Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Pemberlakuan Hukum Pidana di

Indonesia

Disusun oleh :
NAMA : I KADEK DWI SUKADANA MAHENDRA PUTRA
NIM : 2113071006 / 03
KELAS : A 1 HUKUM HINDU PAGI DENPASAR
JURUSAN HUKUM HINDU

FAKULTAS DHARMA DUTA PROGRAM STUDI S1 HUKUM HINDU


TAHUN AJARAN 2023/2024 UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI
BAGUS SUGRIWA DENPASAR
Sejarah Pemberlakuan Hukum Pidana di Indonesia

ABSTRAK
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang masih diberlakukan
di Indonesia saat ini merupakan salah satu dari sekian ratus peraturan hukum
warisan kolonial Belanda. KUHP ini mulai diberlakukan secara resmi di Indonesia
sejak tanggal 1 Januari 1918. Namun sebelum KUHP itu diberlakukan sebenarnya
bangsa Indonesia telah mengenal aturan hukum pidana dalam kehidupan hukum
adatnya. Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang pernah
menduduki Indonesia pada tahun 1602-1799 dan masa kolonial sebelum 1918 pun
pernah memberlakukan hukum pidananya. Perjalanan historis hukum pidana
materiel di Indonesia tersebut membawa dinamika dan problematika tersendiri
yang
diharapkan dapat dijadiklan pijakan dalam pembaharuan hukum pidana material
saat ini.
Kata kunci: KUHP, sejarah KUHP, problematika hukum pidana

PENDAHULUAN
Sebagai hukum yang bersifat publik, bermata dua. Satu sisi hukum pidana
hukum pidana menemukan arti pentingnya bertujuan menegakkan nilai
dalam wacana hukum di Indonesia.
kemanusiaan, namun di sisi yang lain
Bagaimana tidak, di dalam hukum pidana itu
penegakan hukum pidana justru memberikan
terkandung aturan-aturan yang menentukan
sanksi kenestapaan bagi manusia yang
perbuatan- perbuatan yang tidak boleh
melanggarnya. Oleh karena itulah kemudian
dilakukan dengan disertai ancaman berupa
pembahasan mengenai materi hukum pidana
pidana (nestapa) dan menentukan syarat-
dilakukan dengan ekstra hati-hati, yaitu
syarat pidana dapat dijatuhkan.Sifat publik
dengan memperhatikan konteks masyarakat
yang dimiliki hukum pidana menjadikan
di mana hukum pidana itu diberlakukan dan
konsekuensi bahwa hukum pidana itu
tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
bersifat nasional. Dengan demikian, maka
kemanusiaan yang beradab. Persoalan
hukum pidana Indonesia diberlakukan ke
kesesuaian antara hukum pidana dengan
seluruh wilayah negara Indonesia. Di
masyarakat di mana hukum pidana tersebut
samping itu, mengingat materi hukum
diberlakukan menjadi salah satu prasyarat
pidana yang sarat dengan nilai-nilai
baik atau tidaknya hukum pidana. Artinya,
kemanusian mengakibatkan hukum pidana
hukum pidana dianggap baik jika memenuhi
seringkali digambarkan sebagai pedang yang
dan berkesesuaian dengan nilai-nilai yang Begitu juga hukum pidana adat Bali
dimiliki masyarakat. Sebaliknya, hukum yang sangat terpengaruh oleh ajaran-
pidana dianggap buruk jika telah usang ajaran Hindu. Di samping hukum pidana
dan tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam adat mengalami persentuhan dengan
masyarakat. Untuk menyongsong agama yang dipeluk oleh mayoritas
pembaharuan hukum pidana materiel penduduk, karakteristik lainnya adalah
Indonesia (RUU KUHP), artikel ini akan bahwa pada umumnya hukum pidana adat
menyoroti sejarah perjalanan hukum pidana tidak berwujud dalam sebuah peraturan yang
Indonesia (KUHP) dari masa ke masa. tertulis. Aturan-aturan mengenai hukum
Dengan sorotan historis semacam ini, pidana ini dijaga secara turun-temurun
diharapkan beberapa problematika yang melalui cerita, perbincangan, dan kadang-
muncul selama berlakunya KUHP. kadang pelaksanaan hukum pidana di
wilayah yang bersangkutan. Namun, di
PEMBAHASAN
beberapa wilayah adat di Nusantara, hukum
1. Masa Sebelum Penjajahan adat yang terjaga ini telah diwujudkan dalam
Belanda bentuk tulisan, sehingga dapat dibaca oleh
khalayak umum. Sebagai contoh dikenal
Sebelum kedatangan bangsa Belanda adanya Kitab Kuntara Raja Niti yang berisi
yang dimulai oleh Vasco da Gamma pada hukum adat Lampung, Simbur Tjahaja yang
tahun 1596, orang Indonesia telah mengenal berisi hukum pidana adat Sumatera Selatan,
dan memberlakukan hukum pidana adat. dan Kitab Adigama yang berisi hukum
Hukum pidana adat yang mayoritas tidak pidana adat Bali.
