Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PANCASILA

KESENJANGAN SOSIAL KENAIKAN HARGA BBM

Disusun oleh:
Kelompok 7
1. Ananda Laelly Nurfadillah
2. Arsilla Dwi Maulana
3. Fajri Lintang Febrian
4. Genta Nugraha
5. Mentari Nurul Sukma
6. Naila Ismatun Hasanah
7. Silviana Wibowo
8. Syifa Nur Fadillah

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2022
DAFTAR ISI

Contents
D A F T A R I S I ...............................................................................................................................ii
K A T A P E N G A N T A R ...............................................................................................................iii
B A B I ..........................................................................................................................................1
P E N D A H U L U A N ......................................................................................................................1
A . L a t a r B e l a k a n g .............................................................................................................1
B . R u m u s a n M a s a l a h ......................................................................................................4
C . T u j u a n P e m b a h a s a n ..................................................................................................4
B A B I I .........................................................................................................................................5
P E M B A H A S A N .........................................................................................................................5
1. Hubungan Kebijakan BBM dengan Pancasila....................................................................5
2. Alasan masyarakat menolak kenaikan BBM.....................................................................6
3. Upaya pemerintah dalam mengatasi kenaikan BBM........................................................9
4. Penyebab kenaikan BBM................................................................................................12
5. Dampak kenaikan BBM...................................................................................................12
6. Menyikapi kenaikan harga BBM secara bijak.................................................................14
B A B I I I .....................................................................................................................................16
P E N U T U P ................................................................................................................................16
A.Kesimpulan......................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................16
D A F T A R P U S T A K A ...............................................................................................................17

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia, dengan judul:
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan
do’a, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan segala
bentuk saran dan kritik yang membangun guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Tasikmalaya, Oktober 2022

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan Presiden Jokowi untuk menaikkan harga bahan


bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan
perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti
oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat.
Jika terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, akan sangat
berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran
(supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan
kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang
bersangkutan (Rosyidi, 2009:291). Sementara penawaran adalah
banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh
produsen pada tingkat harga dan  waktu tertentu. Peran Bahan
Bakar Minyak (BBM) sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat
Desa maupun Kota, demikian juga BBM sangat penting bagi
sektor industri maupun transportasi. Oleh karena begitu
pentingnya BBM dalam kehidupan masyarakat, maka BBM
termasuk salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Kondisi
tersebut dapat tercermin dari peranan BBM sebagai faktor
penting dalam menentukan perubahan harga-harga bahan pokok
atau inflasi. Mengingat pentingnya peran BBM dalam kehidupan
masyarakat maka pemerintah melakukan campur tangan dalam
penentuan harga dan sekaligus menjamin ketersediaannya di
pasar domestik. Upaya untuk menjamin kelancaran pasokan BBM
ke masyarakat tidak bisa terlepas dari campur tangan usaha jasa
pengangkutan. Dalam hal ini Pertamina bekerjasama dengan
pihak terkait untuk menyediakan truk tangki minyak yang
berfungsi untuk mendistribusikan BBM ke konsumen.

Pengangkutan sebagai alat fisik merupakan bidang yang sangat


vital dalam kehidupan masyarakat. Dikatakan sangat vital
karena keduanya saling mempengaruhi, dan menentukan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengangkutan atau sistem transportasi itu

1
sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis
dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang
timbul sejalan dengan perkembangan masyarakat dan semakin
tingginya mobilitas, sehingga menjadikan pengangkutan itu
sendiri sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat.

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana


transportasi ini, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
perkembangan di bidang pengangkutan itu sendiri yang
mendorong perkembangan dibidang teknologi, sarana dan
prasarana pengangkutan, ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang pengangkutan, serta hukum pengangkutan, disamping
tidak dapat dihindari pula timbulnya berbagai permasalahan
yang diakibatkan dengan adanya pengangkutan itu sendiri.
Pengangkutan barang seperti halnya truk tangki minyak ini
bertujuan untuk memindahkan barang dari satu tempat asal ke
tempat tujuan dimana perpindahan itu mutlak diperlukan untuk
mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.
Pengangkutan itu dilakukan karena nilai barang akan lebih
tinggi di tempat tujuan daripada di tempat asalnya. Oleh karena
itu pengangkutan dikatakan memberi nilai terhadap barang yang
diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Nilai yang diberikan berupa nilai tempat (place utility), dan
nilai waktu (time utility). Kedua nilai tersebut diperoleh jika
barang yang diangkut ketempat dimana nilainya lebih tinggi dan
dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya. Dengan demikian
pengangkutan dapat memberikan jasa kepada masyarakat yang
disebut jasa angkutan.

