2017
 Bogor, Indonesia
3. Tanda Koma ( , )

Tanda koma dipakai (lanjutan):


 Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakan dari singkatan nama diri atau keluarga
 Ir. Maman Sukiman, M.Si.
 Memisahkan nama penerbit dan kota penerbitan dalam daftar
Pustaka
 Balai Pustaka, Jakarta
 Tanda koma untuk memisahkan nama pengarang dan tahun
dalam pengacuan kepustakaan boleh tidak digunakan
 (RIVAI, 1995) boleh ditulis sebagai (RIVAI 1995)
4. Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma merupakan tanda koordinasi dan dipakai untuk


 memisahkan unsur-unsur sintaksis yang setara
 Saya datang; saya lihat; saya menang.
 dalam deret yang di dalamnya sudah mengandung tanda baca
lain
 Hasil pengukuran pH sampel W, X, Y dan Z berturut-turut adalah
4,5; 4,8; 4,2 dan 5,1.
5. Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai untuk:


 Menandakan pengutipan yang panjang
 Memperkenalkan senarai/ daftar
 Menandakan nisbah (angka banding)
 Menekankan urutan pemikiran di antara dua bagian kalimat lengkap
 Memisahkan judul dan anak judul
 Memisahkan nomor jilid dan halaman dalam daftar Pustaka (Warta AKAB
21: 12-23)
 Memisahkan tahun dan halaman kalau pengacuan halaman dilakukan
pada sistem Nama-Tahun dalam teks (RIVAI 1968: 234)
 Memisahkan bab dan ayat dalam kitab suci (Surat Al-Baqoroh: 183)
6. Tanda Tanya ( ? )

Tanda tanya dipakai pada:


 akhir pertanyaan langsung
 menunjukkan keragu-raguan dalam suatu pernyataan
 Karena ketiadaan pembanding, untuk sementara bambu ini
sebaiknya dideterminasi sebagai Gigantochloa(?) atroviolacea.
7. Tanda Seru ( ! )

 Tanda seru hampir tidak pernah dipakai dalam kalimat penulisan


ilmiah.
 Adakalanya tanda itu dipergunakan untuk menunjukkan bahwa
suatu bahan bukti penelitian dilihat langsung oleh penulisnya:
 Scleroderma diktyospora dipertelakan oleh Patouillard (1898)
berdasarkan spesimen massart 445 (P!) yang dikumpulkan di
Jawa tahun 1882.
8. Tanda Hubung ( - )

Tanda hubung dipakai untuk :


 Menyambung bagian-bagian tanggal (17-8-1945)
 Merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital (se-Indonesia), ke-dengan angka (abad ke-21,
HUT ke-76 RI), angka dengan -an (tahun '90-an)
 Memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan
 ber-evolusi vs be-revolusi
 dua puluh lima-ribuan, 20 x 5.000 vs dua-puluh-lima-ribuan, 1 x
25.000
9. Tanda Pisah

 Terdapat tiga macam tanda pisah


 tanda pisah em (panjangnya sama dengan panjang hurup
kapital M atau setinggi jenis huruf yang digunakan, diketik
dengan tanda hubung --)
 tanda pisah en (panjangnya setengah tanda pisah em, diketik
dengan tanda pisah -)
 tanda pisah 3 - em
9. Tanda Pisah

 Tanda pisah em dipakai untuk membatasi penyisipan kalimat yang


tidak terkait erat dengan kalimat induknya.
 Penembakan menjangan di lapangan istana --yang dilakukan
untuk mengatur daya dukung tapak pengembalaan--
dilaksanakan setiap tiga tahun.
 Tanda pisah en dipergunakan untuk menunjukkan kisaran
 halaman 15-25, tahun 1945-1950
 Jangan menggunakan tanda pisah en bersama perkataan dari
dan antara, atau bersama tanda kurang
10. Tanda Kurung ((…))

 Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan


yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
 Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya dalam
kalimat dapat dihilangkan.
 Tanda kurung (atau tanda kurung tutup) dipakai untuk
menunjukkan penomoran yang dimasukkan dalam kalimat.
Misalnya:
 Ketiga langkah itu ialah (a) mitosis, (b) meiosis, (c)
penggandaan inti.
 Kebutuhan dasar manusia ialah 1) pangan, 2) sandang, 3)
papan, 4) kesehatan, dan 5) pendidikan.
11. Tanda Kurung Siku ([…])

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit:


 Huruf atau kata yang ditambahkan pada kalimat kutipan
 Keterangan dalam kalimat yang sudah bertanda kurung
12. Tanda Petik (“…”)

Tanda petik dipakai untuk mengapit:


 Petikan atau kutipan pembicaraan langsung
 Judul karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
 Istilah yang kurang dikenal atau kata yang memiliki arti khusus
13. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit:


 Petikan yang tersusun dalam petikan lain
 Makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
 survive 'sintas’
 survival 'sintasan’
 survivor ‘penyintas’
14. Tanda Elipsis (…)

Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa ada bagian yang


dihilangkan pada suatu kutipan
 “pola distribusi pemasaran ... berdasarkan pengamatan cuplikan”
15. Tanda Garis Miring ( / )

Tanda garis miring dipakai untuk mengganti:


 Tanda bagian atau menunjukkan bilangan pecahan (1/2 = 0,5);
 Kata tiap (125 ton/ha)
16. Tanda Ampersan ( & )

 Tanda ampersan berfungsi sebagai pengganti tanda “dan”