tertulis ini bersifat lokal, dalam arti hanya
diberlakukan di wilayah adat tertentu. 2. Masa Sesudah Kedatangan
Hukum adat tidak mengenal adanya Penjajahan Belanda
pemisahan yang tajam antara hukum pidana
a. Masa Vereenigde Oost Indische
dengan hukum perdata (privaat). Pemisahan
Compagnie (VOC) Tahun
yang tegas antara hukum perdata yang
1602-1799
bersifat privat dan hukum pidana yang
bersifat publik bersumber dari sistem Eropa Masa pemberlakuan hukum pidana
yang kemudian berkembang di Indonesia. Barat dimulai setelah bangsa Belanda
Dalam ketentuannya, persoalan dalam datang ke wilayah Nusantara, yaitu
kehidupan sehari-hari masyarakat adat ditandai dengan diberlakukannya
ditentukan oleh aturan-aturan yang beberapa peraturan pidana oleh VOC
diwariskan secara turun-temurun dan (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
bercampur menjadi satu. Di beberapa VOC sebenarnya adalah kongsi dagang
wilayah tertentu, hukum adat sangat kental Belanda yang diberikan “kekuasaaan
dengan agama yang dijadikan agama resmi wilayah” di Nusantara oleh pemerintah
atau secara mayoritas dianut oleh Belanda. Hak keistimewaan VOC
masyarakatnya. Sebagai contoh, hukum berbentuk hak octrooi Staten General
pidana adat Aceh, Palembang, dan Ujung yang meliputi monopoli pelayaran dan
Pandang yang sangat kental dengan nilai- perdagangan, mengumumkan perang,
nilai hukum Islamnya. mengadakan perdamaian dengan
kerajaan-kerajaan di Nusantara, dalam hukum pidana adat tidak memadai
dannmencetak uang. Pemberian hak untuk dapat memaksakan kepada
demikian memberikan konsekuensi penduduknya agar mentaati peraturan-
bahwa VOC memperluas dareah peraturan; ii) sistem peradilan pidana
jajahannya di kepulauan Nusantara. adat terkadang tidak mampu
Dalam usahanya untuk memperbesar menyelesaikan perkara pidana yang
keuntungan, VOC memaksakan aturan- terjadi karena permasalahan alat bukti;
aturan yang dibawanya dari Eropa untuk dan iii) adanya perbedaan pemahaman
ditaati orang-orang pribumi. Setiap mengenai kejahatan dan pelanggaran
peraturan yang dibuat VOC diumumkan antara hukum pidana adat dengan hukum
dalam bentuk plakaat, tetapi pidana yang dibawa VOC. Sebagai
pengumuman itu tidak tidak disimpan contoh adalah suatu perbuatan yang
dalam arsip. Sesudah diumumkan, menurut hukum pidana adat bukanlah
plakaat peraturan itu kemudian dilepas dianggap sebagai kejahatan, namun
tanpa disimpan sehingga tidak dapat menurut pendapat VOC perbuatan
diketahui peraturan mana yang masih tersebut dianggap kejahatan, sehingga
berlaku dan yang sudah tidak berlaku perlu dipidana yang setimpal. Bentuk
lagi. Keadaan demikian menimbulkan campur tangan VOC dalam hukum
keinginan pidana adat adalah terbentuknya
VOC untuk mengumpulkan kembali Pepakem Cirebon yang digunakan para
peraturan-peraturan itu. Kumpulan hakim dalam peradilan pidana adat.
