2 - REG - Nurul Lantika Mataho - Penugasan ABO Blood Grouping
2 - REG - Nurul Lantika Mataho - Penugasan ABO Blood Grouping
Tabel pembagian golongan darah sistem ABO berdasarkan antigen dan antibodi dalam darah
Manusia dengan Rh-negatif tidak memiliki antibodi anti-Rh pada keadaan normal.
Antibodi anti-Rh akan terbentuk pada golongan darah Rh-negatif apabila darahnya telah
terpapar dengan sel darah merah yang memiliki antigen D. Antibodi anti-Rh pada dasarnya
adalah imunoglobulin G (Ig G) yang dapat melewati plasenta.
Selain antigen D, terdapat empat antigen penting lainnya dalam sistem golongan darah
Rhesus, yaitu antigen C, antigen E, antigen c, dan antigen e. Antigen dalam sistem Rhesus
dapat terdeteksi sejak usia kehamilan 8 minggu dan antigen dalam sistem ini hanya terdapat
pada permuksaan sel darah merah, dan tidak terdapat pada sel darah putih dan trombosit.
3. Periksa ketersediaan whole blood atau suspensi sel darah merah apakah dalam kondisi
yang baik atau mengalami hemolisis. Jika sampel darah belum tersedia, ambil sampel
darah dari jari subjek yang ingin diperiksa menggunakan lancet.
4. Berilah label pada masing-masing slide kaca, misal dengan ‘anti-A’, ‘anti-B’, ‘anti-
A,B’, ‘anti-D’, dan ‘kontrol Rh’.
5. Tempatkan 1 tetes reagen anti-A pada slide kaca ‘anti-A’.
6. Tempatkan 1 tetes reagen anti-B pada slide kaca ‘anti-B’.
7. Tempatkan 1 tetes reagen anti-A,B pada slide kaca ‘anti-A,B’.
8. Tempatkan 1 tetes reagen anti-D pada slide kaca ‘anti-D’.
9. Tempatkan 1 tetes reagen kontrol Rh pada slide kaca ‘kontrol Rh’.
10. Tempatkan 1 tetes whole blood atau suspensi sel darah merah pada setiap slide kaca,
tepatnya disamping tetesan reagen. Usahakan ukuran tetesan whole blood atau suspensi
sel darah merah sama dengan ukuran tetesan reagen.
11. Campur reagen dengan whole blood atau suspensi sel darah merah menggunakan
applicator stick yang berbeda-beda untuk setiap slide kaca. Buatlah campuran tersebut
membentuk oval dengan perkiraan diameter 20 mm x 40 mm.
12. Untuk slide kaca ‘anti-A’, ‘anti-B’, dan ‘anti-A,B’: Miringkan slide kaca secara
perlahan selama 2 menit hingga aglutinasi terbentuk. Jangan letakkan slide kaca di atas
permukaan yang panas, seperti Rh view box, dalam jangka waktu tersebut.
13. Untuk slide kaca ‘anti-D’ dan ‘kontrol Rh’: Letakkan kedua slide kaca di atas Rh view
box dan miringkan slide kaca secara perlahan selama 2 menit hingga aglutinasi
terbentuk.
14. Bacalah, interpretasikan dan catat hasil reaksi yang terjadi pada masing-masing slide
kaca.
1. Golongan darah A memiliki hasil tes positif pada slide kaca ‘anti-A’ dan ‘anti-A,B’
serta hasil tes negatif pada slide kaca ‘anti-B’.
2. Golongan darah B memiliki hasil tes positif pada slide kaca ‘anti-B’ dan ‘anti-A,B’
serta hasil tes negatif pada slide kaca ‘anti-A’.
3. Golongan darah AB memiliki hasil tes positif pada slide kaca ‘anti-A’, ‘anti-B’, dan
‘anti-A,B’.
4. Golongan darah O memiliki hasil tes negatif pada slide kaca ‘anti-A’, ‘anti-B’, dan
‘anti-A,B’.
Sistem Rhesus
1. Golongan darah Rh-positif memiliki hasil tes positif pada slide kaca ‘anti-D’ dan hasil
tes negatif pada slide kaca ‘kontrol Rh’.
2. Golongan darah Rh-negatif memiliki hasil tes negatif pada slide kaca ‘anti-D’ dan
‘kontrol Rh’.