Pengangkutan barang seperti BBM didalam pelaksanaanya


didahului dengan adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang
ingin mengadakan pengangkutan barang. Kesepakatan tersebut
tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan yang akan
menimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang
berbeda dari masing-masing pihak. Pengangkut dalam
melaksanakan pengangkutan barang wajib menjaga keselamatan
barang yang diangkut sejak saat penerimaan sampai diserahkan
atau diterimanya barang tersebut sedangkan pengirim
berkewajiban untuk membayar ongkosnya.

2
Terkait terhadap tanggung jawab pengangkut, pengangkut
diwajibkan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh
rusak atau hilangnya barang-barang baik seluruh atau sebagian,
sehingga pengangkut tidak dapat menyerahkan barang-barang
yang diangkut. Namun pengangkut dapat melepaskan diri dari
kewajiban tersebut asalkan pengangkut dapat membuktikan
bahwa peristiwa tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindari atau dicegah (Pasal 468 dan 477 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang) atau adanya keadaan memaksa (overmacht) atau
kerusakan. disebabkan karena sifat, keadaan cacat dari barang
itu sendiri atau juga kesalahan pengirim barang (Pasal 91 dan
468 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), sedangkan
kewajiban dari pemakai jasa ialah membayar upah angkutan.
Hak dan kewajiban dari pemberi dan pengguna jasa angkutan
tersebut dapat diperjelaskan dalam suatu kontrak atau perjanjian
bisnis.

Hubungan bisnis seperti halnya usaha jasa penyewaan truk


tangki minyak dari pengusaha ke Pertamina tersebut tentunya
didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak. Perjanjian atau
kontrak merupakan serangkaian kesepakatan yang dibuat oleh
para pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam lapangan
kehidupan sehari-hari seringkali dipergunakan istilah
perjanjian, meskipun hanya dibuat secara lisan saja. Tetapi di
dalam dunia usaha, perjanjian adalah suatu hal yang sangat
penting karena menyangkut bidang usaha yang digeluti.

Mengingat akan hal tersebut dalam hukum perjanjian


merupakan suatu bentuk manifestasi adanya kepastian hukum.
Oleh karena itu dalam prakteknya setiap perjanjian dibuat
secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga
tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Sehubungan dengan
perjanjian Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
memberikan definisi: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih”.
Semua kebijakan seharusnya sesuai dengan nilai yang ada
dalam sila-sila Pancasila. Begitu pula mengenai kebijakan yang
dikeluarkan oleh Presiden Jokowi, Kebijakan BBM ini harus
sesuai dengan kaidah-kaidah Pancasila

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan kebijakan kenaikan BBM dengan Pancasila?
2. Kenapa masyarakat di Indonesia menolak kenaikan BBM?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi BBM ini?
4. Apa yang menjadi penyebab kenaikan BBM?
5. Apa dampak dari kenaikan BBM?
6. Bagaimana cara menyikapi kenaikan BBM dengan bijak?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui hubungan kebijakan kenaikan BBM dengan
Pancasila
2. Untuk mengetahui alasan masyarakat di Indonesia menolak
kenaikan BBM.
3. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi BBM.
4. Untuk mengetahui apa penyebab kenaikan BBM.
5. Untuk mengetahui dampak dari kenaikan BBM.
6. Untuk mengetahui cara menyikapi kenaikan BBM dengan
bijak.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hubungan Kebijakan BBM dengan Pancasila

a) Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)


Setiap pemimpin harus dapat mempertanggung jawabkan
kebijakannya kepada Tuhan kelak nanti.

b) Sila Kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)


Dalam sila kedua ini, erat kaitannya dengan kemanusiaan.
Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, harus
memperhatikan dampak terhadap rakyat setelah kebijakan itu
berlaku. Berkaitan dengan sila kedua ini, kebijakan mengenai
kenaikan BBM dewasa ini harus manusiawi. Pertanyaan yang
muncul di sila ini adalah, “Apakah kenaikan BBM sudah
manusiawi?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
sebenarnya tergantung dari individu masing-masing. Sebagian
orang mengatakan bahwa kebijakan ini sudah manusiawi
namun ada juga yang berpikiran sebaliknya.

c) Sila Ketiga (Persatuan Indonesia)


Kenaikan BBM yang terjadi baru-baru ini dapat
menyebabkan terjadinya persatuan tetapi ada juga yang
menyebabkan perselisihan. Semua itu sebenarnya tergantung
bagaimana kita menyikapi kebijakan tersebut.
Sebagai contoh, para demonstan yang berdemo untuk menolak
kenaikkan BBM dapat menimbulkan persatuan. Karena, semua
para demonstan yang berpikiran sama akan bersatu untuk
berdemo menolak kenaikkan BBM. Namun, unjuk rasa itu juga
dapat menyebabka perselisihan. Jika para demonstan tidak
menjaga sikap, mereka berdemo dengan merusak fasilitas-
fasilitas umum, mengganggu masyarat sekitar dan susah
diatur, sudah pasti itu akan menimbulkan perselisihan bahkan
pertengkaran dengan para polisi dan penjaga keamanan.