peraturan-peraturan itu disebut sebagai Pepakem Cirebon itu berisi antara lain
Statuten van Batavia (Statuta Betawi) mengenai system pemidanaan seperti
yang dibuat pada tahun 1642. Pada tahun pemukulan, cap bakar, dirantai, dan lain
1766 Statuta Batavia itu dibuat kembali sebagainya. Pada tahun 1750 VOC juga
dan dihasilkan Statuta Batavia Baru. menghimpun dan mengeluarkan Kitab
Statuta itu berlaku sebagai hukum positif Hukum Muchtaraer yang berisi
baik bagi orang pribumi maupun bagi himpunan hukum pidana Islam. Pada
orang asing, dengan mempunyai tanggal 31 Desember 1799, Vereenigde
kekuatan hukum yang sama dengan Oost Indische Compagnie dibubarkan
peraturan-peraturan lain. Walaupun oleh pemerintah Belanda dan
statute tersebut berisi kumpulan pendudukan wilayah Nusantara
peraturan-peraturan, namun belum dapat digantikan oleh Inggris. Gubernur
disebut sebagai kodifikasi hukum karena Jenderal Raflles yang dianggap sebagai
belum tersusun secara sistematis. gubernur jenderal terbesar dalam sejarah
Dalam perkembangannya, salah seorang koloni Inggris di Nusantara tidak
gubernur jenderal VOC, yaitu Pieter mengadakan perubahan-perubahan
Both juga diberikan kewenangan untuk terhadap hukum yang telah berlaku.
memutuskan perkara pidana yang terjadi Dia bahkan dianggap sangat
di peradilan-peradilan adat. Alasan VOC menghormati hukum adat.
mencampuri urusan peradilan pidana
b. Masa Besluiten Regering (Tahun 1814-
adat ini disebabkan beberapa hal, antara
1855)
lain: i) sistem pemidanaan yang dikenal
Setelah Inggris meninggalkan Undang-undang Hukum Perdata, Wetboek
Nusantara pada tahun 1810, Belanda van Koopenhandel (WvK) atau Kitab
menduduki kembali wilayah Nusantara. Undang-undang Hukum Dagang, dan
Pada masa ini, peraturan terhadap koloni Reglement op de Burgerlijke
diserahkan kepada raja sepenuhnya sebagai Rechtsvordering (RV) atau Peraturan
penguasa mutlak, bukan kepada kongsi tentang Acara Perdata.
dagang sebagaimana terjadi pada masa
c. Masa Regering Reglement (1855-1926)
VOC. Dengan dasar Besluiten Regering,
yaitu berdasarkan Pasal 36 UUD Negeri Masa Regering Reglement dimulai
Belanda, raja mempunyai kekuasaan mutlak karena adanya perubahan system
dan tertinggi atas daerah-daerah jajahan. pemerintahan di negara Belanda, dari
Dengan demikian ngara Belanda pada masa monarkhi konstitusional menjadi monarkhi
itu menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Perubahan ini terjadi pada
monarkhi konstitusional. Raja berkuasa tahun 1848 dengan adanya perubahan dalam
mutlak, namun kekuasaannya diatur dalam Grond Wet (UUD) Belanda. Perubahan ini
sebuah konstitusi. Untuk mengakibatkan terjadinya pengurangan
mengimplementasikannya, raja kemudian kekuasaan raja, karena parlemen
mengangkat komisaris jenderal yang (Staten Generaal) mulai campur tangan
ditugaskan untuk melaksanakan dalam pemerintahan dan prundang-
pemerintahan di Netherlands Indie (Hindia undangan di wilayah jajahan negara
Belanda). Mereka adalah Elout, Buyskes, Belanda. Perubahan penting ini adalah
dan Van dr Capellen. Mereka tetap dicantumkannya Pasal 59 ayat (1), (2), dan
memberlakukan peraturan-peraturan yang (4) yang berisi bahwa “Raja mempunyai
yang berlaku pada masa Inggris dan tidak kekuasaan tertinggi atas daerah jajahan dan
mengadakan perubahan peraturan harta kerajaan di bagian dari dunia. Aturan
karena menunggu terbentuknya kodifikasi tentang kebijakan pemerintah ditetapkan
hukum. Dalam usaha untuk mengisi melalui undang-undang. Sistem keuangan
kekosongan kas negara, maka Gubernur ditetapkan melalui undang-undang. Hal-
Jendral Du bus de Gisignes menerapkan hal lain yang menyangkut mengenai daerah-
politik agraria dengan cara napi yang sedang daerah jajahan dan harta, kalua diperlukan
menjalani hukuman dipaksakan untuk kerja akan diatur dengan undang-undang”.
