Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

P DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :PNEUMONIA DI
RUANG ZAAL RSU SYILVANI BINJAI
Dosen Pembimbing :

Disususn Oleh :

Nama : Rizkon Fadilah

Nim : P07520221039

Kelas : 2A Str.Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
MEDAN T.A 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta
beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan asuhan
keperawatan pada Tn.P dengan gangguan system pernapasan:Pneumonia di
ruang zaal RSU Syilvani Binjai ” ini dengan tepat waktu.Adapun maksud dan tujuan
dari penulisan laporan ini adalah suatu bentuk tanggung jawab untuk memenuhi
tugas praktek klinik Keperawatan Medikal Bedah I.
Saya menyadari bahwa saya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya senantiasa menanti kritik dan saran dalam
upaya evaluasi diri. Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan
penyusunan laporan,penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
dan hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi
penulis, dan pembaca.

Medan,30 Mei 2023

Penulis

1
Daftar isi

2
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Hingga kini penmonia adalah salah satu penyebab kematian utama akibat infeksi
disaluran pernapasan, pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia menjadi salah satu penyakit
penyebab kematian pada lansia yaitu sekitar 15%-20% angka tersebut cukup tinggi
dalam jurnal Alvianda, etal., (2018, p. 3). Sedangkan di dalam jurnal Sari, et al., (2016,
p. 4)menyatakan pasien usia >65 tahun yang dirawat di RS menjadi diagnosis terbanyak
yang diperkirakan 20% dari penduduk dunia. Dan berdasarkan data kemenkes 2014,
jumlah penderita pnemunia di indonesia pada tahun 2013 bersekitar 23% sampai 27%
dan kematian akibat pnemonia sebesar 1,19%.Pada tahun 2010 di indonesia pnemonia
termasuk 10 besar penyakit rawatinap (Dwinanda & Susilawati, 2020)
Gejala yang timbul pada lansia yaitu badan terasa tidak enak, penurunan aktivitas
fisik, penyakit peyerta, proses penuaan dan status gizi kurang(Alvianda, et al., 2018, p.
3). Dan dalam jurnal Sari, et al., (2016, p. 4)menyatakan gejala-gejala pnemonia pada
lansia disaluran pernapasan seperti batuk, sesak napas dan nyeri dada. Sedangkan
manifestasi klinis yang tidak khas seperti hilangya nafsu makan, penurunan status
fungsional, inkontinesia urin.

1.2 Tujuan
1 Bagaimana gambaran teori penyakit pneumonia ?
2 Bagaimna konsep secara teori asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
penemonia ?
3 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan
pneumonia dari tinjauan kasus ?

1.1 Tujuan
1 Mengetahui secara teori penyakit pneumonia
2 Mengetahui secara teori asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit penemonia
3 Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan pneumonia yang terjadi dilapangan

3
BAB II
Pembahasan

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi Pneumonia


Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai
lobus paru.Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma
paru yang terjadi padaanak. (Suriani, 2006).

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang


disebabkan olehbakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau
benda asing. Pneumonia adalahinfeksi pada parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveolihal ini terjadi akibat adanya
infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggutekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997).

Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang


biasanya darisuatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai
dengan gejala batuk disertaisesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma, dansubstansi asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapatdilihat melalui gambaran
radiologi (Nurarif, 2015)

2.1.2 Etiologi
Menurutt Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:
1. Bakteri : pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcus
aureus.Haemophilus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.
3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
ryptococosis,pneumocytis ca
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:


1. virus sinsisial pernafasan
2. adenovirus
3. virus parainfluenza

4
4. virus influenza

2.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut (Gumelar & Universa, 2020) tanda dan gejala pneumonia yaitu:
1. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
2. Batuk, batuk berdahak
3. Demam tinggi, berkeringat dan menggigil
4. Lebih rendah dari suhu tubuh normal (pada orang dewasa yang lebih tua dari
usia 65 dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah), hal unik ini bisa
terjadi.
5. Mual, muntah atau diare
6. Sesak napas
7. Mudah lelah dan kelelahan
8. Bayi baru lahir dan bayi mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi. Atau mereka mungkin muntah, demam dan batuk, tampak gelisah
atau lelah dan tanpa energi, atau mengalami kesulitan bernapas dan makan.

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia menurut Zul Dahlan 2001 dalam Padila (2013) :

a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :


1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau loburis
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan repirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrast paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan factor lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosocomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis :
1. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenal parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia

5
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsoli dasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma,Chlamydia pneumonia atau Legionella.

2.1.5 Patofsiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapamekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksiusdifiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran nafas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akanberhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,
danhumoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi
maternal yangdidapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organismeinfeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalamipneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat ataukongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi danperubahan kualitas sekresi mukus
atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktorpredisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan
padapertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus padasaluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke
saluran napas bagian bawah danmenyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahanyang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah.Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di salurannapas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebarandroplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaranhematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yangmeliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit

6
polimorfonuklear di alveoliyang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobarisyang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengandominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal
inimenyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegahinfeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬
ret fiat yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari
imu¬noglobulin A (IgA).

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidakmampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mem¬pengaruhitimbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun,
misal¬nya akibat malnutrisienergi protein (MEP), penyakit menahun, faktor
iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia,aspirasi, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.

7
2.1.6 Pathway

8
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia,
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam
untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
d. Hidrasi pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan
jika masalah sekunder seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi
karena hal itu perluwaktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi
secepatnya maka biasanya diberikanoantibiotik golongan Penicillin G
untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin,derivat tetrasiklin
untuk infeksi pneumonia.

