Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

Low Back Pain (LBP)

Oleh :

dr. Annisa Sarining Puspa

Pembimbing :

dr. Trieko Stefanus Larope

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RSUD TORABELO

2023

1
PENDAHULUAN

Low back pain (LBP) merupakan salah satu gangguan musculoskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Gejala yang dirasakan pada
penderita low back pain bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri
tertusuk, hingga kelemahan pada tungkai.1

Nyeri punggung bawah (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal,


gangguan psikologis dan akibat mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan
timbulnya rasa tidak nyaman pada daerah lumbal dan sacrum. Walaupun LBP
jarang fatal, namun nyeri yang dirasakan menyebabkan pasien mengalami
disabilitas yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak
kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif, sehingga merupakan alasan
terbanyak dalam mencari pengobatan. Tulang punggung menerima beban lebih
besar sebagai konsekuensi tugasnya untuk menjaga posisi tegak tubuh, dan beban
ini akan lebih banyak terkonsentrasi di bagian bawah dari tulang punggung
tersebut.2

Dibeberapa negara maju, low back pain merupakan penyebab terbesar hilangnya
produktifitas pada pekerja. Di Indonesia prevalensi low back pain belum diketahui
secara pasti, berdasarkan penelitian di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia pada
bulan Mei 2002 jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang), dimana 1.589
orang (35,86%) diantaranya adalah penderita low back pain.3

Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk pernah mengalami paling tidak satu
periode nyeri punggung bawah selama hidupnya tanpa mengenal perbedaan umur
dan jenis kelamin.1 Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk menjelaskan kasus
mengenai LBP.

2
KASUS

Pasien perempuan usia 54 tahun suku kaili status menikah pekerjaan


sebagai tukang cuci alamat buladu masuk RS dengan keluhan nyeri punggung
bawah yang dialami sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, dan memberat 1 hari
terakhir. Nyeri terasa seperti tertindih beban berat. Nyeri menjalar hingga bokong
dan tungkai. Pasien mengatakan bahwa ia pernah jatuh terpeleset 1 tahun yang
lalu, dan pasien sering bekerja angkat- angkat beban berat. Nyeri dirasakan saat
beraktivitas, dan berkurang saat berbaring. Pasien juga mengeluhkan adanya
mual, dan muntah 1 kali berisi sisa makanan serta nyeri ulu hati sejak kemarin.
Demam disangkal, batuk dan flu disangkal. BAB biasa dan BAK lancar. Riwayat
Hipertensi ada pasien rutin kontrol dan meminum obat amlodipin 5 mg. Riwayat
DM disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan sakit sedang, GCS 4-6-5


kesadaran compos mentis, Tekanan darah 140/80 mmHg; nadi 88 x/menit, teratur;
frekuensi pernapasan 20 x/ menit; suhu badan 36,40C; saturasi oksigen 98%.
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor. Tidak ada lidah
kotor dan faring tidak kemerahan. Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di leher, ketiak dan lipat paha. Trakea terletak di tengah, tekanan vena
jugularis tidak meningkat. Pada pemeriksaan dada, didapatkan pergerakan dinding
dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis, fremitus raba kanan dan kiri
sama, perkusi sonor di kedua lapangan paru, pada auskultasi suara pernapasan
vesikuler, tidak didapatkan suara tambahan. Pada pemeriksaan jantung, iktus
kordis tidak tampak, batas jantung kanan pada linea sternalis kanan pada sela iga
V, batas jantung kiri pada sela iga V garis linea aksilaris anterior kiri, suara
jantung pertama dan kedua normal, teratur, tidak didapatkan bising jantung. Pada
pemeriksaan perut didapatkan datar, massa tidak teraba, tidak ada pembesaran hati
dan limpa, terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Pada pemeriksaan ekstremitas,
teraba hangat, tidak ada edema, kekuatan otot 5-5/5-5, tonus otot normal. Pada
pemeriksaan tes provokasi didapatkan laseque test positif +/+.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 13,6 gr/dL,


hematokrit 36,2%, eritrosit 3.450 juta/uL; leukosit 7.900 /uL; trombosit
203.000/Ul; GDS 115 mg/dl. Diagnosis kerja sebagai Suspek Low Back Pain
(LBP), sindrom dyspepsi. Terapi yang diberikan cairan Nacl 0,9% 20 tpm;
Ranitidin 2x1 amp/ iv; Megabal 1x1 amp/iv; paracetamol 500mg + Diazepam

3
2mg + Meloxicam 7,5 mg (2x1 caps); Metyl Prednisolon 3x4 mg per oral;
Amlodipin 1x5 mg per oral.