paksa (dwang arbeid). Dengan adanya
keterangan ini maka praktis masa Besluiten
Dengan ketentuan seperti ini tampak
Regering (BR) tidak memberlakukan hukum
jelas bahwa kekuasaan raja Belanda
pidana baru. Namun demikian, beberapa
terhadap daerah jajahan di Indonesia
peraturan perundang-undangan di luar
berkurang. Peraturan-peraturan yang menata
hukum pidana ditetapkan pada masa ini,
daerah jajahan tidak semata-mata ditetapkan
seperti Reglement op de Rechtilijke
raja
Organisatie (RO) atau Peraturan Organisasi
dengan Koninklijk Besluit, namun harus
Pengadilan (POP), Algemen Bepalingen van
melalui mekanisme perundang- undangan di
Wetgeving (AB) atau Ketentuan-ketentuan
tingkat parlemen. Peraturan dasar yang
Umum tentang Perundang-undangan,
dibuat bersama oleh raja dan parlemen untuk
Burgerlijk Wetboek (BW) atau Kitab
mengatur pemerintahan negara jajahan pada tahun 1922. Perubahan Grond Wet
adalah Regeling Reglement (RR). RR ini tahun ini mengakibatkan perubahan pada
berbentuk undang-undang dan diundangkan pemerintahan di Hindia Belanda.
dengan Staatblad No. 2 Tahun 1855. Berdasarkan Pasal 61 ayat (1) dan (2) IS,
Selanjutnya RR disebut sebagai UUD susunan negara Hindia Belanda
Pemerintah Jajahan Belanda. Pada masa akan ditentukan dengan undang-undang.
berlakunya Regeling Reglement ini, Pada masa ini, keberadaan sistem hukum
beberapa kodifikasi hukum pidana berhasil di Indonesia semakin jelas
diundangkan, yaitu khususnya dalam Pasal 131 jo. Pasal 163
IS yang menyebutkan pembagian
1. Wetboek van Strafrecht voor
golongan penduduk Indonesia beserta
Europeanen atau Kitab Undang-
hukum yang berlaku. Dengan dasar
undang Hukum Pidana Eropa yang
ini maka hukum pidana Belanda
diundangkan dengan Staatblad No.
(Wetboek van Strafrecht voor
55 Tahun 1866.
Netherlands- Indie) tetap diberlakukan
2. Algemene Politie Strafreglement
kepada seluruh penduduk Indonesia.
atau tambahan Kitab Undang-undang
Pasal 131 jo. Pasal 163 Indische
Hukum Pidana Eropa.
Staatregeling ini mempertegas
3. Wetboek van Strafrecht voor
pemberlakuan hukum pidana Belanda
Inlander atau Kitab Undang-undang
semenjak diberlakukan 1 Januari 1918.
Hukum Pidana Pribumi yang
diundangkan denbgan Staatblad No. e. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
85 Tahun 1872.
4. Politie Strafreglement bagi orang
Pada masa pendudukan Jepang
bukan Eropa.
selama 3,5 tahun, pada hakekatnya
5. Wetboek van Strafrecht voor
hukum pidana yang berlaku di wilayah
Netherlands-Indie atau Kitab
Indonesia tidak mengalami perubahan yang
Undang-undang Hukum Pidana
signifikan. Pemerintahan bala tentara Jepang
Hindia Belanda yang diundangkan
(Dai Nippon) memberlakukan kembali
dengan Staatblad No. 732 Tahun
peraturan jaman Belanda dahulu dengan
1915 dan mulai berlaku 1 Januari
dasar Gun Seirei melalui Osamu Seirei.
1918.