2.1.8 Terapi Diet


1. Jenis Diet Diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein)
2. Tujuan Diet :
a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.
3. Syarat Diet:
a. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB
b. Protein tinggi, 2,0-2,5 g/kg BB.
c. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.
f. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
diberikan kepada pasien :

9
a. Kurang energi protein (KEP)
b. Sebelum dan setelah operasi tertentu, multi trauma, serta selama radio
terapi dan kemoterapi.
c. Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi.
d. Hipertroid, hamil, dan pst-partum dimana kebutuhan energi dan
protein meningkat.
e. Menurut keadaan, pasien dapat diberikan salah satu dari dua
macam diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) seperti di bawah:
 Diet TETP I Energi: 2600 kkal, Protein: 100 g (2g/kg BB)
 Diet TETP II Energi: 3000 kkal, Protein: 125 g (2,5g/kg BB)

Bahan makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan

Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


makanan
Sumber Nasi, roti, mie, makaroni Dan hasil olahan
kerbohidrat tepung-tepungan lain, seperti cake, tarcis,
puding, dan pastri, dodol, ubi, karbohidrat
sederhana seperti gula pasir.
Sumber Daging sapi, ayam ikan, telur,susu, dan Dimasak dengan banyak
protein hasil olahan seperti keju dan yoghurt dan minyak atau kelapa/
hewani es krim santan kental.
Sumber Semua jenis kacang-kacangan dan hasil Dimasak dengan banyak
protein olahannya seperti tahu dan tempe. minyak atau kelapa/
nabati santan kental
Sayuran Semua jenis sayuran, terutama jenis B, Dimasak dengan banyak
seperti bayam, buncis, daun singkong, minyak atau kelapa/
kacang panjang, labu siam dan wortel santan kental
dikukus,ditumis , direbu
Buah- Semua jenis buah segar, buah kaleg, buah
buahan kering dan jus buah.
Lemak dan Minyak goreng, mentega, margarin, Santan kental
minyak santan encer
Minuman Soft drink, madu, sirup, teh dan kopi Minuman rendah energi
encer

10
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah
pneumonia adalah:
1. Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnya: lobar,
bronchial).Dapat juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semuaorganisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang di aspimsi.
7. Bronchoskopi:untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

2.1.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

1. Pleuritis: Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru atau pleura


2. Atelektasis: Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan
sempurna akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
3. Empiema: Adanya pus pada rongga pleura
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri
yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari
pembuluh darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah disekitarnya.
6. Infeksi super perikarditis peradangan yang terjadi pada selaput
pembungkus jantung (perikardium)
7. Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak
8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan
(biasanya terjadi pada kaki dan tangan).

2.1.11 Pencegahan Pneumonia


Menurut Kemenkes (2010) pencegahan pneumonia selain dengan
menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas,

11
perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam ha lmemanfaatkan pedoman
diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan
efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus
yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI
eksklusif dan asupan zinc,peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan
polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Penelitian
terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi
kejadian pneumonia. (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 menurut Kementerian Kesehatan RI,
2010 yaitu:

A. Pencegahan Non spesifik, yaitu:


1. Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
2. Lingkungan yang bersih, bebas polusi
B. Pencegahan Spesifik:
1. Cegah BBLR
2. Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
3. Berikan imunisasi / Vaksin

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia


1. Pengkajian dalam buku (Rita & Suriadi, 2010, p. 80) adalah sebagai berikut :
a) Biodata
Pneumonia lobaris sering terjadi secara primer pada orang dewasa,
sedangkan pneumonia lobularis (bronkopneumonia) primer lebih sering terjadi
pada anak-anak. Ketika seorang dewasa mempunyai penyakit bronkopneumonia,
kemungkinan besar ada penyakit yang mendahuluinya.b)
b) Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya
awitan yang ditandai dengan keluhan menggigil, demam lebih dari 40 derajat
celcius,nyeri pleuritic, batuk, sputum bewarna seperti karat, takipnea
terutama setelah adnya konsolidasi paru

12
 Riwayat kesehatan masa lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran napas atas(infeksi pada
hidung dan tenggorokan). Risiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat
alkoholik, post-operasi, nfeksi pernafasan dan klien dengan imunosupresi
(kelemahan pada sistem imun. Hampir 60% dari kien kritis di ICU dapat
menderita pneumonia dan 50% separuhnya akan meninggal.
c) Pemeriksaan fisik
 Awitan akut biasanya ditandai dengan myalgia, malaise batuk kering yang
nonproduktif
 Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua/ orang dengan
penurunan imunitas akibat kuman yang kurang pathogen
 Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasanya dijumpai adalah
demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang
dullnesss. Ronchi nyaring serta suara pernafasan bronkial).
 Ronchi basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringanyang
terserang karena eksudat dan fibrin dalam alveolus.
d) Pemeriksaan diagnostik
 Foto rontgen dada: teridentifikasi penyebaran misalnya lobus,bronkial: dapat
juga menunjukkan mutipel abses/infiltrate,empyema; penyebaran atau lokasi
infiltrasi atau penyebaran ekstensif nodul infiltrate; pada pneumonia
mycoplasma gambarchest x-ray mungkin bersih.
 ABGs/Pulse oximetry; abnormalitas mungkin timbul bergantung pada
luasnya kerusakan paru
 Kultur sputum dan darah/ gram stain; didapatkan dengan needlebiopsy.
Transtracheal aspiration, fiberoptic bronchoscopy ataubiopsy paru terbuka
untuk mengeluarkan organisme penyebab.Akan di dapatkan lebih dari satu
jenis kuman seperti diplococcuspneumoniae, staphylococcus aureus, A
hemolytic streptococcusdan haeophilus influenza.
 Hitung darah lengkap: leukositosis biasanya timbul meskipun nilai SDP
rendah pada infeksi virus
 Tes serologic; membantu membedakan diagnosis pada organism secara
spesifik
 Laju endap darah: meningkat

13
 Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, compliance menurun dan akhirnya dapat terjadi hipoksemia
 Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah
 Bilirubin; mungkin meningkat
2. Diagnosis dan Perencanaan

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
Bersihan jalan napas Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas
berhubungan dengan Dengan kriteria hasil: 1. Observasi
produksi sputum berlebih - Produksi sputum - Monitor pola napas
Ds: dyspnea menurun - Monitor bunyi napas
Do: - Batuk efektif tambahan
- Batuk tidak efektif meningkat - Monitor sputum
- Tidak mampu batuk - Dyspnea menurun 2. Terapeutik
- Sputum berlebih - Sianosis menurun - Pertahankan kepatenan
- Mengi, wheezing atau - Frekuensi napas jalan napas
ronkhi membaik - Posisikan semi fowler
- Bunyi napas menurun - Pola napas membaik atau fowler
- Frekuensi napas - Berikan minum hangat
berubah - Berikan oksigen jika
- Pola napas berubah perlu
- Sianosis 3. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
- Ajarkan Teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekto
ran dan mukolitik jika
perlu
Pola napas tidak efektif Pola Napas Pemantauan respirasi
berhubungan dengan