 Tanda ini dianjurkan dipakai dalam pengacuan pustaka sebab
membantu mengurangi pengulangan
 Bentuk penulisan "menurut Reid & Webster (1968), Le Gal & Arpin
(1969), Kobayashi & Imai (1973) dan Mueller & Loffler (1978)..." lebih
rapi jika dibandingkan dengan bentuk "Menurut Reid dan Webster
(1968), Le Gal dan Arpin (1969), Kobayashi dan Imai (1973) dan
Muller dan Loffler (1978)...“
 Contoh:
REID & WEBSTER (1968), LE GAL & ARPIN (1969), KOBAYASHI & IMAI
(1973), MUELLER & LOFFLER (1978), dan GUMILAR (2021) menyatakan
bahwa kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi.
KALIMAT
Kalimat

 Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan


pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
 Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh titinada, disela oleh jeda, diakhiri
oleh intonasi selesai.
 Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titk, tanda tanya, atau tanda seru.
Kalimat Aktif

 Kalimat aktif: subyek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif
melakukan suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat (P)
kepada objek (O).

Contoh :

 Dina menyirami bunga mawar.

 Ayah membelikanku sepeda.


Ciri-ciri Kalimat Aktif

1. Subyek melakukan tindakan yang langsung mengenai obyeknya

2. Predikat kalimat aktif selalu diawali dengan imbuhan me- atau ber-

3. Ada kalimat aktif yang memerlukan obyek

4. Ada kalimat aktif yang tidak memerlukan obyek.

 Setelah mendapat predikat, subyek ditambah pelengkap atau


keterangan (Contoh: Ani tidur di kamar.)

5. Kalimat aktif memiliki pola S-P-O-K atau S-P-K.


Jenis-jenis Kalimat Aktif

 Kalimat aktif intrasitif, yaitu kalimat aktif yang memerlukan sebuah obyek
yang mendapatkan tindakan dari subyeknya.
 Ayahku memberi Andi uang saku sebesar Rp. 10.000,-.
(“Ayah” merupakan subyek yang melakukan tindakan kepada “Andi”
yang merupakan obyek)
 Lidya meminjamkan kebayanya kepada Ria untuk kegiatan pentas
seni di sekolah.
(“Lidya” merupakan subyek yang melakukan tindakan kepada “Ria”
yang merupakan obyek)

 Kalimat aktif ekstransitif, yaitu kalimat aktif yang memerlukan obyek, namun
tidak memiliki pelengkap (hanya memiliki 3 unsur : S-P-O).
 Contoh : Andi membaca sebuah majalah. Ayah memperbaiki motor.
Mengubah Kalimat Aktif menjadi
Kalimat Pasif
1. Subyek pada kalimat aktif berubah menjadi obyek pada kalimat
pasif
 Andi menabrak Budi di depan ruang kelas. (Aktif)
 Budi ditabrak Andi di depan ruang kelas. (Pasif)

 Ibu menggoreng ikan di dapur. (Aktif)


 Ikan digoreng ibu di dapur. (Pasif)
Mengubah Kalimat Aktif menjadi
Kalimat Pasif
2. Predikat yang berawalan me- berubah menjadi berawalan di- atau ter-
 Motor menabrak Aida yang sedang menyeberang jalan. (Aktif)
 Aida yang sedang menyeberang jalan ditabrak motor (Pasif)

 Ani mengabaikan kebun bunga yang cantik itu. (Aktif)


 Kebun bunga yang cantik itu terabaikan oleh Ani. (Pasif)

 Petugas menyenggol botol berisi larutan asam. (Aktif)


 Botol berisi larutan asam disenggol petugas. (Pasif) - sengaja
 Botol berisi larutan asam tersenggol petugas. (Pasif) – tidak sengaja
Mengubah Kalimat Aktif menjadi
Kalimat Pasif
3. Kalimat aktif tidak berobjek tidak bisa diubah menjadi kalimat
pasif
 Ibu Guru mengajar. (aktif)
tidak bisa diubah menjadi
 Ibu Guru diajar. (pasif).
Kalimat Pasif

 Kalimat pasif: kalimat yang subjeknya mendapat/dikenai suatu tindakan


yang berupa predikat oleh obyek.

Contoh :

 Pohon mawar disirami ibu.

 Kakak dibelikan sebuah jam tangan oleh ayah.


 Adik diajak jalan-jalan oleh kakek setiap pagi.
Ciri-ciri Kalimat Pasif

 Subyek pada kalimat aktif menjadi obyek pada kalimat pasif

 Predikat menggunakan awalan di, ke-an, atau ter

 Contoh : Rumahnya terbakar oleh si jago merah

 Pada umumnya kata kerja didahului dengan kata ganti orang ku- dan kau-

 Contoh : Buku itu telah kurapikan

 Dimana kau simpan tasku ?`

 Kata “oleh” dalam kalimat pasif dapat dihilangkan dan tidak mengubah makna

 Contoh : Andi ditegur oleh ibu guru karena ribut

 Andi ditegur ibu guru karena ribut


Mengubah Kalimat Pasif menjadi Aktif

 Subyek pada kalimat pasif diubah menjadi obyek pada kalimat aktif

 Kejuaraan itu dimenangkan oleh mereka. (Pasif)

 Mereka memenangkan kejuaraan itu. (Aktif)

 Awalan predikat di- / ter- / ke-an diubah menjadi ber- atau me-

 Bunga itu ditanam oleh ibuku. (Pasif)

 Ibu menanam bunga itu. (Aktif)

 Kata ganti ku- diubah menjadi Aku

 Contoh : Buah itu sudah kumakan. (Pasif)

 Aku sudah memakan buah itu. (Aktif)

Anda mungkin juga menyukai