Pertama kali, pemerintahan militer Jepang
d. Masa Indische Staatregeling (1926- mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 1 Tahun
1942) 1942. Pasal 3 undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa semua badan
Indische Staatregeling (IS) adalah
pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan
pembaharuan dari Regeling Reglement
undang-undang dari pemerintah yang dulu
(RR) yang mulai berlaku sejak 1 Januari
tetap diakui sah untuk sementara waktu,
1926 dengan diundangkan melaui
asalkan tidak bertentangan dengan
Staatblad Nomor 415 Tahun 1925.
pemerintahan militer. Dengan dasar ini
Perubahan ini diakibatkan oleh
maka dapat diketahui bahwa hukum yang
perubahan pemerintahan Hindia Belanda
mengatur pemerintahan dan lain-lain,
yang berawal dari perubahan Grond Wet
termasuk hukum pidananya, masih
tetap menggunakan hukum pidana Belanda UUD 1945, kedua masa setelah
yang didasarkan pada Pasal Indonesia menggunakan konstitusi
131 jo. Psal 163 Indische Staatregeling. negara serikat (Konstitusi Republik
Dengan demikian, hukum pidana yang Indonesia Serikat), ketiga masa
diberlakukan bagi semua golongan Indonesia menggunakan konstitusi
penduduk sama yang ditentukan dalam sementara (UUDS 1950), dan keempat
Pasal 131 Indische Staatregeling, dan masa Indonesia kembali kepada UUD
golongan-golongan penduduk yang ada 1945.
dalam Pasal 163 Indische Staatregeling.
a. Tahun 1945-1949
Untuk melengkapi hukum pidana yang telah
ada sebelumnya, pemerintahan militer
Dengan diproklamirkannya negara
Jepang di Indonesia mengeluarkan Gun
Indonesia sebagai negara yang
Seirei nomor istimewa 1942, Osamu Seirei
merdeka pada tanggal 17 Agustus
Nomor 25 Tahun 1944 dan Gun Seirei
1945, bangsa Indonesia menjadi
Nomor 14 Tahun 1942. Gun Seirei Nomor
bangsa yang bebas dan berdaulat.
istimewa Tahun 1942 dan Osamu Seirei
Selain itu, proklamasi kemerdekaan
Nomor 25 Tahun 1944 berisi tentang hukum
dijadikan tonggak awal mendobrak
pidana umum dan hukum pidana khusus.
sistem hukum kolonial menjadi
Sedangkan Gun Seirei Nomor 14 Tahun
system hukum nasional yang sesuai
1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia
dengan jiwa dan kepribadian bangsa
Belanda. Pada masa ini, Indonesia telah
Indonesia.Bangsa Indonesia bebas
mengenal dualisme hukum pidana karena
dalam menentukan nasibnya,
wilayah Hindia Belanda dibagi menjadi dua
mengatur negaranya, dan
bagian wilayah dengan penguasa militer
menetapkan tata hukumnya.
yang tidak saling membawahi. Wilayah
Konstitusi yang menjadi dasar dalam
Indonesia timur di bawah kekuasaan
penyelenggaraan negara kemudian
Angkatan Laut Jepang yang berkedudukan
ditetapkan pada tanggal 18
di Makasar, dan wilayah Indonesia barat di
Agustus 1945. Konstitusi itu adalah
bawah kekuasaan Angkatan Darat Jepang.
Undang Undang Dasar 1945.
yang berkedudukan di Jakarta. Akibatnya,
dalam berbagai hal terdapat perbedaan
Mewujudkan cita-cita bahwa
peraturan yang berlaku di masing-masing
proklamasi adalah awal pendobrakan
wilayah.