3. Jika terdapat aglutinasi pada slide kaca ‘kontrol Rh’, maka hasilnya dikatakan sebagai
tidak valid karena seharusnya tidak terjadi aglutinasi pada slide kaca tersebut.
Nurul Lantika Mataho – 18/427186/KU/20791
PD Reguler 2018, Blok C.2, Grup 2
Penugasan ABO Blood Grouping Rabu, 21 Oktober 2020
Gambar interpretasi hasil tes metode slide sistem ABO dan Rhesus
Korelasi Klinis
Menurut American Red Cross, jika seseorang menerima sel darah merah dengan antigen
yang sebelumnya tidak ditemukan dalam darah orang tersebut, maka tubuhnya akan
menolak dan menyerang sel darah merah dari donor.
Contohnya jika orang dengan golongan darah B (memiliki antigen B dan antibodi anti-A)
menerima donor (resipien) dari golongan darah A (memiliki antigen A dan antibodi anti-
B), maka plasma darah orang dengan golongan darah B yang mengandung antibodi anti-
A akan menyerang dan menghancurkan antigen A yang ada pada permukaan sel darah
merah dari donor golongan darah A sebagai sebuah mekanisme pertahanan tubuh. Hasil
dari proses tersebut adalah terjadinya aglutinasi atau penggumpalan darah. Bekuan darah
dari hasil aglutinasi tersebut dapat menyumbat pembuluh darah dan jika pembuluh darah
rusak atau ruptur, maka akan terjadi kebocoran hemoglobin, dan ini bisa bersifat toksik
bagi tubuh. Reaksi lainnya yang dapat timbul dalam kasus ini adalah reaksi alergi dan
anafilaksis. Pada beberapa kasus, tubuh dapat menanganinya, sedangkan pada beberapa
kasus lainnya dapat mengancam nyawa dan menimbulkan komplikasi. Onset terjadinya
reaksi ini juga berbeda pada setiap individu. Reaksi tersebut dapat muncul langsung saat
resipien menerima donor, namun pada beberapa kasus diperlukan hingga 28 hari bagi
reaksi tersebut untuk terjadi.
Pada kasus emergensi medis, golongan darah O dengan Rh-negatif (O-) dapat digunakan
secara aman kepada siapapun dengan golongan darah yang belum diketahui. Hal ini
dikarenakan golongan darah O- tidak memiliki antigen A, B, atau D sehingga dinilai aman
untuk dapat diberikan kepada seluruh golongan darah. Kemampuan golongan darah O-
inilah yang membuat golongan tersebut dikenal sebagai donor universal. Namun, pada saat
ini para ahli telah menemukan bahwa golongan darah O- juga dapat menimbulkan risiko.
Nurul Lantika Mataho – 18/427186/KU/20791
PD Reguler 2018, Blok C.2, Grup 2
Penugasan ABO Blood Grouping Rabu, 21 Oktober 2020
Jika sepasang suami istri memiliki golongan darah dan/atau faktor Rh yang berbeda, maka
anak dari pasangan tersebut belum tentu memiliki golongan darah dan/atau faktor Rh yang
sama dengan ibunya. Pada kasus wanita hamil dengan golongan darah Rh-negatif dan
memiliki fetus dengan golongan darah Rh-positif, hal ini dapat menimbulkan risiko selama
kehamilan atau persalinan. Sel darah merah fetus dalam jumlah kecil dapat melewati
plasenta menuju sirkulasi maternal. Jika sel darah merah fetus yang memiliki antigen D
bertemu dengan plasma maternal yang tidak memiliki antigen D, maka antibodi anti-Rh
dalam darah maternal akan terbentuk, yang mana proses ini disebut dengan sensitisasi.
Antibodi anti-Rh tersebut dapat melewati plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi fetus,
sehingga dapat menyerang sel darah fetus sebagai suatu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap benda asing. Pada beberapa kasus, jaundice dan kerusakan otak dapat terjadi.
Untuk mencegah hal ini terjadi, WHO menyarankan agar maternal dengan golongan darah
Rh-negatif diberikan imunoglobulin G anti-D pada usia kehamilan 28 minggu dan 34
minggu untuk mencegah pembentukan antibodi anti-Rh dalam darahnya.
Nurul Lantika Mataho – 18/427186/KU/20791
PD Reguler 2018, Blok C.2, Grup 2
Penugasan ABO Blood Grouping Rabu, 21 Oktober 2020
Referensi: