Gadar
Gadar
[20.56, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: 8. Seorang laki-laki (35 tahun) datang ke Fisioterapi
postoperasi pemasangan Gips dikaki kiri 2 minggu yang lalu. Hasil pengkajian Kekuatan otot kaki kiri
3. hari ini pasien akan menjalani latihan berjalan untuk pertama kali post operasi.
Apakah beban tumpuan latihan berjalan yang paling sesuai pada pasien?
Berdasarkan pembagian waktu yang diperbolehkan untuk melakukan tingkatan latihan weight
bearing, maka jenis weight beraing yang paling cocok dilakukan pada pasien adalah Non Weight
Bearing (NWB): Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ). kaki tidak boleh
menyentuh lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 minggu
pasca operasi
- Opsi Partial Weight Bearing (PWB(tidak tepat), ini dilakukan selama 3-6 minggu post op
- Opsi Touch Down Weight Bearing (NWB) (tidak tepat), ini dilakukan selama 3 minggu post op dan
hanay boleh 5 % beban tubuh
- Weight Bearing as Tolerated (tidak tepat) dilakukan setelah pasien mampu melakukan Partial wight
bearing
[20.59, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: jadi kalau ketemu soal weight bearing, langsung cari kata
kuncinya waktu post op dan jenis beban latihan
[20.52, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: 7. Seorang perempuan (24 tahun) Post operasi ORIF
ditungkai kanan minggu ke -5. Saat ini pasien sedang melakukan latihan berjalan dengan beban
tungkai hanya dari tungkai kanan saja.
Apakah jenis beban tumpuan latihan berjalan yang sedang di lakukan pasien?
[20.55, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: udah satu suara di opsi C semuanya ya👍👍
Data fokus: pasien sedang melakukan latihan berjalan dengan beban tungkai hanya dari tungkai
kanan saja dan dilakuakan pada minggu ke 5 post op ORIF
[20.55, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: Tingkatan weight bearing dibedakan menjadi lima yaitu:
1) Non Weight Bearing (NWB): Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ).
kaki tidak boleh menyentuh lantai. Non weight bearing adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan
selama 3 minggu pasca operasi
2) Touch Down Weight Bearing (TDWB): berat dari kaki pada lantai saat melangkah tidak lebih dari 5
% beban tubuh
3) Partial Weight Bearing (PWB): Adalah berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban
tungkai itu sendiri. berat dapat berangsur ditingkatkan dari 30-50 % beban tubuh, Dilakukan bila
callus telah mulai terbentuk ( 3 – 6 minggu ) setelah operasi
4) Weight Bearing as Tolerated (WBAT): tingkatannya dari 50-100 % beban tubuh. Pasien dapat
meningkatkan beban jika merasa sanggup melakukannya
5) Full Weight Bearing (FWB): Adalah berjalan dengan beban penuh dari tubuh. kaki dapat
membawa 100 % beban tubuh setiap melangkah, dilakukan 8-9 minggu pasca operasi (Pierson,2002)
[20.43, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: 6. Seorang laki-laki (25tahun)ditransfer dari IGD ke HCU
karena mengalami peningkatan TIK akibat perdarahan otak. Instruksi dokter, pasang infuse NaCl
0,9% 12 jam per kolf dan berikan Manitol 4 x 100 ml IV. Apakah prioritas tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat?
[20.50, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: Prinsip tatalaksana Pasien dengan peningkatan TIK dibagi
kedalam beberapa kelompok tindakan yaitu:
1. Tindakan umum
2. Tindakan farmakologis
3. Hiperventilasi
4. Terapi Hipotermi
5. Tindakan Pembedahan
[20.50, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: Berdasarkan kasus diatas, Instruksi dari dokter untuk
pemasangan infus dan cairan manitol adalah bagian dari tindakan umum dan farmakologis, namun
sebelum ini dilakukan perawat harus memperhatikan tindakan umum nya terlebih dahulu yaitu:
2. Tenangkan pasien
4. Atasi Syok
8. Pemeriksaan CT Scan
Jadi berdasarkan penjelasan diatas, tindakan prioritas yang harus dilakukan oleh perawat adalah
Opsi E. mengatur posisi kepala pasien head up 30 derjat.
elevasi ( 15 – 30 derjat) dimaksudkan untuk meningkatkan venous drainage dari kepala dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik sehingga TIK dapat turun dan perfusi serebral
dapat dijaga.