5
d) Sila Keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan)
Menurut berita yang beredar, kenaikan BBM ini tidak melalu
persetujuan DPR. Para DPR sibuk berebut kursi jabatan.
Sedangkan menurut sila keempat, semua kebijakan termasuk
kenaikan BBM harus melalui musyarah mufakat.

e) Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat


Indonesia)
Sila kelima ini hampir sama dengan sila kedua. Sama di
sini maksudnya adalah semua tergantung pada individu
masing-masing. Sebagian orang berpendapat bahwa kenaikan
BBM sudah adil untuk rakyat, namun sebagian yang lainnya
pun berpikir sebaliknya.

2. Alasan masyarakat menolak kenaikan BBM

a) Kondisi ekonomi sebahagian besar rakyat Indonesia dalam kurun


waktu dua tahun terakhir ini dapat dikatakan masih sangat
terpuruk diakibatkan oleh carut-marut dan rusaknya tata kelola
pemerintahan hampir pada semua sektornya, terutama di sektor
keuangan, kemudian ditambah terpaan pandemi Covid-19 yang
melanda Indonesia. Tentu masih sangat segar di ingatan kita
semua saat pemerintah sendiri mengatakan bahwa sedang fokus
pada agenda pemulihan ekonomi nasional, yang artinya
menegaskan bahwa situasi ekonomi dan kesejahteraan rakyat
Indonesia sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja dan
masih dalam tahap perbaikan.
Jika melihat data dari Bank Dunia (World Bank) tahun
2021 jumlah rakyat/penduduk miskin di Indonesia berjumlah
138,9 juta jiwa dengan pendapatan di bawah Rp.
31.086,7/orang/hari (2,09 dolar AS, jika nilai tukar rupiah
per 1 dolar AS = Rp. 14.899,25 per tanggal 2 September
2022) dan/atau di bawah Rp 1.000.000/orang/bulan. Mereka
yang berpendapatan rendah tersebut antara lain terdiri dari
kalangan petani, nelayan, buruh, tenaga honorer, usaha mikro,
sektor informal, etc., dan tentunya sangat dimungkinkan
jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah pada tahun
2022 ini.

6
b) Kenaikan harga BBM bersubsidi sudah dipastikan akan
memberikan dampak buruk secara domino terhadap kemampuan
rakyat kelas menengah ke bawah dalam pemenuhan kebutuhan
hidup (sandang, pangan dan papan) mereka yang salah satunya
dikarenakan ikut naiknya harga kebutuhan-kebutuhan pokok
(primer) lainnya di pasar. Jadi bukan saja dampak negatifnya
yang secara langsung akan dirasakan oleh kelompok masyarakat
yang telah disebutkan pada poin satu di atas, tetapi juga
berdampak pada kebutuhan masyarakat yang proses produksi
dan/atau distribusinya harus menggunakan BBM, sudah pasti
akan mengalami kenaikan harga.
Lalu jika demikian situasinya apakah mungkin 138,9
juta jiwa penduduk miskin Indonesia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Benar ada Bantuan Langsung
Tunai (BLT) BBM sebesar Rp 600.000 untuk empat bulan
yang diberikan pemerintah kepada 20,65 juta Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) dan kepada 16 juta pekerja sebagai
bentuk kompensasi atas naiknya harga BBM yang
dialokasikan dari dana sebesar Rp 12,4 triliun dari total
penambahan dana bansos sebesar Rp 24,17 triliun.Dan per
tanggal 31 Agustus 2022 Presiden Jokowi sudah memulai
penyaluran BLT BBM tersebut, di mana penyalurannya
diberikan secara bertahap melalui kantor Pos di seluruh
Indonesia.
Berdasarkan catatan yang telah dihimpun, perlu diketahui
oleh publik bahwa pembagian BLT BBM yang dilakukan oleh
Jokowi bersamaan dengan rencana kenaikan harga BBM yang
disebut-sebut akan diumumkan dalam waktu dekat ini, bahkan
kabarnya Jokowi telah memegang harga baru dari Pertalite
dan Solar (detikfinance 1 September 2022). Namun demikian
pertanyaan fundamentalnya adalah apakah BLT BBM sebesar
Rp 150.000/bulan dengan pengalokasian per dua bulan sekali
tersebut mampu menopang daya beli masyarakat? Rasanya
akal sehat kita harus mengatakan tidak. Sebab kalau dihitung
secara matematis artinya yang diterima oleh 20,65 juta KPM
dan 16 juta pekerja hanya sekitar Rp 5.000 per hari dari BLT
BBM tersebut dan meskipun ditambah dengan pendapat rata-
rata Rp 1.000.000 per bulan dari 138,9 juta penduduk miskin
Indonesia berdasarkan data World Bank di atas, maka

