Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUI


PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Geografi Program
Studi Pendidikan Geografi

Disusun oleh :

WAHYU RIZALI AZIZUL HAKIM

NIM 20030033

Dosen Pengampu:

Afrital Rezky, S.Pd,. M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya yg dilakukan secara sadar dan terencana buat mencerdaskan
dan berbagi potensi anak didik, lantaran pendidikan adalah upaya pada menaikkan
kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2013 Bab II Pasal tiga
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik supaya sabagai insan yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan sebagai masyarakat yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan maka proses belajar dan pembelajaran tidak
boleh diabaikan oleh anak didik. Dalam belajar, anak didik wajib mempunyai perubahan
dalam hal tingkah laku, yaitu perubahan pada hal kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), juga pada bentuk afektif (sikap). Dalam belajar anak didik juga
diharuskan buat menguasai beberapa bidang studi yang mampu meningkatkan
pengetahuannya.

Materi-materi pelajaran geografi yang diberikan di sekolah telah diberikan secara


bertahap dari materi yang sederhana ke materi yang lebih tinggi. Materi-materi geografi
yang diberikan sebelumnya akan menunjang materi berikutnya sehingga materi geografi
akan saling terkait satu sama lain.

Salah satu masalah yang sampai saat ini mengemukan dalam pembelajaran geografi
adalah siswa sekolah menengah atas (SMA) pada umumnya masih memandang geografi
sebagai mata pelajaran yang tidak menarik dan membosankan, yang hanya berupa
seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal dan kelas masih terfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan. Hal tersebut apabila digunakan dalam setiap situasi akan
menekan kreativitas siswa dan mengabaikan potensi yang ada pada diri siswa. Anggapan
bahwa pelajaran geografi adalah pelajaran yang tidak menarik dan membosankan
membuat siswa sering malas untuk mempelajarinya dan enggan mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Akibatnya hasil belajar geografi yang dicapai siswa masih
tergolong rendah.
Masalah lain terkait dengan pembelajaran geografi adalah rendahnya pencapaian
minimal tujuan pembelajaran. Seringkali siswa tidak mengetahui letak negara atau benua,
padahal hal tersebut seharusnya merupakan penguasaan dasar ketika telah belajar
geografi. Seringkali juga siswa banyak yang tidak mengenal lingkungan sekitarnya
dengan baik. Sebagai contoh, siswa tidak mengetahui nama-nama dan lokasi gunung-
gunung yang ada di daerahnya, tidak mengenal budaya lokal di daerahnya, tidak
mengenal sumberdaya alam yang ada di daerahnya dan lain-lain.

Tidak tercapainya kemampuan minimal tadi seringkali menjadi cibiran masyarakat.


Mereka mempertanyakan efektivitas pembelajaran geografi ketika siswa tidak mengenal
lokasi negara atau daerah-daerah tertentu. Pembelajaran geografi dianggap gagal dalam
memberikan pengetahuan minimal pada siswa yang suatu saat diperlukan dalam
hidupnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diduga penyebab hasil belajar siswa rendah
pada saat pembelajaran geografi adalah penggunaan metode pembelajaran yang tidak
tepat dan tidak bervarisi. Metode ceramah cenderung dipilih guru karena dianggap lebih
mudah dan efisien. Akibatnya, pembelajaran tidak lebih dari penyampaian informasi
secara verbal kepada siswa.

Munculnya permasalahan tadi sebenarnya bukan tanpa alasan. Salah satu


permasalahan mendasar dalam pembelajaran di Indonesia adalah terlalu besarnya jumlah
siswa per kelas (lebih dari 40 siswa/kelas) atau jauh dari kondisi ideal antara 15 -20 siswa
per kelas. Para guru kesulitan untuk memberikan materi dengan menggunakan metode
yang bervariasi apalagi ditengah minimnya media pembelajaran.

Disamping media pendidikan berupa alat dan bahan pembelajaran yang terbatas,
kelemahan lainnya dalam pembelajaran geografi yang dengan mudah dapat disebutkan
adalah rendahnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, baik dalam bentuk
media audio-visual maupun secara langsung ke lapangan. Siswa jarang dibawa ke
lingkungan untuk mengenal dan mempelajari fenomena geografi. Padahal penggunaan
media audio-visual maupun lingkungan dapat menggairahkan siswa untuk belajar dan
mengembangkan keingintahuan (sense of curriosity) mereka.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan


penting dalam pembelajaran. Arsyad (2011:2-3) mengatakan bahwa “media adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan”. Sementara itu Sukiman (2012:44) menjelaskan kegunaan praktis dari
penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu “media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar”. Media pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar peserta didik dalam pembelajaran yang pada gilirannya
dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Pemanfaatan media seharusnya
merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media
pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses
pembelajaran.