[20.25, 31/3/2021] +62 898-0145-923: Kompartemen sindrom biasanya disebabkan karena tindakan
pembidaian yang terlalu kencang. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan seperti pergerakan sensasi
di distal untuk mengetahui apakah perfusi ke daerah tersebut masih bagus atau tidak.
Kompartemen sindrom adalah Kompresi saraf dan pembuluh darah didalam kompartemen yang
menyebabkan gangguan aliran darah.
Salah satu cara pencegahan terjadinya kompartemen sindrom adalah dengan menerapkan prinsip
pemeriksaan Perfusi ( pulsasi nadi, tanda sianosis, pucat, dingin) Motorik (pergerakan sendi ) Sensasi
(rasa) sebelum dan sesudah pasang bidai di distal atau bagian terjauh tubuh. Jika bagian distal
PMSnya baik, maka di bagian Proxinmal pasti akan baik juga.
Opsi melakukan evaluasi ada tidaknya krepitasi tidak tepat, karena ini merupakan tindakan untuk
memastikan ada tidaknya fraktur, bukan tindakan pencegahan komparetemen sindrom
Opsi memonitor tanda-tanda vital pasien tidak tepat, karena bukan merupakan tindakan
pencegahan sindrom kompartemen
Opsi memeriksa pergerakan pergerakan, perfusi dan sensasi di proxymal tidak tepat, karena
pemasangan bidai mempengaruhi perfusi di distal akibat penekanan bidai
Opsi mengevaluasi ada atau tidaknya luka diarea fraktur tidak tepat adalah salah satu prinsip
tatalaksana fraktur terbuka yang harus di pasang balut tekat sebelum bidai dipasang.
[20.33, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: silakan dipahami dlu, jika ada pertanyaan disilakan
5P:
PAIN : Nyeri bertambah dan khsusnya meningkat dengan gerakan pasif yang menegangkan
otot
PARESTESI : Perubahan sensasi, sering kesemutan di daerah distribusi saraf yang terkena
[20.25, 31/3/2021] +62 898-0145-923: Kompartemen sindrom biasanya disebabkan karena tindakan
pembidaian yang terlalu kencang. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan seperti pergerakan sensasi
di distal untuk mengetahui apakah perfusi ke daerah tersebut masih bagus atau tidak.
Kompartemen sindrom adalah Kompresi saraf dan pembuluh darah didalam kompartemen yang
menyebabkan gangguan aliran darah.
Salah satu cara pencegahan terjadinya kompartemen sindrom adalah dengan menerapkan prinsip
pemeriksaan Perfusi ( pulsasi nadi, tanda sianosis, pucat, dingin) Motorik (pergerakan sendi ) Sensasi
(rasa) sebelum dan sesudah pasang bidai di distal atau bagian terjauh tubuh. Jika bagian distal
PMSnya baik, maka di bagian Proxinmal pasti akan baik juga.
Opsi melakukan evaluasi ada tidaknya krepitasi tidak tepat, karena ini merupakan tindakan untuk
memastikan ada tidaknya fraktur, bukan tindakan pencegahan komparetemen sindrom
Opsi memonitor tanda-tanda vital pasien tidak tepat, karena bukan merupakan tindakan
pencegahan sindrom kompartemen
Opsi memeriksa pergerakan pergerakan, perfusi dan sensasi di proxymal tidak tepat, karena
pemasangan bidai mempengaruhi perfusi di distal akibat penekanan bidai
Opsi mengevaluasi ada atau tidaknya luka diarea fraktur tidak tepat adalah salah satu prinsip
tatalaksana fraktur terbuka yang harus di pasang balut tekat sebelum bidai dipasang.
