Anda di halaman 1dari 5

ESAI

HIPERTIROID

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Pelajaran : Patofisiologi
Dosen Pengajar : apt. Anisa Pebiansyah, M.Farm.

Kelompok 2 (1A Farmasi)


Disusun Oleh :
1. Dika Nur Anggaraita 10016122045
2. Dinda Amelia 10016122049
3. Fadhillathul Nurliawati 10016122052
4. Fauzan Sebastian Ramadhan 10016122003
5. Karin Kusmiati 10016122015
6. Naila Ismatun Hasanah 10016122037
7. Neng Hilda Nurhalida 10016122007
8. Nur’ain Fauzia 10016122054
9. Tina Anggraeni 10016122008

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2023

1
HIPERTIROID

Hipertiroid adalah hipersekresi produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Adapun
subklinis hipertiroid, secara definisi diartikan kasus dengan kadar hormon normal tetapi
Tyroid Stimulating Hormon (TSH) rendah. Sebagian besar kasus hipertiroid pada anak
kurang dari 18 tahun adalah penyakit Graves. Penyakit Graves (PG) merupakan penyakit
autoimun dengan insidens 0,1-3 per 100.000 anak. Insidensnya meningkat sesuai umur,
jarang ditemukan pada usia sebelum 5 tahun dengan puncak insidens pada usia 10-15 tahun.
Perempuan lebih sering dibandingkan lelaki dan riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
meningkatkan risiko PG sebesar 60%. Penyakit ini dapat bersamaan dengan penyakit
autoimun lainnya, misal dengan diabetes melitus tipe-1. Remisi dan kekambuhan yang
tinggi merupakan masalah PG bergantung dari usia pasien, derajat tirotoksikosis saat
diagnosis, respons terapi awal, dan kadar TRAb (Thyrotropin receptor antibodies).
Hipertiroid neonatal terjadi saat prenatal dan muncul pada beberapa hari atau
beberapa minggu setelah lahir dari ibu penderita penyakit graves selama hamil, biasanya
bersifat transien. Insidensnya 1-2% dari ibu penderita penyakit graves atau 1 dari 4.000-
50.000 kelahiran. Lebih sering ditemukan pada lelaki dari pada perempuan. Angka
kematiannya 25% yang biasanya disebabkan oleh gagal jantung. Hipertiroid neonatal terjadi
karena transfer TRSAb (TSH receptor-stimulating antibodies) dari ibu ke bayi melalui
plasenta. Krisis tiroid, suatu keadaan hipermetabolik yang mengancam nyawa, dipicu oleh
pelepasan hormon tiroid yang berlebihan pada penderita hipertiroid. Krisis tiroid hampir
selalu fatal jika tidak ditangani segera, diagnosis cepat dan terapi yang agresif sangat
diperlukan untuk mengatasi kegawatannya (Angka kematiannya 10-20%) (Niken Prita Yati,
2017).
Tanda dan gejala umum hipertiroid sebagai berikut:

2
Tanda dan gejala spesifik hipertiroid termasuk oftalmopati, tiroid dermopati, sensasi
globus, disfagia, atau ortoponea karena kompresi esofagus pada nodular gondok; dan nyeri
leher pada kelenjar tiroid (Fatourechi, 2012). Hampir semua pasien hipertiroid memiliki
oftalmopati. Lesi oftalmopati ditandai dengan kulit menebal yang sedikit berpigmen,
terutama pada area pretibialsehingga mata terlihat menonjol dan kelopak mata membengkak
(Bartalena et al., 2014).
Penyebab hipertiroid utama di daerah cukup iodium adalah penyakit Grave’s yang
disebabkan berbagai faktor, antara lain gangguan sistem imun dan terjadinya autoantibodi
yang merangsang sel-sel folikel tiroid untuk mengikat reseptor TSH sehingga kadar TSH
rendah (Hall, 2016). Berdasarkan studi Marino et al. (2015), memberikan bukti bahwa
faktor genetik memengaruhi penyakit Graves, antara lain gen pengatur imun yaitu HLA
region, CD40, CTLA4, PTPN22, dan FCRL3, autoantigen tiroid seperti gen tiroglobulin dan
reseptor TSH, serta risiko penyakit Graves 17-35% pada monozigot kembar. Faktor-faktor
lain seperti infeksi bakteri Yersinia enterocolitica dimana mekanisme molekulernya meniru
reseptor TSH, defisiensi vitamin D dan selenium, kerusakan kelenjar tiroid, dan
imunomodulasi (Marino et al., 2015).
Penyebab hipertiroid utama lainnya adalah toxic multinodular goiter dan solitary
toxic adenoma yang lebih sering terjadi pada lansia. Nodul tiroid memproduksi hormon
tiroid secara berlebih karena sinyal dari TSH atau antibodi reseptor TSH. Penyebab lainnya
termasuk hormon tirotropin yang menyebabkan tiroksikosis dan tumor tropoblastik, dimana
reseptor TSH distimulasi oleh kadar TSH yang berlebih dan chorionic gonadotropin (Beck-
Peccoz et al., 2013; Hershman, 2013).
Patofisiologi hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme,kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel,sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar.Juga,setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa
kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
"menyerupai" TSH,Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang
sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi
cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien

3
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa" mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik,akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal.Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini,terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar (Sylvia,
2005).
Kadar nilai normal TSH pada orang dewasa 0,35-5,5 µIU/ml, <3 ng/ml. Tiroksin
(T4) adalah hormon utama yang disekresikan oleh kelenjar tiroid dan minimal 25 kali lebih
pekat dari pada triiodotironin (T3). Kadar T4 serum umumnya digunakan untuk mengukur
konsentrasi hormon tiroid dan fungsi kelenjar tiroid. Penggunaan iodin yang terikat protein
dianggap usang dan uji ini jarang dilakukan. Nilai T4 normal pada orang dewasa 4,5-
11,5 µg/dl.
Kadar T4 plasma normal pada orang dewasa sekitar 8 µg/dl (103 nmol/L), sedang T 3
sekitar 0,15 µg/dl (2,3 nmol/L), Sebagian besar terikat pada protein plasma. Angka tersebut
diperoleh dengan radioimunoesai.

4
DAFTAR PUSTAKA

Niken Prita Yati, A. U. (2017). Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid . Ikatan Dokter
Anak Indonesia.

Sylvia A. Price, Patofisiologi, Edisi 6, 2005, AGC, Jakarta

Oetomo, Koernia Swa. "SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYA."

Kamsyakawuni, A. 2012. Hipertiroid Dengan Metode Inferensi. Program Pascasarjana


Universitas Diponegoro Semarang

Anda mungkin juga menyukai