7
pastinya masih tidak dapat menopang daya beli dan menjamin
kebutuhan hidup masyarakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa BLT BBM tidak lebih
hanyalah alat (instrument) bagi penguasa rezim Jokowi guna
meredam amarah rakyat Indonesia atas kondisi ekonomi yang
semakin terpuruk saat ini.

c) Hal yang paling mengerikan sebagai dampak kenaikan harga


BBM bersubsidi adalah ancaman akan terjadinya inflasi yaitu
suatu kondisi di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa
secara umum yang terjadi secara terus-menerus dalam waktu
jangka panjang. Sebagai contoh, dijelaskan bahwa jika terjadi
kenaikan harga Pertalite dari Rp. 7.650/liter menjadi Rp
10.000/liter atau naik sekitar 30% maka inflasi akan naik 3,6%,
di mana setiap kenaikan 10% BBM bersubsidi, inflasi bertambah
1,2%. Perlu diketahui bahwa inflasi yang dialami oleh Indonesia
saat ini nyaris menyentuh angka 5% dan kalaupun harga BBM
bersubsidi tidak mengalami kenaikan maka inflasi diprediksikan
akan tetap bergerak menyentuh angka 6% pada akhir tahun 2022
ini. Artinya jika inflasi naik 3,6% sebagai dampak kenaikan
harga BBM bersubsidi, maka secara total inflasi Indonesia akan
mencapai 9,6%. Seketika harga BBM bersubsidi naik maka para
pelaku bisnis transportasi baik yang konvensional maupun yang
online seperti pengusaha bus, travel, taksi, ojek, dan sejenisnya
akan dengan segera menaikan tarif jasa angkutannya. Selain itu
pula seperti yang sudah disinggung pada poin ke dua di atas,
sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan berbagai
jenis produknya khususnya kuliner juga pasti akan melakukan
penyesuaian harga karena lebih dahulu terdampak dan cukup
sensitif terhadap perubahan harga BBM. Kondisi yang telah
digambarkan di atas linier dengan kemampuan daya beli
masyarakat yang semakin melemah dan itu artinya jumlah
masyarakat yang masuk dan kemudian terjebak di dalam
kubangan garis kemiskinan akan semakin bertambah banyak.
Tentunya situasi yang demikian ini tidak boleh
dibiarkan oleh seluruh pihak yang berkepentingan atas
stabilitas negara Indonesia yang sangat kita cintai ini, tidak
terkecuali masyarakat sipil yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan (wong cilik). Kita tidak ingin melihat Indonesia
menjadi negara bangkrut seperti Sri Lanka dengan krisis

8
moneter dan krisis politik yang melanda salah satu
diakibatkan karena inflasi yang begitu tinggi dan tidak
terkendalikan lagi ditambah kejahatan korupsi yang
menggurita. Namun bukan hal yang mustahil dengan melihat
tatakelola Pemerintahan saat ini, situasi Indonesia juga bisa
seperti Sri Lanka bahkan mungkin lebih parah daripada itu
bila rezim ini tidak segera berbenah sehingga membuat
ketimpangan ekonomi di tengah-tengah masyarakat semakin
lebar yang kemudian akan menjadi salah satu faktor yang
dapat mendelegitimasi Rezim Jokowi itu sendiri. Sedikitnya
tiga alasan di atas itulah yang mendasari HMI menolak
dengan tegas, sekali lagi menolak dengan tegas rencana
pemerintah untuk menaikan harga BBM bersubsidi yang
dinilai akan semakin menyusahkan, menyengsarakan dan
menambah penderitaan kurang lebih 50% dari populasi 270
juta jiwa rakyat Indonesia.