Pada hari kedua perawatan pasien berada diruang bangsal perawatan,


keluhan nyeri punggung bawah masih dirasakan, pasien mengeluhkan pusing dan
nyeri ulu hati. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang.
GCS 4-6-5, Tekanan darah 130/80 mmHg; nadi 74x/menit, teratur; frekuensi
pernapasan 20 x/ menit; suhu badan 36,70C; saturasi oksigen 98%. Diagnosis
kerja sebagai low back pain, sindrom dyspepsia. Terapi yang diberikan cairan
Nacl 0,9% 20 tpm; Ranitidin 2x1 amp/ iv; Megabal 1x1 amp/iv; paracetamol
500mg + Diazepam 2mg + Meloxicam 7,5 mg (2x1 caps); Metyl Prednisolon 3x4
mg per oral; Amlodipin 1x5 mg per oral; Antasyda syrup 3x cth II a.c.

Pada hari ketiga perawatan pasien berada diruang bangsal perawatan,


keluhan nyeri punggung bawah berkurang, pusing dan nyeri perut berkurang.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang. GCS 4-6-5,
Tekanan darah 130/80 mmHg; nadi 84x/menit, teratur; frekuensi pernapasan 20 x/
menit; suhu badan 36,50C; saturasi oksigen 98%. Diagnosis kerja sebagai low
back pain, sindrom dyspepsia. Terapi yang diberikan cairan Nacl 0,9% 20 tpm;
Ranitidin 2x1 amp/ iv; Megabal 1x1 amp/iv; paracetamol 500mg + Diazepam
2mg + Meloxicam 7,5 mg (2x1 caps); Metyl Prednisolon 3x4 mg per oral;
Amlodipin 1x5 mg per oral; Antasyda syrup 3x cth II a.c.

Pada hari keempat perawatan pasien berada diruang bangsal perawatan,


keluhan nyeri punggung bawah tidak ada, pusing dan nyeri perut tidak ada
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang. GCS 4-6-5,
Tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 88x/menit, teratur; frekuensi pernapasan 20 x/
menit; suhu badan 36,20C; saturasi oksigen 98%. Diagnosis kerja low back pain,
sindrom dyspepsia. Terapi yang diberikan cairan Nacl 0,9% 20 tpm; Ranitidin 2x1
amp/ iv; Megabal 1x1 amp/iv; paracetamol 500mg + Diazepam 2mg + Meloxicam
7,5 mg (2x1 caps); Metyl Prednisolon 3x4 mg per oral; Amlodipin 1x5 mg per
oral; Antasyda syrup 3x cth II a.c. Pasien diperbolehkan rawat jalan.

4
PEMBAHASAN
Low back pain (LBP) merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan
gejala utama berupa rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak yang terjadi di
daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar kekaki terutama bagian
belakang dan samping luar, umumnya merupakan masalah yang terjadi karena
gangguan pada otot bagianbelakang. Keluhan ini dapat demikian hebatnya
sehingga seringkali pasien mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan dan
pasien harus beristirahat. LBP termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal,
gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan
timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada daerah lumboskaral dan
sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, kadang-kadang disertai
dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri punggung bawah lebih
sering terjadi pada pekerja yang sehari-harinya melakukan kegiatan mengangkat,
memindahkan, mendorong atau menarik benda berat.1 Hal ini sudah sesuai dengan
kasus di atas dimana pasien bekerja sebagai tukang cuci, yang tiap harinya harus
duduk lama, mengangkat dan menjemur pakaian.
Etiologi LBP ada dua yaitu; (1). LBP oleh mekanik akut. Rasa nyeri yang
menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa
hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. LBP oleh
mekanik akut dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil
atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain
merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal masih dapat
sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pinggang akut
terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik. 4 (2) LBP oleh mekanikkronik
(menahun). Rasa nyeri yang menyeranglebihdari 3 bulanatau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. LBP oleh mekanik kronik dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.4
Trauma merupakan penyebab utama LBP. Pada orang yang tidak biasa
melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat,
dapat menderita nyeri punggung bagian bawah yang akut. Gerakan bagian
punggung yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-
tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga

5
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya
dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Tidak
jarang LBP merupakan keluhan utama pada fraktur vertebra lumbal. Terutama
fraktur spontan akibat osteoporosis pada penderita usia lanjut. Jenis fraktur ini
sering disertai spondilolistesis L5-S1 dan L4-L5.5
Low back pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1,
dimana pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal
kehilangan reflex sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan
kelemahan otot terjadi. LBP mekanik banyak disebabkan oleh rangsang mekanik
yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh
dipertahankan dalam posisi statis atau postur tubuh yang salah untuk jangka
waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah punggung akan berkontraksi
untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat aktivitas yang
menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah.
Penggunaan otot yang berlebihan dapat menimbulkan iskemi atau inflamasi.
Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah spasme otot sehingga
gerak punggung bawah menjadi terbatas. Faktor mekanik juga berperan
menyebabkan LBP mekanik, diantaranya postur tubuh yang buruk, fleksibilitas
yang buruk dan otot penyusun vertebra yang lemah, dan exercise technique dan
lifting technique yang kurang tepat.6
Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk kedepan, tidak
tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung
bawah sangat lordotik dapat memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan ini
membuat titik berat badan akan jatuh kedepan, sehingga punggung harus di tarik
kebelakang dan akan menimbulkan hiperlordosis lumbal.7
Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas
sendi-sendi dan ekstensi bilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah
sekali mengalami penarikan dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya
kurang berarti.7
Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung,
gluteus maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam
mempertahankan sudut lumbosacral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30
derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah, dapat menimbulkan pembesaran
sudut lumbosakral.6

6
Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti latihan
yang salah atau teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan ekstra
pada punggung bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan LBP mekanik
terutama pada daerah punggung bawah karena nyeri menjalar kedaerah lutut, paha
dan pantat.6
Gambaran klinik Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam
tergantung dari patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus
intervertebralis, dan umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas
ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger
points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of range of
motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri
sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.8
Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut;
nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus, sifat nyeri tajam dipengaruhi
oleh sikap atau gerakan yang bisa meringankan atau pun memperberat
keluhan,membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk
setelah digunakan beraktivitas, tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas,
warna kemerahan atau pun pembengkakan, terkadang nyeri menjalar kebagian
pantat atau paha, dapat terjadi morning stiffness, nyeri bertambah hebat bila
bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri, berjalan maupun duduk, nyeri berkurang
bila berbaring.8
Pada kasus didapatkan tes provokasi Tes Laseque positif. Tungkai
difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadiscus
akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri
akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai
ujung kaki.9

Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari ; Farmakologis

yaitu Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri

tanpa menghiraukan penyebab dasar low back pain. Obat yang diberikan berupa

golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan

7
analgetik narkotik. Yang umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja

menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance sehingga

mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang

mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik misalnya pirasolon dan

derivat-derivat asam organic lainnya dikenal sebagai non steroidal

antiinflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer

minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri,

mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot. Program Rehabilitasi Medik

Low back pain oleh faktor mekanik akut; Tirah baring total disertai pemanasan

setempat seperti infra merah, kompres air hangat, bantal panas. Biasanya

kesembuhan 4-5 hari.4 Low back pain oleh faktor mekanik kronis, pada keadaan

ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu tatalaksana ditujukan

pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.10

DAFTAR PUSTAKA

8
1. Sarwili I. Hubungan beban kerja terhadap angka kejadian LBP (Low Back
Pain). [Journal] 2015;5:25-33.
2. Kalangi P, Angliadi E, Gessal J. Perbandingan Kecepatan Berjalan pada

Pasien Nyeri Punggung Bawah Mekanik Subakut dan Kronik Menggunakan


Timed Up And Go Test. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado:

FK UNSRAT. 2015;(3):143-9.

3. Perdani P, The effect of body posture and body position in development of low
back pain.[Artikel] Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro 2012; h.1-18

4. ElsyaAdetia. Low Back Pain ec Mekanik Kronik. [Jurnal] Universitas


Diponegoro Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2015.

5. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2006:79-90.
6. Snell’s R. Clinical Neuroanatomy Spasm. Edisi ke-7, Philadelphia: Wolters
Kluwer Lippincott & Wilkins; 2010. h.136.
7. Nurazizah S, Widayanti, Rukanta D. Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan
Low Back Pain Disability. Prosiding Pendidikan Dokter. 2015 Hal 968-74.

8. Docking RE, Fleming J, Brayne C, et al. Epidemiology of back paon in older


adults: prevalence and risk factors for back pain onset. Rheumatology
2011;50:164-1653.
9. Miguel AJ. Dorlombar – comoprevinir. Diunduh dari:
http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
10. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan lama duduk dengan kejadian Low
Back Pain pada operator komputer perusahaan travel di manado. eCl.
2015;3:687-94.

Anda mungkin juga menyukai