Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ZAMAN KEKHALIFAAN

MUGHOL
Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Atika Muliyandari, M.Pd

Disusun oleh:

Muhammad Rafly (2211101097)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN IMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGER SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS


SAMARINDA TAHUN 2022\2023
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA
ZAMAN KEKHALIFAAN MUGHOL
Muhammad Rafly
Universitas Islam Negeri Samarinda, Kal-tim, Indonesia
Corespondensi author email: muhraflyyyyy@gmai.com

ABSTRACT
The study of Islamic education in India from the results of research that has been
carried out using a literature review, the results of the research produced; First,
Islam entered India in the 7th century through trade routes. Second, the
development of Islam in India can be seen in four stages: first, the period
before the Mughal empire (705-1526): second, the reign of the Mughal Empire (1526-
1858); third, the period of British rule (1858-1947); the fourth stage, Islam in the
secular Indian state (1947 tothe present). The development of Islam in India is
progressing rapidly and growing after being pioneered by Sayyid Ahmad Khan.
And then continued by the leaders and owners of government policies in India,
by establishing Islamic schools such as those in New Delhi.
KEYWORDS: islamic Education, India.
ABSTRAK
Kajian tentang pendidikan Islam di India dari hasil penelitan yang telah
dilakukan menggunakan kajian literatur,maka hasil penelitian yang dihasilkan;
Pertama, Islam masuk ke India diperkirakan pada abad ke-7 melalui jalur
perdagangan. Kedua, Perkembangan Islam di India dapat dilihat dalam empat
tahapan: pertama, masa sebelum kerajaan Mughal (705-1526) kedua ,masa kekuasaan
Kerajaan Mughal (1526-1858) ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858-1947) tahap
keempat, Islam pada negara India secular (1947sampai sekarang). Perkembangan
Islam di India semakin maju pesat dan berkembang setelah dipelopori oleh Sayyid
Ahmad Khan. Dan kemudian di terus kan oleh pemimpin dan pemilik kebijakan
pemerintahan diIndia, dengan mendirikan sekolah-sekolah Islam seperti yang ada di
New Delhi.
KATA KUNCI: Pendidikan Islam, India
PENDAHULUAN
India merupakan salah satu Kawasan Asia Selatan yang memiliki kemegahan
kebudayaan yang megah didunia yang menyaingi Cina dalam kesastraan, seni dan arsitektur.
Perasaan nasionalis masyarakat India mulai berkembang setelah timbul rasa bangga atas hasil-
hasil kebudayaan mereka yang dipelajari dan kemudian dialih bahasakan oleh sarjana-sarjana
asing ke dalam bahasa-bahasa barat. Dari sensus tahun 1987-1988 diketahui bahwa 30%
penduduknya dibawah garis kemiskinan. Kesenjangan sosial cukup mencolok dalam hal
ekonomi dan distribusi kesehatan. Bisa dimaklumi bahwa populasi penduduk yang sangat
besartersebut, disamping sebagai human capital juga merupakan beban negara.
Terlebihbila diingat bahwa selama 150 tahun India dibawah penjajahan Inggris dan
barupadatahun 1947 mengalami kemerdekaan.Terkait masalah pendidikan, perkembangan
ilmu pengetahuan dinegara ini semakin berkembang, khususnya di bidang pertanian,
nutrisi, obat-obatan dan idustri oleh para pendidik(guru) diIndia diakui harus memiliki
hubungan dengan pendidikan dan modernisasi.
Pada tahun 1964, pemerintah mengangkat komisi Pendidikan tingkat tinggi untuk
memberi nasehat pada pemerintahan tentang pola Pendidikan nasional diseluruh jenjang dana
speknya. Laporan komisi Pendidikan ini diterbitkan pada tahun 1996 dan merupakan analisis
pertama tentang kondisi sistem pendidikan di india dalam hubungannya dengan tujuan
pembangunan. Islam di India, mempunyai dua praktik yang sedikit berbeda yaitu; antara
Muslim di daerah Utara dan Muslim di daerah Selatan India. Di Utara, Muslim
kebanyakan menganut madzhab Hanafi, berbahasa Urdu atau Benggali. DiSelatan, Muslim
mengikuti madzhab Syafi’I dan umumnya berbahasa Tamil.Sekitar 90% Muslim di India
beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab Hanafi. Diantara aliran Sunni, ada
sekitar empat juta muslim bermadzhab Syafi’i,kebanyakan di negara bagian selatan.
Sisanya kebanyakan aliran Syi’ah madzhabJa’faridi negara-negara bagian barat laut.Islam
masuk ke India pada abad ke-7 disebarkan melalui beberapa cara.Salah satunya melalui
kegiatan perdagangan, kemudian mendirikan kerajaan dan sekaligus bersamaan dengan itu
dating pula para penyebar Islam (da’i/muballigh) yang mendakwahkan agama Islam kepada
masyarakat India. Dengan penyebaran Islam seperti itu, maka masyarakat Islam India waktu
itu dapat dibagi menjadi dua: Golongan keturunan asing yang datang ke India membawa
agama Islam, dan golongan penduduk asli yang tadinya memeluk suatu agama tertentu dan
kemudian masuk Islam melalui berbagai cara dakwah secara bertahap dalam periode tertentu.
Pendapat kedua mengatakan, di dalam kitab Al Kamilfi at Tarikh karya Ibnu al Athir
bahwa India telah menerima dakwah Islam sudah pada era Umawi, khususnya setelah
Muhammad bin al-Qasim mengetuai ekspedisi tentara Islam ditahun92H/710M dan
menjadikan wilayah India sebagai tempat berdakwah(Ismail, 2000: 64). Bahkan Ibn
Battutah sendiri pernah berkelana dan berkhidmat sebagai qadi di dalam perkhidmatan
Kesultanan Delhi ketika era Dinasti Tughluq. Perkembangan sejarah ini berterusan
seiring dengan kemunculan pelbagai kerajaan Islam di wilayah India seperti Kerajaan
Ghaznawi, KerajaanGhuri, Kesultanan Delhi dan Kerajaan Mughal. Walaupun Kerajaan
Mughal jatuh secara rasmi pada tahun 1857 M, namun sejarah Islam di India pasca-Mughal
itu diteruskan dengan kemunculan gerakan Islam berbentuk islah dan tajdid serta tokoh-
tokoh pelopor pembaharuan, seperti Jamalal-Dinal-Afghani, SirMuhammad Iqbal, Sayyid
Ahmad Khan dan Abual-‘Alaal-Mawdudi. Pembahasan sejarah Islam di India pada zaman
awal banyak dikupas oleh para pengkaji Barat yang membincangkan sejarah India secara
keseluruhan. Antaranya Kulke dan Rothermund yang memuat kan perbincangan tentang
pembukaan tentara Islam di wilayah India dan kemunculankerajaan-kerajaan Islam seperti
Ghaznawi dan Ghuri. Dalam tulisan tersebut, pemerintahan Islam diperingkat awal disifatkan
sebagai pemerintahan Arab . Hal ini disebabkan tentara Umawiyyah yang menyertai
ekspedisi futuhat ke India merupakan bangsa Arab dan setiap gubernuryang dilantik
oleh pemerintah Umawiyyah di Dimashq ketika itu juga berbangsa Arab. Setelah
pemerintahan Arab berakhir, wilayah India mula di golonganTurki dari Kerajaan Ghaznawi.
Pada dasarnya India sudah dikenal sebagai Sind atau Hind, oleh masyarakat Arab dan
mereka telah mempunyai hubungan yang erat dengan kerajaan-kerajaan Arab sejak sebelum
zaman Islam, khususnya melalui perdagangan. Ibn al-Athir dalam kitabnya Al Kamil fi
At Tarikh; menggunakan kalimah (kata) Hind, atau al-Hind, ketika melihat kawasan
India. Misalnya, Ibnal-Athir menggunakan kalimah al-Hind berdasarkan peristiwa
pertempuran antara Mahmud al-Ghaznawi dengan raja Hindu bernama Jaypal
Bagaimanapun, Ibn al-Athir turut menggunakan beberapa nama tempat yang lain pada
Kawasan India sepertial-Sind, Mukran, Ghaznah, Daybul, Sijistan, Khurasan dan Multan. Hal
ini disebabkan tempat-tempat tersebut berada di dalam wilayah India ketika abad awal Islam.
Hubungan antara India dan kawasan Arab semakin berkembang setelah kedatangan
agama Islam. Dalam rangka perluasan wilayah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dan
Usman bin Affan pernah merencanakan untuk menaklukkan India. Namun rencana itu baru
bisa dilaksanakan secara efektif pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang
berpusatdi Damaskus. Futuhat al-Islamiyyah terjadi setelah ekspedisi tentara Islam,
yangdiketuai oleh Muhammadbin al-Qasim, Ketika memasuki wilayah India pada tahun
92H/710M. Muhammad bin al-Qasim berhasil menguasai negeri ini kira-kira dua
tahun dan menghancurkan pemerintahan Hindu, Raja Dahir.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (library research), secara
terminologi penelitian studi pustaka adalah penelitian dengan cara mengkaji literatur baik itu
dalam bentuk buku, majalah, tabloid dan tulisan-tulisan yang mendukung. Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, secara
terminologi pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang baik secara
individu maupun kelompok. Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan
menggunakan metode dokumentasi. Setelah data terkumpul, langkah peneliti selanjutnya
adalah menganalisis data dengan menggunakan tekhnik deskriptif, langkah interpretatif, dan
pengambilan keputusan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kerajaan Mughol

Dinasti Mughal di India dengan New Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1526-1530), salah satu dari cucu Timur Lenk, ayahnya bernama
Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya
ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan
Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu, Pada mulanya, ia
mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari raja Safawi, Ismail I
akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia
menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan1. Pada masa kerajaan Islam Mughal,
pendidikan memperoleh perhatian yang cukup besar. Untuk keperluan ini pihak
kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid selain tempat ibadah juga sebagai
tempat belajar agama bagi masyarakat. Di masjid memang telah tersedia ulama yang
akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama. Bahkan, di masjid juga
telah disediakan ruang khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di masjid selama
mengikuti pendidikan. Karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu-
ilmu agama tertentu dengan guru-guru spesialis.

Dalam penggalan sejarah, Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling


berpengaruh: Akbar Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam
dekade yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya
berkaitan dengan pengembangan islam di India, memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis, dan Aurangzeb
mengembangkan pola Islam puritan.

Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India
pada masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra
Islam yang tampak redup beberapa dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan
kemurnian Islam. Dari sini terlihat kecintaan Aurangzeb terhadap Islam. Namun perlu
diingat, Islam adalah agama yang mensponsori perdamaian, tanpa paksaan, dan tidak

1
Badri Yatim, sejarah peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2006), h. 147.
mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap pemeluk agama lain. Memurnikan
ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain.

B. Keadaan pendidikan kekhalifaan Mughol

Pada masa dinasti Mughal, muncul Umran (Sosiology), falsafah tarikh


(Philosophy of history), dengan munculnya Muqaddimah Ibnu Khaldun kitab pertama
dalam bidang ini juga dalam masa ini disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu
tata usaha, ilmupeperangan, ilmu kritik sejarah. Di bawah kekuasaan Mughal aktifitas
pendidikan terus berkembang sampai menduduki posisi penting pada setiap kebijakan.

Babur (1526-1530), mendirikan sebuah madrasah di Dili. Madrasah ini tidak


hanya mengajarkan kurikulum pengetahuan agama seperti madrasah lainnya, tetapi
juga mengajarkan matematika, astronomi dan geografi. Dia juga membentuk
Departemen Urusan Umum (Shurat-I Amm) yang tugasnya mengembangkan sekolah-
sekolah dan madrasah-madrasah.

Pada masa kekuasaan Akbar (1556-1605), sejumlah madrasah didirikan baik


oleh pemerintah maupun individu. Akbar membangun sebuah madrasah di Fathpur
Sikri, di Dili dibangun madrasah oleh Maham Aqna (Ibu Pengasuhnya) yang dikenal
dengan arsitekturnya. Kurikulum madrasah berisi ilmu pengetahuan umum disamping
ilmu pengetahuan agama. Pelajaranya meliputi matematika, agrikultura, geometri,
astronomi, fisika, logika, filsafat alam, teologi, sejarah dan pendidikan agama.

Aktivitas sistem pendidikan pada masa kerajaan Mughal, kendati tidak


mengalami kemajuan seperti pada masa klasik dan masa sekarang, namun cukup
berkembang dengan pesat dan mengalami kemajuan sesuai dengan ukuran zamannya.

Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Mughol di bagi menjadi 3 jenjang dan
beberapa bidang :

a. Pendidkan Dasar yang dilaksanakan di Masjid (Maktab). Bidang ilmu yang


dipelajari adalah pendidikan agama. Semua masjid selalu mempunyai sekolah rendah
pada saat itu.2

b. Pendidikan lanjutan yaitu madrasah. Bidang ilmu yang dipelajari adalah pendidikan
moral. Ini berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap pembinaan agama

