BAB VII Ajaran Kausalitas
BAB VII Ajaran Kausalitas
AJARAN KAUSALITAS
1
Adami Chazawi, Op,.Cit., hal. 213.
melahirkan akibat matinya korban. Dalam hal percobaan tindak pidana materiil juga
digantungkan pada unsur akibat konstitutif, bukan pada tingkah laku. Tingkah laku telah
diwujudkan misalnya melepas tembakan, tetapi dari wujud tingkah laku itu tidak atau
belum menimbulkan akibat terlarang yakni matinya korban, maka yang terjadi barulah
percobaan pembunuhan (338 jo 53).2
Dalam hal terwujudnya tindak pidana materiil secara sempurna diperlukan 3
syarat esensial, yaitu:
1. terwujudnya tingkah laku
2. terwujudnya akibat (akibat konstitutif atau constitutief gevolg), dan
3. ada hubungan kausal (causal verband) antara wujud tingkah laku dengan akibat
konstitutif.
Tiga syarat itu adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk terwujudnya
tindak pidana materiil atau tiga syarat diatas adalah kumulatif. Untuk menentukan
terwujudnya tingkah laku dengan terwujudnya akibat tidak lah sulit. Akan tetapi untuk
menentukan bahwa suatu akibat yang timbul itu apakah benar disebabkan oleh
terwujudnya tingkah laku adalah hal yang sulit dikarenakan seringkali timbulnya suatu
akibat tertentu disebabkan oleh banyak faktor yang saling berkaitan antara yang satu
dengan yang lainnya. Contoh, seorang bapak mengendarai sepeda motor hendak
menyeberang-mengambil jalur yang lain dengan berbelok ke kanan tanpa memperhatikan
kendaraan dari arah belakang, dan ketika itu ada sebuah mobil yang melaju dari arah
belakang. Menghadapi keadaan seperti itu si pengendara mobil menginjak rem sekuat
tenaga sehingga mengeluarkan suara gesekan ban dijalan yang keras, yang menyebabkan
bapak tadi terkejut. Walaupun mobil tidak sampai menabrak/membentur keras sepeda
motor, namun tiba-tiba di depan mobil yang telah berhenti dan masih duduk diatas sadel
sepeda motornya,bapak itu rubuh dan jatuh pingsan. Kemudian segera dilarikan ke rumah
sakit. Di rumah sakit ia tidak segera mendapatkan pertolongan, setengah jam kemudian
meninggal dunia. Hasil penyidikan menentukan bahwa si pengendara mobil dissangka
kurang hati-hati yang menyebabkan orang meninggal dunia (359). Di samping itu hasil
otopsi menentukan bahwa kematian korban karena seranngan jantung karena si korban
mengidap penyakit jantung yang sewaktu-waktu dapat kambuh dan meyebabkan
kematian. Contoh kasus diatas menunjukkan bahwa terdapat kesulitan dalam praktik
hukum untuk menentukan ada tidaknya hubungan kausal antara wujud perbuatan (pada
contoh di atas: mengemudikan kendaraan dengan tiba-tiba menginjak rem) dengan akibat
yang timbul yang menyebabkan kematian bapak tadi.
Pada peristiwa di atas, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh sehingga pada
ujungnya menimbulkan kematian. Rangkaian faktor itu ialah:
1. korban berbelok kanan-menyeberang dengan tiba-tiba
2. pengemudi mobil dengan sekuat tenaga menginjak rem
3. adanya bunyi keras dari gesekan ban dengan aspal; menyebabkan
4. korban terkejut; menyebabkan
5. kambuhnya penyakit jantung korban
2
Loc.Cit.
6. tidak segera mendapatkan pertolongan medis.
5
Adami Chazawi, Op.Cit., hal.223.