sistem tata hukum kolonial menjadi
3. Masa Setelah Kemerdekaan sistem tata hukum nasional bukanlah
hal yang mudah dan secara cepat
Masa pemberlakukan hukum pidana
dapat diwujudkan. Ini berarti bahwa
di Indonesia setelah proklamasi
membentuk sistem tata hukum
kemerdekaan 17 Agustus 1945, dibagi
nasional perlu pembicaraan yang
menjadi empat masa sebagaimana
lebih matang dan membutuhkan
dalam sejarah tata hukum Indonesia
waktu yang lebih lama dari pada
yang didasarkan pada berlakunya empat
sekedar memproklamirkan diri
konstitusi Indonesia, yaitu pertama masa
sebagai bangsa yang merdeka. Oleh
pasca kemeredekaan dengan konstitusi
karena itu, untuk mengisi
kekosongan hukum (rechts vacuum) Peraturan ini mulai berlaku tanggal
karena hukum nasional belum dapat 17 Agustus 1945. Sekilas ini Penpres
diwujudkan, maka UUD 1945 ini hampir sama dengan Pasal II
mengamanatkan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, namun
Aturan Peralihan agar segala badan dalam Penpres ini dengan tegas
negara dan peraturan yang ada dinyatakan tanggal pembatasan yaitu
masih langsung berlaku, selama 17 Agustus 1945. Sebagai dasar
belum diadakan yang baru menurut yuridis pemberlakuan hukum pidana
Undang Undang Dasar ini. warisan colonial sebagai hukum
pidana positif di Indonesia, keluarlah
Ketentuan ini menjelaskan UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang
bahwa hukum yang dikehendaki Peraturan Hukum Pidana. Pasal 1
untuk mengatur penyelenggaraan undang-undang tersebut secara tegas
negara adalah peraturan-peraturan menyatakan: Dengan menyimpang
yang telah ada dan berlaku sejak seperlunya dari Peraturan Presiden
masa Indonesia belum merdeka. Republik Indonesia tertanggal 10
Sambil menunggu adanya tata Oktober 1945 Nomor 2 menetapkan
hukum nasional yang baru, segala bahwa peraturan-peraturan hukum
peraturan hukum yang telah pidana yang berlaku sekarang adalah
diterapkan di Indonesia sebelum peraturan-peraturan hukum pidana
kemerdekaan diberlakukan yang ada pada tanggal 8 Maret
sementara. 1942. Dengan titik tonggak waktu
penyerahan kekuasaan Belanda
Hal ini juga berartifunding kepada Jepang atas wilayah
fathers bangsa Indonesia Indonesia ini berarti semua peraturan
mengamanatkan kepada generasi hukum pidana yang dikeluarkan oleh
penerus nyauntuk memperbaharui pemerintahan militer Jepang dan
tata hukum colonial menjadi tata yang dikeluarkan oleh panglima
hukum nasional. Presiden Sukarno tertinggi bala tentara Hindia Belanda
selaku presiden pertama kali (NICA) setelah tanggal 8 Maret 1942
mengeluarkan kembali Peraturan dengan sendirinya tidak berlaku.
Presiden Nomor 2 Tahun 1945 Pasal 2 undang-undang tersebut juga
tangal 10 Oktober 1945 yang terdiri dinyatakan bahwa semua peraturan
dari dua pasal, yaitu: Pasal 1 : Segala hukum pidana yang dikeluarkan
badan-badan negara dan peraturan- panglima tertinggi bala tentara
peraturan yang ada sampai Hindia Belanda dicabut. Pasal 2 ini
berdirinya negara Republik diperlukan karena sebelum tanggal 8
Indonesia pada tanggal 17 Agustus Maret 1942 panglima tertinggi bala
1945, sebelum diadakan yang baru tentara Hindia Belanda
menurut Undang Undang Dasar, mengeluarkan Verordeningen van
masih tetap berlaku asal saja tidak het militer gezag. Secara lengkap
bertentangan dengan dengan Undang bunyi Pasal 2 UU Nomor 1 Tahun
Undang Dasar tersebut. Pasal 2 : 1946 adalah sebagai berikut. Semua
peraturan hukum pidana yang bahwa maksud ketentuan ini untuk
dikeluarkan panglima tertinggi bala memerangi pejuang kemerdekaan.
tentara Hindia Belanda dulu Dengan adanya dua peraturan hukum
(Verordeningen van het militer pidana yang diberlakukan di
gezag) dicabut. Pemberlakuan Indonesia oleh dua “penguasa” yang
hukum pidana Indonesia dengan bermusuhan ini, maka munculah dua
ditetapkannya UU Nomor 1 Tahun hukum pidana yang diberlakukan
1946 tentang Peraturan Hukum bersama-sama di Indonesia. Oleh
Pidana ternyata belum menjawab para ahli hukum pidana, adanya dua
persoalan. Kenyataan ini disebabkan hukum pidana ini disebut masa
karena perjuangan fisik bangsa dualism KUHP.
Indonesia atas penjahahan Belanda
belum selesai. Secara de jure b. Tahun 1949-1950
memang Indonesia telah
memproklamirkan diri sebagai
Tahun 1949-1950 negara Indonesia menjadi
bangsa yang merdeka, namun secara
negara serikat, sebagai konsekuensi atas
de facto penjajahan Belanda atas
syarat pengakuan kemerdekaan dari negara
Indonesia masih saja berkelanjutan.