3. Upaya pemerintah dalam mengatasi kenaikan BBM

Komaidi mengungkapkan, jika subsidi pada dasarnya diberikan


untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin, maka pola
subsidi yang selama ini dilakukan menjadikan masyarakat mampu
pemilik motor dan mobil tak ubahnya seperti masyarakat miskin
karena mendapatkan subsidi. Di sisi lain, dengan kuota BBM yang
semakin menipis dan anggaran yang terbatas membuat pemerintah
memiliki beberapa opsi mengatasi masalah tersebut. Diantaranya
menaikkan harga BBM bersubsidi, menambah kuota BBM, hingga
memberlakukan pembatasan.

Berdasarkan APBN 2022, terdapat 3 varibel dalam pembentukan


struktur harga BBM. Tiga komponen tersebut dinilai memberatkan
jika harga BBM subsidi tidak dilakukan penyesuaian. Mulai dari
asumsi harga minyak dunia dari 63 dollar AS per barrel jadi di atas
100 dollar AS per barrel, tidak tercapainya lifting minyak, dan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.“Tiga variabel
ini menjadi pemberat, dalam pembentukan struktur harga BBM,
karena harganya semakin mahal. Kalau tidak ada adjustment, pasti
kebutuhan subsidinya akan naik signifikan. Di sisi lain, Indonesia
sudah menjadi net importir sejak lama karena produksi di tanah air
tidak mencukupi,” ungkapnya. “Produksi dalam negeri, konsumsi
totalnya per hari kalau kondisi normal (tidak pandemi) 1,5-1,6 juta

9
barrel per hari. Produksi minyak hanya 600.000 barrel dan di kilang
hanya 700.000-an per hari. Sehingga sebagian besar kita harus
impor dengan harga international, dan kalau ini diberi subsidi akan
cukup besar,” kata Komaidi."Kita kita tidak berharap justru Ini
memunculkan kesenjangan sosial atau ketimpangan pendapatan
antar mereka yang sesungguhnya pihak terdampak juga akan
kenaikan BBM ataupun isu menyangkut perlindungan sosial," imbuh
Robert.

Adapun untuk kewajiban pemerintah daerah (pemda) untuk


menyalurkan 2% dari Dana Transfer Umum (DTU) untuk bantuan
sosial kepada ojek, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) dan nelayan. Ombudsman meminta Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri untuk mengawasi pelaksanaannya.

Pemerintah, menurut Bhima, dapat mencegah kenaikan harga BBM


bersubsidi bila dapat menutup kebocoran BBM Solar bersubsidi
yang mencapai 70 persen ke Industri, perkebunan dan pertambangan
berskala besar. Sektor pertambangan batubara misalnya sudah
menikmati keuntungan dari kenaikan harga komoditas dan royalti
nol persen untuk hilirisasi batu bara. “Harusnya royaltinya
dinaikkan, pajak untuk bea keluar juga dinaikkan sehingga itu bisa
menjadi pemasukan negara mengompensasi agar subsidi ini tetap
terjaga. Nah windfall (keuntungan) kedua yang dinikmati pelaku
usaha ini selama bertahun-tahun adalah menikmati solar bersubsidi,
jadi ini yang seharusnya ditutup dulu baru bicara mekanisme
harga,” jelas Bhima Yudhistira. Dikatakannya kenaikan BBM tidak
hanya semata menyangkut transportasi manusia tapi juga
transportasi pangan. Kenaikan BBM akan semakin melemahkan
daya beli masyarakat yang sebelumnya sudah terpukul oleh pandemi
COVID-19 dan kenaikan harga pangan. S ubsidi BBM dianggap tidak
tepat sasaran karena berdasarkan data Kemenkeu RI, sebagian besar
dari total alokasi kompensasi Pertalite justru dinikmati oleh rumah
tangga mampu.

Garis kemiskinan pada Semester 1 2022 adalah Rp 505.469


per kapita per bulan. Sementara jumlah penduduk miskin pada
Semester 1 2022 adalah 26,16 juta jiwa. Jika dibagi rata untuk
rakyat miskin, yakni Rp 502 triliun dibagi 26,16 juta dan dibagi
lagi 12 bulan, maka total dana subsidi yang seharusnya dinikmati
adalah Rp 1.599.134 per bulan per orang, kata Komaidi. Menurut
Bambang salah satu faktor yang membuat   gini ratio Indonesia tidak
turun adalah pengelolaan belanja negara yang belum efektif

10
khususnya tingginya subsidi BBM. Dari fakta yang ada, anggaran
subsidi BBM merupakan anggaran paling besar dalam APBN
nilainya mencapai Rp 300 triliun tapi sayangnya yang menggunakan
subsidi BBM adalah orang kaya, sisanya 20 persen orang miskin.