[20.01, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: 3. Seorang pasien perempuan (55 tahun) masuk rawat inap
dengan nilai GCS E4M6V5. Saat serah terima pasien di pertukaran shift dinas, keluarga melapor
pasien tidak sadar. Hasil pemeriksaan ulang didapatkan pasien membuka mata, mengerang, dan
memberikan gerakan refleks saat diberikan rangsangan nyeri di palpebra kanan.
a. Somnolent
b. Coma
c. Compos Mentis
d. Stupor
e. Apatis
Sopor/stupor berarti kesadaran hilang, hanya berbaring dengan mata tertutup, tidak menunjukkan
reaksi bila dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri.
Berdasarkan kasus: pasien membuka mata, mengerang dan memberikan gerakan refleks saat
diberikan rangsangan nyeri di palpebra kanan. Artinya pasien menunjukkan respons/bereaksi saat
diberikan rangasangan nyeri yang kuat. Namun tidak memberikan respon verbal. Ini adalah kata
kunci pasien dengan tingkat kesadaran stupor/sopor
Compos mentis (tidak tepat), opsi ini adalah untuk keadaan seseorang sadar penuh dan dapat
menjawab pertanyaan tentang dirinya dan lingkungannya.
Apatis (tidak tepat), opsi ini adalah untuk keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan
berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.
Somnolen (tidak tepat), opsi ini adalah untuk keadaan pasien mengantuk dan cenderung tertidur,
masih dapat dibangunkan dengan rangsangan dan mampu memberikan jawaban secara verbal,
namun mudah tertidur kembali.
Koma (tidak tepat), opsi ini adalah untuk kesadaran hilang, tidak memberikan reaksi walaupun
dengan semua rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dari luar. Karakteristik koma adalah tidak
adanya arousal dan awareness terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Pada pasien koma terlihat
mata tertutup, tidak berbicara, dan tidak ada pergerakan sebagai responss terhadap rangsangan
auditori, taktil, dan nyeri
1. Seorang laki-laki (45 tahun) dibawa ke IGD dengan penurunan kesadaran setelah terjatuh tiba-saat
mengikuti kegiatan senam.Hasil pemeriksaan CT Scan tampak Intra Cranial Hemorage (ICH). Saat
perawat mencubit di kuku jari kanan, Pasien bertambah gelisah bergerak dan hanya mengerang
serta membuka mata.
a. E2V2M4
b. E2V1M4
c. E4V2M4
d. E2V2M5
e. E2V1M3
Berikut kata kunci dari kasus yang dapat menginterpretasikan masing masing penilaian GCS.
“Saat perawat mencubit di kuku jari kanan, pasien bertambah gelisah bergerak dan hanya
mengerang (V) serta membuka mata(E).
Perawat mencubit dikuku jari kanan menunjukkan respon yang dihasilkan oleh pasien adalah respon
berdasarkan rangsangan nyeri yang diberikan oleh perawat.
E=2 : Pasien membuka mata saat diberikan rangsangan nyeri. Sesuai dengan definisi penilaian Eye
skor 2 yaitu respon membuka mata dengan rangsangan Nyeri (tekan pada syaraf supra orbita atau
kuku jari)
V= 2 : Pasien mengerang saat diberikan rangsangan nyeri. Sesuai dengan definisi penilaian Verbal
skor 2 yaitu respon verbal mengerang (suara yang tak berarti, tidak mengcapkan kata, hanya suara
mengerang)
M=4 : Pasien menghindar saaat diberikan rangsangan nyeri. Sesuai dengan definisi penilaian motorik
skor 4 yaitu Reaksi menghindar terhadap nyeri (bergerak tanpa arah tidak tau lokasi nyeri)
[19.45, 31/3/2021] +62 852-6601-1335: 2. Seorang perempuan (35 tahun) di bawa ke ICU dari ruang
rawat inap karena kejang. Hasil pengkajian : mulut pasien tampak kaku. Perawat mencoba menekan
daerah supraorbita dektra pasien namun tidak berespon kecuali terjadi ekstensi pada siku disertai
fleksi spastic pada pergelangan tangan.