2
Jain Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2009), h. 215.
dengan membangun sejumlah masjid, bermanfaat bagi pengembangan pendidikan
Islam dan ajaran Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan
madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga disediakan bagi
orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun demikian, disamping sekolah khusus bagi
kelompok agama tertentu pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak
muslim dan Hindu belajar bersama.3

c. Pendidikan tinggi atau universitas. Bidang ilmu yang dipelajari adalah ilmu profesi.
Dalam perkembangannya, masjid raya telah berkembang menjadi sebuah universitas.
Universitas untuk kekhususan ilmu seperti ilmu tafsir dan hadits, fiqh berbagai
madzhab, ilmu kedokteran dan falsafah, ilmu pasti, ilmu music dan ilmu eksak
lainnya.Di masa Syah Jahan didirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb
mendirikan pusat pendidikan di Lucknow sehingga banyak ilmuan yang belajar di
India. Sedangkan Aurangzeb dikenal banyak orang sebagai lelaki yang shaleh, adil,
keras dan energik yang menjadi teladan kerajaan Islam. Hidupnya ditandai
kesederhanaan dan tenaga yang tak terbatas. Dialah yang paling terpelajar di antara
semua penguasa Mughal.4

1. Perpustakaan
Selain itu, pihak dinasti juga menyediakan perpustakaan yang
bisadimanfaatkan oleh siapa saja. Akbar dikenal sebagai raja yang gemar membaca
dan mengoleksi buku. Pada era ini juga banyak buku-buku terjemahan yang
diterbitkan. Diantaranya buku terjemahan kisah Mahabaratha dan Ramayana yang
dibuat oleh Badayuni, Kitab Injil ke dalam Bahasa Persia. Bahkan Akbar juga
mengizinkan anaknya (Murad) untuk belajar ilmu pengetahuan kepada Pendeta
Katholik. Raja lainnya, Jahangir dikenal sebagai raja pelindung para ilmuan. Ia
juga menulis biografinya sendiri dengan judul Tuzk-i-Jahangiri.

Berbagai kegiatan tulus-menulis dalam masalah agama, sejarah, maupun syair, ikut
melengkapi koleksi perpustkaan kerajaan sekaligus penyebaran ilmu pengetahuan,
sehingga banyak dijumpai perpustkaan yang ada di berbagai wilayah Dinasti
Mughal. Pada tahun 1641 misalnya, terdapat sebuah perpustakaan di Agra yang

3
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1994), h. 102.

4
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 416.
memiliki koleksi 20.000 buku. Oleh karena itu, semangat dan perkembangan
agama Islam yang telah berkembang dikalangan kerajaan maupun masyarkat pada
umumnya, sebetulnya bersamaan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga keagmaan,
pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Di masa dinasti ini juga lahirnya Mausu’at
yaitu buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah seperti ensiklopedia.5

2. Khanqah (pesantren)

Pencetus Khanqah atau pesantren yang dipimpin oleh ulama atau wali.
Khanqah pada era ini merupakan pusat studi Islam yang dinilai baik. Di Khanqah
diajarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik atau logika,
filsafat, tafsir Qur’an, Hadits, Fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada
masa itu merupakan Bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran
agama Islam. Pendidikan yang diselenggarakan ini diikuti oleh siapa saja, baik
laki-laki maupun perempuan. Karena itu sejumlah kaum wanita dari keluarga
terdidik, misalnya Gulbadan Begum, Maham Anga, Nur Jahan, Mumtas Mahal,
Jahan Ara Begum, dan Zaibun Nisa yang kemudian menjadi penulis.

C. LEMBAGA PENDIDIKAN PADA ZAMAN DINASTI MUGHOL


1. Madrasah Dar Al-‘Ulum di India

Di Madrasah ini mengikuti pendidikan selama enam tahun, mengikuti silabus,


menempuh ujian formal, dan ikut pertemuan. Sekolah ini terutama terkenal karena
karyanya dalam Hadits, dan pada abad ini membangun jaringan sekolah yang
masih terus tumbuh hingga sekarang Ajaran yang dibawa Syah Waliyullah dan
yang kemudian yang diteruskan oleh anaknya Syah Abdul Aziz, dan selanjutnya
Sayyid Ahmad Syahid serta pengikutnya untuk melaksanakannya banyak
mempunyai perserupaan dengan ajaran Wahabiah dari Arabia. Dan yang banyak
dilaksanakan adalah ajaran pemurnian praktek umat islam dari berbagai macam
bid’ah.6

2. Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MOAC) di India


5
Hasyimi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 398.

6
Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 265.
Latar belakang didirikannya sekolah Muhammedan Anglo Oriental College
(MOAC) di India adalah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Dinasti Mughal
sebagai akibat dari “Pemberontakan 1857” serta hasil pemikiran oleh pendirinya
yaitu Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam
mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam
klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru
ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah yang menjadi sebabutama bagi
kemajuan dan kekuatan orang barat.

Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh
Karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi
sebagai orang islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan
akal bukan tidak terbatas.7

3. Universitas Muslim Aligarh di India

Ide-ide pembaharuan yang di cetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan
disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbul lah apa yang dikenal
dengan gerakan Aligarh, yang mana sebelumnya adalah Muhammedan Anglo
Orienal College (MOAC). Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama
Universitas Islam Aligarh di tahun 1920, perguruan tinggi ini meneruskan tradisi
sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.

Pada tahun 1875, Sayyid Ahmad Khan mendirikan MOAC yang kemudian
menjadi Universitas Muslim Aligarh, dengan model Oxford dan Cambridge, dan
bertujuan melahirkan kaum berpendidikan. Dia bertujuan menunjukkan
keselarasan fundamental antara wahyu Al-Qur’an dan sains modern, dengan
menyingkirkan dari Islam unsur-unsur yang bergantung pada ruang dan waktu
tertentu, serta hanya mempertahankan yang essensial. Dia juga menggunakan
ijtihad untuk menggantikan penafsiran historis. Kemajuan gerakan Aligarh
disebabkan adanya mata pelajaran umum seperti Ilmu Alam, Filsafat, Humaniora
dan sebagainya.8

7
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: Sukses Offset, 2008), h. 268.
8
Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, h. 297.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan Pendidikan Islam di masa Dinasti Mughal
memang tidak segemilang masa Islam klasik. Hal ini didasari oleh beberapa alasan:

1) Metode berfikir yang digunakan dalam bidang teologi adalah metode


berfikir tradisional yang bertitik tolak bahwa segala sesuatu terjadi karena
kehendak Tuhan, dan bahkan karena usaha manusia. Metode ini menyebabkan
umat Islam tidak kreatif dan mudah menyerah pada keadaan.

2) Tidak ada lagi kebebasan berfikir yang menyebabkan lahirnya sebagai


temuan. Setiap orang pada masa itu cukup mengikuti pemikiran yang telah ada,
sehingga tidak menimbulkan sebagai temuan baru. Mereka telah memiliki keadaan
yang tenang, walaupun tidak ada kemajuan.

3) Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk pengembangan ilmu


pengetahuan sudah banyak yang hancur.

4) Kekuasaan Islam pada masa tiga kerajaan besar dipegang oleh bangsa
Turki dan Mughal yang lebih dikenal sebagai bangsa yang suka berperang daripada
sebagai bangsa yang berfikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

5). Wilayah kekuasaan Islam tidak ada lagi berada di wilayah Arab dan
tidak pula dikuasai oleh bangsa Arab. Pada kerajaan Persia menggunakan Bahasa
Persia di Turki menggunakan Bahasa Turki, dan di India menggunajan Bahasa
Urdu. Akibatnya, Bahasa Arab yang merupakan bahasa persatuan dan Bahasa
Ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi bahkan menurun.9

9
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah,...h. 152-154.
KESIMPULAN

1. Dinasti Mughal di India dengan New Delhi sebagai ibukota, didirikan oleh Zahiruddin
Babur (1526-1530), salah satu dari cucu Timur Lenk, ayahnya bernama Umar Mirza,
penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih
berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi
kota penting di Asia Tengah pada masa itu, Pada mulanya, ia mengalami kekalahan tetapi
karena mendapat bantuan dari raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan
Samarkand tahun 1494 M.
2. kemajuan peradaban dan keilmuan pada masa Dinasti Mughal antara lain:Bidang politik
dan Administrasi pemerintah,Bidang Ekonomi dan Sosial, Bidang Seni dan Budaya,
Bidang Agama, Bidang Pengetahuan.
3. Pada masa dinasti Mughal, muncul Umran (Sosiology), falsafah tarikh (Philosophy of
history), dengan munculnya Muqaddimah Ibnu Khaldun kitab pertama dalam bidang ini
juga dalam masa ini disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu
peperangan, ilmu kritik sejarah. Di bawah kekuasaan Mughal aktifitas pendidikan terus
berkembang sampai menduduki posisi penting pada setiap kebijakan.

SARAN

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan penulisan di atasmasihbanyak


terdapat kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulisakansegera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedomandari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, sejarah peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2006).

Jain Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2009).

Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1994).

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000).

Hasyimi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975).

Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosdakarya, 2005).

Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Islam dalam Lintasan Sejarah, (Malang: Sukses Offset,
2008).

Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,.

Anda mungkin juga menyukai