Belanda. Dengan perubahan bentuk negara
Melalui aksi teror yang dilancarkan
ini, maka UUD 1945 tidak berlaku lagi dan
oleh NICA Belanda maupun negara-
diganti dengan Konstitusi Republik
negara boneka yang berhasil
Indonesia Serikat. Sebagai aturan
dibentuknya, Belanda sebenarnya
peralihannya, Pasal 192 Konstitusi RIS
belum selesai atas aksi
menyebutkan: Peraturan-peraturan undang-
kolonialismenya di Indonesia.
undang dan ketentuan-ketentuan tata
Bahkan pada tanggal 22 September
usaha yang sudah ada pada saat Konstitusi
1945, Belanda mengeluarkan
ini mulai berlaku, tetap berlaku dengan tidak
kembali aturan pidana yang berjudul
berubah sebagai peraturan-peraturan dan
Tijdelijke Biutengewonge
ketentuan-ketntuan Republik Indonesia
Bepalingen van Strafrecht
Serikat sendiri, selama dan sekadar
(Ketentuan-ketentuan Sementara
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang Luar Biasa Mengenai Hukum
itu tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh
Pidana) dengan Staatblad Nomor 135
undang-undang dan ketentuan-ketentuan tata
Tahun 1945 yang mulai berlaku
usaha atas kuasa Konstitusi ini.
tanggal 7 Oktober 1945. Ketentuan
ini antara lain mengatur tentang Dengan adanya ketentuan ini maka
diperberatnya ancaman pidana untuk praktis hukum pidana yang berlaku pun
tindak pidana yang menyangkut masih tetap sama dengan dahulu, yaitu
ketatanegaraan, keamanan dan Wetboek van Strafrecht yang berdasarkan
ketertiban, perluasan daerah Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1946
berlakunya pasal-pasal tertentu dapat disebut sebagai Kitab Undang-undang
dalam KUHP, serta dibekukannya Hukum Pidana. Namun demikian,
Pasal 1 KUHP agar peraturan ini permasalahan dualisme KUHP yang muncul
dapat berlaku surut. Nampak jelas setelah Belanda datang kembali ke
Indonesia setelah kemerdekaan masih tetap muncul pada tahun 1945 sampai
berlangsung pada masa ini. akhir masa berlakunya UUD
Sementara ini
c. Tahun 1950-1959
diselesaikan dengan dikeluarkannya
Setelah negara Indonesia menjadi UU Nomor 73 Tahun 1958 tentang
negara yang berbentuk negara serikat Menyatakan Berlakunya UU Nomor
selama 7 bulan 16 hari, sebagai trik 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
politik agar Belanda mengakui Hukum Pidana untuk Seluruh
kedaulatan Indonesia, maka pada Wilayah Republik Indonesia dan
tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia Mengubah Undang-undang Hukum
kembali menjadi negara republik- Pidana. Dalam penjelasan undang-
kesatuan. Dengan perubahan ini, undang tersebut dinyatakan:
maka konstitusi yang berlaku pun “Adalah dirasakan sangat ganjil
berubah yakni diganti dengan UUD bahwa hingga kini di Indonesia
Sementara. masih
berlaku dua jenis Kitab Undang-
Sebagai peraturan peralihan yang undang Hukum Pidana, yakni Kitab
tetap memberlakukan hukum pidana Undang-undang Hukum Pidana
masa sebelumnya pada masa UUD menurut UU Nomor 1 Tahun 1946
Sementara ini, Pasal 142 UUD dan Wetboek Strafrecht voor
Sementara menyebutkan: Indonesia (Staatblad 1915 Nomor
Peraturan-peraturan undang- 732 seperti beberapa kali diubah),
undang dan ketentuan-ketentuan tata yang sama sekali tidak beralasan.
usaha yang sudah ada pada tanggal Dengan adanya undang-undang ini
17 Agustus 1050, tetap berlaku maka keganjilan itu ditiadakan.
dengan tidak berubah sebagai Dalam Pasal 1 ditentukan bahwa
peraturan-peraturan dan ketentuan- UU Nomor 1 Tahun 1946
ketntuan Republik Indonesia sendiri, dinyatakan berlaku untuk seluruh
selama dan sekedar peraturan- wilayah Republik Indonesia.”