14
sekresi yang tertahan Kriteria hasil: 1. Observasi
Ds: Dispnea - Dyspnea menurun - Monitor frekuensi irama
Do: - Penggunaan otot kedalaman dan upaya
- Penggunaan otot bantu napas menurun napa
bantu pernafasan - Pemanjangan fase - Monitor pola napas
- Fase ekspirasi ekspirasi menurun - Monitor kemampuan
memanjang - Frekuensi pernafasan batuk efektif
- Pola napas abnormal membaik - Monitor adanya
- Pernafasan cuping - Kedalaman napas produksi sputum
hidung membaik - Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi
oksigen
2. Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Manajemen ventilasi
behubungan dengan Kriteria hasil: mekanik
ketidakseimbangan - tingkat kesadran 1. Observasi
ventilasi-perfusi meningkat - monitor efek ventilator
Ds: dyspnea - dyspnea menurun terhadapstatus oksigen
Do: - bunyi napas - monitor gejala
- PCO2 menurun/ tambahan menurun peningkatan pernafasan
menigkat - PCO2 membaik 2. terapeutik
- PO2 menurun - PO2 membaik - atur posisi kepala 45-60
- Takikardia - Takikardia membaik derajat untuk mencegah
- pH arteri - pH arteri meembaik aspirasi
meningkat /menurun - sianosis membaik - reposisi pasien setiap 2

15
- sianosis - pola napas membaik jam lakukan
- warna kulit abnormal - warna kulit membaik penghisapan lendir
- kesadaran menurun sesuai kebutuhan
3. kolaborasi
- kolaborasi pemilihan
mode ventilator
- kolaborasi penggunaan
PS atau PEEP untuk
meminimalkan
hipoentilasi alveolus
4.

3. Implementasi
Implementasi merupakan suatu bentuk dari tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat sesuai rencana yag disusun, yang dalam pelaksanaanya
meliputi respon klien selama dan sesuah tindakan, serta menilai data baru (Budiono,
20016). Pada asuhan keperawatan ini Implementasi yang dilakukan adalah penkes
kesehatan pneumonia pada keluarga dan mengajarkan batuk efektif.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap perbandingan yang sistematis dan terencana mengenai
kesehatan klien yang bertujuan untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang telah disesiaikan dengan kreteria hasil pada tahap perencanaan
(Budiono, 2016).

16
BAB III
Tinjauan Kasus

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama/Inisial : Tn.P No.MR : 123456
Umur : 57 tahun Ruang Rawat : Zaal lt 2
Jenis kelamin : Laki-laki Tgl.masuk : 29-05-2023
Status : Menikah Tgl.Pengkajian: 30-05-2023
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Binjai

Penanggung Jawab
Nama : Ny.Y
Umur : 56 tahun
Hubungan dengan klien : Istri

2. Keluhan Utama
Klien datang ke UGD RSU Syivani Binjai pada tanggal 29 Mei 2023 pukul 13.43
WIB, rujukan dari T.Tinggi Binjai dengan keluhan sesak nafas dan nyeri kepala.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian tanggal 30 Mei 2023 pada pukul 08:30 WIB, klien mengatakan
nafas sesak, batuk dan tidak bisa mengeluarkan sputum. Klien mengatakan tidak
mau makan dan nafsu makan tidak ada, klien hanya menghabiskan 3 sendok
makan saja. Klien mengatakan tidak bisa tidur dan kurang istirahat, tidur hanya 4
jam dalam sehari, klien mengatakan badan terasa lemas, aktivitas dilakukan di
atas tempat tidur dan dibantu keluarga. Klien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakitnya.Tekanan darah klien 110/70 mmHg, nadi 89

17
x/menit,pernafasan 28 x/menit, suhu 36,0℃, klien terpasang infuse Ringer
Laktat 20 tetes/menit.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sesak nafas sebelumnya. Klien
mengatakan pernah dirawat di RSU Syilvani pada tahun 2019 dengan riwayat
post op Katarak, hasil dari pengobatan klien tidak ada keluhan dan
penglihatannya kembali normal.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien, keluarga
juga tidak ada memiliki penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dll.

Genogram

18
3.2 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15 E: 4 M: 6 V: 5
BB/TB : 47 Kg/150 cm
Tanda-tand vital
TD : 110/70mmHg S : 36,0◦C
N : 89x/Menit P : 28x/menit

1. Kepala
Rambut :Rambut klien tampak bersih, tidak ada ketombe, rambut sudah

beruban, rambut klien tampak lurus, tekstur rambut lembut

Mata :Bentuk mata simetris kiri dan kanan, tampak ada serumen,

konjungtiva pucat, sklera ikterik, penglihatan normal, klien tidak

ada menggunakan alat bantu penglihatan.

Telinga :Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak

ada pembengkakan, klien tidak ada gangguan pendengaran.

Hidung :Simetris kiridan kanan, tidak ada serumen, tidak ada polip,

penciuman normal, klien terpasang O2 nasal kanul 2 liter

Mulut dan Gigi : Mukosa bibir kering, keadaan mulut bersih, gigi tidak ada.

2. Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher, tidak ada pembesaran kelenjer thyroid,
deviasi trachea tidak ditemukan, arteri carotis teraba.
3. Thorax
a. Paru-paru
I :Bentuk dada Normal Chest, dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dinding dada sama, tidak ada menggunakan otot bantu pernapasan, irama
napas reguler, jenis pernapasan menggunakan pernapasan dada, tampak
ada retrasi dinding dada, frekuensi pernapasan 28 x/menit, warna kulit
sawo matang dan tidak ada lesi maupun benjolan.

19
P : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus kiri dan kanan kuat, ekspansi paru
anterior kiri dan kanan sama, tidak terdapat massa pada daerah dada

P : Bunyi sonor di kedua paru


A : Vesikuler +/+ , Ronchi +/-
b. Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat, CRT kurang dari 3 detik

P : Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan

P :

Batas jantung kanan atas : ICS II linea para sternalis dextra.

Batas jantung kanan bawah : ICS IV linea para sternalis

sinistra dextra.

Batas jantung kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra,

batas jantung kiri bawah : ICS IV linea medio clavicularis

sinistra

A : Bj 1, Bj 2 irama teratur, tidak ada suara tambahan

4. Abdomen
I : Bentuk abdomen flat, simetris kiri dan kanan, umbilikus bersih,

tidak ada lesi ataupun bekas operasi

A : Bising usus 8 x/menit, irama reguler

P : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan di

seluruh kuadran

P : terdengar timpani di seluruh kuadran

5. Punggung: tidak ada bekas luka/ lecet, tidak ada kelainan tulang belakang

6. Ekstermitas

Atas :Terpasang infuse Aminofluid, 500 ML 20 tetes/menit

ditangan kiri, kondisi terpasang infuse bersih, gerakan tangan

terbatas dan tidak ada tanda oedema.

20
Bawah :Simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi
Kekuatan Otot : 5555 4444

5555 5555

7. Genitalia : Klien tidak terpasang kateter, klien tampak memakai

pempers dan di ganti 3x sehari, kebersihan terjaga dan tidak ada kelainan

8. Integumen : Keadaan kulit lembab, kulit berwarna sawo matang

Data Biologis

No Aktivitas Sehat Sakit


1 Makan dan Minum
Makan
- Menu Nasi, lauk, dan sayur ML
- Porsi ½ porsi 3 sendok makan
- Makanan kesukaan Roti Tidak ada
- Pantangan Kacang-kacangan Kacang-kacangan
Minum
- Jumlah 7 gelas/hari 8 gelas/hari
- Minuman kesukaan Kopi Kopi
- Pantangan Tidak ada Kopi
2 Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1x/hari Belum ada saat dilakukan
pengkajian
- Warna Kuning -
- Bau Khas BAB -
- Konsistensi Padat -
- Kesulitan Tidak ada -
BAK
- Frekuensi 5x/hari Tidak terkaji
- Warna Kekuningan Kekuningan
- Bau Pesing Pesing
- Konsistensi Cair Cair
- Keluhan Tidak ada -
3 Istirahat dan Tidur
- Waktu tidur Malam hari Siang dan malam
- Lama tidur 7 jam/ hari 4 jam/ hari
- Hal yang mempermudah - -
tidur
- Kesulitan tidur Tidak ada Sesak nafas
4 Personal Hygiene
- Mandi 1x sehari Hanya di lap
- Cuci rambut 1x/2 hari Tidak ada
- Gosok gigi - -
- Potong kuku 1x seminggu -

21
Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan namun alergi dengan
lingkungan yang dingin.

Data Psikologi
a. Perilaku non verbal Saat perawat memasuki ruangan, klien tampak tersenyum
b. Perilaku verbal
Cara menjawab : Saat berinteraksi dengan perawat, klien mau mengungkapkan
keluhan yang dirasakan selama dirawat.
Cara memberi informasi : saat berinteraksi, klien mau memberikan informasi
terkait yang ditanyakan kepada klien.
c. Emosi
Saat dilakukan pengkajian klien merespon dengan baik, klien tampak tidak ada
marah kepada keluarga maupun orang yang ada disekitar klien.
d. Persepsi penyakit
Saat ditanya oleh perawat tentang persepsi penyakitnya klien menerima dengan
keadaannya saat ini
e. Konsep diri
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan dirinya perempuan, klien mengatakan
ingin sembuh
f. Adaptasi
Selama dilakukan pengkajian, klien mampu beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya dan mampu untuk berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya
g. Mekanisme pertahanan tubuh
Klien tampak berusaha untuk sembuh ditandai dengan selalu rutin mengkonsumsi
obat.

Data Sosial Ekonomi


a. Pola komunikasi
Komunikasi klien baik
b. Orang yang dapat memberi rasa nyaman
Klien mengatakan orang yang memberi rasa nyaman adalah anak-anaknya karena

22
mereka selalu menjaga dan merawat klien dirumah sakit
c. Orang yang paling berharga
Klien mengatakan orang yang paling berharga adalah anak-anaknya.
d. Hubungan dengan keluarga dan pembesuk
Selama dirawat klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan pembesuk baik di
tandai dengan terciptanya suasana yang hangat dan harmonis.
e. Perumahan
Keluarga klien mengatakan jika dirumah mereka jarang sekali membuka jendela
alasannya karena sudah ada ventilasi. Klien mengatakan lingkungan rumahnya
kurang bersih sebagian besar masyarakat masih membuang sampah sembarangan.
f. Kebiasaan Tidak Sehat
Semua anggota keluarga Tn P tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Kebiasaan meludah disembarang tempat, dan tempat penampungan ludah yang
terbuka.

Data Spiritual
a. Keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam

b. Ketaatan beribadah

Klien mengatakan saat sehat rajin mengerjakan shalat 5 waktu, namun selama
dirawat dirumah sakit klien mengerjakan shalat diatas tempat tidur, dan klien sering
di ingatkan jika waktu shalat sudah masuk.
c. Keyakinan terhadap penyembuhan
Klien yakin untuk sembuh dari penyakitnya ditandai dengan klien selalu berdoa agar
ia diberikan kesembuhan.

Data Penunjang
3.1 Diagnosa Medis : CAP ( Tanggal 29 Mei 2023)
3.2 Pemeriksaan diagnotik :
- Pemeriksaan EKG pada tanggal 29 Mei 2023
13:16:22 Normal : Sinus rhythm

23
Rekaman EKG

RO Thorax

Pemeriksaan laboratorium

N Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Kesimpulan


o Pemeriksaan
1 - Hemoglobin - 12,2 gr/dl* - 14-17,5 gr/dl* Normal
- Leokosit - 8.050 mm - 5.000-10.000 Normal
- Trombosit - 303.000 - 150-400 ribu Normal
- Kalium - 3,3* - 3,5-5,5 mEq/I Normal
- Natrium - 137,6* - 135-147 mEq/I Normal
- Klorida - 104,8* - 100-106 mEq/I Normal

24
Data Pengobatan

No Nama Obat Dosi Waktu Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


s Pemberian
1 Cefepime 2 gr 2x1 06 18 • Antibiotik Pasien yang memiliki • Gangguan pada
cefepim riwayat reaksi saluran
diindikasikan hipersensivitas pada pencernaan
untuk cefepime atau termasuk mual,
pengobatan antibiotik golongan muntah, dan diare
pneumonia cephalosporin, • Efek samping
• Demam penicillin, atau pada tempat
neutropenia. antibiotik beta- injeksi misalnya
• Infeksi kulit dan laktam lainnya. phlebitis, rasa
struktur kulit sakit atau
tanpa komplikasi peradangan.
• Infeksi intra
abdomen
2 Ranitidine 150 mg 2x1 06 18 Untuk mengobati • Pada lansia • Kegelisahan,
gangguan pencernaan, • Ibu hamil depresi,
sakit ulu hati dan mual, • Ibu menyusui halusinasi
untuk mencegah gejala • Kanker • Reaksi alergi
sakit maag. lambung seperti kulit
• Penyakit ginjal gatal-gatal,
• Sakit paru- pembengkakan
paru wajah, bibir, atau
• Diabetes lidah
• Gangguan
pernapasan
• Perdarahan
yang tidak
biasa

25
• Muntah
• Menguningnya
kulit atau mata
3 Ventolin 2,5 mg 3x1 05 13 21 • Mengobati Pasien dengan • Sakit kepala
bronkospasme riwayat hipersensitif • Mulut atau
( asma, pada salbutamol atau tenggorokan
bronkitis obat agonis adreno kering
asmatis, reseptor beta-2 • Batuk
emfisema lainnya. • Mual
pulmonum dan • Pusing
PPOK) • Tekanan darah
• Hiperkalemia
tinggi
akut • Jantung berdebar
• Kejang bronkus • Reaksi alergi
4 Levo Infuse 750 mg 1x750 06 • Sinusitis Hipersensivitas atau • Gangguan tidur
• Pneumonia antibiotik kuinolon • Pusing
• Tuberkolosis lainnya, termasuk • Sakit kepala
• Bronkitis ofloxacin dan • Diare
• Infeksi kulit komponen pembuat • Mual
dan jaringan produk lainnya. • Mempengaruhi
lunak hasil lab organ
• Infeksi saluran hati
kemih
• Penyakit
kelamin
menular

26
27
Data Fokus
Data Subjektif
• Klien mengatakan napas sesak saat beraktivitas

• Klien mengatakan batuk

• Klien mengatakan tidak mau makan

• Klien mengatakan tidak ada nafsu makan

• Klien mengatakan tidak bisa tidur, tidur hanya 4 jam dalam sehari

• Klien mengatakan kurang istirahat

• Klien mengatakan badan terasa lemas

• Klien mengatakan gerakan ekstremitas terbatas

• Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga

• Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya

• Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit pneumonia

Data Objektif
• Klien tampak terpasang O2 nasal canul 2 liter

• Klien tampak dispnea saat beraktivitas

• Klien tampak batuk tidak berdahak

• Klien tampak berbaring dan aktivitas dilakukan diatas tempat tidur

• Klien tampak lemas aktivitas dibantu keluarga

• Klien tampak tidak nafsu makan

• Klien tampak hanya menghabiskan 3 sendok makan saja

• Aktivitas klien tampak dibantu keluarga

• Klien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya

• Klien tampak bertanya tentang penyebab penyakitnya

• Suara napas ronchi

28
• Infus terpasang Aminofluid, 500 ML 16 tetes/menit

• Kekuatan Otot :
5555 4444

5555 5555

• TD : 110/70 mmHg P : 28x/menit

• N : 89 x/menit S : 36,0 ℃

• Ventolin 3x1 2,5 mg

• Ranitidine 2x1 150 mg

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Data Subjektif : Sekresi yang tertahan Bersihan jalan
• Klien mengatakan nafas ditandai dengan batuk nafas tidak efektif
sesak tidak efektif.
• Klien mengatakan batuk dan
tidak bisa
mengeluarkan sputum
• Klien mengatakan badan
terasa lemas
Data Objektif :
• Klien tampak terpasang O2
nasal canul 2 liter
• Klien tampak dispnea saat
beraktivitas, frekuensi napas
28 x/menit
• Suara napas ronchi
• Klien tampak lemas
• Ventolin 3x1
2 Data Subjektif : Faktor psikologis Risiko defisit nutrisi
(keengganan untuk
• Klien mengatakan tidak mau makan)
makan
• Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
• Klien mengatakan badan
terasa lemas
• Ranitidine 2x1
Data Objektif :
• Klien tampak tidak nafsu
makan
• Klien tampak hanya
menghabiskan 3 sendok
makan saja
• Klien tampak lemas

29
3 Data Subjektif : Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur
ditandai dengan mengeluh
• Klien mengatakan tidak bisa sulit tidur
tidur, tidur hanya 4 jam
dalam sehari
• Klien mengatakan kurang
istirahat
• Klien mengatakan mata perih
Data Objektif :
• Klien tampak berbaring di
tempat tidur
• Klien tampak susah tidur
• TD : 110/70 mmHg P : 89
X/menit
S : 36,0 ℃
N : 89 x/menit

4 Data Sujektif : Ketidakseimbangan antara Intoleransi aktivitas


suplai dan kebutuhan
• Klien mengatakan sesak saat oksigen ditandai dengan
beraktivitas
merasa lemah
• Klien mengatakan aktivitas
dibantu keluarga
• Klien mengatakan badan
terasa lemas
Data Objektif :
• Aktivitas klien tampak
dibantu keluarga
• Klien tampak berbaring,
aktivitas dilakukan diatas
tempat tidur
• Klien tampak lemas
5 Data Subjektif : kurang terpapar Defisit Pengetahuan
informasi ditandai
• Klien mengatakan kurang menanyakan masalah
mengetahui tentang yang dihadapi
penyakitnya
• Klien mengatakan
sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit
pneumonia

Data Objektif:
• Klien tampak bingung ketika
ditanya tentang penyakitnya
• Klien bertanya tentang
penyebab penyakitnya

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk tidak
efektif.

30
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur.
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d.d merasa lemah.
5. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah
yang dihadapi.

31
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka Latihan Batuk Efektif
b.d sekresi yang tertahan d.d batuk Bersihan Jalan Napas Meningkat, dengan kriteria
tidak efektif. hasil : O
• Identifikasi kemampuan batuk
Data Subjektif : • Batuk efektif meningkat • Monitor adanya retensi sputum
• Klien mengatakan nafas • Produksi sputum menurun • Monitor dada dan gejala infeksi
sesak • Dispnea menurun saluran nafas
• Klien mengatakan batuk • Frekuensi napas normal 12-20 kali/menit • Monitor input dan output cairan
dan tidak bisa • Pola napas membaik
mengeluarkan sputum T
• Klien mengatakan badan • Atur posisi semi Fowler atau
terasa lemas
Fowler
Data Objektif : • Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
• Klien tampak terpasang O2
nasal canul 2 liter • Buang sekret pada tempat sputum
• Klien tampak dispnea saat E
beraktivitas, frekuensi
• Jelaskan tujuan dan prosedur
napas 28 x/menit
• Suara napas ronchi batuk efektif
• Klien tampak lemas • Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
• Ventolin 3x2 ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
• Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali
• Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke-3
K

32
• Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.