Menurut Bambang pengelolaan belanja negara harus


diperbaiki, ia berharap pemerintahan baru bisa mengalihkan
anggaran subsidi BBM ke program pengentasan kemiskinan. Ia
mengatakan jika Rp 300 triliun dialihkan ke program pengentasan
kemiskinan maka banyak penduduk miskin yang akan naik status
sosialnya. Program pengentasan kemiskinan yang harus
ditingkatkan adalah penambahan Kredit Usaha Rakyat, Program
Keluarga Harapan dan Bantuan Siswa Miskin. Juga termasuk upaya
pembatasan penyaluran BBM subsidi, yang termuat dalam revisi
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang
Penyediaan,Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM. "Di sini
statusnya tunggu sebentar lagi, masih exercise," imbuh Menteri
Arifin. Arifin menyatakan, pihaknya juga mentaati perintah dari
Jokowi agar putusan kenaikan Pertalite dan Solar dicermati lebih
dalam, agar tidak terlalu menekan masyarakat luas. Menurut para
ahli menjelaskan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi
Notonegoro menilai pola subsidi bahan bakar minyak (BBM) saat
ini memperlebar kesenjangan sosial di masyarakat. Dia
menjelaskan, dalam Undang-undang dan juga regulasi, secara
ekonomi subsidi diberikan untuk membantu daya beli masyarakat
yang kurang berdaya atau masyarakat miskin.
Namun hal ini berbanding terbalik karena penyaluran BBM
subsidi selama ini dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu.
Komaidi merinci, pengguna solar tercatat 74 persen dinikmati oleh
angkutan darat dengan 80 persen dinikmati oleh kelompok kaya.
Sementara pertalite, penerima manfaatnya adalah 70 persen
pengguna kendaraan roda 4 dengan jumlah volume 29 juta kilo liter
per tahun.

Terkait rencana kenaikan harga BBM tersebut, analis dari Climate


Policy Initiative, Albertus Prabu Siagian, menyampaikan
bahwa pengurangan kebijakan tersebut merupakan langkah baik. Ia
menilai bahwa pengurangan anggaran subsidi BBM akan mendorong
masyarakat untuk melakukan penghematan energi.

11
4. Penyebab kenaikan BBM

a) Harga rata-rata minyak mentah Indonesia cenderung tinggi.


b) Tensi geopolitik yang tinggi sehingga membuat pasar
khawatir bahwa suplai minyak akan berkurang. Alhasil, harga
minyak secara global cenderung meningkat.
c) Bengkaknya anggaran subsidi
Selain dipengaruhi oleh faktor eksternal, kenaikan harga BBM
turut dipengaruhi oleh faktor internal. Sebagaimana
dituliskan di atas, pemerintah harus membayarkan hingga Rp
502 triliun untuk memberikan subsidi BBM dan kompensasi
energi bagi masyarakat.
d) Pemerintah menyebut, gejolak harga minyak dunia telah
menyebabkan ketidakpastian dan berdampak signifikan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
e) Bahkan, subsidi dan kompensasi energi, termasuk BBM, tahun
2022 telah meningkat 3 kali lipat  dari Rp152 triliun menjadi
Rp502 triliun, dan angka ini masih dapat terus meningkat.
f) Membengkaknya anggaran subsidi dan kompensasi ini,
sayangnya tidak dibarengi dengan sasaran subsidi yang tepat.
g) Selain membebani APBN, subsidi yang awalnya diprioritaskan
kepada masyarakat yang kurang mampu, faktanya, lebih dari
70% subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang
mampu, yaitu pemilik mobil-mobil pribadi.

5. Dampak kenaikan BBM


Harga komoditas energi telah memiliki tendensi untuk meningkat
sejak 2021 karena pemulihan ekonomi  post COVID-19
menyebabkan rebound permintaan energi di seluruh dunia,
sementara pasokan tetap terbatas. Kondisi ini diperparah dengan
invasi Rusia ke Ukraina yang semakin meningkatkan ketidakpastian
pasokan sehingga mendorong harga minyak mentah dan gas alam ke
level tertinggi secara historis. Pada Januari 2021, harga minyak
mentah masih berada pada kisaran $53.60/bbl dan pada Juni 2022
melejit ke angka $116.8/bbl. Kenaikan harga minyak mentah
tersebut semakin membebani kondisi keuangan atau kondisi fiskal
di Indonesia mengingat komoditas BBM di Indonesia, terutama
solar dan pertalite, masih disubsidi oleh pemerintah.

12
Pemerintah melaporkan bahwa beban subsidi BBM mencapai
angka Rp 502.4 triliun, angka yang sangat tinggi tentunya. Dalam
rangka mengurangi tekanan fiskal tersebut, di awal September
2022, pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM. Harga
pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter
(naik sekitar 30.7%), harga solar naik dari Rp 5.150 per liter
menjadi Rp 6.800 per liter (naik sekitar 32%) dan harga pertamax
naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Kenaikan
secara keseluruhan untuk ketiga jenis BBM tersebut sekitar 26%.

Dari sisi ekonomi, kenaikan harga BBM jelas akan mendorong


kenaikan biaya produksi, mendorong inflasi ( cost push
inflation)  yang pada gilirannya akan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi, penurunan upah riil dan konsumsi rumah
tangga. Padahal kita tahu konsumsi rumah tangga memiliki
kontribusi yang tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (sekitar
50%) dan merupakan penghela utama pertumbuhan ekonomi
Indonesia.

Secara sektoral, sektor-sektor yang banyak menggunakan


BBM pasti akan mengalami kontraksi yang paling tinggi terutama
sektor angkutan darat, angkutan laut, angkutan kereta api, jasa
kurir dan pengiriman. Untuk bertahan sektor-sektor tersebut tentu
saja akan menaikkan harga dan ini sudah terlihat dari kenaikan
ongkos angkutan. Kenaikan harga pada sektor transportasi pada
gilirannya akan mempengaruhi sektor-sektor perekonomian lainnya
melalui dampak multiplier. Dan kita tahu kenaikan harga-harga
barang yang terjadi secara serentak tersebut akan mendorong
kenaikan inflasi di Indonesia

Dampak negatif akan lebih dahsyat lagi jika efek psikologis


terasa lagi jika dampak psikologis dari sisi masyarakat dan
pemerintah diperhitungkan. Dampak psikologis dari sisi masyarakat
terjadi manakala masyarakat secara bersama-sama memiliki
ekspektasi bahwa kenaikan harga BBM akan diikuti oleh kenaikan
harga di sektor-sektor lainnya. Mengapa inflasi karena dampak
psikologis bisa terjadi? Kenaikan harga BBM akan menimbulkan
efek psikologis di masyarakat di mana produsen (termasuk
pedagang) menaikkan harga melebihi dari kenaikan biaya produksi
atau distribusi yang mereka keluarkan. Jadi ketika produsen
menaikkan harga mereka tidak menghitung berapa besar kontribusi
BBM terhadap biaya produksi yang mereka keluarkan untuk
memproduksi barang/jasa tersebut. Sebagai contoh, ketika harga
BBM naik sebesar Rp 500 per liter, maka sopir angkutan umum

13
akan memilih menaikkan ongkos sebesar Rp 500 per penumpang,
pedagang makanan akan menaikkan harga Rp 500 per porsi, dan
pedagang sayuran juga akan menaikkan harga Rp 500 per kg/per
ikat sayur yang mereka jual. Padahal kontribusi BBM per
penumpang atau kontribusi BBM terhadap biaya makanan atau
sayuran per ikat tidaklah sebesar tersebut. Kondisi tersebut
diperparah oleh adanya pihak yang memanfaatkan momentum
kenaikan harga BBM dengan menaikkan harga semua komoditi
padahal kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebesar
kenaikan harga yang mereka lakukan. Jika hal tersebut dilakukan
oleh produsen dan pedagang secara serentak di seluruh Indonesia,
maka inflasi yang terjadi akan lebih besar daripada dampak
ekonomi yang seharusnya. Kenaikan harga secara serentak dan
melebihi dari cost push inflation tersebut akan menyebabkan inflasi
yang tinggi dan pada gilirannya dapat memicu keresahan di semua
lapisan masyarakat, mulai dari produsen, pedagang, dan konsumen.