peraturan dan ketentuan-ketentuan Dengan demikian,
itu tidak dicabut, ditambah atau permasalahan dualisme KUHP yang
diubah oleh undang-undang dan diberlakukan di Indonesia dianggap
ketentuan-ketentuan tata usaha atas telah selesai dengan ketetapan bahwa
kuasa Undang Undang Dasar ini. UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Dengan adanya ketentuan Peraturan Hukum Pidana dinyatakan
Pasal 142 UUD Sementara ini maka berlaku untuk seluruh wilayah
hukum pidana yang berlaku pun Republik Indonesia.
masih tetap sama dengan masa-masa d. Tahun 1959-sekarang
sebelumnya, yaitu Wetboek van
Strafrecht (Kitab Undang-undang Setelah keluarnya Dekrit Presiden
Hukum Pidana). Namun demikian, tanggal 5 Juli 1959, yang salah
permasalahan dualime KUHP yang satunya berisi mengenai berlakunya
kembali UUD 1945, maka sejak itu bangsa Indonesia. Wetboek van Strafrecht
Indonesia menjadi negara kesatuan yang atau bisa disebut Kitab Undang-undang
berbentuk republik dengan UUD Hukum Pidana telah diberlakukan di
1945 sebagai konstitusinya. Oleh karena Indonesia sejak tahun 1918. Ini berarti
itu, Pasal II Aturan Peralihan KUHP telah berumur lebih dari 87 tahun.
yang memberlakukan kembali aturan Jika umur KUHP dihitung sejak dibuat
lama berlaku kembali, termasuk di pertama kali di Belanda (tahun 1881), maka
sini hukum pidananya. Pemberlakuan KUHP telah berumur lebih dari 124 tahun.
hukum pidana Indonesia dengan Oleh karena itu, KUHP dapat dianggap telah
dasar UU Nomor 1 Tahun 1946 pun usang dan sangat tua, walaupun Indonesia
kemudian berlanjut sampai sekarang. sendiri telah beberapa kali merubah materi
Dengan demikian dapat disimpulkan KUHP ini. Namun demikian, perubahan ini
bahwa walaupun Indonesia tidak sampai kepada masalah substansial
telah mengalami empat pergantian dari KUHP tersebut.
mengenai bentuk negara dan konstitusi,
DAFTAR PUSAKA :
ternyata sumber utama hukum
https://www.google.com/url?
pidana tidak mengalami perubahan,
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
yaitu
=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjVrs
tetap pada Wetboek van Strafrecht
iWo7P9AhXcCbcAHUxbBaoQFnoECAk
(Kitab Undang-undang Hukum Pidana)
QAQ&url=https%3A%2F
walaupun pemberlakuannya tetap
%2Fwww.academia.edu
mendasarkan diri pada ketentuan
%2F41963414%2FMAKALAH_SEJARA
peralihan pada masing-masing
H_HUKUM_PIDANA_INDONESIA&us
konstitusi.
g=AOvVaw2HC8XR6q7hJPK6gzi0rB1m
KESIMPULAN
https://www.google.com/url?
Memperhatikan pembahasan tentang sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
sejarah hukum pidana Indonesia di atas, =&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiqhf
pembaharuan hukum pidana Indonesia XSpLP9AhVrUGwGHbwhDJsQFnoECB
adalah sebuah keharusan yang tidak bisa kQAQ&url=https%3A%2F
ditawar-tawar lagi. Jika Indonesia %2Fwww.researchgate.net
menyatakan dirinya sebagai bangsa yang %2Fpublication
merdeka sejak 17  Agustus 1945, maka %2F315694014_Sejarah_dan_Problemati
selayaknya hukum pidana Indonesia adalah ka_Hukum_Pidana_Materiel_di_Indones
produk dari bangsa Indonesia sendiri. ia&usg=AOvVaw2YN_kF6IkpZvTiCR14
Namun idealisme ini ternyata tidak sesuai 2IYS
dengan realitasnya. Hukum pidana
Indonesia sampai sekarang masih
mempergunakan hukum pidana warisan
Belanda. Secara politis dan sosiologis,
pemberlakuan hukum pidana kolonial ini
jelas menimbulkan problem tersendiri bagi

Anda mungkin juga menyukai