a. 8
b. 5
c. 4
d. 6
e. 10
Berikut kata kunci dari kasus yang dapat menginterpretasikan masing masing penilaian GCS
menekan daerah supraorbita dektra pasien namun tidak berespon (E, V) kecuali terjadi ekstensi pada
siku disertai fleksi spastic pada pergelangan tangan (M).
Pada kasus perawat menekan daerah supraorbita dektra (kanan) menunjukkan respon yang
dihasilkan oleh pasien adalah respon berdasarkan rangsangan nyeri yang diberikan oleh perawat.
E=1 : Pasien tidak berespon saat diberikan rangsangan nyeri. Sesuai dengan definisi penilaian Eye
skor 1 yaitu Tidak ada respon (dengan rangsangan nyeri pasien tidak membuka mata
V= 1 : Pasien tidak berespon saat diberikan rangsangan nyeri. Sesuai dengan definisi penilaian Verbal
skor 1 yaitu Tidak ada respon atau jawaban
M=2 : terjadi ekstensi pada siku disertai fleksi spastic pada pergelangan tangan saat diberikan
rangsangan nyeri. Sesuai dengan definisi penilaian motorik skor 2 yaitu Ekstensi abnormal
(Deserbasi) (dengan rangsangan nyeri tersebut diatas terjadi ekstensi pada siku, ini selalu disertai
fleksi spastic pada pergelangan tangan)
12. Seorang laki-laki (64 tahun) datang dengan keluhan lemas di bagian tangan dan kaki kiri den
sakit kepala. Tampak wajah sebelah kiri sedikit jatuh sehingga perawat melakukan pemeriksaan
nervus kranial VII.
Pembahasan :
Nervus VII Fasiali merupakan saraf sensorik untuk menentukan rasa pada 2/3 anterior lidah dan juga
saraf motorik yang mengatur pergerakan wajah, penutupan mata, pergerakan bibir saat bicara.
11. Seorang laki-laki (59 tahun) datang dengan keluhan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki
kanan. Saat dikaji, klien berbicara tidak jelas. Karena itu perawat akan melakukan pemeriksaan
nervus kranial XII.
Pembahasan :
Nervus XII. Hipoglosus adalah nervus motorik yang mengatur pergerakan lidah saat bicara, artikulasi
suara dan menelan
-Opsi D, Letakan garam di ujung lidah, dan minta klien menyebutkan rasanya = Nervus VII. Facial
10. Seorang anak (4 tahun) dibawa ke RS dengan keluhan BAB cair 20 kali sejak semalam. Ibu
mengatakan pagi ini anak tampak lemas dan tidak mau makan dan minum. Perawat IGD yang
bertugas melakukan pemeriksaan abdomen pada anak.
B. Teraba massa dan pembengkakan pada kuadran kanan atas pada saat palpasi
Pembahasan :
Pada kasus, didapatkan bahwa anak dapat didiagnosa dengan diagnosa keperawatan, diare.
Defenisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
Pada diare, hasil pemeriksaan yang muncul adalah : nyeri/kram abdomen, urgensi untuk BAB,
frekuensi peristaltik meningkat, dan bising usus hiperaktif (SDKI, 2016)
- Opsi B. Teraba massa dan pembengkakan pada kuadran kanan atas pada saat palpasi , kurang tepat
karena merupakan hasil pemeriksaan pada hepatomegali
- Opsi D. Terdengar bruit keras pada aorta pada saat auskultasi, kurang tepat karena merupakan
hasil pemeriksaan pada aneurisma aorta
- Opsi E. Terabanya undulating pada saat perkusi, kurang tepat karena adanya undulating
menandakan adanya penumpukan cairan/ascites
10. Seorang anak (4 tahun) dibawa ke RS dengan keluhan BAB cair 20 kali sejak semalam. Ibu
mengatakan pagi ini anak tampak lemas dan tidak mau makan dan minum. Perawat IGD yang
bertugas melakukan pemeriksaan abdomen pada anak.
B. Teraba massa dan pembengkakan pada kuadran kanan atas pada saat palpasi
8. Seorang perempuan (25 tahun) datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Klien
mengeluhkan nyeri pada ulu hati dan sesak pada perut. Pada saat pemeriksaan lab, didapatkan data
Hb: 12,6 g/dL, trombosit : 95.000/mm3, leukosit : 9.000/mm3, hematokrit : 46%. Pada saat
pemeriksaan, perawat mendapatkan data adanya hepatomegali.
Apa pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat pada klien untuk penegakan data hepatomegali
tersebut?
Rasional :
Hepar merupakan salah satu organ target dari infeksi virus dengue.
Pembesaran hati atau hepatomegali umumnya muncul pada fase demam hari ketiga sampai
keempat. Virus dengue bereplikasi dalam sel hepar menyebabkan jejas hepatoseluler.
pada tepi hati didapatkan 3,5 cm di bawah batas kosta kanan pada bayi baru lahir dan 2 cm di bawah
batas kosta kanan pada anak-anak yang lebih tua usianya. Pada usia dewasa, hepatomegali
didapatkan palpasi hepar >2cm di bawah arkus kosta kanan ( 1-2 ruas jari tangan) bagian abdomen
bagian kanan atas, di bawah tulang iga (Opsi B)
. Seorang anak laki-laki (2 tahun) datang ke IGD RS dengan keluhan sesak napas pagi tadi. Ibu
mengatakan anak demam sejak 2 hari yang lalu. Pada saat pemeriksaan, anak batuk, dengan dahak
berwarna putih, nafas tampak cepat, dan ada tarikan pada dinding dada. Setelah pemeriksaan oleh
dokter, anak terdiagnosa pneumonia.
Berdasarkan kasus di atas, apa bunyi suara napas yang dijumpai perawat pada saat melakukan
auskultasi paru?
A. Stridor
B. Ronkhi
C. Wheezing
D. Bronkial
E. Vesikuler
6. Seorang anak perempuan usia 6 tahun dibawa ke ruang rawat dengan diagnosa pneumonia. Ibu
mengatakan anak demam, batuk, pilek dan sesak sejak 2 hari sebelum masuk RS. Pada saat
pemeriksaan, didapatkan data ronkhi halus di bagian basal paru (+), Rr : 28 x/menit, Saturasi oksigen
97%, nadi : 110 x/menit. Saat ini anak terpasang Oksigen nasal kanul 2 LPM.
C. Melakukan suction
A. Menambah terapi oksigen menjadi 3 LPM = tidak tepat, karena kondisi oksigenasi pasien baik
ditandai dengan RR dalam batas normal, dan saturasi oksigen perifer 97%
B. Melakukan pemeriksaan AGD = Tidak tepat. karena tidak ada data yang menunjukan adanya
gangguan pada oksigenasi dan gas darah
C. Melakukan suction : Kondisi anak sadar dan posisi ronkhi halus di basal paru, sehingga tindakan
suction tidak bisa dilakukan
D. Segera melaporkan ke DPJP = tidak tepat, karena belum ada kondisi emergency yang memerlukan
instrusi segera dari DPJP
Jawaban benar :
B. Ronkhi
Rasional :
Pneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda
asing.
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau
produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena
pleuritis dan sesak.