6. Menyikapi kenaikan harga BBM secara bijak


Terjadinya tekanan yang kuat saat terjadi gangguan, misalkan
pandemi covid, invasi Rusia ke Ukraina yang meningkatkan
beberapa harga komoditi bisa menyebabkan APBN sakit. Karena itu
kita harus menjaga kesehatannya. Namun disisi lain, APBN sebagai
bantalan sosial tetap memberikan perlindungan kepada masyarakat
kurang mampu.
Perlu ditanamkan pemahanaman bahwa subsidi yang
ditanggung APBN sudah sangat memberatkan dan semakin menipis.
Apabila subsidi BBM terus dilaksanakan maka dana subsidi yang
dianggarkan dalam APBN diperkirakan akan habis di bulan Oktober
tahun 2022. Bayangkan apabila subsidi BBM habis, maka di bulan
Nopember 2022 penyesuaian BBM akan lebih tinggi lagi. Dan
kenaikan BBM tersebut pastinya akan berimbas kepada harga bahan
pokok, transportasi, jasa dan lainnya. Subsidi BBM tidak hilang,
tapi dialihkan penggunaannya kepada golongan kurang mampu yang
lebih tepat sasaran.
Perlu dipahami, bahwa sejak awal tahun-tahun sebelumnya dunia
dilanda pandemi Covid 19 dan hal tersebut berdampak pada tingkat
pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Laju pertumbuhan ekonomi
menjadi stagnan cenderung menurun karena negara-negara fokus
pada penanganan pandemi, tidak terkecuali di Indonesia. Ada
pembatasan aktivitas dan ketatnya protokol kesehatan berimbas
pada roda perekonomian, tapi alhamdulillah Indonesia bisa bangkit
dari pandemi Covid 19 dikarenakan Pemerintah cepat tanggap

14
menjalankan program vaksin yang berjalan baik di setiap propinsi.
Hal tersebut juga didukung kesadaran masyarakat yang tinggi.
Berhasilnya program vaksin dan kesadaran menjalani protokol
kesehatan yang tinggi, membuat Indonesia cepat bangkit dan laju
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dengan baik.
Pemulihan dari pandemi Covid-19 yang cepat mengakibatkan
mobilitas dan kegiatan usaha cendrung meningkat. Dampaknya,
pemakaian BBM bersubsidi juga meningkat yang akhirnya sangat
membebani APBN. APBN sebagai instrumen keuangan negara harus
terjaga kesehatannya. Tugas Pemerintah untuk mengelola APBN
secara berkeadilan. Perlu kami sampaikan adanya invasi Rusia
terhadap Ukraina berimbas pada naiknya harga minyak dunia.
Semula yang diasumsikan 64$ per barrel, sekarang naik menjadi
rata-rata 105$ per barrel dalam APBN. Belum lagi kenaikan harga
batu bara, nikel dan lainnya, semua itu ditangkap dalam Keuangan
Negara.

Penyesuaian harga BBM sudah pasti akan berimbas terjadinya


inflasi dengan naiknya harga barang/jasa dan kita harus
mengeluarkan uang lebih untuk memenuhinya. Hendaknya kita tidak
perlu panik dan tetap berpikir jernih dalam menghadapinya. Yang
perlu kita jalani adalah bergaya hidup hemat, sehat dan tetap
bahagia.Kita dapat menjalani hidup lebih hemat dengan cara
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Misalkan untuk
aktivitas dengan jarak tempuh yang dekat, kita bisa berjalan kaki
atau bersepeda. Selain mengurangi biaya BBM, lebih sehat dan
dapat mengurangi polusi udara. Pengeluaran untuk kebutuhan
sehari-hari agar lebih selektif. Pembelian barang/jasa didasarkan
pada kebutuhan bukan keinginan. Pemakaian listrik, air, gas dan
lainnya lebih dihemat agar beban biaya pengeluaran tersebut dapat
ditekan.
Penghematan lainnya terhadap pembiayaan kebutuhan sekunder
seperti belanja pakaian, sepatu, asesoris, liburan/tamasya, nonton
bioskop. Barang-barang lama yang masih bagus dan berfungsi baik,
dapat dioptimalkan penggunaannya.
Dengan penyesuaian harga BBM, mari kita terapkan jiwa
gotong royong, diharapkan golongan mampu untuk tidak
menggunakan BBM bersubsidi, membayar pajak dan kewajiban
lainnya dengan kesadaran tinggi. Warga yang mampu membantu
warga yang tidak mampu agar tetap memiliki daya beli kebutuhan
pokok. Akhirnya, penulis sangat optimis dengan bersatu dan gotong
royong, kita bersama mampu melalui tekanan inflasi ini akibat
penyesuain harga BBM.

15
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan diseluruh sector


ekonomi
2. Dengan penyesuaian harga BBM, mari kita terapkan jiwa gotong
royong, diharapkan golongan mampu untuk tidak menggunakan
BBM bersubsidi, membayar pajak dan kewajiban lainnya dengan
kesadaran tinggi.

B. Saran

1. Penyaluran BBM subsidi seharusnya ditujukan untuk masyarakat


yang kurang mampu

16
DAFTAR PUSTAKA

1.

17

Anda mungkin juga menyukai