Manajemen Jalan Nafas


O
• Monitor pola nafas
• Monitor bunyi nafas tambahan
• Monitor sputum
T
• Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika dicurigai trauma
servikal)
• Posisikan semi-fowler atau fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada
• Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigensi sebelum
penghisapan endotrakeal
• Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGlll
• Berikan oksigen
E
• Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
• Ajarkan teknik batuk efektif
K
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu.

33
2 Defisit nutrisi b.d faktor psikologis Setelah dilakukan intervensi selama 2 jam, maka defisit
(keengganan untuk makan) nutrisi membaik, dengan kriteria hasil :
Manajemen Nutrisi
Data Subjektif : O
• Klien mengatakan tidak • Porsi makan yang dihabiskan • Identifikasi status nutrisi
mau makan meningkat • Identifikasi alergi dan intoleransi
• Klien mengatakan nafsu • Pengetahuan tentang pilihan makanan makan
makan berkurang yang sehat meningkat • Identifikasi makanan yang disukai
• Klien mengatakan badan • Frekuensi makan membaik • Identifikasi kebutuhan kalori dan
terasa lemas • Nafsu makan membaik jenis nutrien
Data Objektif : • Identifikasi perlunya penggunaan
• Klien tampak tidak nafsu selang nasogastrik
makan • Monitor asupan makanan
• Klien tampak hanya • Monitor berat badan
menghabiskan 3 sendok • Monitor hasil pemeriksaan
makan saja
laboratorium
• Klien tampak lemas
T
• Ranitidine 2x1
• Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet
• Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
• Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika perlu
• Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
E
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang diprogramkan

34
K

• Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
3 Gangguan pola tidur b.d hambatan Setelah dilakukan intervensi selama 2 jam, maka Dukungan Tidur
lingkungan d.d mengeluh sulit pola tidur membaik, dengan kriteria hasil :
tidur. O
• Keluhan sulit tidur menurun • Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Data Subjektif : • Keluhan sering terjaga menurun • Identifikasi faktor pengganggu
• Klien mengatakan tidak • Keluhan pola tidur berubah menurun tidur
bisa tidur, tidur hanya 4 • Keluhan istirahat tidak cukup menurun • Identifikasi makanan dan minuman
jam dalam sehari yang mengganggu tidur
• Kemampuan beraktivitas meningkat
• Klien mengatakan kurang • Identifikasi obat tidur yang
istirahat
dikonsumsi
• Klien mengatakan mata
perih
T
Data Objektif : • Modifikasi lingkungan
• Batasi waktu tidur siang
• Klien tampak berbaring di
tempat tidur • Fasilitasi menghilangkan stres
• Klien tampak susah tidur sebelum tidur
• TD : 110/70 • Tetapkan jadwal tidur rutin
mmHg P : 89 • Lakukan prosedur untuk
X/menit meningkatkan kenyamanan
S : 36,0 ℃ • Sesuaikan jadwal pemberian obat
N : 89 x/menit dan tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga

E
• Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit

35
• Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
• Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
• Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
• Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
• Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi lainnya
4 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi selama 2 jam , maka Manajemen energi
ketidakseimbangan antara suplai toleransi aktivitas meningkat, dengan kriteria
O
dan kebutuhan oksigen d.d hasil : • Identifikasi gangguan fungsi tubuh
merasa lemah. • Kemudahan dalam melakukan yang mengakibatkkan kelemahan
aktivitas sehari-hari meningkat • Monitor kelemahan fisik dan
Data Sujektif : • Dispnea saat setelah aktivitas emosional
• Klien mengatakan menurun • Monitor pola dan jam tidur
sesak saat • Perasaan lemah menurun • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
beraktivitas • Frekuensi napas normal 12-20 x/menit selama melakukan aktivitas
• Klien mengatakan
aktivitas dibantu T
keluarga • Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
• Klien mengatakan
badan terasa lemas • Lakukan rentang gerak pasif/aktif
• Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Data Objektif : • Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
• Aktivitas klien E
tampak dibantu • Anjurkan tirah baring
keluarga
• Anjurkan melakukan aktivitas secara
• Klien tampak bertahap
berbaring, aktivitas • Anjurkan menghubungi perawat jika

36
dilakukan diatas tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
tempat tidur
• Ajarkan strategi koping untuk
• Klien tampak lemas mengurangi kelelahan
K
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
5 Defisit Pengetahuan b.d kurang Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam , Edukasi Kesehatan
O
terpapar informasi d.d maka tingkat pengetahuan meningkat, dengan
• Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menanyakan masalah yang kriteria hasil : menerima informasi
dihadapi. Kriteria Hasil :
T
Data Subjektif : • Perilaku sesuai anjuran meningkat • Sediakan materi dan media pendidikan
tentang penyakit Pneumonia
• Klien mengatakan • Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang penyakit yang di • Jadwalkan pendidikan kesehatan
kurang mengetahui sesuai kesepakatan
tentang penyakitnya derita meningkat
• Berikan kesempatan untuk bertanya
• Klien mengatakan • Pertanyaan tentang masalah yang
E
sebelumnya tidak dihadapi menurun
• Jelaskan pengertian penyakit
pernah menderita • Persepsi yang keliru terhadap penyakit pneumonia, penyebab dan cara
penyakit pneumonia menurun pengobatannya.

Data Objektif
• Klien tampak bingung
ketika ditanya tentang
penyakitnya
• Klien bertanya
tentang penyebab
penyakitnya

37
3.5 Implementasi dan Evaluasi
No Hari No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
/Tanggal
1 Rabu/ 19 1 Latihan Batuk Efektif S:
Juni 2019 08.30 • Klien mengatakan nafas sesak
WIB O • Klien mengatakan batuk dan tidak bisa
• Mengidentifikasi kemampuan batuk mengeluarkan sputum
• Memonitor adanya retensi sputum • Klien mengatakan badan terasa lemas
• Memonitor dada dan gejala infeksi saluran
nafas O:
• Memonitor input dan output cairan • Klien tampak terpasang O2 nasal canul 2
liter
T • Klien tampak dispnea saat beraktivitas,
frekuensi napas 28 x/menit
• Mengatur posisi semi Fowler
• Suara napas ronchi
• Memasang perlak dan bengkok di pangkuan
• Klien tampak lemas
pasien kemudian buang sekret pada tempat
sputum
E A : Masalah belum teratasi
 Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif P : Intervensi dilanjutkan
 Menganjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian • Mengidentifikasi kemampuan batuk
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu • Memonitor adanya retensi sputum
(dibulatkan) selama 8 detik • Memonitor dada dan gejala infeksi saluran
 Menganjurkan mengulangi tarik nafas dalam nafas
hingga 3 kali • Memonitor pola nafas
 Menganjurkan batuk dengan kuat langsung • Memonitor bunyi nafas tambahan
setelah tarik nafas dalam yang ke-3 • Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
K • Mengajarkan teknik batuk efektif
• Berkolaborasi pemberian ventolin 2,5 mg 3x1 • Memonitor input dan output cairan
• Melakukan fisioterapi dada
Manajemen Jalan Nafas • Pemberian ventolin 2,5 mg 3x1