Kenyataan di atas, maka perlu adanya perbaikan dan modifikasi dalam sistem
pembelajaran dikelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran tersebut adalah dengan cara melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Dengan inovasi tersebut, diharapkan pembelajaran dikelas mempunyai suasana baru yang
positif dan inovasi pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan perubahan terhadap
hasil belajar peserta didik. Peneliti berpikir bahwa pengembangan media merupakan
salah satu solusi dan inovasi perbaikan pembelajaran dikelas.

Penggunaan media pembelajaran tertentu merupakan pilihan yang tidak mutlak.


Nasution (1999) mengemukakan bahwa walaupun penelitian tentang efektivitas berbagai
media dilakukan, tidak ada penelitian yang menjelaskan apabila suatu media dapat atau
tidak dapat digunakan dalam situasi belajar tertentu. Juga belum ada dasar teori yang kuat
yang menentukan media apa yang paling serasi untuk bahan pelajaran tertentu.

Walaupun demikian, penggunaan media yang monoton atau sama untuk semua bahan
ajar tentu tidaklah tepat. Media pembelajaran tertentu lebih sesuai dibanding media
lainnya dengan pertimbangan pengembangan daya pikir dan kreativitas siswa, motivasi
dan minat siswa, serta pertimbangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat untuk
penguasaan materi tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, pengembangan media pembelajaran geografi merupakan


tantangan yang semestinya sudah dimulai digarap oleh berbagai pihak, baik guru maupun
lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Permasalahan kurangnya daya tarik siswa untuk
belajar geografi nampaknya banyak ditentukan oleh kurangnya penggunaan media
pembelajaran disamping tentunya karena faktor guru geografi itu sendiri.

Pengembangan media pembelajaran dapat dilakukan pada dua sisi yaitu


pengembangan alat-alat pendidikan dan pengembangan substansi dengan menggunakan
media audio-visual. Alat-alat yang dapat dikembangkan adalah benda sebenarnya
maupun tiruan (mock-up), komputer berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG), slide,
OHP dan lain-lain.

Dalam proses belajar hendaknya menggunakan urutan belajar dari gambaran atau
film (iconic respresentation of experiment), kemudian belajar dengan simbol, yaitu
menggunakan kata-kata (symbolic respresentation). Hal tersebut belaku tidak hanya
untuk anak tetapi juga orang dewasa.

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa peserta didik akan lebih tertarik bila
menggunakan media yang bersifat visual. Media pembelajaran berbasis visual adalah
media pembelajaran yang menyalurkan pesan lewat indera pandang atau penglihatan.
Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat
menonjol perbedaannya.

Dalam pengembangan media dalam proses pembelajaran ini lebih menekankan pada
pembelajaran menggunakan media berbasis visual yaitu media grafis lebih tepatnya
komik sebagai media pembelajaran. “Komik merupakan bentuk kartun dimana
perwatakan sama membentuk suatu cerita dalam urutan gambar-gambar yang
berhubungan erat dirancang untuk menghibur pembacanya” (Sudjana dan Rivai 2005:69).
Dapat dikatakan bahwa komik adalah media gambar yang cukup unik untuk
mengkomunikasikan suatu cerita. Dalam media ini cerita biasanya disajikan dalam
gambar dan balon-balon kata yang menceritakan sesuatu. Komik merupakan salah satu
media yang mulai dikembangkan untuk bisa membantu proses pembelajaran menjadi
lebih menarik, efektif dan efisien. Bonneff (1998:67) mengatakan bahwa komik memiliki
dua fungsi yaitu, Pertama fungsi hiburan dan kedua dapat dimanfaatkan langsung baik
tidak langsung untuk tujuan edukatif karena kedudukan komik yang semakin berkembang
ke arah yang baik karena masyarakat sudah menyadari nilai komersial dan nilai edukatif
yang bisa dibawanya.

Media komik dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit dan nyata mengenai
materi Geografi, hal ini sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran Geografi. Atas dasar itulah peneliti mencoba menerapkan media
komik sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran Geografi tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk lebih memperdalam
kajian mengenai efektifitas penerapan media komik dalam meningkatkan hasil belajar
menjadi sebuah penelitian di kelas X-D SMA Negeri 5 Bogor. Adapun judul yang
peneliti angkat dalam penelitian ini adalah “PENINGKATAN KUALITAS
PEMBELAJARAN GEOGRAFI MELALUI PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN”

Anda mungkin juga menyukai