Pada kasus ini , bunyi napas yang akan kita jumpai adalah bunyi napas ronkhi. Pada kasus
pneumonia, infeksi menyebabkan peradangan
membran paru sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan
pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa
paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , sehingga menimbulkan reaksi anak batuk dan
berdahak, dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen.
Adanya cairan di jalan nafas akan menyebabkan adanya suara nafas abnormal, yaitu ronkhi.
Sehingga jawaban yang tepat pada kasus ini adalah Option B yaitu opsi B. ronkhi.
- Option A( stridor) tidak tepat karena stridor biasanya akan dijumpai pada kasus obstruksi jalan
napas seperti pangkal lidah yang jatuh ke belakang.
- Option C (Wheezing) biasanya dijumpai pada kasus asma/ PPOK.
- Option D (bronkial) tidak tepat karena vesikuler merupakan suara napas normal.
- Option E (vesikuler) tidak tepat karena vesikuler merupakan suara napas normal.
6. Seorang anak perempuan usia 6 tahun dibawa ke ruang rawat dengan diagnosa pneumonia. Ibu
mengatakan anak demam, batuk, pilek dan sesak sejak 2 hari sebelum masuk RS. Pada saat
pemeriksaan, didapatkan data ronkhi halus di bagian basal paru (+), Rr : 28 x/menit, Saturasi oksigen
97%, nadi : 110 x/menit. Saat ini anak terpasang Oksigen nasal kanul 2 LPM.
C. Melakukan suction
Rasional : karena kondisi pasien stabil, TTV dalam batas normal, maka langkah selanjutnya setelah
pemeriksaan adalah, pendokumentasian hasil pemeriksaan.
A. Menambah terapi oksigen menjadi 3 LPM = tidak tepat, karena kondisi oksigenasi pasien baik
ditandai dengan RR dalam batas normal, dan saturasi oksigen perifer 97%
B. Melakukan pemeriksaan AGD = Tidak tepat. karena tidak ada data yang menunjukan adanya
gangguan pada oksigenasi dan gas darah
C. Melakukan suction : Kondisi anak sadar dan posisi ronkhi halus di basal paru, sehingga tindakan
suction tidak bisa dilakukan
D. Segera melaporkan ke DPJP = tidak tepat, karena belum ada kondisi emergency yang memerlukan
instrusi segera dari DPJP
5. Seorang laki-laki (50 tahun) datang ke poli untuk dilakukan pemeriksaan. Perawat akan melakukan
pemeriksaan refleks pattela. Bagaimanakah cara perawat melakukan pemeriksaan refleks patella?
4. Seorang perawat mengecek refleks pada bayi. Bayi dikagetkan dengan suara mendadak. Apa
respon yang diharapkan oleh perawat dari pemeriksaan tersebut?
3. Seorang perawat melakukan pemeriksaan refleks kepada seorang bayi. Perawat mengusapkan
sesuatu ke pipi bayi. Apakah jenis refleks yang diperiksa perawat?
A. Babinski
B. Glabella
C. Rooting
D. Sucking
E. Swallowing
Jawaban : C. rooting
Opsi lain
D. Sucking : refleks bayi menghisap saat ada jari atau benda di dalam mulut
2. Seorang laki-laki (75 tahun) akan dilakukan pemeriksaan refleks snout. Pasien sudah berbaring
dengan rileks. Apa yang selanjutnya dilakukan oleh perawat?
1. Seorang anak perempuan berusia 3 bulan dibawa ibunya ke poli tumbuh kembang untuk
diperiksa. Perawat melakukan pemeriksaan refleks bayi dengan mengetuk pelan pada bagian os
frontal anterior atau dahi bayi, kemudian menggesernya ke bawah dikit sejajar dengan hidung. Lalu
dilihat kedipan mata yang terjadi.
a. Refleks Galant
B. Refleks Palmar
C. Refleks Babinski
D. Refleks Moro
E. Refleks Glabela