38
O
• Memonitor pola nafas
• Memonitor bunyi nafas tambahan
• Memonitor sputum

T
• Memposisikan semi-fowler
• Memberikan minum hangat
• Melakukan fisioterapi dada
• Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
• Memberikan oksigen

E
• Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
 Mengajarkan teknik batuk efektif
Rabu/Juni 2 Manajemen Nutrisi S:
2019 09.00 O  Klien mengatakan tidak mau makan
WIB • Mengidentifikasi status nutrisi • Klien mengatakan nafsu makan berkurang
• Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makan • Klien mengatakan badan terasa lemas
• Mengidentifikasi makanan yang disukai
O:
• Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis • Klien tampak tidak nafsu makan
nutrien
• Klien tampak hanya menghabiskan 3
• Mengidentifikasi perlunya penggunaan selang sendok makan saja
nasogastrik • Klien tampak lemas
• Memonitor asupan makanan
• Memonitor berat badan A : Masalah belum teratasi
• Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
P : Intervensi dilanjutkan
T • Mengidentifikasi status nutrisi
• Melakukan oral hygiene • Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
sebelum makan, jika perlu makan

39
• Memfasilitasi menentukan pedoman diet • Mengidentifikasi makanan yang disukai
• Menyajikan makanan secara menarik dan • Memonitor asupan makanan
suhu yang sesuai • Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Memberikan makanan tinggi serat untuk • Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
mencegah konstipasi menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
• Memberikan makanan tinggi kalori dan  Pemberian ranitidine 150 gr 2x1
tinggi protein
• Memberikan suplemen makanan,jika perlu
E
• Menganjurkan posisi duduk
• Mengajarkan diet yang diprogramkan

K
• Berkolaborasi pemberian ranitidine 150 gr
2x1
• Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
Rabu/ 19 3 Dukungan Tidur S:
Juni 2019 09.15 • Klien mengatakan tidak bisa tidur, tidur
WIB O hanya 4 jam dalam sehari
• Megidentifikasi pola aktivitas dan tidur • Klien mengatakan kurang istirahat
• Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur • Klien mengatakan mata perih
• Mengidentifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur O:
• Mengidentifikasi obat tidur yang • Klien tampak berbaring di tempat tidur
dikonsumsi • Klien tampak susah tidur
• TD : 110/70 mmHg P : 89 X/menit
T S : 36,0 ℃
• Memodifikasi lingkungan N : 89 x/menit
• Membatasi waktu tidur siang
• Memfasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur A : Masalah belum teratasi
• Menetapkan jadwal tidur rutin

40
• Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan P : Intervensi dilanjutkan
• Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan • Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
tindakan untuk menunjang • Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
siklus tidur terjaga • Mengidentifikasi makann dan minuman
yang mengganggu tidur
E • Mengidentifikasi obat tidur yang
• Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama dikonsumsi
sakit
• Memodifikasi lingkungan
• Menganjurkan menepati kebiasaan waktu • Memfasilitasi menghilang kan stres
tidur sebelum tidur
• Menganjurkan menghindari makanan/minuman • Menjelaskan pentingnya tidur cukup
yang mengganggu tidur. selama sakit
• Menganjurkan penggunaan obat tidur yang • Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidak mengandung supresor tidur
terhadap tidur REM • Menganjurkan menghindari
• Mengajarkan faktor-faktor yang berkontribusi makanan/minuman yang mengganggu tidur
terhadap gangguan pola
tidur
• Mengajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya
Rabu/ 19 4 Manajemen energi S:
Juni 2019 09. 30 • Klien mengatakan sesak saat beraktivitas
WIB O • Klien mengatakan aktivitas dibantu
• Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang keluarga
mengakibatkkan kelemahan • Klien mengatakan badan terasa lemas
• Memonitor kelemahan fisik dan emosional • Klien mengatakan gerakan terbatas
• Memonitor pola dan jam tidur
O:
• Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan
• Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
selama melakukan aktivitas
• Klien tampak berbaring, aktivitas
T dilakukan diatas tempat tidur
• Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah • Klien tampak lemas
stimulus
A : Masalah belum teratasi

41
• Melakukan rentang gerak pasif/aktif
P:
• Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangkan • Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkkan kelemahan
• Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur
• Memonitor kelemahan fisik dan emosional
E • Memonitor pola dan jam tidur
• Menganjurkan tirah baring • Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
• Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap • Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
• Menganjurkan menghubungi perawat jika • Menganjurkan tirah baring
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang • Menganjurkan melakukan aktivitas secara
• Mengajarkan strategi koping untuk bertahap
mengurangi kelelahan
K
• Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.

42
Rabu/19 5 Edukasi Kesehatan S:
Juni 2019 10.00 • Klien mengatakan kurang mengetahui
WIB O tentang penyakitnya
• Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan • Klien mengatakan sebelumnya tidak
menerima informasi pernah menderita penyakit pneumonia
O:
T • Klien tampak bingung ketika ditanya
• Menyediakan materi dan media pendidikan tentang penyakitnya
tentang penyakit Pneumonia Klien bertanya tentang penyebab
• Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai penyakitnya
kesepakatan
• Memberikan kesempatan untuk bertanya A : Masalah teratasi sebagian

E P:
• Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
• Menjelaskan pengertian penyakit
menerima informasi
pneumonia, penyebab dan cara
pengobatannya. • Menjelaskan pengertian penyakit
pneumonia, penyebab dan cara
pengobatannya.
• Memberikan kesempatan untuk bertanya

No Hari No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf


/Tanggal
1 Kamis/ 20 1 Latihan Batuk Efektif S:

43
Juni 2019 11.00 • Klien mengatakan nafas masih sesak
WIB O • Klien mengatakan badan tersa lemas
• Memonitor adanya retensi sputum
• Memonitor dada dan gejala infeksi saluran O:
nafas • Klien tampak terpasang O2 nasal kanul 2 liter
• Memonitor input dan output cairan • klien tampak lemas
• frekuensi napas 25 x/menit
E A : Masalah teratasi sebagian
• Memantau klien dalam melakukan teknik P : Intervensi dilanjutkan
batuk efektif • Memonitor oksigen
• Memonitor pola nafas
K
• Memantau klien dalam melakukan
• Berkolaborasi pemberian ventolin 2,5 mg 3x1 teknik batuk efektif
• Melakukan fisioterpi dada
Manajemen Jalan Nafas
• Ventolin 2,5 gr 3x1
O
• Memonitor pola nafas
T
• Memonitor oksigen
• Melakukan fisioterapi dada
E
• Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
Kamis/ juni 2 Manajemen Nutrisi S:
2019 11.15 • Klien mengatakan tidak mau makan
WIB O • Klien mengatakan nafsu makan tidak ada
• Memonitor asupan makanan • Klien mengatakan badan terasa lemas
T O:
• Memberikan makanan tinggi serat untuk • Klien tampak tidak nafsu makan
mencegah konstipasi • Klien tampak hanya menghabiskan 3
• Memberikan makanan tinggi kalori dan
sendok makan saja
tinggi protein
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
K • Memonitor asupan makanan
• Berkolaborasi pemberian ranitidine 150 gr • Menganjurkan ulang klien makan sedikit

44
2x1 tapi sering
• Pemberian ranitidine 150 gr 2x1
Kamis/ 20 3 Dukungan Tidur S:
Juni 2019 11.25 • Klien mengatakan tidak bisa tidur,
WIB O tidur hanya 4 jam sehari
• Mengidentifikasi makanan dan minuman yang • Klien mengatakan waktu istirahat
mengganggu tidur berkurang
O:
T • Klien tampak susah
• Memodifikasi lingkungan tidur A : Masalah belum teratasi
• Membatasi waktu tidur siang
• Melakukan prosedur untuk meningkatkan P : Intervensi dilanjutkan
kenyamanan • Mengidentifikasi makann dan minuman
yang mengganggu tidur
• Membatasi waktu tidur siang
• Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Kamis/ 20 4 Manajemen energi S:
Juni 2019 11.30 • Klien mengatakan sesak saat beraktivitas
WIB T • Klien mengatakan gerakan masih terbatas
• Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah • Klien mengatakan aktivitas dibantu
stimulus
E keluarga
O:
• Menganjurkan ulang melakukan aktivitas
secara bertahap • Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
• Menganjurkan ulang melakukan aktivitas
secara bertahap
Kamis/ 20 5 O S:
Juni 2019 11.45 • Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang • Klien mengatakan mengetahui
WIB penyakitnya apa penyakitnya
O:

45
• Klien tampak bisa menjawab apa
yang ditanyakan perawat

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi dihentikan

No Hari Jam Implementasi Evaluasi Paraf


/Tanggal
1 Jumat/ 21 1 Manajemen Jalan Nafas O S : Klien mengatakan sesak berkurang
Juni 2019 09.10 • Memonitor pola nafas
WIB T O : TD : 120/80 mmHg
• Memonitor oksigen P : 24 x/menit
• Melakukan fisioterapi dada N : 80 x/menit S : 36,0 °C
K A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
• Berkolaborasi pemberian ventolin 2,5 mg 3x1 • Memonitor oksigen
• Mengantarkan klien untuk fisioterapi
• Pemberian ventolin 2,5 mg 3x1
Jumat/ 21 2 Manajemen Nutrisi S:
juni 2019 09.20 • Klien mengatakan nafsu makan ada
WIB O • Klien mengatakan makan ada ± 5 sendok
• Memonitor asupan makanan makan
K O:
• Berkolaborasi pemberian ranitidine 150 gr • Klien tampak menghabiskan ± 5 sendok
2x1 makan
A : Masalah teratasi sebagian
P:
• Memonitor asupan makanan
• Menganjurkan ulang klien makan sedikit
tapi sering
• Pemberian ranitidine 150 gr 2x1
Jumat/ 21 3 T S:
Juni 2019 09.15 • Melakukan prosedur untuk meningkatkan • Klien mengatakan waktu istirahat
WIB kenyamanan

46
berkurang
O:
• Klien tampak berbaring
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
• Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan
Jumat/ 21 4 Manajemen energi S:
Juni 2019 09:30 • Klien mengatakan aktivitas dibantu
WIB E keluarga
• Menganjurkan ulang melakukan aktivitas O:
secara bertahap • Aktivitas klien tampak dibantu keluarga
• Klien tampak berbaring
A : Masalah teratasi sebagian

P:
• Menganjurkan ulang melakukan aktivitas
secara bertahap

47
BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Penyakit pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapatkonsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Danpertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalamikonsolidasi dan darah dialirakan ke sekitar
alveoli yang tidak berfungsi(Somantri, 2011, p. 67).

4.2 Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnyadaya tahan
tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen sepertibakteri yang
menyerang saluran pernapasan. keadaan ini disebabkan olehadanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam parumerupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehinggamikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksipenyakit. Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya
tahan tubuh denganmemperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh.

48
Daftar Pustaka

Alvianda, M., Raveinal & Noverial, 2018. Derajat Keparahan Pneumonia Komunitas
pada Geriatri. Jurnal Kesehatan, p. 1.

Dwinanda, R. & Susilawati, D., 2020. Di Indonesia, Pneumonia Tersering Akibat


Penularan Komunitas.

[Online] Available at: https://republika.co.id/berita/q5b6hc414/di-


indonesiapneumonia-tersering-akibat-penularan-komunitas [Accessed 04 06
2020].

Gumelar, M. S &Universa, A, (2020) ANIMAGINE: ENLIGHTENDIG OPEN MIND


GENERATIONS. Jurnal study Desain, 5(9)

Kemenkes RI 2010 , Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Edisi 1, EGC, Jakarta

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Padila, (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam , Yogyakarta : Nuha Medika

Rita, Y. & Suriadi, 2010. Asuhan keperawatan pnemonia. Jakarta: Sagung Seto.
Sari, E. F., Rumende, M. & Harimurti, K., 2016. Faktor–Faktor yang Berhubungan
dengan Diagnosis. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Volume Vol 3, No.4,
p. 2
Somantri, I., 2011. asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Selemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017), Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia .Jakarta
Selatan

49

Anda mungkin juga menyukai